Anda di halaman 1dari 16

Materi Hukum Kepailitan

PROSES PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN


UTANG YANG BERAKHIR DENGAN KEPAILITAN

OLEH:
PARULIAN P ARITONANG SH LLM MPP
A. Pengertian PKPU

 Bahwa sesuai UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan


dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UUK”),
PKPU adalah Debitor yang tidak dapat atau
memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar
utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat diajukan permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU) kepada Pengadilan Niaga,
dengan maksud Debitor tersebut dipaksa/sukarela
mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.
(Pasal 222 UUK)
B. Syarat-Syarat Dikabulkannya PKPU

1. Permohonan PKPU harus membuktikan bahwa Debitor


mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor. (Pasal 222
Ayat 1 UUK)
2. Permohonan diajukan oleh Debitor itu sendiri.
Maksimal 3 hari sejak tanggal pendaftaran,
Permohonan PKPU wajib dikabulkan oleh Pengadilan.
(Pasal 225 Ayat 2 UUK)
3. Permohonan diajukan oleh kreditor. Maksimal 20 hari
sejak tanggal pendaftaran, Permohonan PKPU wajib
dikabulkan oleh Pengadilan. (Pasal 225 Ayat 3 UUK)
C. Status Hukum Putusan PKPU Bagi Debitor
1. Ditunjuk Hakim Pengawas yaitu Hakim yang ditunjuk Pengadilan yang
bertugas mengawasi jalannya perkara PKPU. (Pasal 1 Ayat 8 UUK)
2. Diangkat Pengurus yang bertugas mengawasi Debitor dalam mengurus
harta kekayaannya.
3. Selama PKPU, Debitor tanpa persetujuan pengurus tidak dapat
melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau
sebagian hartanya. (Pasal 240 Ayat 1 UUK)
4. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diberikan paling lama 270
Hari sejak putusan PKPU. (Pasal 228 Ayat 6 UUK)
5. Jika dalam masa tenggang PKPU Sementara/Tetap (maksimal 270
hari) telah terlampaui namun perdamaian belum tercapai, demi
hukum debitor dinyatakan pailit. (Pasal 228 Ayat 5 dan Pasal 267 UUK)
D. Pengakhiran PKPU
1. PKPU dapat diakhiri atas permintaan Hakim Pengawas, Kreditor atau atas prakarsa
Pengadilan, dalam hal:(Pasal 255 UUK)
- Debitor beritikad buruk dalam pengurusan hartanya;
- Debitor mencoba atau telah merugikan kreditornya;
- Debitor melakukan tindakan hukum tanpa persetujuan Pengurus;
- Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan atau disyaratkan
oleh Pengadilan maupun Pengurus;
- Dalam masa waktu PKPU, keadaan harta debitor tidak memungkinkan
dilanjutkannya PKPU;
- Keadaan Debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya.
2. Atas Putusan Pengakhiran PKPU oleh Pengadilan dapat diajukan keberatan dengan
upaya hukum Kasasi (Pasal 256 UUK)
E. Rencana Perdamaian Debitor PKPU

1. Debitor berhak mengajukan rencana perdamaian yang


meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh
utang kepada Kreditor baik secara tuntas atau diangsur.
(Pasal 265 Jo. Pasal 222 Ayat 2 & 3 UUK)

2. Rencana Perdamaian wajib diajukan Debitor sebelum


sidang permusyawaratan hakim atau sebelum 45 hari
sejak tanggal putusan PKPU. (Pasal 266 UUK)
E. Rencana Perdamaian Debitor PKPU

3. Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan: (Pasal 281 Ayat 1


UUK)
a. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah kreditor
Konkuren; dan
b. persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor
separatis.
Catatan : Bahwa kreditor yang masuk dalam tawaran rencana
perdamaian Debitor merupakan kreditor yang tagihannya bersifat
konkuren dan separatis (Pemegang Jaminan Kebendaan Harta
Debitor), sedangkan kreditor di luar itu (Preferen) tidak termasuk dalam
rencana perdamaian sehingga oleh UU tidak diberikan hak suara untuk
ikut voting.
Apabila rencana perdamaian ditolak kreditor dalam voting, maka
Pengadilan harus menyatakan Debitor Pailit. (Pasal 289 UUK)
F. Pengesahan Atau Penolakan Rencana Perdamaian
1. Apabila Perdamaian diterima dalam voting, Pengadilan wajib memberikan
putusan mengenai pengesahan perdamaian (Homologasi) disertai alasan-
alasannya. (Pasal 285 Ayat 1 UUK)
2. Pengadilan wajib menolak untuk mengesahkan perdamaian, apabila: (Pasal
285 Ayat 2 UUK)
 harta Debitor, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk
menahan benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian;
 pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin;
 perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan
satu atau lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak
jujur dan tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja
sama untuk mencapai hal ini; dan/atau
 imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
dibayar atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya.
F. Pengesahan Atau Penolakan Rencana Perdamaian

3. Apabila Pengadilan menolak mengesahkan perdamaian


maka dalam putusan yang sama Pengadilan wajib
menyatakan Debitor Pailit. (Pasal 285 Ayat 3 UUK)
4. Perdamaian yang telah disahkan mengikat semua
Kreditor, kecuali Kreditor Separatis yang tidak
menyetujui rencana perdamaian. (Pasal 286 UUK)
5. PKPU berakhir pada saat putusan pengesahan
perdamaian memperoleh kekuatan hukum Tetap. (Pasal
28 UUK)
G. Upaya Hukum/Keberatan Terhadap Putusan Pengesahan
atau Penolakan Perdamaian (Homologasi)
1. Upaya Hukum Kasasi
a. Terhadap putusan pengesahan perdamaian Homologasi dapat diajukan upaya
hukum kasasi, namun tidak berlaku terhadap putusan penolakan perdamaian.
(Pasal 285 Ayat 4 UUK)
b. Permohonan Kasasi diajukan paling lambat 8 hari sejak putusan dibacakan.
(Pasal 11 UUK)
2. Upaya Hukum Luar Biasa (Peninjauan Kembali/PK) diajukan terhadap
Putusan yang BHT, apabila:
a. setelah perkara diputus ditemukan bukti baru (novum), dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 180 hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan PK
memperoleh kekuatan hukum tetap.; atau
b. dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata,
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari setelah tanggal putusan
yang dimohonkan PK memperoleh kekuatan hukum tetap.
(Pasal 295, Pasal 296 UUK)
G. Upaya Hukum/Keberatan Terhadap Putusan Pengesahan
atau Penolakan Perdamaian (Homologasi)
3. Pembatalan Perdamaian
a. Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu
perdamaian yang telah disahkan apabila Debitor lalai
memenuhi isi perdamaian tersebut. (Pasal 291 Ayat 1
Jo. Pasal 170 UUK)
b. Dalam putusan Pengadilan yang membatalkan
perdamaian, Debitor juga harus dinyatakan pailit.
(Pasal 291 Ayat 2 UUK)
H. Debitor PKPU Yang Dinyatakan Pailit
Debitor dalam PKPU dapat dinyatakan Pailit secara hukum, apabila:
1.Jangka waktu PKPU telah melewati masa tenggang yang ditetapkan
oleh Pengadilan (maksimal 270 hari), namun perdamaian belum tercapai
(Pasal 228 Ayat 5 dan Pasal 267 UUK)
2.PKPU masih dalam masa tenggang, namun diakhiri oleh Pengadilan
dengan alasan-alasan tertentu. (Pasal 255 UUK)
3.Rencana perdamaian ditolak kreditor dalam voting. (Pasal 289 UUK)
4.Perdamaiantercapai dalam voting, namun Pengadilan menolak untuk
mengesahkan karena alasan-alasan tertentu. (Pasal 285 Ayat 2 UUK)
5.Kreditor mengajukan Pembatalan Perdamaian yang sudah disahkan
Pengadilan akibat Debitor lalai memenuhi isi Perdamaian. (Pasal 291
Ayat 1 Jo. Pasal 170 UUK)
I. Status Hukum Debitor PKPU Yang Pailit

1. Ditunjuk Hakim Pengawas yaitu Hakim yang ditunjuk


Pengadilan yang bertugas mengawasi jalannya perkara
kepailitan. (Pasal 1 Ayat 8 UUK)
2. Diangkat Kurator yang bertugas melakukan Pengurusan
dan Pemberesan Harta Debitor Pailit. (Pasal 69 Jo. Pasal
1 Ayat 5 UUK )
3. Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk mengurus
dan menguasai hartanya. (Pasal 24 UUK)
J. Penyelesaian Kewajiban Debitor PKPU Kepada Kreditor
Dalam Proses Kepailitan
1. Debitor, Pailit yang disebabkan:
a) Berakhirnya jangka waktu PKPU (maksimal 270 hari);
b) Jangka waktu PKPU diakhiri Pengadilan dengan alasan tertentu; serta
c) tidak diterimanya rencana perdamaian oleh kreditor dalam proses voting PKPU,
maka debitor masih berhak mengajukan kembali usulan rencana perdamaian dalam proses
kepailitan. (Pasal 292 UUK)

2. Debitor, Pailit yang disebabkan:


a) Perdamaian tercapai dalam voting, namun Pengadilan menolak pengesahannya; atau
b) Perdamaian yang sah dibatalkan oleh Kreditornya akibat debitor cedera janji,
maka debitor tidak bisa mengusulkan lagi rencana perdamaian dalam proses kepailitan serta
harta debitor otomatis dalam keadaan insolvensi, (Pasal 292 UUK dan Penjelasannya)

3. Dengan dinyatakan Debitor Pailit dalam keadaan insolvensi, maka Kurator wajib
melakukan PEMBERESAN HARTA PAILIT. (Bagian Ketujuh UUK)
K. Pemberesan Harta Debitor Pailit
1. “Going Concern” (melanjutkan usaha Debitor Pailit)
a. Kurator atau Kreditor dapat mengusulkan supaya perusahaan Debitor Pailit
dilanjutkan. (Pasal 179 Ayat 1 UUK)
b. Usul untuk melanjutkan perusahaan wajib diterima apabila usul tersebut disetujui
oleh Kreditor yang mewakili lebih dari 1/2 (satu perdua) dari semua tagihan yang
bersifat konkuren. (Pasal 179 UUK)
c. Dalam hal perusahaan dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda yang termasuk
harta pailit, yang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan. (Pasal 184 Ayat 2
UUK)

2. Penjualan seluruh harta Debitor Pailit


a. Atas permintaan Kreditor atau Kurator, Hakim Pengawas dapat memerintahkan
supaya kelanjutan perusahaan dihentikan. (Pasal 183 Ayat 1UUK)
b. Kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu
memperoleh persetujuan atau bantuan Debitor. (Pasal 184 Ayat 1 UUK)
c. Semua benda harus dijual di muka umum melalui KPKNL (Pasal 185 Ayat 1 UUK)
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai