Anda di halaman 1dari 14

A.

Pendahuluan

Dalam kebijaksanaan Pembangunan Lima Tahun keenam (1992-1998), dalam

sektor keuangan disebutkan antara lain, bahwa pembangunan keuangan diarahkan pada

peningkatan kemandirian bangsa melalui peningkatan kemampuan keuangan yang

makin handal, efisien dan mampu memenuhi tuntutan pembangunan, penciptaan suasana

yang mendorong tumbuhnya inisiatif dan kreatifitas masyarakat, serta meluasnya peran

serta masyarakat dalam pembangunan dan melalui upaya untuk terus meningkatkan

tabungan nasional sebagai sumber utama pembiayaan.

Selanjutnya disebutkan bahwa lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga

keuangan bukan bank seperti lembaga pembiayaan dan investasi, pasar modal, asuransi,

dana pensiun, sewa guna usaha, modal ventura, giro pos, dan pasar uang lebih

ditingkatkan fungsi dan peranannya agar makin mampu menampung dengan

menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan.

Walaupun dalam GBHN tersebut tidak secara eksplisit disebutkan surat

berharga, tetapi kita semua menyadari bahwa salah satu cara meningkatkan

penghimpunan dana melalui tabungan masyarakat, pasar uang dan pasar modal antara

lain adalah dengan menggunakan sarana surat berharga. Dalam kaitan ini, kiranya perlu

disampaikan bahwa 3 (tiga) fungsi pokok Bank Indonesia adalah:

a. Pengendalian Moneter
b. Pembinaan dan pengawasan bank
c. Pengaturan

Pengembangan dan pelaksanaan sistem pembayaran Disamping itu secara tegas

disebutkan dalam Pasal 37 UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral bahwa Bank

Indonesia mendorong pengerahan dana-dana masyarakat oleh perbankan untuk tujuan

1
usaha pembangunan yang produktif dan berencana. Pelaksanaan tugas-tugas Bank

Indonesia tersebut sangat erat kaitannya dengan surat berharga, sehingga Bank

Indonesia sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan dan pengaturan surat

berharga. B. Pengertian dan Dasar Hukum

Berbicara mengenai surat berharga tidak dapat dipisahkan dengan transaksi

dagang, karena lahirnya surat berharga tidak lain dimaksudkan untuk meningkatkan dan

memudahkan serta mengamankan transaksi-transaksi dalam dunia perdagangan.

Pembayaran dan penyerahan barang, pada dasarnya dapat berlangsung dengan sederhana

dan cepat, bila transaksinya sendiri berlangsung dengan sederhana.

Pembayaran dan penyerahan barang yang paling sederhana adalah dengan

menggunakan uang tunai pada saat barang yang dibeli diserahkan oleh penjual kepada

pembeli. Oleh karena transaksi dagang tidak selamanya, bahkan pada umumnya

dilakukan tidak sesederhana apa yang telah dikemukakan, maka transaksi-transaksi

dagang tersebut tidak lagi dilakukan dengan pembayaran tunai dengan menggunakan

uang kartal pada saat penyerahan barangnya, namun pembayaran itu dilakukan dengan

menyerahkan surat-surat berharga kepada pihak yang seharusnya menerima uang tunai

seandainya transaksi dilakukan dengan sederhana. Bahkan lebih rumit lagi jika para

pihak yang terlibat dalam transaksi berada pada tempat yang berjauhan, bahkan pada

negara yang berbeda, karena pembayaran bukan hanya tidak dapat dilakukan secara

langsung dari tangan ke tangan dengan menggunakan uang kartal, tapi juga harus

dilakukan dengan perantaraan bank. Sebaliknya, penyerahan barang yang dilakukan

dalam transaksi dagang tidak lagi dilakukan dengan penyerahan barangnya secara

langsung, tapi juga dengan penyerahan dokumen-dokumen yang dapat dipergunakan

2
untuk menerima barang yang dimaksud. Dengan demikian, akan semakin tampak

peranan surat berharga dalam transaksi dagang. Pembayaran sejumlah uang dengan

perantaraan bank ini tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar, karena kemungkinan

terjadi pembayaran atas harga barang sudah dilakukan, sedangkan barangnya tidak dapat

diserahkan atau paling tidak, barangnya diserahkan tetapi tidak sebagaimana mestinya.

Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa penyerahan barang telah dilakukan akan tetapi

pembayaran belum diterima. Dengan demikian, menjadi salah satu masalah dalam

peredaran surat berharga adalah bagaimana memberikan perlindungan bagi pemegang

surat berharga. Dalam bahasa Belanda disebut sebagai waarde papier dalam bahasa

Inggris disebut juga dengan istilah negotiable instrument .

Yang dimaksud dengan Surat Berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan

oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang

sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk

membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang

diberikan surat berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat

berharga tersebut dialihkan. Dalam dunia usaha dikenal berbagai macam surat

berharga. Yaitu surat yang mempunyai harga, dapat dinilai dengan uang, atau dapat

ditukar dengan barang yang tercantum dalam surat berharga tersebut. Namun surat

berharga yang dimaksud di atas adalah pengertian yang sangat luas, yang masih perlu

perbedaannya dalam surat berharga dan surat yang mempunyai harga, dan di antara

kedua surat berharga tersebut yang dibicarakan dalam Hukum Dagang adalah Surat

Berharga Pengertian secara autentik tentang surat berharga ini tidak ditemukan dalam

KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang),namun terdapat beberapa pendapat para

3
sarjana yang berkaitan dengan surat berharga tersebut. Menurut Molengraaf, surat

berharga atau surat yang berharga adalah akta-akta atau alat-alat bukti yang menurut

kehendak dari penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang diperuntukkan semata-

mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta-akta tersebut diperlukan untuk menagih.

Jadi, surat berharga dapat dijadikan sebagai alat bukti atas suatu tuntutan terhadap

penandatanganan surat tersebut, tuntutan itu dapat dipenuhi dengan membawa dan

menyerahkan alat bukti yakni surat berharga yang dimaksud. Jadi, Secara yuridis surat

berharga mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai alat pembayaran (alat tukar)


2. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjual belikan)
3. Sebagai surat legitimasi (surat bukti hak tagih)

Menurut Dorhout Mess bahwa tujuan dari penerbitan surat-surat berharga adalah

adanya hak mendapatkan pembayaran dan dapat mengalihkan barang. Yang berarti

bahwa dengan surat berharga dapat ditukar dengan uang atau hak untuk mendapatkan

pembayaran atas sejumlah uang tertentu, atau memperoleh sejumlah barang tertentu

yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan beberapa pendapat yang berkaitan dengan

surat berharga tersebut, dapat disimpulkan bahwa surat berharga adalah surat yang

berdasarkan kehendak penerbitnya atau berdasarkan undang-undang dimaksudkan

sebagai bukti diri yang digunakan untuk menagih sejumlah uang atau barang. Tagihan

tersebut dapat dipenuhi jika surat itu diserahkan kepada si tertagih, dan surat tersebut

dapat dialihkan kepada pihak ketiga. Surat berharga disebut juga Commercial Paper, dan

sering juga disebut dengan negotiale instruments (instrumen yang dapat

diperjualbelikan). Namun, beberapa negotiable instruments tidak harus berupa surat

berharga. Surat berharga mengacu pada suatu jenis benda tertentu yang dipergunakan

4
sebagai alat membayar hutang. Benda ini pada dasarnya terbagi atas cek, yang ditulis

atau ditarik dari rekening yang disimpan pada suatu lembaga keuangan oleh orang yang

menulis cek tersebut. Meskipun sampai sekarang di negara kita belum memiliki undang-

undang tentang surat berharga, namun dalam KUHD telah diatur jenis-jenis surat atau

instrumen yang berdasarkan ciri-cirinya dikategorikan sebagai surat berharga. Peraturan

tentang surat berharga di Amerika Serikat pada dasarnya adalah peraturan yang

tercantum pada Pasal 3 dan Pasal 4 Uniform Commercial Code (UCC/ Kitab Undang-

undang Hukum Dagang). Pasal 3 mengatur mengenai surat berharga itu sendiri,

sedangkan Pasal 4 berisi hukum yang berlaku mengenai sistem penagihan bank atas

surat berharga. UCC telah diterima dan diterapkan di setiap negara bagian Amerika

Serikat termasuk di District of Columbia, Puerto Rico dan Virgin Islands; walaupun

terdapat perbedaan-perbedaan kecil dalam penerapannya. Negotiable Instruments

(instrumen yang dapat diperjualbelikan) adalah secarik kertas, yang mempunyai

kelengkapan formal tertentu, yang membuktikan adanya suatu hutang dari seseorang

kepada orang lainnya. Jika orang yang menulis negotiable instruments berjanji untuk

membayar langsung hutangnya, instrumen tersebut disebut note. Sebaliknya jika orang

yang menulis instrumen tersebut memerintahkan pihak ketiga (misalnya bank) untuk

membayar, instrumen tersebut disebut draft. Tidak seperti perjanjian kontrak untuk

membayar hutang, negotiable instruments dapat dialihkan kepada pihak ketiga dan

biasanya bebas dialihkan tanpa ada kewajiban dari si penerima pembayaran (payee)

untuk memenuhi tuntutan membayar hutang ketika hutang jatuh tempo dari pihak yang

mengeluarkan negotiable instrument pertama kali. Hal penting lainnya dari suatu

negotiable instrument adalah bahwa jumlah hutang yang disebut dalam instrumen

5
tersebut tergabung dalam surat hutang tersebut. Karena penggabungan ini, maka ketika

seseorang memberikan negotiable instrument untuk pembayaran suatu hutang, orang

tersebut tidak berkewajiban membayar hutangnya sampai pembayaran melalui

instrumen itu jatuh tempo. Lebih lanjut negotiable instrument juga mempunyai sifat

mudah. Karena dapat digunakan untuk jumlah berapapun, di atas secarik kertas bahkan

benda lainnya dan dengan mudah disimpan dalam tas yang paling kecil. Tetapi

negotiable instrument tidak selalu dapat diandalkan / dipercaya, karena pada dasarnya

adalah suatu janji pribadi untuk membayar, nilainya terbatas pada tanggung jawab

keuangan orang atau pihak yang menulisnya. Jika orang tersebut menghilang atau

bangkrut, nilai dari instrumen tersebut menjadi hilang dan pihak ketiga atau seterusnya

yang terlibat didalamnya akan menderita kerugian. Makin besar kredibilitas seseorang

atau pihak yang mengeluarkan surat berharga, makin besar pula kepercayaan pada surat

berharga tersebut. Pemecahan atas masalah kemudahan dan keamanan dari surat

berharga sebagai janji untuk membayar dilakukan dengan mengadaptasi negotiable

instrument lainya yaitu yang disebut draft, yang berfungsi sebagai dasar dari sistem cek.

Dalam sistem ini, nasabah bank mempunyai sejumlah dana yang disimpan pada bank

tersebut dan mereka dapat menarik dana tersebut bilamana diperlukan dengan menulis

draft pada bank tersebut (disebut drawee bank = bank yang mengeluarkan) . Draft ini,

adalah cek bank, diberikan pada seseorang payee, yang kemudian menyetorkannya pada

banknya (the depository bank = bank penerima)yang kemudian mengirimnya melalui

sistem koleksi (melalui perantara atau bank pengkoleksi) kepada bank yang

mengeluarkan. Ketika si penerima menerima cek sebagai pembayaran, dia setuju untuk

mendapatkan dananya tersebut dengan proses koleksi bank dan tidak menuntut

6
pembayaran dari orang yang menulis cek (pihak yang mengeluarkan cek) kecuali jika

cek tersebut ternyata ditolak oleh the drawee bank. Oleh karena dengan sistem

pembayaran ini membuat orang yang menerima pada dasarnya harus berhadapan dengan

bank, untuk pelunasan suatu hutang, maka tingkat kepercayaan atas intrumen

pembayaran ini biasanya lebih kuat dari pada suatu promissory note yang dikeluarkan

oleh seseorang atau pihak yang kredibilitasnya belum dapat dipastikan. Hal ini tentu saja

jika suatu promes yang dikeluarkan oleh pribadi atau organisasi dengan kredibilitas

tinggi akan sangat diperhatikan. Namun, harus diakui bahwa sebenarnya pengertian

mengenai Commercial Paper (CP) belum memperoleh kesamaan pendapat diantara para

ahli bahkan diseluruh duniapun. Ada yang menganut pandangan luas dan mengartikan

CP mencakup instrumen-instrumen yang dengan mudah dapat dialihkan (negotiable

instrument) dan instrumen-instrumen yang sukar untuk dialihkan (non-negotiable

instruments). Bahkan di Indonesia, ada yang menterjemahkan CP menjadi surat

perniagaan yang kemudian membedakan surat perniagaan menjadi 2 (dua) jenis surat

perniagaan, yaitu: surat berharga dan surat yang berharga. Tetapi juga yang

menggunakan istilah surat berharga dan bukan surat perniagaan bagi CP.

B. BILYET GIRO

Mengenai Bilyet Giro ini pengaturannya tidak terdapat pada KUHD, tetapi

terdapat pada Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 4/670/UPB/PbB tertanggal 24

Januari 1972. Terdapat beberapa alasan bahwa Bilyet Gio diatur dalam SEBI, yakni:

a. Sampai tahun 1972 belum terdapat pengaturan secara tegas, baik dengan undang-

undang maupun dengan peraturan lain mengenai Bilyet Giro;


b. Pemakaian Bilyet Giro yang semakin lama semakin berkembang di dalam

masyarakat;

7
c. Mengingat pentingya dan manfaat Bilyet Giro sebagai sarana perbankan;

Menghindari pemakaian Bilyet Giro yang berbeda-beda persyaratan-persyaratan

di dalamnya yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan, pemalsuan dan memudahkan

pengawasan

Pengertian

Berdasarkan surat edaran yang telah dikemukakan dari BI tersebut diketahui

pegertian Bilyet Giro adalah perintah nasabah yang telah distandarisasikan bentuknya,

kepada bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening giro

yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya kepada bank yang

sama atau kepada bank lainnya.

Memperhatikan pengertian tentang Bilyet Giro yang disebutkan , maka jelas

bahwa:

a. BG adalah surat perintah dari Penarik kepada Tertarik untuk memindahbukukan

sejumlah dana dari rekening Penarik yang bersangkutan kepada rekening Pemegang

yang disebutkan namanya dalam surat perintah tersebut;


b. Penarik adalah Pemilik Rekening yang memerintahkan Tertarik melakukan

pemindahbukuan sejumlah dana atas beban Rekeningnya kepada pihak yang

disebutkan namanya dalam surat perintah tersebut;


c. Tertarik adalah bank yang menerima perintah pemindahbukuan dana dari penarik;
d. Pemegang adalah nasabah yang namanya disebut dalam BG untuk memperoleh

pemindahbukuan dana sebagaimana diperintahkan oleh Penarik kepada Tertarik;


e. Bank Penerima adalah bank yang melakukan penagihan BG kepada tertarik untuk

kepentingan Pemegang;
f. BG tidak dibayar dengan uang secara tunai, tetapi hanya merupakan

pemindahbukuan;
g. BG berbentuk atas nama (op naam);
h. BG tidak dipindahtangankan atau diendosemenkan ;

8
i. BG tidak dapat diperdagangkan;
j. Penerima BG baru dapat menerima pemindahbukuan / menikmati hak yang

tercantum dalam BG tersebut apabila memiliki rekening bank.

Nampaknya berdasarkan dari ciri-ciri BG itu yang membuat kurang mendapat

respon yang baik dari masyarakat, masyarakat lebih senang menggunakan cek

dibandingkan BG, namun sejak adanya sanksi Undang-undang Nomor 17 Tahun 1964

tentang Pelarangan Penarikan Cek Kosong, yang dapat memberikan sanksi pidana cukup

berat, maka masyarakat pun beralih kembali pada BG.

Keuntungan Bilyet Giro

Keuntungan dari penggunaan Bilyet Giro daripada cek, yakni:

a. BG dapat post dated, artinya dapat diberi tanggal lebih terhadap tanggal

penarikannya. Pada BG terdapat tanggal penarikan dan terdapat pula tanggal efektif,

yakni tanggal mulai berlakunya perintah pemindahbukuan yang tercantum dalam BG

tersebut. Selama tanggal efektif belum jatuh waktu, maka pemindahbukuan tidak

akan dilakukan, yang tidak melebihi 3 (tiga) tahun sejak tanggal penerbitan ;
b. Tanggal Penerbitan adalah tanggal diterbitkannya surat perintah pemindahbukuan;
c. BG dapat dibatalkan setiap saat selama belum jatuh tanggal efektifnya atau belum

dilaksanakan amanatnya oleh tertarik .


d. Karena formulir BG telah distandarisasikan bentuknya oleh BI, sehingga bila dilihat

selintas bentuknya sama seperti cek (bahkan ada yang menamakan BG sebagai giro

cek);
e. Walaupun menurut ketententuan BG tidak dapat dipindahtangankan atau dialihkan

hak tagihnya kepada pihak lain, tetapi kenyataannya penarik suatu BG sering tidak

mencantumkan nama penerima dan nama bank dimana penerima dana mempunyai

rekening. Sehingga BG sering kali dialihkan begitu saja hak tagihnya kepada pihak

lain;

9
f. BG sebagai warkat kliring, yaitu dapat diperhitungkan melalui kliring antar bank,

sehingga mudah bagi pemegangnya untuk mencairkan dananya.

Menurut SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tertanggal 24 Januari 1972, syarat formal

yang harus dipenuhi suatu BG adalah sebagai berikut:

a. Nama Bilyet Giro dan nomor seri BG yang bersangkutan;


b. Nama tertarik;
c. Perintah yang jelas tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban saldo atau

atas beban rekening penarik;


d. Nama dan nomor rekening pemegang, serta tempat bank tertarik, kepada siapa

perintah termaksud ditujukan;


e. Nama pihak yang harus menerima pemindahbukuan dana secara administratif

termaksud dan jika dianggap perlu juga alamatnya;


f. Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf;
g. Tanda tangan penarik, nama jelas dan atau disertai cap/stempel badan usaha jika

penarik merupakan suatu perusahaan berbentuk badan usaha sesuai dengan

persyaratan pembukaan rekening;


h. Tempat dan tanggal penarikan;
i. Tanggal mulai efektif berlakunya amanat perintah dalam BG;
j. Nama bank di mana pihak yang harus menerima dana pemindahbukuan tersebut

memelihara rekening, sepanjang nama bank penerima diketahui oleh penarik;

BG yang tidak memenuhi salah satu syarat sebagaimana tersebut di atas, maka

BG tersebut belum berlaku sebagai BG sehingga tidak dapat dilakukan

pemindahbukuan. Di samping itu dalam hubungan dengan pengisian BG, perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Semua perubahan atau tambahan amanat penarik harus ditandatangani oleh penarik

sendiri;
b. Apabila nama penerima tidak dicantumkan, maka bank tertarik diwajibkan menolak

atau mengembalikan;

10
c. Bila nama bank, di mana penerima mempunyai rekening giro, tidak dicantumkan

atau tidak ditulis dalam BG, maka hal itu berarti dana dapat dipindahkan ke bank

mana saja untuk rekening penerima;


d. Apabila tanggal efektif berlakunya amanat penerbit itu tidak ada, maka tanggal

penerbitan dianggap sebagai tanggal efektif berlakunya amanat penarik. Sebaliknya

apabila tanggal penerbitan BG tidak ada, maka tanggal efektif berlakunya amanat

dipandang sebagai tanggal penerbitan/penarikan BG;

Karena BG merupakan suatu perintah yaitu perintah untuk melakukan

pemindahbukuan, maka dengan beberapa pertimbangan penarik dapat membatalkan BG

tersebut sepanjang pada waktu penerimaan pemberitahuan tertulis oleh bank yang

bersangkutan, amanat dalam BG tersebut belum dilaksanakan. Tetapi dalam hubungan

dengan pembatalan ini terdapat perbedaan dengan pembatalan suatu cek. Menurut Pasal

209 ayat 1 KUH Dagang penarikan kembali suatu cek tak berlaku melainkan setelah

berakhirnya tenggang waktu pengunjukan. Dengan perkataan lain suatu cek hanya dapat

dibatalkan setelah lewat waktu pengunjukannya atau tidak dapat dilakukan setiap waktu.

Hal demiikian berbeda dengan pada BG yang dapat dibatalkan sepanjang amanat BG

tersebut belum dilaksanakan. Hal itu berarti BG dapat ditarik kembali/dibatalkan setiap

saat selama pemindahbukuan belum dilakukan. Tampaknya dibuat ketentuan yang

berlainan antara BG dengan Cek, disebabkan perbedaan di dalam penekanan pemberian

perlindungannya.

Dari beberapa ketentuan dalam KUH Dagang dapat disimpulkan bahwa pada

suatu cek, perlindungan lebih diutamakan kepada pemegang cek tersebut. Hal ini terlihat

antara lain dengan dianutnya asas legitimasi formal, serta pada dasarnya tidak

diperkenankan adanya alasan yang bersifat pribadi atau tangkisan relatif (exceptionis in

11
personan). Sebaliknya BG lebih mengutamakan perlindungan kepada penarik / penerbit,

sehingga penarik dapat bebas menarik kembali BG tersebut, selama pemndahbukuan

belum dilakukan oleh tertarik.

Walaupun demikian apapun alasannya diperkenankan penarik menarik

kembali/membatalkan BG tanpa batas akan merugikan pemegang dan menciptakan

ketidak pastian hukum. Oleh karena itu ketentuan mengenai pembatalan BG ini

seyogianya ditinjau kembali, khususnya dalam peraturan perundang-undangan yang

akan datang.

Mengenai pelaksanaan amanat yang tercantum dalam BG dapat dilakukan

dengan 2 (dua) cara, yakni:

a. Bank tertarik menerima BG dari penarik dan memindahkan dana tersebut dalam BG

dengan nota kredit kepada bank dari penerima dana, untuk dikreditkan ke dalam

rekening penerima dana yang namanya tercantum dalam BG yang bersangkutan;


b. BG langsung diserahkan oleh penarik kepada penerima dana, yang kemudian oleh

yang bersangkutan disalurkan kerekeningnya sendiri pada bank tertarik atau bank

lainnya. Dalam hal dana tersebut disetor pada bank yang berlainan, maka bank

nasabah penyetor memperhitungkan BG tersebut melalui kliring kepada bank

tertarik; BG tersebut diperlakukan sama dengan warkat-warkat kliring lainnya.

Akhirnya dapat dikemukakan bahwa sehubungan dengan masalah apakah BG

merupakan surat berharga, terdapat 3 (tiga) pendapat yakni sebagai berikut:

a. BG tidak termasuk pengertian surat berharga. Pendapat tersebut didasarkan pada

alasan karena BG tidak dapat diperdagangkan dan tidak dapat dialihkan kepada

pihak lain, sehingga tidak memenuhi ciri-ciri dan pengertian surat berharga.

12
b. BG sebagai surat berharga. Bahwa BG tetap masih dapat digolongkan sebagai surat

berharga sejauh telah memenuhi semua syarat material (senilai dengan perikatan

dasarnya) dan memenuhi semua syarat-syarat formal yang diharuskan oleh peraturan

yang bersangkutan dan syarat-syarat surat berharga pda umumnya dikurangi syarat

fungsi dapat diperdagangkan;


c. BG sebagai quasi surat berharga. Karena di satu sisi menurut sifat dan bentuknya BG

bukan merupakan surat berharga. Akan tetapi oleh karena terdapat keuntungan-

keuntungan dan keistimewaannya, maka beredarlah BG dalam masyarakat seolah-

olah sebagai alat pembayaran seperti cek dan dapat dialihkan hak tagihnya dari

tangan satu ke tangan lainnya.

Pendapat di atas dapat dipahami karena memang dalam praktek adakalanya

seorang penarik mengeluarkan BG blanko sehingga dapat diendosemenkan. Kemudian

pemegang terakhir (tentunya harus yang mempunyai rekening di bank) akan mengisi

dengan namanya sebagai penerima amanat BG yang bersangkutan.

13
CONTOH BILYET GIRO

14

Anda mungkin juga menyukai