Anda di halaman 1dari 90

PUTUSAN

Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan memutus perkara
perdata pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara gugatan antara:
1. Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing, bertempat tinggal di
Patal Senayan Ii, Kel. Grogol Utara, Kebayoran Lama, Kota
Jakarta Selatan, DKI Jakarta;

2. PT. Indodrill Bumi Perkasa, tempat kedudukan The Plaza Office


Tower Lantai 41 Kav. 28-30 Jalan Mh Thamrin Jakarta Pusat,
Kelurahan Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI
Jakarta,

Dalam hal ini memberikan Kuasa kepada WIJE, S.H., M.H dan
SETYO RUDIANTO, S.H. Advokat dari Law Office WIJE, S.H.,
.M.H. & PARTNERS Advocate & Legal Consultant, beralamat
di The Boutique Apartment lantai 31 Q, Jalan Benyamin Suaeb
Kav. A6, Kb. Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat 10630, dalam
hal ini bertindak berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 16
Juni 2022, selanjutnya disebut sebagai Para Penggugat I

Lawan:

1. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, tempat kedudukan Gedung


Artha Graha, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (scbd), Jalan
Jenderal Sudirman Kavling 52-53, Jakarta Selatan 12190, Kel.
Senayan, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta,
Dalam hal ini memberi Kuasa Kepada: Hendi Juhendi, SH,
dan Mutiara Putri Yolanda, SH, bertindak untuk dan atas nama
PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL Tbk.,
berkedudukan kantor pusat di Kotamadya Jakarta Selatan,
beralamat Gedung Artha Graha Jl. Jend. Sudirman Kav.52-53
(SCBD) Jakarta Selatan,, dalam hal ini bertindak berdasarkan
Surat Kuasa No. KUASA/211/DIRUT/VII/2022 tanggal 08 Juli
2022 sebagai Tergugat I
2. Kantor Palayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Jakarta V, tempat
kedudukan Jl. Prajurit Kko Usman Dan Harun No. 10jalan Prajurit

Halaman 1 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Kko Usman Dan Harun Nomor 10 Jakarta Pusat, Kelurahan
Senen, Senen, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta,
Dalam hal ini memberi Kuasa Kepada : Tio Serepina Siahaan,
S.H.,LL.M. Obor P. Hariara, S.H. Didik Hariyanto, Adriana
Viveryanti, Usman Amirullah, S.H., M.H., Evisari Eresti Melani,
Muhammad Sani, S.H., M.H., Andhi A. Pagatian, S.H,
Muliawansyah Apriandi, S.H., Rina Maryana, S.H., Ardiyah
Leatemia, S.H., Amaluddin Zainal Junaid, S.Tr.Ak, Siti Fatma
Nurhayati, Rinto Arizandi Saputro, Havivi Natapura, Abdi Dharma
Putra berdasarkan Surat Kuasa Khusus Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. SKU- 316/MK.1/2022 tanggal 4 Agustus
2022, sebagai Tergugat II;
3. Ronny Bratawidjaya, bertempat tinggal di Jl. Sumatra No. 5 Rt. 002
Rw. 004, Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta
Pusat, Kelurahan Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI
Jakarta, Dr. Hotman Paris Hutapea, S.H., M.Hum. dan
Oktavianus Wijaya Sakti, S.H., para Advokat pada Law Firm
HOTMAN PARIS & PARTNERS, beralamat di The Kensington
Commercial Blok A.12, Jalan Bulevar Raya, Kelapa Gading
Permai, Jakarta Utara 14240, Indonesia, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama RONNY BRATAWIDJAYA., berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 1 Juli 2022 sebagai Turut
Tergugat I
4. Badan Pertanahan Kota Jakarta Selatan, tempat kedudukan Jalan H.
Alwi No.99 Tanjung Barat, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Kel.
Tanjung Barat, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta,
sebagai Turut Tergugat II;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca berkas perkara beserta surat-surat yang bersangkutan;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
TENTANG DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 16 Juni
2022 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat pada tanggal 24 Juni 2022 dalam Register Nomor 356/Pdt.G/2022/PN
Jkt.Pst, telah mengajukan gugatan sebagai berikut:
Sebelum menguraikan lebih lanjut dalil-dalil yang menjadi dasar gugatan PARA
PENGGUGAT, perlu disampaikan syarat formil tentang sahnya gugatan

Halaman 2 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Bahwa gugatan PARA PENGGUGAT, diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat didasarkan pada ketentuan Pasal 118 ayat (2) HIR yang pada pokoknya
menyatakan: Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal
di dalam itu, dimajukan kepada ketua pengadilan negeri ditempat tinggal
salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh penggugat.

Bahwa sebagaimana uraian tersebut di atas, berdasarkan hukum bagi PARA


PENGGUGAT apabila gugatan perkara a quo diajukan pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo.

I. PERMOHONAN DAN PELAKSANAAN LELANG YANG DILAKUKAN


OLEH TERGUGAT I DAN TERGUGAT II BERTENTANGAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK
TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG
BERKAITAN DENGAN TANAH

1. Bahwa PENGGUGAT I adalah pemilik sah atas 1 (satu) bidang tanah


berikut bangunan rumah tinggal diatasnya yang berlokasi di Jalan Patal
Senayan II No 1 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, seluas 616 M2 (enam
ratus enam belas meter persegi) sebagaimana sertipikat hak milik No.
02341/Kel. Grogol Utara, terdaftar atas nama Binsar Lambok
Tumonggotua Lumban Tobing (“Objek Lelang”);
2. Bahwa PENGGUGAT I merupakan nasabah penerima fasilitas Kredit
Pemilikan Rumah dari TERGUGAT I dengan jaminan Objek Lelang dan
dilekatkan Hak Tanggungan;
3. Bahwa PENGGUGAT II adalah Perseroan Terbatas yang telah
memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari TERGUGAT I;
4. Bahwa PENGGUGAT I mengalami kesulitan keuangan sehingga terjadi
kredit macet. Atas kondisi tersebut TERGUGAT I mengajukan
permohonan lelang eksekusi Hak Tanggungan terhadap utang
PENGGUGAT I dan utang PENGGUGAT II yaitu jaminan berupa Objek
Lelang kepada TERGUGAT II sebagaimana surat TERGUGAT I No
SK/006/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022 perihal Permohonan
Penetapan Tanggal Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan Surat
Pengantar SKPT (Jaminan Debitur a.n Binsar Lambok Tumonggotua
Lumban Tobing (Binsar LT. Lumbantobing) dan PT. Indodrill Bumi
Perkasa);

Halaman 3 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


5. Bahwa pada tanggal 5 April 2022 PARA PENGGUGAT melalui Kuasa
Hukumnya menyampaikan permohonan kepada TERGUGAT II untuk
menangguhkan/menunda pelaksanaan lelang dikarenakan terhadap
perselisihan jumlah utang PENGGUGAT I masih di periksa oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan perkara Nomor:
978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel, dan terkait keberadaan utang PENGGUGAT II
masih diperiksa oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bogor perkara
Nomor: 38/Pdt.G/2022/PN.Bgr.
6. Bahwa meskipun terhadap gugatan yang diajukan baik oleh PENGGUGAT
I dan PENGGUGAT II masih dalam proses pemeriksaan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Bogor, TERGUGAT I tetap mengajukan permohonan lelang ke Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Jakarta V (TERGUGAT II);
7. Bahwa surat permohonan lelang eksekusi hak tanggungan nomor
SK/006/SAM/I/2022 tertanggal 28 Januari 2022 yang dimohonkan
TERGUGAT I kepada TERGUGAT II adalah untuk objek lelang berupa
jaminan Debitur atas nama Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing
dan PT. Indodrill Bumi Perkasa (PARA PENGGUGAT);
8. Bahwa atas permohonan lelang yang diajukan oleh TERGUGAT I,
TERGUGAT II telah menerbitkan surat Nomor: S-15KNL.0705/2022
tanggal 07 Maret 2022 perihal Penetapan Hari/Tanggal Lelang PT. Bank
Artha GrahaInternasional (Deb: Binsar Lambok Tumonggotua Lumban
Tobing (Binsar LT. Lumbantobing) dan PT. Indodrill Bumi Perkasa, No
Surat: SK/006/SAM/I/2022. Adapun ditetapkan pelaksanaan lelang dengan
penawaran lelang melalui internet (closed bidding) tanpa kehadiran
peserta lelang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 6 April 2022
Batas Akhir Penawaran : 10.00 WIB (sesuai Server)
Alamat Domain : www.lelang.go.id
Tempat Lelang : KPKNL Jakarta V. Jalan Prajurit KKO
Usman dan Harun No 10 Jakarta Pusat
Penetapan Pemenang : 10.00 WIB (sesuai Server)
9. Pada tanggal 4 April 2022, PENGGUGAT I baru menerima surat
TERGUGAT I No. SK/016/SAM/IV/2022 tertanggal 1 April perihal
Pemberitahuan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan;

Halaman 4 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


10. Bahwa TERGUGAT I juga menyampaikan Surat Keterangan Hutang No.
SK/021/SAM/IV/2022 tertanggal 1 April 2022 dengan menguraikan total
kewajiban Para Debitur pertanggal 1 April 2022 sebagai berikut:
Uraian Binsar LT. Lumban PT. Indodrill Bumi
Tobing Perkasa

Total Kewajiban (Rp.) 36.851.760.059,82 18.303.282.311,00

11. Bahwa meskipun TERGUGAT II telah mengetahui tentang adanya


sengketa mengenai keberadaan utang dan perselisihan nilai utang, namun
TERGUGAT II tetap melaksanakan pelaksanaan lelang eksekusi hak
tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (“Undang-Undang Hak Tanggungan”);
12. Bahwa pada saat pelaksanaan lelang tanggal 6 April 2022 Objek Lelang
telah laku terjual dan telah ditetapkan sebagai pembeli yaitu TURUT
TERGUGAT I. Melalui Kuasa Hukumnya TURUT TERGUGAT I
menyampaikan hal yang pada pokoknya meminta PENGGUGAT I untuk
segera melakukan pengosongan sebagaimana dalam suratnya No:
0126/2022/0896.01/HP&P tertanggal 24 Mei 2022 perihal Somasi;
13. Bahwa atas permintaan pengosongan Objek Lelang yang telah di beli,
PENGGUGAT I menyampaikan permohonan kepada TURUT TERGUGAT
I untuk menunda pelaksanaan pengosongan Objek Lelang hingga perkara
mengenai sengketa keberadaan utang dan perkara mengenai perselisihan
nilai utang telah diputus pengadilan dan berkekuatan hukum tetap;
14. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap Objek Lelang yang dilakukan oleh
TERGUGAT I dan TERGUGAT II dilandasi pada itikad tidak baik dan
bertentangan dengan Undang-Undang Hak Tanggungan, dikarenakan nilai
pelunasan atas piutang TERGUGAT I belum final dan mengikat;
15. Bahwa maksud dari lelang eksekusi hak tanggungan adalah supaya
pemegang hak tanggungan untuk mengambil pelunasan piutangnya dari
hasil penjualan tersebut. Namun tidak mungkin dapat dikatakan penjualan
tersebut untuk mengambil pelunasan dari hasil tersebut, apabila nilai yang
menjadi utang untuk dilunasi masih dalam perselisihan/sengketa di proses
pengadilan;
16. Bahwa pelaksanaan lelang yang telah dilaksanakan oleh TERGUGAT
II atas permohonan TERGUGAT I hanya bertujuan untuk kepentingan
TERGUGAT I sendiri dan terkesan ingin mengambil alih seluruh aset

Halaman 5 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


yang dimiliki oleh PENGGUGAT I, dan hal tersebut sangat merugikan
PENGGUGAT I sebagai pemilik sah atas objek lelang.

II. TINDAKAN PARA TERGUGAT MERUPAKAN PERBUATAN


MELAWAN HUKUM

17. Bahwa sebagaimana telah diuraikan di pada bagian I, tujuan dari


permohonan lelang eksekusi hak tanggungan oleh TERGUGAT I ke
TERGUGAT II adalah agar hasil lelang tersebut untuk mengambil
pelunasan piutang
18. Padahal sebelum ditutupnya pelaksanaan dalam menentukan
pemenang/pembeli lelang, TERGUGAT I dan TERGUGAT II telah
mengetahui perihal adanya sengketa/perselisihan nilai utang PARA
PENGGUGAT di pengadilan. Namun dengan adanya kondisi sengketa
tersebut, maka pelaksanaan lelang yang dilakukan TERGUGAT II atas
permohonan TERGUGAT I telah bertentangan dengan Pasal 6 UU Hak
Tanggungan
Pasal 6 UU Hak Tanggungan:
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”;
19. Bahwa berdasarkan uraian di atas, tindakan TERGUGAT II yang tetap
melaksanakan lelang meskipun sebelum batas akhir penawaran ditutup
sudah mengetahui tentang adanya sengketa keberadaan utang dan
perselisihan nilai utang yang sedang berlangsung di Pengadilan, serta
dengan adanya permohonan dari PARA PENGGUGAT yang meminta
penundaan/penangguhan pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan
tidak dijadikan pertimbangan oleh TERGUGAT II untuk melakukan
penundaan/penangguhan pelaksanaan lelang. Padahal permohonan
penundaan/penangguhan lelang yang diajukan PARA PENGGUGAT
tersebut patut dikabulkan mengingat masih adanya sengketa yang menjadi
dasar diajukannya lelang. Atas perbuatan tidak melakukan
penundaan/penangguhan lelang, maka patut perbuatan TERGUGAT
dikategorikan merupakan perbuatan melawan hukum karena bertentangan
dengan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan;
20. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum oleh PARA TERGUGAT telah
terpenuhi

Halaman 6 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Pasal 1365 KUHPerdata menyatakan:
“Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”.
Menurut penjelasan Dr. Munir Fuady, unsur-unsur perbuatan melanggar
hukum dalam konteks Pasal 1365 KUHPerdata, adalah:
- Adanya suatu perbuatan.
- Perbuatan tersebut melanggar hukum.
- Adanya kesalahan dari pihak pelaku.
- Adanya kerugian bagi korban.
- Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
(Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Kontemporer, PT. Citra
Aditya Bakti, cetakan ke-5 tahun 2017, hal. 10.)

Sebagaimana uraian diatas, seluruh dalil-dalil PARA PENGGUGAT


mengenai perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PARA
TERGUGAT berdasarkan hukum.

III. PARA PENGGUGAT MENDERITA KERUGIAN MATERIL DAN


IMMATERIL SEBAGAI AKIBAT DARI PERBUATAN TERGUGAT I
DAN TERGUGAT II

21. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II


yang melaksanakan pelelangan terhadap Objek Lelang tidak sesuai
ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan adalah merupakan Perbuatan
Melawan Hukum yang telah menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT I
dan PENGGUGAT II (PARA PENGGUGAT), dan oleh karenanya
TERGUGAT I dan TERGUGAT II harus dihukum mengganti kerugian yang
diderita oleh PARA PENGGUGAT, sejalan dengan ketentuan Pasal 1365
KUHPerdata yang berbunyi:
“tiap perbuatan melangar hukum yang membawa kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”
22. Bahwa kerugian yang diderita PARA PENGGUGAT adalah sebagai
berikut:
a. Kerugian PENGGUGAT I
- Kerugian Materil PENGGUGAT I adalah benda milik telah dijual
melalui lelang berupa 1 (satu) bidang tanah berikut bangunan
rumah tinggal diatasnya yang berlokasi di Jalan Patal Senayan II

Halaman 7 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


No 1 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, seluas 616
M2 (enam ratus enam belas meter persegi) sebagaimana
sertipikat hak milik No. 02341/Kel. Grogol Utara. Apabila
berdasarkan nilai harga pasar wajar yang PENGGUGAT I
survey lingkungan objek lelang tersebut berada maka nilainya
sebesar Rp 70.000.000.000,- (tujuh puluh milyar rupiah);
- PENGGUGAT I juga mengalami kerugian Imateril karena telah
mengalami keresahan dan kecemasan serta ketakutan beserta
keluarga yang menempati objek lelang, selain itu nama baik
PENGGUGAT I menjadi buruk akibat pengumuman lelang yang
disiarkan oleh TERGUGAT I dan TERGUGAT II. Untuk itu patut
kiranya TERGUGAT I dan TERGUGAT II secara tanggung
renteng dihukum untuk mengganti kerugian Imateril sebesar Rp
50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah)
b. Kerugian PENGGUGAT II
- Kerugian Materil PENGGUGAT II adalah nilai seluruh
pembayaran yang telah disetorkan kepada TERGUGAT I
sebagai pelunasan sebagaimana penawaran yang disampaikan
TERGUGAT I yaitu sebesar Rp 13.000.000.000,- (tiga belas
milyar rupiah) karena tidak dijadikan pembayaran pelunasan
oleh TERGUGAT I
23. Bahwa agar TERGUGAT I dan TERGUGAT II tidak menghindar dari
kewajiban hukumnya kepada PARA PENGGUGAT untuk melaksanakan
putusan secara sukarela, maka mohon Majelis Hakim menghukum
TERGUGAT I dan TERGUGAT II masing-masing untuk membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per
hari dalam hal PARA TERGUGAT lalai memenuhi isi putusan perkara a
quo sejak tanggal putusan perkara ini berkekuatan hukum tetap;
24. Bahwa karena gugatan a quo didasarkan pada bukti-bukti yang sah dan
tidak dapat disangkal kebenarannya oleh siapapun sebagaimana
ketentuan Pasal 180 HIR, maka PARA PENGGUGAT mohon agar
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dapat menjatuhkan putusan yang
dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun ada verzet, banding,
kasasi ataupun upaya hukum lainnya (Uit Voerbaar Bij Vooraad) dari
TERGUGAT.

V. TUNTUTAN PARA PENGGUGAT

Halaman 8 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Berdasarkan alasan dan fakta-fakta yang telah diuraikan tersebut di atas,
mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat cq Majelis Hakim
pemeriksa perkara ini untuk memberi putusan dengan amar putusan sebagai
berikut

DALAM PROVISI

1. Memerintahkan TURUT TERGUGAT I untuk menunda pengosongan Objek


Lelang hingga perkara gugatan ini berkekuatan hukum tetap;
2. Memerintahkan TURUT TERGUGAT II untuk tidak melakukan /tidak berbuat
suatu tindakan memproses balik nama kepemilikan terhadap Sertipikat Hak
Milik No. 02341/Kel. Grogol Utara.
DALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya;


2. Menyatakan TERGUGAT I telah melakukan PERBUATAN MELAWAN
HUKUM dalam mengajukan permohonan lelang sebagaimana surat No
SK/006/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022 perihal Permohonan
Penetapan Tanggal Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan Surat Pengantar
SKPT (Jaminan Debitur a.n Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing
(Binsar LT. Lumbantobing) dan PT. Indodrill Bumi Perkasa);
3. Menyatakan TERGUGAT II telah melakukan PERBUATAN MELAWAN
HUKUM dalam melaksanakan lelang eksekusi Hak Tanggungan atas
bidang tanah berikut bangunan (Objek Lelang) milik PENGGUGAT I
sebagaimana Penetapan Lelang Nomor: S-15KNL.0705/2022 tanggal 07
Maret 2022;
4. Menyatakan pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan yang
dilaksanakan di KPKNL Jakarta V (TERGUGAT II) atas permohonan
TERGUGAT I berdasarkan Penetapan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan
Nomor: S-15KNL.0705/2022 tanggal 07 Maret 2022 terhadap objek lelang
berupa1 (satu) bidang tanah berikut bangunan rumah tinggal diatasnya
yang berlokasi di Jalan Patal Senayan II No 1 Kelurahan Grogol Utara,
Kecamatan Kebayoran Lama, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI
Jakarta, seluas 616 M2 (enam ratus enam belas meter persegi)

Halaman 9 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


sebagaimana sertipikat hak milik No. 02341/Kel. Grogol Utara, terdaftar atas
nama Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing;
Adalah tidak sah dan tidak mengikat;
5. Menyatakan perbuatan TERGUGAT II yang tetap melaksanakan lelang
eksekusi terhadap Objek Lelang yang belum waktunya untuk dilakukan
pelelangan (Premature) adalah merupakan PERBUATAN MELAWAN
HUKUM;
6. Menyatakan Penetapan/pernyataan yang dikeluarkan oleh TERGUGAT II
mengenai hasil pelaksanaan lelang tehadap objek lelang
Adalah tidak sah dan tidak mengikat
7. Menyatakan kerugian Materil PARA PENGGUGAT sebesar Rp
83.000.000.000,- (delapan puluh tiga milyar rupiah) dengan rincian
perhitungan nilai pasaran Objek Lelang milik PENGGUGAT I sebesar Rp.
70.000.000.000,- (tujuh puluh lima milyar rupiah) dan nilai pembayaran yang
telah dilakukan PENGGUGAT II sebesar Rp. 13.000.000.000 (tiga belas
milyar rupiah) serta kerugian Imateriel PENGGUGAT I sebesar Rp.
50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah);
8. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II secara tanggung renteng
untuk membayar kerugian baik Materiel dan Imateriel kepada PARA
PENGGUGAT dalam perkara ini sejumlah 133.000.000.000,- (seratus tiga
puluh tiga milyar rupiah);
9. Memerintahkan TURUT TERGUGAT I dan TURUT TERGUGAT II untuk
tunduk dan patuh terhadap putusan;
10. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II untuk membayar biaya
perkara secara tanggung renteng;
Atau apabila Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat cq. Yang Mulia Majelis
yang memeriksa perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk


Penggugat, Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat I hadir Kuasanya
sebagaimana tersebut diatas, sedangkan Turut Tergugat II tidak hadir atau
menyuruh orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya meskipun menurut
Berita Acara Panggilan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst, masing masing
tertanggal 28 Juni 2022, tanggal 11 Juli 2022 dan tanggal 21 Juli 2022 yang
telah dibacakan di sidang, telah dipanggil dengan patut sedangkan tidak
ternyata bahwa ketidakhadirannya itu disebabkan oleh alasan yang sah;

Halaman 10 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian
diantara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1
Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk Heneng
Pujadi, S.H., M.H., Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sebagai
Mediator;
Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 14 September
2022, upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;
Menimbang, bahwa oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan
dengan pembacaan surat gugatan yang isinya tetap dipertahankan oleh
Penggugat;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat I
memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

OPENING STATEMENT (PERNYATAN PEMBUKAAN)

Kedudukan dan fungsi Bank sebagai lembaga keuangan yang bergerak dalam
bidang perkreditan turut berpengaruh dalam menentukan lancar tidaknya arus
lalu lintas moneter yang diperlukan dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Sebagai salah satu lembaga keuangan yang melepaskan dananya kepada


masyarakat, Bank berharap untuk memperoleh keuntungan berupa bunga dari
kredit yang disalurkannya. Harapan akan terwujud dan menjadi kenyataan,
apabila Bank bertindak hati-hati, bukan saja dalam menentukan siapa yang
patut diberi kredit dan berapa besarnya kredit yang diberikan, Bank juga harus
menjaga bahwa perjanjian yang dibuat dengan debiturnya itu tidak cacat hukum
dan memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Apabila Bank sejak dini
sudah bertindak hati-hati, dapatlah diharapkan, bahwa kredit yang diberikan
kepada debiturnya itu terjamin pengembaliannya, yaitu dikembalikan sebelum
atau tepat pada waktunya.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun masih saja terjadi adanya
kredit macet. Perilaku debitur atau pihak ketiga lainnya yang berusaha untuk
mengelak mengembalikan kredit yang telah diterima atau dengan segala akal
busuknya berusaha menghambat pengembalian kredit yang telah diterimanya,
antara lain dengan menggunakan upaya hukum biasa dan upaya hukum luar

Halaman 11 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


biasa, sebagaimana dilakukan oleh PARA PENGGUGAT sebagaimana dalam
perkara gugatan Perbuatan Melawan Hukum a quo.

Agar dapat lebih memudahkan dan memahami latar belakang permasalahan


gugatan perlawanan yang diajukan PARA PENGGUGAT terhadap TERGUGAT
I, mohon berkenan Yang Mulia Majelis Hakim Yang Terhormat memberikan ijin
kepada TERGUGAT I menyampaikan duduk permasalahan dengan uraian
sebagai berikut :

1. Bahwa PENGGUGAT I telah menyepakati Akta Perjanjian Kredit No. 190


tanggal 29 Juni 2016 yang dibuat di hadapan Ny. Herlina Tobing
Manullang, S.H., Notaris di Jakarta untuk fasilitas kredit berupa Fasilitas
Kredit Pemilikan Rumah (PKR) pinjaman pokok senilai Rp\ 24.600.000.000
(dua puluh empat milyar enam ratus juta rupiah) yang digunakan untuk
Refinancing, dengan jangka waktu selama 144 (seratus empat puluh empat)
bulan yaitu sampai dengan tanggal 20 Juni 2018. Atas fasilitas kredit
tersebut, PENGGUGAT I memberikan jaminan kepada TERGUGAT I
berupa:
- Tanah dan Bangunan berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 2341/Grogol
Utara Kecamatan Kebayoran Lama, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi
DKI Jakarta, atas nama Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing,
seluas 616 m2, dipasang Hak Tanggungan berdasarkan:
a. Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama) No. 6771/2016 atas
nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL,
Tbk.) senilai Rp. 29.520.000.000 (dua puluh Sembilan milyar lima
ratus dua puluh juta rupiah);
b. Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat II (Kedua) No. 4468/2017 atas
nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL,
Tbk.) senilai Rp 3.300.000.000 (tiga milyar tiga ratus juta rupiah);
c. Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat III (Ketiga) No. 0709/2018 atas
nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL,
Tbk.) senilai Rp 4.854.050.000 (empat milyar delapan ratus lima puluh
empat juta lima puluh ribu rupiah);
Atas perjanjian tersebut terdapat komponen kewajiban pembayaran adalah
sebagai berikut:
a. Bunga sebesar 13% (tiga belas per seratus) per
tahun dari fasilitas Kredit Pemilikan Rumah yang
dipergunakan oleh Debitor harus dibayar tiap bulan

Halaman 12 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


bersama dengan angsuran pokok fasilitas Kredit
Pemilikan Rumah sesuai dengan jadwal Angsuran;
b. Provisi sebesar 1% (satu per seratus) flat dari jumlah
fasilitas kredit;
c. Biaya administrasi sebesar Rp 24.600.000 (dua puluh
empat juta enam ratus ribu rupiah) atas fasilitas yang
telah diterima dan wajib dibayar pada saat
penandatanganan perjanjian kredit;
d. Denda keterlambatan pembayaran angsuran sebesar
5% (lima per seratus) perbulan dari jumlah angsuran
yang terlambat dibayar;
e. Pelunasan fasilitas kredit sebelum jatuh tempo kredit
dikenakan denda sebesar 2% (dua per seratus) dari
jumlah outstanding.
2. Bahwa PENGGUGAT II telah menyepakati Akta Perjanjian Kredit No. 150
tanggal 21 Desember 2017 yang dibuat di hadapan Ny. Herlina Tobing
Manullang, S.H., Notaris di Jakarta untuk fasilitas kredit berupa Fasilitas
Fixed Loan (Fasilitas FL) pinjaman pokok senilai Rp 8.500.000.000 (delapan
milyar lima ratus juta rupiah) yang digunakan untuk Investasi dengan jangka
waktu selama 60 (enam puluh) bulan yaitu sampai dengan 21 Juli 2022. Atas
fasilitas kredit tersebut, PENGGUGAT II memberikan jaminan kepada
TERGUGAT I berupa :
a. Tanah dan Bangunan berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 2341/Grogol
Utara Kecamatan Kebayoran Lama, Kotamadya Jakarta Selatan,
Provinsi DKI Jakarta, atas nama Binsar Lambok Tumonggotua Lumban
Tobing, seluas 616 m2, dipasang Hak Tanggungan berdasarkan: (i)
Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama) No. 6771/2016 atas
nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk.)
senilai Rp. 29.520.000.000 (dua puluh Sembilan milyar lima ratus dua
puluh juta rupiah); (ii) Sertifikat Hak Tanggugangan Peringkat II (Kedua)
No. 4468/2017 atas nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA
INTERNASIONAL, Tbk.) senilai Rp 3.300.000.000 (tiga milyar tiga ratus
juta rupiah); (iii) Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat III (Ketiga) No.
0709/2018 atas nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA GRAHA
INTERNASIONAL, Tbk.) senilai Rp 4.854.050.000 (empat milyar delapan
ratus lima puluh empat juta lima puluh ribu rupiah).
b. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 337/Cibeureum

Halaman 13 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, atas
nama Roedy M Panggabean, seluas 940 m2 atas nama Roedy M.
Panggabean, dipasang Hak Tanggungan berdasarkan Sertifikat Hak
Tanggungan Peringkat I (Pertama) No. 11300/2017 dan Peringkat II
(Kedua) No. 3421/2018 keduanya atas nama TERGUGAT I (PT BANK
ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk.);
c. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Milik No. 1253/Cibeureum
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, atas
nama Roedy M Panggabean, seluas 1.370 m2, dipasang Hak
Tanggungan berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I
(Pertama) No. 11300/2017 atas nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA
GRAHA INTERNASIONAL, Tbk.;
d. Sebidang tanah berdasarkan Sertifikat Hak Miik No. 1141/Babura
Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara,
atas nama Mawar Lumban Tobing Panggabean, seluas 881 m2,
dipasang Hak Tanggungan berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan
Peringkat I (Pertama) No. 123362/2017 dan Peringkat II (Kedua) No.
18191/2018 keduanya atas nama TERGUGAT I (PT BANK ARTHA
GRAHA INTERNASIONAL, Tbk.);
Atas perjanjian tersebut terdapat komponen kewajiban pembayaran adalah
sebagai berikut:
a. Bunga sebesar 13,5% (tiga belas koma lima per
seratus) per tahun dari fasilitas kredit yang
dipergunakan oleh Debitor wajib dibayar tiap bulan
bersama dengan angsuran pokok fasilitas kredit
sesuai dengan jadwal Angsuran;
b. Provisi sebesar 1% (satu per seratus) dari nilai fasilitas
dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian
kredit;
c. Biaya administrasi sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah) dibayarkanpada saat penandatanganan
perjanjian kredit;
d. Denda keterlambatan pembayaran angsuran sebesar 5%
(lima per seratus) per bulan;
e. Pelunasan fasilitas kredit sebelum jatuh tempo kredit
dikenakan denda sebesar 0% dari jumlah outstanding.

Halaman 14 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


3. Bahwa PENGGUGAT II telah menyepakati Akta Perjanjian Kredit No. 77
tanggal 21 Desember 2017 yang dibuat di hadapan Ny. Herlina Tobing
Manullang, S.H., Notaris di Jakarta untuk fasilitas kredit berupa Fasilitas
Revolving Loan (Fasilitas RL) pinjaman pokok senilai Rp 4.500.000.000
(empat milyar lima ratus juta rupiah) yang digunakan untuk Modal Kerja
dengan jangka waktu selama 12 (dua belas) bulan yaitu sampai dengan 21
Desember 2018. Jaminan yang diberikan sebagaimana objek jaminan
sebelumnya dan komponen kewajiban yang sama sebagaimana diatur
dalam perjanjian sebelumnya;
4. Bahwa berdasarkan Perjanjian Kredit dan dokumen agunan berupa
Sertifikat Hak Tanggungan yang dimiliki oleh TERGUGAT I, sudah jelas
terbukti bahwa status dan kedudukan TERGUGAT I adalah merupakan
KREDITUR SEPARATIS PEMEGANG HAK TANGGUNGAN, yang
dilindungi hak-nya oleh peraturan perundang-undangan untuk
mendapatkan pelunasan atas setiap fasilitas kredit yang telah
diberikan oleh TERGUGAT I kepada Penggugat

5. Bahwa PARA PENGGUGAT gagal melakukan pembayaran atas utangnya


dengan rincian jumlah keseluruhan hutang pokok ditambah bunga dan
biaya-biaya lainnya yang timbul daripadanya dan wajib dibayar oleh PARA
PENGGUGAT kepada TERGUGAT I, dimana Jumlah hutang PARA
PENGGUGAT akan terus bertambah karena bunga dan biaya-biaya yang
timbul karenanya sampai seluruh hutang PARA PENGGUGAT dibayar
lunas;

6. Bahwa PENGGUGAT I juga telah menjaminkan jaminan pribadinya


berdasarkan Akta Perjanjian Pemberian Jaminan Pribadi No. 83 tanggal 21
Desember 2017 yang dibuat di hadapan Ny. Herlina Tobing Manullang,
S.H., Notaris di Jakarta;

7. Bahwa sejak PARA PENGGUGAT tidak mampu / menunggak melakukan


pembayaran angsuran kredit yang diterimanya secara tertib sesuai yang
diperjanjikan yaitu:
a. PENGGUGAT I menunggak sejak 29 Desember 2017, sebagai upaya
TERGUGAT I telah menegur berulangkali memberikan surat peringatan
kepada PENGGUGAT I agar segera membayar kewajiban hutangnya
sebagai berikut :

Halaman 15 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


 Surat Teguran No. SK/829/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 06 Februari
2018 yang diterima oleh Sdri. Lisbeth;
 Surat Peringatan I (Satu) No. SK/830/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal
12 Februari 2018 yang diterima oleh Sdri. Lisbeth;
 Surat Peringatan II (Dua) No. SK/831/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal
18 Februari 2018 yang diterima oleh Sdri. Lisbeth;
 Surat Peringatan III (Tiga) No. SK/832/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal
24 Februari 2018 yang diterima oleh Sdri. Lisbeth.
b. PENGGUGAT II menunggak sejak 21 Maret 2018, sebagai upaya
TERGUGAT I telah menegur berulangkali memberikan surat peringatan
kepada PENGGUGAT II agar segera membayar kewajiban hutangnya
sebagai berikut:
 Surat Peringatan I (Satu) No. SK/834/BAGI-BOGOR/III/2018 tanggal
29 Maret 2018;
 Surat Peringatan II (Dua) No. SK/056/BAGI-BOGOR/IV/2018 tanggal
07 April 2018;
 Surat Peringatan III (Tiga) No. SK/156/BAGI-BOGOR/IV/2018 tanggal
13 April 2018;
7. Berdasarkan Akta Perjanjian Kredit No. 190 tanggal 29 Juni 2016, Akta
Perjanjian Kredit No. 77 tanggal 21 Desember 2017 dan Akta Perjanjian
Kredit No. 150 tanggal 21 Desember 2017 dibuat dihadapan Ny. Herlina
Tobing Manullang, S.H., Notaris di Jakarta, bahwa pada Pasal 8 (8.3)
sudah dijelaskan yaitu:
“Apabila Debitor dan/atau Penjamin tidak dapat atau lalai memenuhi
kewajibannya (mereka) sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian Kredit ini dan/atau perubahan/tambahannya, perjanjian
pemberian jaminan atau dokumen-dokumen lain sehubungan dengan
Perjanjian Kredit ini, baik yang akan ada maupun yang akan dibuat di
kemudian hari, maka Bank berhak dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, untuk langsung menjual harta
benda yang dijaminkan oleh Debitor dan/atau Penjamin kepada
Bank baik dibawah tangan maupun di muka umum (secara lelang)
dengan harga dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank..”
8. Namun demikian, walaupun telah ditegur berulang kali sebagaimana
dijelaskan dalam angka 7 (tujuh) di atas, maka telah terbukti dengan jelas
bahwa PARA PENGGUGAT telah ingkarjanji “wanprestasi” (ingkar janji)
berdasarkan Pasal 1238 jo. Pasal 1131 KUHPerdata;

Halaman 16 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Pasal 1238 KUHPerdata menyatakan bahwa:
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri,
ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan”

Lebih lanjut, Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan bahwa:

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak


bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

9. Bahwa berdasarkan perincian hutang PARA PENGGUGAT Per tanggal 01


April 2022 dapat kami sampaikan :
Uraian Binsar Lambok TL. TobingPT Indodrill Bumi Perkasa
(Rp) (Rp)
Total Kewajiban 36.851.760.059,82 18.303.282.311,00

10. Bahwa oleh karenanya PENGGUGAT I telah menyepakati dengan peralihan


agunan melalui mekanisme Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebagai
upaya TERGUGAT I berdasarkan :
a Akta Kuasa Untuk Menjual No. 123 tanggal 26 Februari 2019
dibuat di hadapan Emmy Halim, SH., Mkn., Notaris di Jakarta
Barat;
b Akta Perjanjian Pengosongan No. 124 tanggal 26 Februari 2019
dibuat di hadapan Emmy Halim, SH., Mkn., Notaris di Jakarta
Barat;

11. Selanjutnya untuk memperoleh hak atas pelunasan dari kewajiban


pembayaran hutang dari PARA PENGGUGAT, maka TERGUGAT I
mengajukan Permohonan Eksekusi Hak Tanggungan Peringkat I atas
OBJEK JAMINAN melalui KPKNL Jakarta V (TERGUGAT II);
Demikian uraian TERGUGAT I mengenai deskripsi latar belakang
permasalahan ini, dengan harapan uraian ini dapat meletakkan duduk
permasalahan secara proporsional dan memudahkan Yang Terhormat Majelis
Hakim Perkara No. 356/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Pst Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dalam memeriksa dan memutus perkara ini.
Oleh karenanya, kami mohon agar Majelis Hakim Yang Terhormat bisa secara
arif dan bijaksana untuk mengambil sikap secara tegas dalam memutuskan dan

Halaman 17 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


menyatakan Perjanjian-Perjanjian Pokok serta Perjanjian ikutan (accesoir)
dalam perkara ini, yang mana telah disepakati oleh Para Pihak haruslah
dihormati dan dijalankan sebagai undang-undang oleh para Pihak sesuai asas
universal “Pacta Sunt Servanda”. Kami percaya bahwa Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dapat membuktikan bahwa PARA
PENGGUGAT tidak dapat menjadikan pengadilan sebagai sarana untuk
menghindari atau lari dari segala tanggung jawabnya untuk mematuhi isi
kesepakatan bersama atau suatu sarana untuk me-legitimasi tindakannya untuk
tidak melaksanakan kewajibannya. Seluruh perjanjian yang telah disepakati,
diakui dan dijalankan selama ini oleh PARA PENGGUGAT haruslah dihormati
dan dijalankan sebagai undang-undang oleh PARA PENGGUGAT dengan
berlandaskan adanya itikad baik.

Untuk selanjutnya TERGUGAT I menyampaikan Eksepsi dan Jawaban


terhadap gugatan dalam Perkara No. 356/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Pst., yang
terdaftar dalam register Keperdataan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal
24 Juni 2022, sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :
A. EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF
PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG
SECARA RELATIF MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA A QUO

1. Bahwa TERGUGAT I menolak seluruh dalil PARA PENGGUGAT dalam


Gugatan a quo yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara
a quo dengan mendasarkan pada ketentuan Akta Perjanjian Kredit
Pemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016 yang dibuat di hadapan
Notaris Ny. Herlina Tobing Manullang, S.H., Notaris di Jakarta (“Perjanjian
Kredit”);
2. Bahwa PARA PENGGUGAT telah keliru dalam mengajukan Gugatan a
quo melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena pokok permasalahan
dalam perkara a quo berada pada tahap penyelesaian kredit bermasalah
melalui lelang eksekusi Objek Hak Tanggungan sebagai upaya
penyelesaian kewajiban PARA PENGGUGAT, dimana proses lelang
eksekusi terhadap Objek Hak Tanggungan telah selesai dilaksanakan

Halaman 18 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


melalui perantaraan KPKNL Jakarta V sebagaimana dinyatakan dalam
Risalah Lelang No. RL-250/29/2022 tanggal 6 April 2022;
3. Bahwa PARA PENGGUGAT telah memberikan jaminan berupa Sertifikat
Hak Milik Nomor 2341/Grogol Utara, sebagaimana diuraikan dalam Surat
Ukur tertanggal 30 Desember 2004 Nomor 02030/2004, seluas 616 m 2
(enam ratus enam belas meter persegi), yang berlokasi di Jalan Patal
Senayan II No.1, Kel. Grogol Utara, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan (“Objek Hak Tanggungan”) yang telah dibebankan Hak
Tanggungan Peringkat Pertama dan Peringkat Kedua dengan keterangan
sebagai berikut:
a. Hak Tanggungan Peringkat Pertama, dengan nilai tanggungan
sebesar Rp29.520.000.000,- (dua puluh sembilan miliar lima ratus dua
puluh juta rupiah) berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan Nomor:
6771/2016 tanggal 8 November 2016 yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan Akta
Pemberian Hak Tanggungan Nomor: 99/2016 tanggal 19 Oktober
2016 yang dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah Ny. Herlina
Tobing Manullang, S.H. (“APHT No.99/2016”); dan
b. Hak Tanggungan Peringkat Kedua, yang merupakan jaminan atas 2
(dua) utang dari hubungan hukum yang berbeda, yaitu utang
Penggugat berdasarkan Akta Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah No.
190 tanggal 29 Juni 2016 dan utang PENGGUGAT II (PENGGUGAT I
selaku pemegang saham) berdasarkan Akta Perjanjian Kredit No. 150
tanggal 20 Juni 2017, dengan nilai tanggungan atas kedua utang
tersebut sebesar Rp3.300.000.000,- (tiga miliar tiga ratus juta rupiah)
berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan Nomor: 4468/2017 tanggal 7
Agustus 2017 yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota
Administrasi Jakarta Selatan, dan Akta Pemberian Hak Tanggungan
Nomor: 44/2017 tanggal 20 Juni 2017 yang dibuat di hadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah Ny. Herlina Tobing Manullang, S.H. (“APHT
No.44/2017”).
4. Bahwa PARA PENGGUGAT dan TERGUGAT I dalam APHT No.99/2016
dan APHT No.44/2017 telah menyepakati Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan sebagai pilihan domisili hukum guna menyelesaikan
permasalahan yang timbul berkaitan dengan Objek Hak Tanggungan a
quo sebagaimana diatur dalam Pasal 4 APHT No.99/2016 dan Pasal 4
APHT No.44/2017 yang mengatur sebagai berikut:

Halaman 19 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


“Para pihak dalam hal-hal mengenai Hak Tanggungan tersebut di atas
dengan segala akibatnya memilih domisili pada Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di Jakarta.”
Ketentuan mengenai kompetensi relatif Pengadilan Negeri dalam
memeriksa perkara berdasarkan pilihan hukum yang disepakati para pihak
telah diatur dalam Pasal 118 ayat (4) Reglemen Indonesia yang
Diperbaharui / Herzien Indlandsch Reglement (“HIR”) sebagai berikut:
“Bila dengan surat sah dipilih dan ditentukan suatu tempat berkedudukan,
maka Penggugat, jika ia suka, dapat memasukkan surat gugat itu kepada
Ketua Pengadilan Negeri dalam daerah hukum siapa terletak tempat
kedudukan yang dipilih itu.”
5. Bahwa mengingat Gugatan a quo diajukan oleh Penggugat berada pada
tahap penyelesaian kredit bermasalah, serta dengan mempertimbangkan
fakta hukum telah selesainya lelang eksekusi terhadap Objek Hak
Tanggungan yang dilakukan oleh KPKNL Jakarta V, maka PARA
PENGGUGAT seharusnya mengajukan Gugatan a quo melalui
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sesuai domisili hukum
yang dipilih oleh Penggugat dan Tergugat dalam APHT No. 99/2016 dan
PHT No. 44/2017. Selain itu, dengan pertimbangan bahwa Objek Hak
Tanggungan yang telah dilakukan lelang eksekusi merupakan benda tetap
/ tidak bergerak, maka sesuai Asas Forum Rei Sitae Gugatan a quo
seharusnya diajukan melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan karena objek sengketa terletak di Jalan Patal Senayan II No. 1,
RT 001 RW 07, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta yang termasuk dalam wilayah hukum Kota
Administrasi Jakarta Selatan;
6. Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas, PARA PENGGUGAT telah
keliru dalam mengajukan Gugatan a quo kepada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara a quo, dan karenanya Tergugat mohon kepada Majelis Hakim
Yang Terhormat untuk mengabulkan ekseksi kompetensi relatif yang
diajukan Tergugat dengan menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo.
B. GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL)
PETITUM GUGATAN MENCAMPURADUKAN 2 (DUA) DOMAIN
PENGADILAN YANG BERWENANG UNTUK MEMUTUS PERKARA DALAM

Halaman 20 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


SATU GUGATAN, YAKNI PENCAMPURADUKAN KEWENANGAN
PENGADILAN NEGERI DAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA.
KARENA DISATU SISI PETITUM GUGATAN MEMINTA PEMBATALAN
SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN (PRODUK KTUN) YANG MERUPAKAN
KEWENANGAN PTUN, SEDANGKAN DISISI LAIN PETITUM GUGATAN
JUGA MEMINTA AGAR TERGUGAT DINYATAKAN MELAKUKAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) YANG MERUPAKAN
KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI. JELAS BAHWA GUGATAN A QUO
MENGANDUNG CACAT FORMIL OBSCUUR LIBEL.

1 Bahwa suatu gugatan diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh
adanya perbuatan hukum dari pihak lain, namun mencermati dalil-dalil
gugatan perbuatan melawan hukum a quo, PARA PENGGUGAT tidak
jelas dan mampu membuktikan unsur-unsur perbuatan hukum
manakah yang telah dilanggar oleh TERGUGAT I, karena memang
secara hukum pelelangan jaminan kredit yang dilakukan oleh
TERGUGAT I dibenarkan oleh undang-undang yang dikarenakan
PARA PENGGUGAT tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
TERGUGAT I;
2 Bahwa apabila PARA PENGGUGAT keberatan terhadap lelang
jaminan PARA PENGGUGAT, seharusnya PARA PENGGUGAT
mengajukan gugatan perlawanan a quo melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara.
Dengan demikian, berdasarkan dalil-dalil yang telah disampaikan di atas,
maka telah terbukti gugatan PARA PENGGUGAT kepada TERGUGAT I
adalah terbukti kabur/tidak jelas (obscuur libel), oleh karenanya gugatan
PENGGUGAT tersebut harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima.

C. GUGATAN PELAWAN TIDAK BERDASARKAN HUKUM SERTA TIDAK


MEMENUHI SYARAT MATERIIL DARI GUGATAN
Bahwa berdasarkan dalil-dalil gugatan perlawanan, secara jelas dan terang
gugatan perlawanan a quo tidak mempunyai landasan hukum yang cukup,
oleh karena gugatan tidak berdasar hukum serta tidak memenuhi syarat
materiil sebuah gugatan, sehingga gugatan patut untuk tidak diterima (niet
ontvankelijke verklaard)

Halaman 21 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


D. PENGGUGAT ADALAH PENGGUGAT YANG BERITIKAD BURUK
1. Bahwa pada dasarnya PARA PENGGUGAT telah mengetahui adanya
suatu risiko yang akan dihadapi apabila PARA PENGGUGAT dalam
melaksanakan pembayaran kewajibannya macet, tentunya TERGUGAT I
akan melakukan upaya akhir berupa Eksekusi Hak Tanggungan terhadap
jaminan yang telah diberikan;
2. Bahwa PARA PENGGUGAT telah mengajukan beberapa kali gugatan
kepada TERGUGAT I diantaranya :
2.1. PENGGUGAT I telah mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan
Hukum kepada TERGUGAT I dalam register Perkara Perdata No.
692/Pdt.G/2020/PN.Jkt.Sel tanggal 27 Agustus 2020 di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan dengan Para Pihak antara PT Indodrill Bumi
Perkasa selaku Penggugat I, dan Binsar Lambok TL. Tobing selaku
Penggugat II, melawan PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk.,
selaku Tergugat. Atas perkara tersebut telah diputus oleh Majelis
Hakim dengan ammar putusan sebagai berikut :

MENGADILI:

Dalam Provisi.

Menyatakan tuntutan provisi ditolak;

Dalam eksepsi.

Menyatakan eksepsi Tergugat ditolak.

Dalam pokok perkara.

Menyatakan gugatan para Penggugat tidak dapat diterima (niet


onvankelijke verklaard) ;

Menghukum para Penggugat untuk membayar biaya perkara


sejumlah Rp.653.000,00 (enam ratus lima puluh tiga ribu rupiah)

2.2. Bahwa PENGGUGAT I telah mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan


Hukum kepada TERGUGAT I dalam register Perkara Perdata No.
702/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel tanggal 20 Agustus 2021di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan dengan Para Pihak antara Binsar Lambok TL.
Tobing selaku Penggugat, melawan PT Bank Artha Graha

Halaman 22 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Internasional, Tbk., selaku Tergugat. Atas perkara tersebut telah
diputus oleh Majelis Hakim dengan ammar putusan sebagai berikut :

MENGADILI :

1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi kompetensi Relatif Tergugat


;

2. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak


berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut ;

3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar


Rp.645.000 (enam ratus empat puluh lima ribu rupiah);

2.3. PENGGUGAT I juga telah Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kepada


TERGUGAT I dalam register Perkara Perdata No.
978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel tanggal 02 November 2021 di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan dengan Para Pihak antara PT Indodrill Bumi
Perkasa selaku Penggugat, melawan PT Bank Artha Graha
Internasional, Tbk., selaku Tergugat. Atas perkara tersebut telah
diputus oleh Majelis Hakim dengan ammar putusan sebagai berikut :

MENGADILI

Mengabulkan eksepsi Tergugat ;

Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak berwenang


mengadili Perkara No. 978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel ;

Membebankan biaya perkara kepada Penggugat sebesar Rp.


645.000,- (enam ratus empat puluh lima ribu rupiah);

2.4. Banhwa PENGGUGAT I telah mengajukan Gugatan Perbuatan


Melawan Hukum kepada TERGUGAT I di Pengadilan Negeri Bogor
dalam register Perkara No. 38/Pdt.G/2022/PN.Bgr tanggal 24
Februari 2022 dengan Para Pihak antara Binsar Lambok TL. Tobing
selaku Penggugat, melawan PT Bank Artha Graha Internasional,
Tbk., selaku Tergugat. Atas perkara tersebut telah diputus oleh
Majelis Hakim dengan ammar putusan sebagai berikut :

MENGADILI:

DALAM KONVENSI:

Halaman 23 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


- Menolak tuntutan provisi untuk seluruhnya;

DALAM EKSEPSI:

- Mengabulkan eksepsi Tergugat tentang Gugatan Kabur/Tidak Jelas

(Obscuur Libel)

DALAM POKOK PERKARA:

- Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet


Onvankelijk

Verklaard);

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah

Rp440.000,00

2.5. PENGGUGAT I Gugatan kemudian mengajukan Gugatan Perbuatan


Melawan Hukum kepada TERGUGAT I di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dengan register No. 225/Pdt.G/2022/PN.Jkt. Pst tanggal 21
April 2022 antara Binsar Lambok TL. Tobing selaku Penggugat,
melawan PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk., selaku Tergugat.
Namun gugatan tersebut dicabut oleh Penggugat dan telah
dikeluarkan Penetapan Pencabutan Perkara pada tanggal 15 Juni
2022

3. Bahwa berdasarkan point 2 (dua) tersebut diatas, PARA PENGGUGAT


nampaknya beritikat buruk, untuk mengharapkan keluarnya putusan-
putusan Hakim yang sekiranya dapat menguntungkan PENGGUGAT. Pada
hal setiap Eksekusi Hak Tanggungan, yang kemudian diteruskan dengan
pelelangan dilaksanakan sama seperti Eksekusi Putusan Pengadilan yang
berkekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde), jadi dengan
demikian jelasnya setiap Eksekusi Lelang atas Hak Tanggungan, patut
mendapat perlindungan hukum dan kalau ini terjadi, pasti akan timbul
benturan-benturan hukum dan sangat mengganggu asas kepastian hukum,
rupanya, inilah antara lain target PARA PENGGUGAT.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam bagian Eksepsi tersebut di
atas, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
memutuskan dengan menyatakan “menolak gugatan Perbuatan Melawan

Halaman 24 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Hukum PARA PENGGUGAT atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat diterima”.

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa TERGUGAT I menolak seluruh dalil gugatan dari PARA


TERGUGAT dalam surat gugatannya kecuali yang diakui secara eksplisit
oleh TERGUGAT I;
2. Bahwa TERGUGAT I dengan ini menegaskan bahwa semua Jawaban
dalam Eksepsi diatas juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Jawaban dalam pokok perkara ini;
3. Bahwa TERGUGAT I dengan ini menolak dengan tegas seluruh dalil
yang disampaikan oleh PARA PENGGUGAT dengan alasan penolakan
sebagai berikut: TINDAKAN EKSEKUSI YANG DILAKUKAN
TERGUGAT I MURNI BUKAN MERUPAKAN PERBUATAN MELAWAN
HUKUM, KARENA TINDAKAN TERSEBUT BERSUMBER DARI
SUATU PERJANJIAN KREDIT DAN/ATAU PERJANJIAN AGUNAN
YANG TELAH DISEPAKATI OLEH TERGUGAT I DAN PARA
PENGGUGAT. DIMANA TERGUGAT I MEMILIKI HAK TERHADAP
OBJEK HAK TANGGUNGAN SELAKU KUASA DARI PEMBERI HAK
TANGGUNGAN (PENGGUGAT I) UNTUK MENDAPATKAN
PELUNASAN UTANG DARI BARANG JAMINAN YANG DIJAMINKAN
OLEH PARA PENGGUGAT KEPADA TERGUGAT I, KARENA
ADANYA PEMBERIAN FASILITAS KREDIT YANG DIBERIKAN OLEH
TERGUGAT I KEPADA PARA PENGGUGAT. SEHINGGA,
SERANGKAIAN TINDAKAN EKSEKUSI TERSEBUT BUKAN
MERUPAKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN HAK UNTUK
MELAKSANAKAN TERSEBUT JUSTRU DILINDUNGI DAN SESUAI
DENGAN UU HAK TANGGUNGAN.

4. Bahwa PARA PENGGUGAT mengajukan permohonan kepada


TERGUGAT II untuk menangguhkan/menunda pelaksanaan lelang
dikarenakan adanya perkara yang masih berjalan di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan No. 978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel dan di Pengadilan Negeri
Bogor No. 38/Pdt.G/PN.Bgr. Oleh karena itu, berdasarkan Undang-
undang Hak Tanggungan Pasal 6 dan 20 (1) yang menyatakan :
Pasal 6 :

Halaman 25 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan tersebut.”

Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan:


“Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang
Hak Tanggungan berhak untuk menjual obyek Hak Tanggungan melalui
pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi Hak
Tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan itu lebih dahulu daripada kreditor-kreditor yang lain. Sisa hasil
penjualan tetap menjadi hak pemberi Hak Tanggungan.”

Pasal 20 :

“(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan : a) hak pemegang


Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau; b) titel eksekutorial yang
terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2), objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan
umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan
hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.”

Kutipan Pasal 2 ayat 4 dan ayat 8 Akta Pemberian Hak Tanggungan No.
99/2016 tanggal 19 Oktober 2016:

Pasal 2 ayat 4 APHT:


“Jika Debitor tidak memenuhi kewajiban untuk melunasi
utangnya, berdasarkan perjanjian utang piutang tersebut di
atas, oleh Pihak Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak
Tanggungan Peringkat I (Pertama) dengan akta ini DIBERI
DAN MENYATAKAN MENERIMA KEWENANGAN, DAN

Halaman 26 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


UNTUK ITU KUASA UNTUK TANPA PERSETUJUAN
TERLEBIH DAHULU DARI PIHAK PERTAMA:
a menjual atau suruh menjual di hadapan umum secara
lelang Objek Hak Tanggungan baik seluruhnya maupun
sebagian;
b mengatur dan menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat
syarat penjualan;
c menerima uang penjualan, menandatangani dan
menyerahkan kwitasi;
d menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang
bersangkutan;
e mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau
sebagian untuk melunasi utang Debitor tersebut di atas;
f melakukan hal-hal lain yang menurut Undang-Undang dan
peraturan hukum yang berlaku diharuskan atau menurut
pendapat pihak ketiga perlu dilakukan dalam rangka
melaksanakan kuasa tersebut;”
Pasal 2 ayat 8 APHT:
“Pihak Kedua dengan akta ini diberi dan menyatakan
menerima kewenangan,dan untuk itu DIBERI KUASA, untuk,
atas biaya Pihak Pertama, MELAKUKAN TINDAKAN YANG
DIPERLUKAN UNTUK MENJAGA DAN MEMPERTAHANKAN
SERTA MENYELAMATKAN OBJEK HAK TANGGUNGAN,
JIKA HAL ITU DIPERLUKAN UNTUK PELAKSANAAN
EKSEKUSI atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau
dibatalkannya hak atas Objek Hak Tanggugan karena tidak
dipenuhinya atau dilanggarnya Undang-Undang serta jika
diperlukan mengurus perpanjangan jangka waktu dan
pembaruan hak atas tanah yang menjadi Objek Hak
Tanggungan.”
Catatan: Jelas terbukti bahwa Bank memiliki hak untuk melakukan
eksekusi ataupun pengamanan terhadap objek Hak Tanggungan karena
adanya wanprestasi dari Penggugat (debitur), dalam rangka untuk
mengamankan/melindungi nilai objek hak tanggungan dalam rangka
persiapan lelang. Penggugat sendiri telah menyetujui mengenai
ketentuan ini. Sehingga, jelas bahwa tindakan eksekusi ataupun
pengamanan terhadap objek Hak Tanggungan BUKAN MERUPAKAN

Halaman 27 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM KARENA TINDAKAN
TERSEBUT BERSUMBER DARI SUATU PERJANJIAN KREDIT
DAN/ATAU PERJANJIAN AGUNAN YANG TELAH DISEPAKATI OLEH
TERGUGAT I DAN PENGGUGAT SERTA TELAH SESUAI DAN TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN. Justru hak Tergugat dijamin oleh Undang-
Undang Hak Tanggungan selaku PENERIMA KUASA dari Pemberi Hak
Tanggungan (Penggugat sendiri) untuk melakukan eksekusi sendiri
dalam hal Penggugat wanprestasi.
5. Bahwa TERGUGAT I telah melaksanakan eksekusi lelang sesuai dengan
tata cara eksekusi lelang yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan jo. Perjanjian Kredit dan Perjanjian Agunan. Dimana
berdasarkan hasil lelang tersebut pun, Penggugat masih memiliki sisa
utang kepada TERGUGAT I yang belum terpenuhi dari hasil
penjualan lelang (akan tetap ditagihkan dalam forum hukum
tersendiri kepada pihak terkait). Adapun penjualan objek hak
tanggungan tersebut telah dilaksanakan melalui lelang umum resmi
melalui lembaga lelang resmi dari KPKNL cq Kementerian Keuangan RI,
sebagaimana terbukti berdasarkan:
Risalah Lelang No. RL-250/29/2022 tanggal tanggal 06 April 2022
terhadap objek lelang agunan Sertifikat Hak Milik No. 2341/Grogol
Utara, atas sebidang tanah sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur
tanggal 30 Desember 2004 nomor 02030, seluas 616 m2, terletak di
Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta, yang
terdaftar atas nama BINSAR LAMBOK TUMONGGOTUA LUMBAN
TOBING.
6. Berdasarkan ketentuan dalam Perjanjian Kredit, perjanjian agunan
maupun peraturan perundang-undangan, tindakan eksekusi ataupun
pengamanan terhadap objek Hak Tanggungan BUKAN MERUPAKAN
SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM KARENA TINDAKAN
TERSEBUT BERSUMBER DARI SUATU PERJANJIAN KREDIT
DAN/ATAU PERJANJIAN AGUNAN YANG TELAH DISEPAKATI OLEH
TERGUGAT I DAN PENGGUGAT, KARENA BANK SELAKU
PENERIMA KUASA DARI PEMBERI HAK TANGGUNGAN
(PENGGUGAT SENDIRI) UNTUK MELAKUKAN EKSEKUSI SENDIRI
DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI, SERTA TELAH SESUAI DAN
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN

Halaman 28 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


PERUNDANG-UNDANGAN. Dengan demikian, telah patut dan layak
bagi Majelis Hakim untuk menolak pokok gugatan Penggugat untuk
seluruhnya karena tidak berdasar.
7. Meskipun terdapat perkara gugatan yang diajukan oleh
PENGGUGAT SELAKU DEBITUR, pelaksanaan Lelang Hak
Tanggungan yang dilakukan oleh TERGUGAT I (BANK ARTHA
GRAHA INTERNASIONAL) SELAKU KREDITUR BUKAN
MERUPAKAN SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM, karena
TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI GUGATAN YANG DAPAT
MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN LELANG
sebagaimana jelas diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
1. Bahwa sekalipun pada saat TERGUGAT I melakukan eksekusi lelang
(penjualan umum) terdapat suatu gugatan dari DEBITUR
(PENGGUGAT) ATAUPUN PEMILIK AGUNAN, GUGATAN
TERSEBUT TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI GUGATAN
YANG DAPAT MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN
LELANG yang diselenggarakan secara resmi melalui Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) cq. Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, sebagaimana jelas diatur dalam Pasal
27 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang
dapat dikutip sebagai berikut:
Pasal 27 PMK No. 213/2020:
“(1) Dalam hal sebelum pelaksanaan lelang terhadap objek Hak
Tanggungan terdapat gugatan dari pihak lain SELAIN debitor/ pemilik
jaminan dan/ atau suami atau istri debitor/ pemilik jaminan yang
terkait kepemilikan objek yang akan dilelang, Lelang Eksekusi Pasal
6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) tidak dapat
dilaksanakan.
(2) pihak lain SELAIN debitor /pemilik jaminan dan/ atau suami atau
istri debitor/pemilik jaminan yang terkait kepemilikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a ahli waris yang sah, yang dalil gugatannya mengenai proses


pemasangan hak tanggungan dilakukan setelah pewaris

Halaman 29 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


selaku pemilik jaminan meninggal dunia disertai bukti-bukti
yang sah;
b pihak lain yang memiliki dokumen kepemilikan selain dokumen
kepemilikan yang diikat hak tanggungan; atau
c pihak yang melakukan perjanjian/perikatan jual beli notariil
sebelum pembebanan hak tanggungan.”
Catatan : Gugatan debitur (penggugat) atau pemilik agunan
tidak termasuk pada DALAM KATEGORI GUGATAN YANG DAPAT
MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN LELANG
sebagaimana yang dimaksud dalam PMK No. 213/2020.
2. Dengan demikian, terbukti bahwa meskipun terdapat perkara
gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT SELAKU DEBITUR,
pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan yang dilakukan oleh
TERGUGAT I (BANK ARTHA GRAHA) SELAKU KREDITUR
BUKAN MERUPAKAN SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM,
karena TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI GUGATAN YANG
DAPAT MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN
LELANG sebagaimana jelas diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 213/PMK.06/2020 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
5. Pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang khususnya telah
memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
Bahwa TERGUGAT I telah melaksanakan proses lelang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan dan telah diterima dengan
baik oleh KPKNL. Dimana menurut Pasal 25 Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, lelang yang telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan tidak dapat dibatalkan, yang
dapat dikutip sebagai berikut:

“Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan, tidak dapat dibatalkan”

Dengan demikian, tidak terdapat suatu perbuatan melawan hukum apapun


yang telah dilakukan oleh TERGUGAT I dalam melaksanakan proses
lelang akibat adanya wanprestasi dari PARA PENGGUGAT.

Halaman 30 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


6. Bahwa berdasarkan alasan-alasan di atas, kami mohon Yang Mulia
Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo agar mengenyampingkan
seluruh dalil-dalil PARA PENGGUGAT karena terbukti bahwa PARA
PENGGUGAT adalah merupakan PENGGUGAT yang beritikad buruk,
mohon Yang Mulia untuk menolak gugatan PARA PENGGUGAT untuk
seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan tidak dapat diterima.

Berdasarkan hal-hal sebagaimana telah kami uraikan dalam eksepsi dan dalam
pokok perkara diatas, TERGUGAT I mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus dalam Perkara No.
356/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Pst ini agar berkenan memutuskan sebagai berikut :

Dalam Eksepsi:

1. Menerima dan mengabulkan eksepsi TERGUGAT I untuk seluruhnya.


2. Menyatakan Gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat diterima (niet
onvantkelijke verklaard)

Dalam Pokok Perkara:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.


2. Menyatakan Tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum.
3. Menyatakan sah lelang eksekusi Hak Tanggungan atas sebidang tanah
beserta bangunan dengan alas hak Sertifikat Hak Milik No. 2341/ Grogol
Utara yang terletak di Jalan Patal Senayan II No. 1, Kelurahan Grogol
Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Kotamadya Jakarta Selatan Provinsi
DKI Jakarta, yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang Jakarta V (KPKNL Jakarta V) sebagaimana dinyatakan
dalam Risalah Lelang No. RL-250/29/2022 tanggal 6 April 2022.
4. Menghukum Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam
perkara ini
Atau, apabila Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
memeriksa perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(Ex Aequo Et Bono)

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat II


memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut;
1. Bahwa pokok permasalahan dalam gugatan a quo adalah sehubungan dengan
pelaksanaan lelang hak tanggungan yang dilaksanakan oleh KPKNL Jakarta V

Halaman 31 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


atas barang jaminan kredit Para Penggugat berupa 1 (satu) bidang tanah dan
bangunan yaitu Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 2341/Grogol Utara, Luas 616
m2 yang terletak di Jalan patal Senayan II No. 1, RT 001 RW 01, Kel. Grogol
Utara, Kec, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan an. Binsar Lambok
Tumonggotua Lumban (selanjutnya disebut objek sengketa).
2. Bahwa gugatan a quo diajukan dengan alasan KPKNL Jakarta V telah
melanggar ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT)
karena atas jumlah utang Para Penggugat masih dalam perselisihan nilai
utang dalam perkara No. 978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel. di PN Jakarta Selatan
dan No. 38/Pdt.G/2022/PN.Bgr. di PN Bogor. Para Penggugat menuntut
pembatalan lelang dan ganti rugi baik secara materiil maupun immateriil
sebesar Rp. 133.000.000.000,- (seratus tiga puluh tiga miliar rupiah) serta
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah).
3. Bahwa dalil-dalil Para Penggugat yang ditujukan kepada Tergugat II jelas-jelas
keliru dan tidak berdasarkan hukum, oleh karena:
3.1. Para Penggugat terbukti wanprestasi atas Akta Perjanjian Kredit
Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016, Akta Perjanjian Kredit
No. 150 tanggal 20 Juni 2017, Akta Perjanjian Kredit Nomor 77 tanggal 21
Desember 2017 dengan barang jaminan yaitu objek sengketa, dengan
adanya Surat Peringatan sebagai berikut :
a. Penggugat I in casu Binsar Lambok Tumonggotua Lumban

- Surat Teguran No. SK/829/BAGI-Bogor/II/2018;


- Surat Peringatan I No. SK/830/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 12
Februari 2018;
- Surat Peringatan II No. SK/831/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 18
Februari 2018;
- Surat Peringatan III No. SK/832/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 24
Februari 2018.
b. Penggugat II in casu PT. Indodrill Bumi Perkasa

- Surat Teguran No. SK/833/BAGI-BOGOR/III/2018 tanggal 22 Maret


2018;
- Surat Peringatan I No. SK/834/BAGI-BOGOR/III/2018 tanggal 29
Maret 2018;

Halaman 32 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


- Surat Peringatan II No. SK/056/BAGI-BOGOR/IV/2018 tanggal 7
April 2018;
- Surat Peringatan III No. SK/156/BAGI-BOGOR/IV/2018 tanggal 13
April 2018.
Dapat Tergugat II sampaikan, atas objek sengketa a quo telah diberikan
klausul jaminan silang (Cross Collateral) antara fasilitas kredit Penggugat I
dengan Penggugat II sebagaimana tertuang dalam Akta Perjanjian No.
157 tanggal 20 Juni 2017 jo. Akta Perjanjian No. 84 tanggal 21 Desember
2017, maka diantara Para Penggugat juga diberlakukan adanya klausul
wanprestasi silang (Cross Default). Oleh karena itu, dikarenakan
Penggugat I melakukan wanprestasi, maka wanprestasi itu juga berlaku
bagi Penggugat II.
3.2. Dikarenakan Para Penggugat telah dinyatakan wanprestasi dengan tidak
mematuhi isi perjanjian kredit yang telah ditandatangani dan disepakati
untuk dijalankan dengan baik, maka PT Bank Artha Graha Internasional
Tbk in casu Tergugat I selaku pemegang hak tanggungan dapat
melakukan eksekusi melalui Parate Executie dengan menjual/melelang
objek jaminan, sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Pasal 6 UUHT.
3.3. Proses lelang objek perkara a quo telah dilaksanakan berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan (UUHT) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang serta telah
disahkan dalam Risalah Lelang No. 250/29/2022 tanggal 6 April 2022
sebagai akta otentik. Oleh karena itu, dalil Para Penggugat mengenai
pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo cacat hukum dan tidak
memiliki kekuatan hukum yang mengikat adalah dalil yang sangat
mengada-ngada dan tidak benar.
3.4. Para Penggugat tidak menjelaskan dasar hukum dan perbuatan melawan
hukum yang didalilkan oleh Tergugat II, dan karenanya dalil tersebut
seharusnya dikesampingkan.
4. Bahwa guna membantah dalil-dalil Para Penggugat, maka Tergugat II akan
menyampaikan secara lengkap uraian penjelasan dalam jawaban di bawah ini.
I. DALAM EKSEPSI
1. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak seluruh dalil Para Penggugat,
kecuali terhadap apa yang diakui secara tegas kebenarannya dan Tergugat II

Halaman 33 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


tidak akan menjawab dalil-dalil yang dikemukakan oleh Para Penggugat yang
tidak berkaitan dengan tugas dan wewenang Tergugat II.
2. Eksepsi Kompetensi Relatif
2.1. Bahwa sebagaimana diketahui, pokok permasalahan perkara a quo
adalah pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo berdasarkan
permohonan lelang dari Tergugat I atas cidera jani/wanprestasi
Para Penggugat atas Akta Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah No.
190 tanggal 29 Juni 2016, Akta Perjanjian Kredit No. 150 tanggal 20
Juni 2017, Akta Perjanjian Kredit Nomor 77 tanggal 21 Desember 2017.
2.2. Bahwa setelah Tergugat II teliti dan cermati sesuai Pasal 21 Akta
Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016 jo.
Pasal 21 Akta Perjanjian Kredit No. 150 tanggal 20 Juni 2017 jo. Pasal
21 Akta Perjanjian Kredit Nomor 77 tanggal 21 Desember 2017 antara
Tergugat I selaku Kreditur dengan Para Penggugat selaku Debitur,
mengatur tentang Domisili Perjanjian Kredit yang menyatakan sebagai
berikut :

Pasal 21. Domisili Hukum


“21.1. Para Pihak dengan ini sepakat bahwa Pengadilan Negeri Bogor
di Bogor mempunyai yuridiksi yang non-ekslusif untuk memeriksa
dan memutuskan segala gugatan, tuntutan atau tundakan hukum
yang timbul berkenaan dengan Perjanjian Kredit ini…. “
2.3. Bahwa telah disepakatinya perjanjian kredit atau perikatan antara Para
Penggugat dengan Tergugat I, oleh karenanya perikatan tersebut
merupakan Undang – Undang bagi kedua belah pihak. Hal tersebut
sesuai dengan ketentuan 1338 KUHPerdata, yang mengatur sebagai
berikut:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya”.
2.4. Bahwa selain itu, sesuai dengan ketentuan Pasal 118 ayat 4 HIR,
apabila di dalam perjanjian telah diatur untuk memilih dan menetukan
tempat kedudukan pengadilan negerinya, maka seharusnya Para
Penggugat memasukan surat gugatan tersebut kepada ketua
pengadilan negeri dalam daerah hukum yang dipilih yaitu Pengadilan
Negeri Bogor.

Halaman 34 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


2.5. Bahwa dengan demikian, mengacu pada Akta Perjanjian a quo dan
Pasal 118 ayat 4 HIR di atas, dikarenakan Para Pihak telah sepakat
menunjuk Pengadilan Negeri Bogor untuk memeriksa dan memutus
segala gugatan, tuntutan atau tindakan hukum yang timbul dari Akta
Perjanjian tersebut, maka Tergugat II mohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menyatakan bahwa
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Tidak Berwenang memeriksa dan
mengadili perkara a quo karena bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, dan menuangkannya dalam
Putusan Sela.
3. Eksepsi Gugatan Para Penggugat Salah Pihak (Error in Persona)
3.1. Bahwa dasar hukum Tergugat II melaksanakan lelang eksekusi Hak
Tanggungan yang diajukan oleh Tergugat I selaku Pemohon Lelang
adalah Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan (UUHT) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
3.2. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 11 PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, KPKNL Jakarta V in casu Tergugat II
tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan oleh Tergugat I
3.3. Bahwa pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan terhadap objek
perkara a quo dilakukan atas adanya permohonan lelang eksekusi Hak
Tanggungan yang diajukan oleh Tergugat I sebagai Pemohon Lelang
sesuai Surat No. SK/006/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022 Perihal
Permohonan Penetapan Tanggal Lelang Eksekusi Hak Tanggungan
dan Pembuatan Surat Pengantar SKPT (Jaminan Debitur an. Binsar
Lambok Tumonggotua Lumban Tobing (Binsar LT. Lumbantobing) dan
PT Indodrill Bumi Perkasa.
3.4. Bahwa berdasarkan Surat Pernyataan No. SK/004/SAM/I/2022 tanggal
28 Januari 2022 yang dibuat dan ditandatangani oleh Tergugat I pada
angka 3 dan 5, menyatakan sebagai berikut :
“3. Sehubungan dengan Penjualan/Lelang Eksekusi Hak Tanggungan
sesuai butir (1) diatas, PT Bank Artha Graha Internasional Tbk.
Selaku kreditur bertanggungjawab apabila terjadi gugatan/tuntutan
perdata dan atau pidana yang terkait dengan jaminan SHM dengan
Hak Tanggungan tersebut.
5. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk./Pemohon Lelang

Halaman 35 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


bertanggung jawab penuh terhadap tuntutan ganti rugi dan/atau
dwangsom/uang paksa yang mungkin timbul dikemudian hari dan
membebaskan KPKNL/Pejabat Lelang dari segala tuntutan
pembayaran ganti rugi dan/atau dwangsom/uang paksa sebagai
akibta pelelangan objek-objek yang disebutkan dan diuraikan
secara terperinci serta dilampirkan dalam Surat Pernyataan ini.”
3.5. Bahwa selain itu, sesuai ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf k dan l PMK
No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang
menyatakan sebagai berikut :
Pasal 13
(1) Penjual bertanggung jawab terhadap :
k. gugatan perdata dan/atau tuntutan pidana serta pelaksanaan
putusannya akibat tidak dipenuhinya peraturan perundang-
undangan oleh Penjual; dan
l. tuntutan ganti rugi dan pelaksanaan putusannya termasuk uang
paksa/dwangsom, dalam hal tidak memenuhi tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf h.”
3.6. Bahwa demikian seharusnya KPKNL Jakarta V in casu Tergugat II
dikeluarkan sebagai pihak dalam perkara a quo, dan karenanya gugatan
Penggugat telah salah pihak, serta gugatan Penggugat harus
dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).
4. Eksepsi Gugatan Para Penggugat Kabur (obscuur libel)
4.1. Bahwa gugatan yang diajukan Para Penggugat adalah didasarkan
adanya perbuatan melawan hukum yang menurut Para Penggugat
dilakukan oleh Para Tergugat khususnya Tergugat II.
4.2. Bahwa sebagaimana dalam posita gugatan Para Penggugat tidak ada
satupun dalil yang menyebutkan perbuatan hukum seperti apa yang
dilakukan khususnya oleh Tergugat II yang dapat dikualifikasikan
sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1365 KUHPerdata. Tergugat II sebagai instansi Pemerintah telah
menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan sah menurut hukum, sehingga tidak ada satu pun
perbuatan Tergugat II yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum. Namun demikian, di dalam petitumnya Para
Penggugat meminta Tergugat II untuk membayar ganti rugi baik secara

Halaman 36 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


materiil maupun immateriil sebesar Rp. 133.000.000.000,- (seratus tiga
puluh tiga miliar rupiah)..
4.3. Bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat tidak dengan jelas
menyebutkan perbuatan melawan hukum seperti apa yang telah
dilakukan oleh Tergugat II sehingga mengakibatkan gugatan a quo
menjadi tidak jelas dan kabur, maka oleh karenanya gugatan Para
Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard).
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak seluruh dalil Para Penggugat,
kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas kebenarannya oleh Tergugat
II pada Jawaban dalam pokok perkara ini. Selanjutnya, Tergugat II mohon agar
apa yang telah tertuang dalam eksepsi secara mutatis mutandis tertuang dan
terbaca kembali pada Jawaban dalam pokok perkara ini.
2. Bahwa terhadap dalil-dalil gugatan Para Penggugat tersebut, Tergugat II
dengan tegas menolaknya dan guna menanggapinya, Tergugat II akan
menyampaikan uraian dan penjelasan DALAM POKOK PERKARA ini.
3. Akar Permasalahan A Quo adalah Wanprestasi dari Perjanjian Kredit

3.1. Bahwa sebelum lebih jauh menanggapi dalil-dalil Para Penggugat, hal
yang paling penting adalah point of view dalam memahami perkara a quo
yaitu dengan melihat akar permasalahan yang sepatutnya menjadi
concern. Sesuai dengan dalil-dalil Para Penggugat maka telah jelas
bahwa akar permasalahannya adalah wanprestasi atas Perjanjian
Pembiayaan yang telah dilakukan oleh Para Penggugat.
3.2. Bahwa dalam perkara a quo, diketahui para pihak dalam Akta Perjanjian
Kredit Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016, Akta Perjanjian
Kredit No. 150 tanggal 20 Juni 2017, Akta Perjanjian Kredit Nomor 77
tanggal 21 Desember 2017 adalah Para Penggugat selaku Debitur dan
Tergugat I selaku Kreditur dengan barang jaminan objek sengketa a quo.
3.3. Bahwa faktanya, Para Penggugat sebagaimana pula diakuinya dalam
dalil posita angka 4 halaman 4, tidak dapat melunasi utangnya kepada
Tergugat I. Hal tersebut jelas-jelas membuktikan bahwa Para Penggugat
telah melakukan wanprestasi atas Akta Perjanjian a quo (Pasal 1238
KUH Perdata), dan oleh karenanya Tergugat I berhak melakukan upaya-
upaya untuk menutup utang Para Penggugat sebagai bentuk tanggung

Halaman 37 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


jawab Para Penggugat sebagaimana pula telah disepakati dalam Akta
Perjanjian a quo.
3.4. Bahwa sesuai dengan dasar-dasar ilmu hukum perjanjian dan latar
belakang permasalahan a quo yaitu adanya perjanjian, yang secara
umum dipahami bahwa perjanjian mengatur dan mengikat para pihak
yang ada dalam perjanjian (Pasal 1338 KUHPerdata).
3.5. Bahwa lebih lanjut mencermati dalil-dalil gugatan terlihat jelas Para
Penggugat berusaha mengaburkan akar permasalahan a quo yaitu
Wanprestasi dengan menggiringnya ke permasalahan Perbuatan
Melawan Hukum (PMH), dan menarasikannya sebagai korban (playing
victim) dengan meminta ganti rugi dari pihak-pihak yang tidak memiliki
hubungan hukum dalam Akta Perjanjian a quo. Tindakan tersebut tidak
dapat dibenarkan dan jelas-jelas menunjukkan iktikad tidak baik Para
Penggugat yang tidak mau bertanggung jawab atas wanprestasi yang
secara sadar telah dilakukannya.
3.6. Bahwa sebagaimana pula pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Padang Nomor 14/Pdt/2021/PT.PDG tanggal 5 Februari 2021yang
menguatkan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padang Nomor
9/Pdt.G/2020/PN.Pdg tanggal 18 November 2020 yaitu:
- Alinea kedua halaman 92 putusan
“Menimbang, bahwa yang menjadi dasar dalil utama Penggugat
dalam perkara ini adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Tergugat I yang tidak pernah melaksanakan upaya penyelamatan
kredit yaitu berupa Rescheduling (Penjadwalan Kembali),
Reconditioning (Persyaratan Kembali) serta Restructuring (Penataan
Kembali) dengan maksimal kepada Penggugat yang sedang
mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha dan perbuatan
Tergugat I dan Tergugat VI yang meletakkan harga objek perkara
(jaminan) di bawah harga pasaran merupakan perbuatan melawan
hukum;”
- Alinea ketiga halaman 93-94 putusan:

“bahwa dalam kasus ini telah terbukti adanya perjanjian kredit antara
Penggugat sebagai pihak kreditur dan Tergugat sebagai debitur
perjanjian kredit sebagaimana didalam jawaban Penggugat yaitu
Perjanjian Kredit Nomor 016/PK/NB/PDP/VI/2014, Perjanjian Kredit
Nomor 010/PK/NB/PDP/III/2015, Perjanjian Kredit Nomor

Halaman 38 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


011/PK/NB/PDP/III/2015, Perpanjangan Perjanjian Kredit Nomor
021/PK-PPJ/NB/PDP/VI/2015, Perjanjian Kredit Nomor
041/PK/NB/PDP/XI/2015, Perjanjian Kredit Nomor
018/PK/NB/PDP/III/2016, Perjanjian Kredit Nomor
037/PK/NB/PDP/VI/2016, Perjanjian Kredit Nomor
052/PK/NB/PDP/IX/2016, Perjanjian Kredit Nomor
025/PK/NB/PDP/III/2017, Perjanjian Kredit Nomor
049/PK/NB/PDP/V/2017, Perjanjian Kredit Nomor
086/PK/NB/PDP/X/2017 dengan menjaminkan Sertipikat Hak Milik
(SHM) Nomor:533, Sertipikat Hak Milik (SHM) Nomor:575, Sertipikat
Hak Milik (SHM) Nomor:576, Sertipikat Hak Milik (SHM) Nomor:577,
Sertipikat Hak Milik (SHM) Nomor:905, Sertipikat Hak Milik (SHM)
Nomor:1235;
“bahwa kemudian Penggugat terbukti lalai membayar angsuran atas
fasilitas kreditnya sehingga Penggugat telah cidera janji;
“Menimbang, bahwa menurut Majelis yang penting dan menentukan
adalah apakah fakta yang melahirkan cidera janji itu, terlepas dari
kewajiban secara kontraktual, menimbulkan perbuatan melanggar
hukum tetapi kalau yang dilanggar itu merupakan pelanggaran
kontraktual maka itu merupakan cidera janji bukan merupakan
perbuatan melawan hukum;”
3.7. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, oleh karena dalil-dalil PMH yang
diajukan Para Penggugat telah menyimpang dari akar permasalahan,
cenderung kepada iktikad tidak baik dan menyalahi ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang perjanjian dan hak tanggungan, maka
sudah sepatutnya dalil-dalil Para Penggugat tersebut ditolak oleh Majelis
Hakim.
4. Tentang Fakta Hukum Objek Dalam Perkara A Quo Yang Merupakan
Barang Jaminan Kredit yang Diikat Hak Tanggungan
4.1 Bahwa objek perkara a quo sebagaimana didalilkan oleh Para Penggugat
merupakan barang jaminan kredit Para Penggugat pada Tergugat I yang
tertuang dalam Akta Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah No. 190
tanggal 29 Juni 2016, Akta Perjanjian Kredit No. 150 tanggal 20 Juni
2017, Akta Perjanjian Kredit Nomor 77 tanggal 21 Desember 2017 dan
telah diikat hak tanggungan sesuai Sertifikat Hak Tanggungan (SHT)
Pertama No. 6771/2016 tanggal 8 November 2016 dan Akta Pemberian

Halaman 39 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Hak Tanggungan (APHT) No. 99/2016 tanggal 19 Oktober 2019; SHT
Peringkat Kedua No. 4468/2017 tanggal 7 Agustus 2017 dan APHT No.
44/2017 tanggal 20 Juni 2017; SHT Peringkat Ketiga No. 0709/2018
tanggal 12 Februari 2018 dan APHT No. 110/2017 tanggal 21 Desember
2017.
4.2 Bahwa dengan pengikatan hak tanggungan tersebut, maka tunduk pada
ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) yang sepatutnya
wajib untuk dipahami dan menjadi acuan bagi para Debitur, Kreditur dan
pihak-pihak terkait yang akan melakukan pengikatan kredit hak
tanggungan, sehingga tidak ada alasan lagi bagi para pihak untuk
melanggarnya.
4.3 Bahwa in casu telah terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh Para
Penggugat atas Akta Perjanjian a quo, maka Tergugat I selaku
pemegang hak tanggungan dapat melakukan eksekusi melalui Parate
Executie dengan menjual/melelang objek jaminan, sebagaimana telah
diatur dalam ketentuan Pasal 6 UUHT.
4.4 Bahwa lebih lanjut penjelasan Pasal 14 UUHT menyatakan Sertifikat Hak
Tanggungan yang mencantumkan irah-irah ”Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” menegaskan ketentuan eksekutorial pada
Sertifikat Hak Tanggungan sehingga apabila Debitur cidera janji, siap
untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, melalui tata cara dan dengan
menggunakan Parate Executie sesuai dengan peraturan Hukum Acara
Perdata.
4.5 Bahwa atas dasar hal tersebut, maka Tergugat I mengajukan
permohonan pelaksanaan lelang objek perkara a quo kepada Tergugat II
sebagai kantor lelang Negara. Oleh karenanya, tindakan Tergugat I yang
melakukan eksekusi lelang barang jaminan kredit Penggugat I melalui
Tergugat II adalah tindakan yang telah sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.
4.6 Bahwa hal tersebut diikuti dan ditegaskan pula dalam Pasal 8 angka 8.3.
Akta Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016
yang berbunyi:
Pasal 18. Jaminan
“8.3. Apabila Debitor dan/atau Penjamin tidak dapat atau lalai memenuhi
kewajibannya (mereka) sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam

Halaman 40 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Perjanjian Kredit ini dan/atau perubahan/tambahannya, perjanjian
pemberian jaminan atau dokumen-dokumen lain sehubungan dengan
Perjanjian Kredit ini, baik yang telah ada maupun yang akan dibuat di
kemudian hari, maka Bank berhak dengan memperhatikan pertauran
perundang-undangan yang berlaku, untuk langsung menjual harta
benda yang dijaminkan oleh Debitor dan/atau Penjamin kepada Bank
baik di bawah tangan maupun dimuka umum (secara lelang) dengan
harga dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Bank…”
4.7 Bahwa seperti yang telah Tergugat II sampaikan, atas objek sengketa a
quo telah diberikan klausul jaminan silang (Cross Collateral) antara
fasilitas kredit Penggugat I dengan Penggugat II sebagaimana tertuang
dalam Akta Perjanjian No. 157 tanggal 20 Juni 2017 jo. Akta Perjanjian
No. 84 tanggal 21 Desember 2017, maka diantara Para Penggugat juga
diberlakukan adanya klausul wanprestasi silang (Cross Default). Oleh
karena itu, dikarenakan Penggugat I melakukan wanprestasi, maka
wanprestasi itu juga berlaku bagi Penggugat II.
4.8 Bahwa dengan bunyi klausul Akad a quo, maka semakin menguatkan
bahwa dikarenakan Para Penggugat telah wanprestasi/cidera janji
dengan tidak melakukan kewajiban pembayaran/pelunasan utang sesuai
dengan yang telah diperjanjikan, maka risiko atas wanprestasi/cidera janji
berupa pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dimuka umum
harus dipatuhi oleh para pihak khususnya Para Penggugat.
4.9 Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka semakin terbukti dan tidak
terbantahkan lagi eksekusi lelang atas objek perkara a quo telah
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Akta
Perjanjian yang telah disepakati antara Para Penggugat dan Tergugat I
sehingga tidak ada unsur perbuatan melawan hukum. Oleh karenanya,
dalil-dalil Para Penggugat baik dalam posita maupun petitum yang
berhubungan dengan eksekusi lelang objek perkara a quo adalah keliru
dan tidak berdasarkan hukum, sehingga sudah sepatutnya untuk ditolak
oleh Majelis Hakim.
5. Tanggapan Tentang Dalil Para Penggugat Yang Menyatakan Bahwa
Pelaksanaan Lelang atas Objek Sengketa a quo adalah telah Melanggar
Ketentuan Pasal 6 UUHT Karena Masih Ada Perselisihan Nilai Utang di
Pengadilan

Halaman 41 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


5.1. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat dalam
gugatannya pada posita angka 12-20 yang pada pokoknya
menyatakan pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo telah
melanggar ketentuan Pasal 6 UUHT karena atas jumlah utang Para
Penggugat masih dalam perselisihan nilai utang dalam perkara No.
978/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel. di PN Jakarta Selatan dan No.
38/Pdt.G/2022/PN.Bgr. di PN Bogor.
5.2. Bahwa dapat Tergugat II tegaskan kembali, berdasarkan dengan
dokumen yang diserahkan kepada Tergugat II, Penggugat I tidak
mematuhi isi perjanjian kredit yang telah ditandatangani dan disepakati
untuk dijalankan dengan baik, sehingga Tergugat I mengeluarkan Surat
Peringatan I s.d. III kepada Para Penggugat, guna untuk menyelesaikan
kewajiban utangnya tersebut. Namun tidak ada realisasi penyelesaian
kredit oleh Para Penggugat, sehingga dapat dinyatakan bahwa Para
Penggugat telah melakukan tindakan Wanprestasi
5.3. Bahwa dikarenakan Para Penggugat telah melakukan tindakan
wanprestasi, maka berdasarkan kewenangan yang diperoleh melalui
Pasal 6 UUHT, Tergugat I mengajukan permohonan pelaksanaan lelang
eksekusi hak tanggungan atas objek sengketa a quo kepada Tergugat II
dan terhadap permohonan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 6
April 2022 dan telah ditetapkan dalam Risalah Lelang No. 250/29/202
tanggal 6 April 2022 dan atas objek sengketa tersebut telah laku terjual
kepada Ronny Bratawidjaya in casu Turut Tergugat I.
5.4. Bahwa selanjutnya, dapat Tergugat II sampaikan kembali, pelelangan
terhadap objek sengketa perkara a quo adalah Lelang Eksekusi Hak
Tanggungan yang berpedoman pada Pasal 6 UUHT dan PMK No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

5.5. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 dan Penjelasan Pasal 6 UUHT, sebagai
berikut:
Pasal 6
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas

Halaman 42 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”.
Penjelasan Pasal 6
“Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang
dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak
Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak
Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemberi Hak Tanggungan bahwa apabila debitor cidera janji,
pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu lebih dahulu
daripada kreditor-kreditor yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi
hak pemberi Hak Tanggungan
5.6. Bahwa ketentuan dimaksud, mengatur bahwa apabila Debitur cedera
janji/wanprestasi, Pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual
objek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum, yang didahului dengan
janji yang dituangkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (2) huruf e UU Hak
Tanggungan, yang mengatur sebagai berikut:
“Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji,
antara lain:
e. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak
untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan
apabila debitor cidera janji”.
5.7. Bahwa sesuai dengan penjelasan Pasal 14 ayat (2) UUHT, dinyatakan
bahwa Sertifikat Hak Tanggungan mencantumkan irah-irah “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ketentuan
ayat ini dimaksudkan untuk menegaskan adanya ketentuan eksekutorial
pada Sertifikat Hak Tanggungan, sehingga apabila debitur cidera janji,
siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
5.8. Bahwa berdasarkan hal tersebut, dikarenakan Para Penggugat selaku
Debitur telah dinyatakan cedera janji/wanprestasi, maka PT Bank Artha
Graha Internasionla Tbk selaku Pemegang Hak Tanggungan in casu

Halaman 43 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Tergugat I berhak untuk menjual objek Hak Tanggungan melalui
pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan dari pemberi Hak
Tanggungan in casu Para Penggugat.
5.9. Bahwa selanjutnya, pelaksanaan lelang Hak Tanggungan sebagaimana
dimaksud UUHT, mendasarkan pada Vendureglement dan PMK No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang
merupakan peraturan khusus (Lex Specialis Derogat Legi Generalis) di
bidang lelang dhi. lelang Hak Tanggungan. Dengan demikian,
pelaksanaan lelang Hak Tanggungan telah mempunyai dasar hukum
yang jelas.
6. Tanggapan Tentang Dalil Para Penggugat Yang Menyatakan Bahwa
Pelaksanaan Lelang atas Objek Sengketa a quo telah Melanggar
Ketentuan Pasal 6 UUHT Karena Tidak Melakukan
Penundaan/Penangguhan Pelaksanaan Lelang atas objek sengketa
6.1. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat dalam
gugatannya pada posita angka 21 yang pada pokoknya menyatakan
pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo telah melanggar
ketentuan Pasal 6 UUHT karena tidak melakukan
penundaan/penangguhan pelaksanaan lelang atas objek sengketa a quo
karena masih terdapatnya sengketa yang menjadi dasar diajukannya
lelang
6.2. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 39 huruf c PMK No. 213/PMK.06/2020
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menyatakan sebagai berikut :
Pasal 39
“Hal lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf c yang menjadi
dasar pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang oleh Pejabat
Lelang meliputi:
c. terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi Pasal 6
Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) dari pihak lain selain
debitor/ tereksekusi suami atau istri debitor/tereksekusi yang terkait
dengan kepemilikan Objek Lelang”
6.3. Bahwa selain itu, sesuai Pasal 27 ayat (1) dan (2) PMK No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang mengatur
sebagai sebagai berikut:
Pasal 27

Halaman 44 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


(1) Dalam hal sebelum pelaksanaan lelang terhadap objek Hak
Tanggungan terdapat gugatan dari pihak lain selain debitor/ pemilik
jaminan dan/ atau suami atau istri debitor/ pemilik jaminan yang
terkait kepemilikan objek yang akan dilelang, Lelang Eksekusi Pasal 6
Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) tidak dapat dilaksanakan.
(2) Pihak lain selain debitor /pemilik jaminan dan/ atau suami atau istri
debitor/pemilik jaminan yang terkait kepemilikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ahli waris yang sah, yang dalil gugatannya mengenai proses
pemasangan hak tanggungan dilakukan setelah pewaris selaku
pemilik j aminan meninggal dunia disertai bukti-bukti yang sah;
b. pihak lain yang memiliki dokumen kepemilikan selain dokumen
kepemilikan yang diikat hak tanggungan; atau
c. pihak yang melakukan perjanjian/perikatan jual beli notariil
sebelum pembebanan hak tanggungan.
6.4. Bahwa sesuai ketentuan-ketentuan tersebut, Para Penggugat terbukti
tidak memenuhi unsur-unsur “pihak lain selain Debitur/tereksekusi, suami
atau istri Debitur/tereksekusi yang terkait kepemilikan” sebagaimana
dimaksud dalam sesuai Pasal 27 ayat (1) dan (2) PMK No.
213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga
gugatan Para Penggugat tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
memerintahkan Tergugat II menolak atau membatalkan proses lelang.
7. Lelang melalui Tergugat II adalah Media/Wadah Penjualan Barang Dengan
Jaminan Kepastian Hukum dan Perlindungan hukum Bagi Pembeli
7.1. Bahwa Tergugat II adalah satu-satunya instansi yang diamanatkan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai media/wadah perantara lelang,
yang salah satunya tugasnya melakukan lelang barang jaminan berupa
tanah yang berasal dari eksekusi hak tanggungan.
7.2. Bahwa sebagaimana halnya pendapat Mahkamah Agung yang tertuang
dalam putusan sebagai berikut:
a. putusan MA Nomor 158 K/Pdt/2005 tanggal 31 Januari 2007 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa Pemenang/Pembeli lelang atas
persil sengketa memperoleh kepastian hukum beralihnya hak atas
aset tersebut dan dianggap sebagai pihak yang beriktikad baik,
sehingga harus dilindungi hukum.

Halaman 45 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


b. putusan MA Nomor 901 K/Pdt/2007 tanggal 24 Oktober 2007 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa proses pelelangan telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, karena dilakukan atas barang
jaminan yang dibebani hak tanggungan. Oleh karena Debitur
wanprestasi/lalai (kredit macet), maka benda yang dijadikan jaminan
dapat dilelang, berlaku prinsip “jatuh waktu yang dipercepat”. Bahwa
Pembeli lelang adalah Pembeli yang beriktikad baik, karena itu harus
dilindungi.
7.3. Bahwa sesuai dengan yurisprudensi tersebut, dimaknai bahwa selain
memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi
Pembeli, prosedur lelang oleh kantor lelang negara juga merupakan
suatu proses peralihan hak yang dilindungi dan dijamin oleh peraturan
perundang-undangan.
7.4. Bahwa berdasarkan hal tersebut, maka jual beli atas objek perkara a quo
melalui lelang yang dilakukan oleh Tergugat II adalah jual beli yang telah
diatur mekanismenya sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sehingga merupakan media/wadah penjualan barang yang
memberikan jaminan kepastian hukum dan sepatutnya dilindungi oleh
hukum.

8. Pembeli dalam Pelelangan Umum adalah Pembeli yang Beriktikad Baik


yang Dilindungi oleh Hukum
8.1. Bahwa telah terdapat beberapa yurisprudensi dan ketentuan yang
menyatakan bahwa Pembeli dalam pelelangan umum adalah Pembeli
beriktikad baik sehingga dilindungi oleh hukum, yaitu:
a. putusan MARI Nomor 1068/K/PDT/2008: Pembeli lelang yang
beriktikad baik, oleh karena itu harus dilindungi, karena lelang
didasarkan pada putusan yang berkekuatan hukum tetap, sehingga
lelang tersebut adalah benar.
b. putusan MARI Nomor 158 K/Pdt/2005 tanggal 31 Januari 2007:
Pemenang/Pembeli lelang atas persil sengketa memperoleh
kepastian hukum beralihnya hak atas aset tersebut dan dianggap
sebagai pihak yang beriktikad baik, sehingga harus dilindungi hukum.
c. putusan MARI Nomor 901 K/Pdt/2007 tanggal 24 Oktober 2007
Proses pelelangan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
karena dilakukan atas barang jaminan yang dibebani hak

Halaman 46 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


tanggungan. Oleh karena Debitur wanprestasi/lalai (kredit macet),
maka benda yang dijadikan jaminan dapat dilelang, berlaku prinsip
“jatuh waktu yang dipercepat”. Bahwa Pembeli lelang adalah Pembeli
yang beriktikad baik, karena itu harus dilindungi.
d. SEMA RI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pemberlakuan Rumusan
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, mengatur mengenai
kriteria Pembeli Beriktikad Baik, salah satunya adalah Pembelian
tanah melalui pelelangan umum.
e. SEMA RI Nomor 7 tahun 2012 butir ke-IX: Perlindungan harus
diberikan kepada Pembeli yang beritikad baik sekalipun kemudian
diketahui bahwa Penjual adalah orang yang tidak berhak (obyek jual
beli tanah).”
8.2. Bahwa berdasarkan yurisprudensi dan ketentuan tersebut, maka
menegaskan secara hukum Pembeli in casu dalam lelang umum a quo
adalah Pembeli beriktikad baik yang dilindungi oleh hukum.
9. Tanggapan Mengenai Perbuatan Melawan Hukum Yang Didalilkan Oleh
Penggugat
9.1. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak dalil-dalil posita dan petitum
gugatan mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang ditujukan kepada
Tergugat II, karena sama sekali tidak berdasarkan hukum. Dalam
permasalahan a quo Tergugat II sama sekali tidak melakukan
tindakan/perbuatan hukum yang bertentangan dengan peraturan
perundangan-undangan maupun suatu perjanjian apapun berkaitan
dengan permasalahan Para Penggugat maupun tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana
ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata.
9.2. Bahwa prosedur lelang atas objek perkara a quo telah dilaksanakan oleh
Tergugat II dengan berpedoman pada ketentuan dan peraturan
perundangan-undangan yaitu Undang-Undang Lelang (Vendu
Reglement), Staatsblaad 1908:189 sebagaimana telah diubah dengan
Staatsblad 1940:56, jo. Instruksi Lelang (Vendu Instructie), Staatsblad
1908:190 sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1930:85 jo. PMK
Nomor 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Yang
mana pada ketentuan Pasal 3 huruf e PMK Nomor 213/PMK.06/2020
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang telah diatur secara khusus

Halaman 47 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


mengenai lelang eksekusi Pasal 6 UUHT, sehingga prosedur lelang yang
dilakukan oleh Tergugat II telah sesuai dengan aturan-aturan hukum
yang berlaku.
9.3. Bahwa prosedur pelaksanaan lelang oleh Tergugat II diawali dengan
permohonan dari Tergugat I selaku Penjual melalui Surat No.
SK/006/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022 Perihal Permohonan
Penetapan Tanggal Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan Pembuatan
Surat Pengantar SKPT (Jaminan Debitur an. Binsar Lambok
Tumonggotua Lumban Tobing (Binsar LT. Lumbantobing) dan PT
Indodrill Bumi Perkasa dari Tergugat I.
9.4. Bahwa surat permohonan lelang tersebut diikuti dengan dokumen-
dokumen persyaratan lelang, yaitu:
a. Copy Akta Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29
Juni 2016, Akta Perjanjian Kredit No. 150 tanggal 20 Juni 2017, Akta
Perjanjian Kredit Nomor 77 tanggal 21 Desember 2017;
b. Copy Surat Peringatan Penggugat I sebagai berikut :
- Surat Teguran No. SK/829/BAGI-Bogor/II/2018;
- Surat Peringatan I No. SK/830/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 12
Februari 2018;
- Surat Peringatan II No. SK/831/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 18
Februari 2018;
- Surat Peringatan III No. SK/832/BAGI-BOGOR/II/2018 tanggal 24
Februari 2018.
c. Surat Peringatan Penggugat II sebagai berikut :
- Surat Teguran No. SK/833/BAGI-BOGOR/III/2018 tanggal 22
Maret 2018;
- Surat Peringatan I No. SK/834/BAGI-BOGOR/III/2018 tanggal 29
Maret 2018;
- Surat Peringatan II No. SK/056/BAGI-BOGOR/IV/2018 tanggal 7
April 2018;
d. Copy SHM No. 2341/Grogol Utara, Luas 616 m2 yang terletak di
Jalan patal Senayan II No. 1, RT 001 RW 01, Kel. Grogol Utara, Kec,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan an. Binsar Lambok Tumonggotua
Lumban;
e. Copy SHT sebagai berikut :

Halaman 48 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


- SHT)Pertama No. 6771/2016 tanggal 8 November 2016;
- SHT Peringkat Kedua No. 4468/2017 tanggal 7 Agustus 2017;
- SHT Peringkat Ketiga No. 0709/2018 tanggal 12 Februari 2018.
f. SKPT No. 737/SKPT/IV/2022 tanggal 1 April 2022;
g. Surat Pernyataan Limit Lelang No. SK/001/SAM/I/2022 tanggal 28
Januari 2022;
h. Surat Pernyataan No. SK/004/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022;
i. Surat No. SK/016/SAM/IV/2022 tanggal 1 April 2022 Perihal
Pemberitahuan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan;

j. Pengumuman Lelang Pertama melalui Selebaran/Pengumuman


Tempel tanggal 8 Maret 2022;
k. Pengumuman Lelang Kedua melalui Surat kabar Harian Koran
Jakarta tanggal 23 Maret 2022.
9.5. Bahwa berdasarkan surat permohonan lelang dan dokumen-dokumen
persyaratan lelang di atas, maka sesuai Pasal 11 PMK 213/PMK.06/2022
Tergugat II tidak boleh menolak permohonan lelang dengan terpenuhinya
semua persyaratan lelang, maka Tergugat II menindaklanjutinya dengan
menetapkan jadwal lelang melalui surat Nomor S-15/KNL.0705/2022
tanggal 7 Maret 2022 yang ditujukan kepada Tergugat I.
9.6. Bahwa dengan ditetapkannya jadwal pelaksanaan lelang oleh Tergugat
II, maka Tergugat I melakukan pemberitahuan lelang kepada Para
Penggugat, serta pengumuman lelang pada selebaran dan surat kabar
harian sebagaimana dokumen persyaratan lelang.
9.7. Bahwa dalam lelang a quo, barang jaminan utang Para Penggugat
sebagai objek lelang telah laku terjual kepada Turut Tergugat I dan
dituangkan dalam Risalah Lelang Nomor No. 250/29/202 tanggal 6 April
2022 sebagai akta otentik yang sah menurut hukum.
9.8. Bahwa berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, membuktikan seluruh
tindakan dan proses lelang yang dilakukan oleh Tergugat II telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sehingga terbukti dan tidak terbantahkan lagi dalil-dalil posita dan petitum
gugatan mengenai Perbuatan Melawan Hukum adalah keliru dan tidak
berdasarkan hukum, sehingga sudah sepatutnya dinyatakan untuk ditolak

Halaman 49 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


atau tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard) oleh Majelis
Hakim.
10. Tuntutan Ganti Kerugian yang Diajukan Para Penggugat Tidak
Berdasarkan Hukum
10.1. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat dalam
gugatannya pada posita angka 24-25 halaman 8-9 dan petitum angka
7-8 halaman 11 yang pada pokoknya menyatakan menghukum Para
Tergugat untuk untuk membayar ganti rugi secara tanggung renteng baik
secara materiil maupun immateriil sebesar Rp. 133.000.000.000,-
(seratus tiga puluh tiga miliar rupiah) serta membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
10.2. Bahwa sebagaimana telah Tergugat II uraikan diatas, Tergugat II sama
sekali tidak melakukan tindakan yang merupakan perbuatan melawan
hukum, sehingga bagaimana mungkin subjek hukum yang tidak
melakukan perbuatan melawan hukum dituntut untuk membayar ganti
rugi atas perbuatan yang tidak dilakukannya.
10.3. Bahwa tindakan Para Penggugat tersebut jelas-jelas memiliki iktikad tidak
baik dan berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari Tergugat II
sebagai instansi pemerintah dan Tergugat lainnya atas wanprestasi yang
dilakukan oleh Penggugat.
10.4. Bahwa selain itu, perincian dalam tuntutan ganti rugi tersebut harus jelas
dan terperinci sebagaimana dengan yurisprudensi sebagai berikut:
a. putusan MARI tanggal 2 Juni 1971 No. 117 K/Sip/1971:
Gugatan atas ganti rugi yang tidak dijelaskan dengan sempurna dan
tidak disertai dengan pembuktian yang meyakinkan mengenai jumlah
ganti kerugian yang harus diterima oleh Penggugat, tidak dapat
dikabulkan oleh pengadilan.
b. putusan MARI tanggal 18 Desember 1971 No. 598K/Sip/1971:
Apabila besarnya kerugian yang diderita oleh Penggugat tidak
dibuktikan secara terperinci, maka gugatan untuk ganti kerugian yang
telah diajukan oleh Penggugat harus ditolak oleh pengadilan.
c. putusan Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 8 Februari 1970 No.
146/1970/Perd/PT.Bdg:
Tuntutan ganti rugi yang tidak disertai perincian kerugian harus
ditolak.

Halaman 50 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


10.5. Bahwa berdasarkan hal tersebut, oleh karena tuntutan ganti rugi yang
diajukan Penggugat tidak berdasarkan hukum, maka sepatutnya untuk
ditolak oleh Majelis Hakim.
11. Gugatan Para Penggugat tidak Termasuk Dalam Gugatan yang Dapat
Dikabulkan Tuntutan Putusan Serta Mertanya (Uitvoerbaar BijVoorraad)
11.1. Bahwa Tergugat II menolak dengan tegas dalil Para Penggugat dalam
gugatannya pada posita angka 26 halaman 9 yang pada pokoknya
menyatakan putusan perkara perkara a quo dapat dilaksanakan terlebih
dahulu meskipun ada upaya hukum verzet, banding, maupun kasasi.
11.2. Bahwa berdasarkan fakta yang ada, semua dalil Para Penggugat hanya
mengada-ada dan tidak memenuhi ketentuan dan/atau bertentangan
dengan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) R.I. No.3 Tahun 2000
tanggal 21 Juli 2000 Tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij
Vooraad) dan Provisionil, yang memberikan petunjuk kepada Ketua
Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Agama, Para Hakim Pengadilan
Negeri & Hakim Pengadilan Tinggi Agama agar TIDAK MENJATUHKAN
putusan serta merta, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:
1). Gugatan didasarkan bukti surat autentik atau surat tulisan tangan
(handscrift) yang tidak dibantah kebenarannya… dst;
2). Gugatan tentang hutang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan
tidak dibantah;
3). Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain,
dimana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau…dst;
4). Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan
(gono-gini)… dst;
5). Dikabulkan tuntutan Provisionil, dengan hukum yang jelas dan tegas
serta memenuhi pasal 332 Rv;
6). Gugatan didasarkan pada putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap…dst;
7). Pokok sengketa mengenai bezitsrecht.
11.3. Bahwa berdasarkan butir 4 SEMA R.I. No. 3 Tahun 2000 Tentang
Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) Dan Provisionil tersebut
di atas, maka gugatan Penggugat tidak termasuk dalam gugatan yang
dapat dikabulkan tuntutan Putusan Serta Mertanya (Uitvoerbaar
BijVoorraad).

Halaman 51 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


11.4. Bahwa selain itu juga, berdasarkan SEMA R.I. No. 4 Tahun 2001 tentang
Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Provisionil,
dinyatakan bahwa setiap kali akan melaksanakan putusan serta merta
tersebut, harus disertai penetapan sesuai ketentuan butir 7 SEMA R.I.
No. 3 Tahun 2000 dan adanya pemberian jaminan yang nilainya sama
dengan nilai barang/objek eksekusi, sehingga tidak menimbulkan
kerugian pada pihak lain apabila ternyata di kemudian hari dijatuhkan
putusan yang membatalkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama. Tanpa
jaminan tersebut, tidak boleh adalah pelaksanaan putusan serta merta.
Lebih lanjut, apabila Majelis Hakim akan mengabulkan permohonan serta
merta, harus memberitahukan kepada Ketua Pengadilan
12. Konsekuensi Hukum dan Tanggung Jawab Dalam Permasalahan A Quo

12.1. Bahwa proses lelang objek hak tanggungan telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang tujuannya adalah dalam rangka menegaskan
adanya hak dan kewajiban para pihak, memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum bagi para pihak. Sehingga apabila dalam praktiknya
terdapat pihak yang melanggar ketentuan tersebut, maka sudah
sepatutnya mengetahui akibatnya dan menanggung risikonya.
12.2. Bahwa demikian hal nya dalam perkara a quo, sudah sepatutnya Para
Penggugat mengetahui dan memahami akibat hukum dari hubungan
hukum dengan Tergugat I, serta siap menanggung risikonya
sebagaimana telah dituangkan dalam Perjanjian a quo.
12.3. Bahwa dengan dalil-dalil Para Penggugat yang mengakui tidak
membayar lunas kewajiban utangnya kepada Tergugat I dan berdasarkan
klausul-klausul dalam Akta Perjanjian a quo, maka sepatutnya Para
Penggugat dengan kesadaran sendiri untuk menyerahkan objek perkara
a quo sebagai barang jaminan utang kepada Tergugat I. Sehingga
sangat tidak masuk akal apabila Para Penggugat justru berbalik
menyerang Tergugat II dengan sengaja mencari-cari celah kesalahan
dan menuntut sejumlah pembayaran ganti rugi kepada Tergugat II. Hal
tersebut mencerminkan iktikad tidak baik dari Para Penggugat yang
berusaha mencari keuntungan atas wanprestasi nya yang memang
seharusnya menjadi risiko dan tanggung jawab Para Penggugat.
13.3. Bahwa dikarenakan Para Penggugat telah terbukti wanprestasi
sebagaimana dengan adanya Surat Teguran dan Surat Peringatan I-III,
maka PT Bank Artha Graha Internasional Tbk in casu Tergugat I selaku

Halaman 52 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


pemegang hak tanggungan dapat melakukan eksekusi melalui Parate
Executie dengan menjual/melelang objek jaminan, sebagaimana telah
diatur dalam ketentuan Pasal 6 UUHT.
13.4. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut, jelas bahwa dalil-dalil
gugatan Para Penggugat tidak berdasar hukum, sehingga demi keadilan
dan kepastian hukum, maka dalil-dalil gugatan Para Penggugat
sepatutnya untuk ditolak seluruhnya.
Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana diuraikan dalam Jawaban di
atas, dengan ini Tergugat II memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo,
kiranya berkenan memutus dengan amar sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Menyatakan eksepsi Tergugat II cukup beralasan hukum dan dapat
diterima.
2. Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Para Pengggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard).
2. Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut para Turut
Tergugat I memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT (KEWENANGAN MENGADILI)

PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG UNTUK


MEMERIKSA, MENGADILI DAN MEMUTUS PERKARA A QUO KARENA
PENGADILAN YANG BERWENANG UNTUK MENILAI ADANYA DUGAAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN LELANG HAK
TANGGUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL JAKARTA V (PEJABAT
TUN) ADALAH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN),

Halaman 53 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2
TAHUN 2019 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN SENGKETA
TINDAKAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN MENGADILI PERBUATAN
MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN DAN/ATAU PEJABAT
PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE OVERHEIDSDAAD) SERTA
BERBAGAI YURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG RI.

1. Bahwa berdasarkan Pasal 2 jo. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor


4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, disebutkan bahwa
Kekuasaan Kehakiman yang berada di bawah Mahkamah Agung (MA)
dilakukan dan dilaksanakan oleh beberapa lingkungan peradilan yang
terdiri dari:
a. Peradilan Umum;
b. Peradilan Agama;
c. Peradilan Militer; dan
d. PERADILAN TATA USAHA NEGARA;
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 50 dan 51 Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, jelas diatur bahwa Pengadilan
Umum (Pengadilan Negeri) hanya berwenang mengadili perkara pidana
dan perkara perdata. Dalam hal ini, secara khusus untuk perkara perdata,
Pengadilan Negeri berwenang mengadili perdata umum.
Sedangkan untuk mengadili suatu perkara dugaan perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam
rangka melaksanakan tupoksinya sebagai penyelenggara Negara,
pengadilan yang berwenang untuk mengadili adalah PENGADILAN TATA
USAHA NEGARA (PTUN), sebagaimana jelas diatur dalam Pasal 47 jo.
Pasal 1 ayat (1), (9) dan (10) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU
Peradilan Tata Usaha Negara”) jo. Pasal 2 ayat (1), Pasal 8 dan Pasal 11
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2 TAHUN 2019 TENTANG
PEDOMAN PENYELESAIAN SENGKETA TINDAKAN PEMERINTAH DAN

Halaman 54 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


KEWENANGAN MENGADILI PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH
BADAN DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE
OVERHEIDSDAAD) (“PERMA 2/2019”), yang kutipan selengkapnya
adalah sebagai berikut:
Pasal 47 UU Peradilan Tata Usaha Negara:
“Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara.”

Pasal 1 ayat (1) UU Peradilan Tata Usaha Negara (Perubahan Kedua):


“Pengadilan adalah pengadilan tata usaha negara dan pengadilan
tinggi tata usaha negara di lingkungan peradilan tata usaha negara.”

Pasal 1 ayat (10) UU Peradilan Tata Usaha Negara (Perubahan Kedua):


“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun
di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha
negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”

Pasal 1 ayat (9) UU Peradilan Tata Usaha Negara (Perubahan Kedua):


“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata.”

Pasal 2 ayat (1) Perma No. 2/2019:


(1) Perkara perbuatan melanggar hukum oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige overheidsdaad)
merupakan kewenangan peradilan tata usaha negara.

Pasal 8 Perma No. 2/2019:


“Setiap frasa “Keputusan Tata Usaha Negara” dan frasa “Sengketa
Tata Usaha Negara” yang tercantum dalam BAB IV Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Halaman 55 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara haruslah dimaknai juga sebagai “Tindakan Pemerintah”
dalam rangka penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan
menurut Peraturan Mahkamah Agung ini.

Pasal 11 Perma No. 2/2019:


PERKARA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN
DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE
OVERHEIDSDAAD) YANG SEDANG DIPERIKSA OLEH
PENGADILAN NEGERI, PENGADILAN NEGERI HARUS
MENYATAKAN TIDAK BERWENANG MENGADILI.

3. Bahwa Tergugat 2 (KPKNL) adalah PEJABAT TATA USAHA NEGARA


(PEJABAT TUN) yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan di bidang
pelelangan di bawah Dirjen Kekayaan Negara cq. Kementerian Keuangan
RI. Dimana Tergugat 2 melaksanakan permohonan lelang dari Tergugat 1
dalam rangka TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA SEBAGAI
PENYELENGGARA NEGARA DI BIDANG PELELANGAN, YANG SALAH
SATUNYA ADALAH EKSEKUSI LELANG HAK TANGGUNGAN,
sebagaimana jelas diatur dalam PERATURAN MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.06/2020 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG, yang dapat dikutip sebagai berikut:

Pasal 1 ayat 41, 40, 39 dan 38 PMK No. 213/2020:


“41. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang
selanjutnya disingkat KPKNL adalah instansi vertikal DJKN yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah.”

“40. Kantor Wilayah DJKN yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah


adalah instansi vertikal DJKN yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal.

“39. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara.”

Halaman 56 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


“38. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang selanjutnya disingkat
DJKN adalah unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang barang milik negara, kekayaan
negara dipisahkan, kekayaan negara lain-lain, penilaian, piutang
negara, dan lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”

Pasal 7 ayat (1) PMK No. 213/2020:


Pasal 7

(1) Penyelenggara Lelang terdiri dari:


a. KPKNL;
b. Balai Lelang; dan
c. Kantor Pejabat Lelang Kelas II.

4. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, jelas bahwa segala bentuk


PROSES PELAKSANAAN LELANG YANG DILAKUKAN MELALUI
KPKNL, BERIKUT DENGAN PRODUK KTUN DARI HASIL LELANG
TERSEBUT (IN CASU RISALAH PENETAPAN LELANG) adalah
merupakan SUATU TINDAKAN DAN/ATAU KEPUTUSAN DARI PEJABAT
TATA USAHA NEGARA DALAM RANGKA MELAKSANAKAN TUGAS
POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) SEBAGAI PENYELENGARA NEGARA,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 7 dan 8 Undang-Undang No. 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, yang dapat dikutip
sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (7) dan (8) UU Administrasi Pemerintahan:

“7. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut


Keputusan Tata Usaha Negara atau Keputusan Administrasi Negara
yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.”

Halaman 57 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


8. Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut
Tindakan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak
melakukan perbuatan konkret dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan.”

Sehingga, acuan untuk menentukan ADA ATAU TIDAKNYA SUATU


PERBUATAN MELAWAN HUKUM / PELANGGARAN dari suatu proses
pelelangan yang dilakukan oleh KPKNL, baik itu dari proses pelelangan
maupun produk KTUN berupa Risalah Lelang, acuan hukumnya adalah
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
213/PMK.06/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG,
dimana hakim harus menilai berdasarkan aturan tersebut apakah benar
terdapat pelanggaran / perbuatan melawan hukum atau tidak.

5. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas yang dihubungankan


dengan perkara a quo, Penggugat meminta kepada Majelis Hakim pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang pada intinya agar Tergugat 1 dan
Tergugat 2 dinyatakan melakukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM
karena Tergugat 2 (KPKNL Jakarta V / Pejabat TUN) telah melaksanakan
eksekusi lelang Hak Tanggungan atas permohonan Tergugat 1 (BANK),
sebagaimana jelas termuat dalam posita dan petitum gugatan a quo yang
dapat dikutip sebagai berikut:

Kutipan Posita angka 23 Gugatan Penggugat:


“23. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II
yang melaksanakan pelelangan terhadap Objek Lelang tidak sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan adalah
merupakan Perbuatan Melawan Hukum yang telah menimbulkan
kerugian bagi Penggugat I dan Penggugat II (Para Penggugat), dan
oleh karenanya Tergugat I dan Tergugat II harus dihukum mengganti
kerugian yang diderita oleh Para Penggugat, sejalan dengan
ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi: “tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut”.

Kutipan Petitum angka 2, 3, 4, 5 dan 6 Gugatan Penggugat:

Halaman 58 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


2. Menyatakan TERGUGAT I telah melakukan PERBUATAN
MELAWAN HUKUM dalam mengajukan permohonan lelang
sebagaimana surat No. SK/006/SAM/I/2022 tanggal 28 Januari 2022
perihal permohonan Penetapan Tanggal Lelang Eksekusi Hak
Tanggungan dan Surat Pengantar SKPT (Jaminan Debitur a.n.
Binsar Lambok Tumonggotua Lumban Tobing (Binsar LT.
Lumbantobing)) dan PT Indodrill Bumi Perkasa);

3. Menyatakan TERGUGAT II telah melakukan PERBUATAN


MELAWAN HUKUM dalam melaksanakan lelang eksekusi Hak
Tanggungan atas bidang tanah berikut bangunan (objek lelang) milik
PENGGUGAT I sebagaimana Penetapan Lelang Nomor S-
15KNL.0705/2022 tanggal 7 Maret 2022;

4. Menyatakan pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan yang


dilaksanakan di KPKNL Jakarta V (TERGUGAT II) atas permohonan
TERGUGAT I berdasarkan Penetapan Lelang Eksekusi Hak
Tanggungan Nomor : S-15KNL.0705/2022 tanggal 7 Maret 2022
terhadap objek lelang berupa 1 (satu) bidang tanah berikut bangunan
rumah tinggal diatasnya yang berlokasi di Jalan Patal Senayan II
Nomor 1 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, seluas 616 M2
(enam ratus enam belas meter persegi) sebagaimana sertipikat hak
milik nomor 02341/Kel. Grogol Utara, terdaftar atas nama Binsar
Lambok Tumonggotua Lumban Tobing adalah tidak sah dan tidak
mengikat;

5. Menyatakan perbuatan TERGUGAT II yang tetap melaksanakan


lelang eksekusi terhadap Objek Lelang yang belum waktunya untuk
dilakukan pelelangan (Premature) adalah merupakan PERBUATAN
MELAWAN HUKUM;

6. Menyatakan Penetapan/Pernyataan yang dikeluarkan oleh


TERGUGAT II mengenai hasil pelaksanaan lelang terhadap objek
lelang adalah tidak sah dan tidak mengikat;

Halaman 59 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


6. Bahwa berdasarkan kutipan Posita dan Petitum Gugatan Penggugat di
atas, jelas bahwa intisari dari GUGATAN PMH A QUO ADALAH DUGAAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DARI TERGUGAT 1 DAN TERGUGAT
2 KARENA TELAH MELAKSANAKAN EKSEKUSI LELANG HAK
TANGGUNGAN, BAIK TERHADAP PROSES PELAKSANAAN LELANG
MAUPUN PRODUK KTUN DARI LELANG TERSEBUT YAKNI
PENETAPAN LELANG (LIHAT PETITUM GUGATAN ANGKA 5 DAN 6).

Sedangkan berdasarkan ketentuan hukum yang telah di kutip sebelumnya,


sudah jelas bahwa segala bentuk PROSES PELAKSANAAN LELANG
YANG DILAKUKAN MELALUI KPKNL, BERIKUT DENGAN PRODUK
KTUN DARI HASIL LELANG TERSEBUT (IN CASU PENETAPAN
LELANG) adalah merupakan SUATU TINDAKAN DAN/ATAU
KEPUTUSAN DARI PEJABAT TATA USAHA NEGARA DALAM RANGKA
MELAKSANAKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) SEBAGAI
PENYELENGARA NEGARA. Sehingga, PENGADILAN YANG
BERWENANG UNTUK MENILAI APAKAH DALAM PELAKSANAAN
LELANG HAK TANGGUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL
JAKARTA V (PEJABAT TUN) TERDAPAT SUATU PERBUATAN
MELAWAN HUKUM ATAU TIDAK adalah PENGADILAN TATA USAHA
NEGARA (PTUN), sebagaimana jelas di atur dalam Pasal 2 ayat (1) dan
Pasal 11 PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2 TAHUN 2019
TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN SENGKETA TINDAKAN
PEMERINTAH DAN KEWENANGAN MENGADILI PERBUATAN
MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN DAN/ATAU PEJABAT
PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE OVERHEIDSDAAD) (“PERMA
2/2019”), yang kutipan selengkapnya adalah sebagai berikut:

Pasal 2 ayat (1) Perma No. 2/2019:


(1) PERKARA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN
DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE
OVERHEIDSDAAD) MERUPAKAN KEWENANGAN
PERADILAN TATA USAHA NEGARA.

Pasal 11 Perma No. 2/2019:


PERKARA PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH BADAN
DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN (ONRECHTMATIGE

Halaman 60 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


OVERHEIDSDAAD) YANG SEDANG DIPERIKSA OLEH
PENGADILAN NEGERI, PENGADILAN NEGERI HARUS
MENYATAKAN TIDAK BERWENANG MENGADILI.
7. Bahwa Yurisprudensi Mahkamah Agung RI telah menetapkan suatu acuan
hukum bahwa pengadilan yang berwenang untuk mengadili permasalahan
hukum mengenai pelaksanaan lelang yang dilaksanakan oleh KPKNL
(Pejabat TUN) adalah PENGADILAN TATA USAHA NEGARA,
sebagaimana dapat kami kutip Yurisprudensi Mahkamah Agung RI
sebagai berikut:

- Yurisprudensi Mahkamah Agung No.1456 K/Pdt/1988 tanggal 28 Juni


1995:
“Untuk membuktikan kebenaran adanya penyimpangan
penyimpangan dan pelanggaran peraturan Lelang Eksekusi
oleh Pejabat Kantor Lelang Negara, maka pihak tereksekusi
HARUS MENGAJUKAN GUGATAN KE PERADILAN TATA
USAHA NEGARA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
karena masalah tersebut menyangkut kewenangan Pejabat
Tata Usaha Negara dan menjadi Jurusprudensi PERATUN
Masalah ini bukan wewenang Peradilan Umum;”

- Yurisprudensi Mahkamah Agung No.2590 K/Pdt/2013 tanggal 5 Juni


2014:
“....... Bahwa sesuai dengan fakta persidangan objek gugatan
a quo adalah surat paksa dan surat risalah lelang sehingga
telah benar sengketa a quo adalah sengketa Keputusan Tata
Usaha Negara karena itu Pengadilan Negeri tidak berwenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo;”

8. Bahwa terhadap kewenangan hakim dalam menyatakan tidak sah atau


tidak mengikat-nya suatu Keputusan Tata Usaha Negara (Penetapan
Lelang), Mahkamah Agung RI telah memberikan pedoman bahwa
pembatalan suatu SERTIFIKAT (PRODUK KTUN) hanya dapat dilakukan
oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) No. 10 Tahun 2020 tentang
Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung

Halaman 61 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Tahun 2020 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, yang
dapat dikutip sebagai berikut:

SEMA No. 10 Tahun 2020 – Rumusan Kamar Perdata angka 2 huruf (a):
“a. Hakim perdata tidak berwenang membatalkan sertifikat, namun
hanya berwenang menyatakan sertifikat tidak mempunyai kekuatan
hukum, dengan dasar tidak mempunyai alas hak yang sah.
Pembatalan sertifikat adalah tindakan administratif yang merupakan
kewenangan peradilan tata usaha negara (TUN).

9. Bahwa perkara gugatan PMH yang mempersoalkan mengenai


pelaksanaan lelang oleh KPKNL dan Bank yang diajukan ke Pengadilan
Negeri, SUDAH SERING TERJADI dan SUDAH BANYAK DI PUTUS oleh
Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia. Dimana terdapat banyak contoh
putusan Pengadilan Negeri yang telah mengadili eksepsi kompetensi
absolut serupa dan dikabulkan oleh Majelis Hakim. Dimana dinyatakan
bahwa PENGADILAN NEGERI TIDAK BERWENANG MENGADILI
PERKARA TERSEBUT, dengan alasan karena kewenangan untuk
menyatakan PMH terhadap suatu pelaksanaan lelang oleh pejabat negara
merupakan kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara, yang mana
dapat kami kutip sebagian kecil contoh putusan-putusan pengadilan
sebagai berikut:

i) Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 168/Pdt.G/2019/PN.Jkt.Pst


tanggal 3 September 2019. (CATATAN: CONTOH PERMASALAHAN
KOMPETENSI ABSOLUT DALAM PUTUSAN INI 100% SAMA
DENGAN PERMASALAHAN KOMPETENSI ABSOLUT DALAM
PERKARA A QUO, DIMANA PIHAK TERGUGAT ADALAH KPKNL
DAN BANK):

“Menimbang, bahwa atas eksepsi kompentensi absolut yang


diajukan oleh Tergugat I dan Tergugat IV setelah
memperhatikan tanggapan dari Penggugat sebagaimana
dalam repliknya, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai
berikut:

Halaman 62 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


- Bahwa pokok permasalahan dalam gugatan Penggugat
adalah keberatan Penggugat atas pelaksanaan lelang
eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Sertifikat Hak
Tanggungan Nomor 3281/2010 tertanggal 15 Nopember
2010 atas sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor
2734/Petojo Selatan, seluas 450m2 tertanggal 23
April 2009, terletak di Jalan Kesehatan Raya No.14
Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir Jakarta
Pusat milik Penggugat yang telah melanggar dan
bertentangan dengan peraturan yang ada untuk itu
Penggugat menuntut agar pelaksanaan lelang
eksekusi Hak Tanggungan tertanggal 13 Februari
2019 atas Sertifikat Hak Tanggungan Nomor 3281 /
2010 tertanggal 15 Nopember 2010 terhadap Sertifikat
Hak Guna Bangunan Nomor 2734/Petojo Selatan
tertanggal 23 April 2009, batal demi hukum dengan
segala akibat hukum serta Sertifikat Hak
Tanggungan Nomor 3281/2010 tanggal 15 Nopember
2010, Akta Surat Kuasa memberikan Hak Tanggungan
Nomor 35 tertanggal 4 Oktober 2010, Akta
Pemberian Hak Tanggungan Nomor 54/2010
tertanggal 1 Nopember 2010, dan Perjanjian Kredit
Nomor 55 tanggal 30 Juli 2009 dinyatakan cacat
hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum apapun
terhadap Penggugat;

- Bahwa berdasarkan bukti awal dari Tergugat IV berupa


putusan Mahkamah Agung Nomor 2590 K/Pdt/2013
tanggal 5 Juni 2014 bukti T.IV dapat disimpulkan bahwa
risalah lelang merupakan Keputusan Tata Usaha
Negara ;

- Bahwa berdasarkan bukti T-1-8 berupa Putusan


No.278/Pdt.G/2017 PN Batam tanggal 19 Juli 2018
yang telah berkekuatan hukum tetap disebutkan bahwa
Pembatalan Sertifikat Hak Tanggungan merupakan
wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara ;

Halaman 63 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


- Bahwa berdasarkan bukti T1-11 berupa Putusan
No.12/Pdt.G/2018/PN.Tgl tanggal 30 Agustus 2018
yang telah berkekuatan hukum tetap disebutkan bahwa
Sertifikat Hak Tanggungan (SHT) merupakan salah satu
produk Tata Usaha Negara ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut


diatas, karena Penggugat merasa keberatan dengan adanya
lelang eksekusi Hak Tanggungan dan menuntut agar lelang
eksekusi Hak Tanggungan tanggal 13 Februari 2019 dengan
sertifikat Hak Tanggungan Nomor 328/2010 tertanggal 15
Nopember 2010 terhadap sertifikat Hak Guna Bangunan
Nomor 2734/Petojo Selatan dinyatakan batal demi hukum,
maka dengan sendirinya risalah lelang yang merupakan
berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat
lelang haruslah dinyatakan batal demi hukum pula;

Menimbang, bahwa kerena berdasarkan bukti awal yang


diajukan T-1 dan T-IV bahwa Risalah Lelang merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara demikian pula sertifikat Hak
Tanggungan merupakan produk Tata Usaha Negara maka
untuk pembatalannya merupakan kewenangan Pengadilan
Tata Usaha Negara dan bukan merupakan kewenangan
Pengadilan Negeri;

Menimbang, bahwa karena berdasarkan bukti awal yang


diajukan T-1 dan T-IV bahwa Risalah Lelang merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara demikian pula sertifikat Hak
Tanggungan merupakan produk Tata Usaha Negara, maka
untuk membatalkannya merupakan kewenangan Pengadilan
Tata Usaha Negara dan bukan merupakan kewenangan
Pengadilan Negeri;

Menimbang, bahwa karena pembatalan Risalah Lelang dan


Pembatalan Sertifikat Hak Tanggungan merupakan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara maka dalam hal

Halaman 64 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


ini Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo, oleh karenanya
dengan demikian eksepsi kompetensi absolut dari Tergugat I
dan Tergugat IV dapat dikabulkan;

Menimbang, bahwa karena Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini dan
eksepsi kompetensi absolut Tergugat I dan Tergugat IV dapat
dikabulkan maka Penggugat haruslah dihukum membayar
biaya yang timbul dan perkara ini;”

CATATAN PENTING BAGI MAJELIS HAKIM:


Contoh putusan di atas memuat permasalahan kompetensi absolut
yang serupa dengan perkara a quo, dimana PENGGUGAT DALAM
PERKARA TERSEBUT MEMPERMASALAHKAN MENGENAI
KEABSAHAN LELANG YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ATAS
PERMINTAAN DARI KREDITUR. Secara tegas Majelis Hakim dalam
perkara tersebut menyatakan bahwa KEWENANGAN UNTUK
MENGADILI DUGAAN PMH TERHADAP PELAKSANAAN LELANG
YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ADALAH MERUPAKAN
KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KARENA
BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN DAN/ATAU KEPUTUSAN
TATA USAHA NEGARA.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat dalam perkara a quo tidak berwenang untuk
memeriksa, mengadili dan memutus gugatan yang
mempermasalahkan mengenai keabsahan lelang yang dilaksanakan
oleh KPKNL sebagai Pejabat TUN.

ii) Putusan Pengadilan Negeri Banjar No. 4/Pdt.G/2021/PN.Bjr tanggal


24 Mei 2021. (CATATAN: CONTOH PERMASALAHAN
KOMPETENSI ABSOLUT DALAM PUTUSAN INI 100% SAMA
DENGAN PERMASALAHAN KOMPETENSI ABSOLUT DALAM
PERKARA A QUO, DIMANA PIHAK TERGUGAT ADALAH KPKNL
DAN BANK):

Halaman 65 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


“Menimbang, bahwa oleh karena itulah setelah Majelis Hakim
memperhatikan dengan seksama pokok permasalahan dalam
perkara aquo serta tuntutan Para Penggugat dalam
relevansinya dengan kapasitas dan kedudukan Tergugat I,
Tergugat II dan Tergugat III dalam perkara aquo ternyata
PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP OBJEK
HAK TANGGUNGAN BERUPA TANAH DAN BANGUNAN
MILIK PARA PENGGUGAT YANG TELAH DILAKUKAN
OLEH TERGUGAT I ATAS PERMOHONAN TERGUGAT
II YANG KEMUDIAN DIMENANGKAN OLEH TERGUGAT
III didasari atas tugas dan wewenangnya sebagai badan
dan/atau pejabat pemerintahan yang menyelenggarakan
fungsi pemerintahan di bidang pelayanan lelang,
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor
57 Tahun 2020 tentang Kementerian Keuangan Jo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.01/2016
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
170/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Jo
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.06/2020
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, sehingga dengan
merujuk pada ketentuan Pasal 1 angka 4 Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintah Dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh
Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige
overheidsdaad) yang menyebutkan bahwa “Sengketa
Perbuatan Melanggar Hukum yang dilakukan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) adalah sengketa yang di dalamnya
mengandung tuntutan untuk menyatakan tidak sah dan/atau
batal tindakan Pejabat Pemerintahan, atau tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat beserta tuntutan
ganti rugi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan” maka manakala Para Penggugat dalam surat
gugatannya MEMPERMASALAHKAN BAHWA LELANG
EKSEKUSI TERHADAP OBJEK HAK TANGGUNGAN

Halaman 66 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


BERUPA TANAH DAN BANGUNAN MILIK PARA
PENGGUGAT YANG TELAH DILAKUKAN OLEH
TERGUGAT I ATAS PERMOHONAN TERGUGAT II YANG
KEMUDIAN DIMENANGKAN OLEH TERGUGAT III
MERUPAKAN SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM
YANG MERUGIKAN PARA PENGGUGAT DAN
MENUNTUT AGAR LELANG TERSEBUT DINYATAKAN
TIDAK SAH DAN BATAL DEMI HUKUM, maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa PERMASALAHAN YANG
DIMAKSUD OLEH PARA PENGGUGAT DALAM SURAT
GUGATANNYA TERSEBUT MERUPAKAN SENGKETA
PERBUATAN MELANGGAR HUKUM YANG DILAKUKAN
OLEH BADAN DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Tindakan Pemerintah Dan Kewenangan Mengadili
Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau
Pejabat Pemerintahan (onrechtmatige overheidsdaad);

Menimbang, bahwa oleh karena itulah setelah Majelis Hakim


memperhatikan dengan seksama ketentuan Pasal 2 Ayat 1
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintah Dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh
Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) yang menyebutkan bahwa “perkara
perbuatan melanggar hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) merupakan
kewenangan peradilan tata usaha negara” dan ketentuan
Pasal 11 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019
tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintah Dan Kewenangan Mengadili Perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) yang
menyebutkan bahwa “Perkara perbuatan melanggar hukum
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) yang sedang diperiksa oleh Pengadilan

Halaman 67 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Negeri, Pengadilan Negeri harus menyatakan tidak
berwenang mengadili” maka segala bentuk gugatan
(termasuk gugatan a quo) terhadap sengketa yang di
dalamnya mengandung tuntutan untuk menyatakan tidak
sah dan/atau batal tindakan Pejabat Pemerintahan, atau
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat beserta ganti
rugi sesuai dengan ketentuan perundangundangan harus
diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN);

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di


atas, Majelis Hakim berpendapat eksepsi Tergugat I
mengenai kompetensi absolut tersebut beralasan menurut
hukum sehingga harus dikabulkan dengan demikian
Pengadilan Negeri Banjar tidak berwenang memeriksa dan
memutus perkara aquo;

CATATAN PENTING BAGI MAJELIS HAKIM:


Contoh putusan di atas memuat permasalahan kompetensi absolut
yang serupa dengan perkara a quo, dimana PENGGUGAT DALAM
PERKARA TERSEBUT MEMPERMASALAHKAN MENGENAI
KEABSAHAN LELANG YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ATAS
PERMINTAAN DARI KREDITUR. Secara tegas Majelis Hakim dalam
perkara tersebut menyatakan bahwa KEWENANGAN UNTUK
MENGADILI DUGAAN PMH TERHADAP PELAKSANAAN LELANG
YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ADALAH MERUPAKAN
KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KARENA
BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN DAN/ATAU KEPUTUSAN
TATA USAHA NEGARA.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat dalam perkara a quo tidak berwenang untuk
memeriksa, mengadili dan memutus gugatan yang
mempermasalahkan mengenai keabsahan lelang yang dilaksanakan
oleh KPKNL sebagai Pejabat TUN.

iii) Putusan Pengadilan Negeri Padangsidempuan No.


14/Pdt.G/2020/PN.Psp tanggal 23 September 2020. (CATATAN:

Halaman 68 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


CONTOH PERMASALAHAN KOMPETENSI ABSOLUT DALAM
PUTUSAN INI 100% SAMA DENGAN PERMASALAHAN
KOMPETENSI ABSOLUT DALAM PERKARA A QUO, DIMANA
PIHAK TERGUGAT ADALAH KPKNL DAN BANK):

“Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas


bilamana dihubungkan dengan gugatan Penggugat yang
pada pokoknya menggugat Tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum dan permohonan menyatakan
tidak sah sesuai hukum lelang atas Jaminan Kredit yaitu
Sertifikat Hak Milik No. 00205 tanggal 02 Juli 2010, tanah
seluas 682 M² (enam ratus delapan puluh dua meter persegi)
berikut bangunan gudang diatasnya yang terletak di Silandit
Kec. Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan an.
Lukman Siregar yang dilakukan oleh Tergugat II atas
permintaan Tergugat I yang merupakan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara Dan Lelang (KPKNL) Padangsidimpuan
yang termasuk badan atau pejabat tata usaha negara
setelah dihubungkan dengan bukti-bukti yang diajukan
oleh para pihak sehingga menurut Majelis Hakim segala
keputusan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang
(KPKNL) Padangsidimpuan yang berkaitan dengan
pelelangan merupakan keputusan badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final
maka gugatan Penggugat tersebut menurut Majelis
Hakim bukan merupakan kewenangan Pengadilan Negeri
Padang Sidimpuan untuk mengadilinya namun merupakan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara;

Menimbang, bahwa oleh karena sengketa dalam gugatan


yang diajukan oleh Penggugat adalah kewenangan
Pengadilan Tata Usaha Negara maka berdasarkan ketentuan
Pasal 160 Rbg yang menyebutkan bahwa dalam hal
sengketa yang bersangkutan mengenai persoalan yang
tidak menjadi wewenang mutlak pengadilan negeri, maka

Halaman 69 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


dalam taraf pemeriksaan mana pun kepada hakim dapat
diadakan tuntutan untuk menyatakan dirinya tidak
berwenang, bahkan hakim berkewajiban menyatakan hal itu
karena jabatan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di


atas, Majelis Hakim berpendapat eksepsi Tergugat II
beralasan hukum untuk dikabulkan sehingga Majelis Hakim
berpendapat Pengadilan Negeri Padangsidimpuan tidak
berwenang mengadili perkara aquo karena merupakan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara;

CATATAN PENTING BAGI MAJELIS HAKIM:


Contoh putusan di atas memuat permasalahan kompetensi absolut
yang serupa dengan perkara a quo, dimana PENGGUGAT DALAM
PERKARA TERSEBUT MEMPERMASALAHKAN MENGENAI
KEABSAHAN LELANG YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ATAS
PERMINTAAN DARI KREDITUR. Secara tegas Majelis Hakim dalam
perkara tersebut menyatakan bahwa KEWENANGAN UNTUK
MENGADILI DUGAAN PMH TERHADAP PELAKSANAAN LELANG
YANG DILAKUKAN OLEH KPKNL ADALAH MERUPAKAN
KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KARENA
BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN DAN/ATAU KEPUTUSAN
TATA USAHA NEGARA.

Dengan demikian, sudah jelas bahwa Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat dalam perkara a quo tidak berwenang untuk
memeriksa, mengadili dan memutus gugatan yang
mempermasalahkan mengenai keabsahan lelang yang dilaksanakan
oleh KPKNL sebagai Pejabat TUN.

10. Bahwa oleh karena PROSES PELAKSANAAN LELANG YANG


DILAKUKAN MELALUI KPKNL, BERIKUT DENGAN PRODUK KTUN
DARI HASIL LELANG TERSEBUT (IN CASU PENETAPAN LELANG)
adalah merupakan SUATU TINDAKAN DAN/ATAU KEPUTUSAN DARI
PEJABAT TATA USAHA NEGARA DALAM RANGKA MELAKSANAKAN

Halaman 70 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) SEBAGAI PENYELENGARA
NEGARA, maka PENGADILAN YANG BERWENANG UNTUK MENILAI
APAKAH DALAM PELAKSANAAN LELANG HAK TANGGUNGAN YANG
DILAKUKAN OLEH KPKNL JAKARTA V (PEJABAT TUN) TERDAPAT
SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAU TIDAK adalah
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN) dan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a
quo.

Oleh karena terdapat suatu Eksepsi Komptensi Absolut dari Turut Tergugat 1,
maka sebelum memeriksa dan memutus pokok perkara a quo, Turut Tergugat 1
memohon kepada Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar
berkenan untuk memberikan PUTUSAN SELA yang menyatakan tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a quo dan/atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan dari Penggugat tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk verklaard), sebagaimana diatur dalam Pasal 134 Herziene
Indonesisch Reglement (HIR) dan Pasal 134 Reglement of de Rechtsvordering
(Rv.) sebagai berikut:

Pasal 134 HIR:


“Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak termasuk wewenang
pengadilan negeri, maka pada sembarang waktu dalam pemeriksaan
perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku tidak berwenang, dan
hakim itu pun, karena jabatannya, wajib pula mengaku tidak berwenang.”

Pasal 132 Rv.:


“Dalam hal hakim tidak berwenang karena jenis pokok perkaranya, maka
ia meskipun tidak diajukan tangkisan tentang ketidakwenangannya, karena
jabatan wajib menyatakan dirinya tidak berwenang.”

Berdasarkan seluruh uraian mengenai eksepsi kompetensi absolut /


kewenangan mengadili di atas, maka Turut Tergugat 1 mohon agar Majelis
Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa, mengadili dan
memutus perkara a quo berkenan untuk memutus terlebih dahulu hal-hal
sebagai berikut:

Halaman 71 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


1. Mengabulkan eksepsi kompetensi absolut / eksepsi kewenangan
mengadili yang diajukan oleh Turut Tergugat 1 untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a quo;
3. Menyatakan bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijke verklaard);
4. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;

Namun demikian, apabila Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memiliki pendapat/penilaian yang berbeda, maka di bawah ini kami lampirkan
juga Eksepsi dan Jawaban dalam Pokok Perkara dari Turut Tergugat 1, dengan
uraian sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI

I. ALASAN PENOLAKAN PERTAMA (I): GUGATAN A QUO


MENGANDUNG CACAT FORMIL PERSONA STANDI IN JUDICIO
KARENA TIDAK MENYERTAKAN KANTOR WILAYAH DJKN DKI
JAKARTA CQ DIRJEN KEKAYAAN NEGARA CQ KEMENTERIAN
KEUANGAN RI SEBAGAI SATU KESATUAN INSTANSI VERTIKAL
PENYELENGGARA NEGARA DI BIDANG PELALANGAN. SEBAB,
KPKNL JAKARTA V BUKANLAH BADAN HUKUM YANG BERDIRI
SENDIRI, MELAINKAN INSTANSI VERTIKAL DIREKTORAT JENDERAL
KEKAYAAN NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB LANGSUNG
KEPADA KANTOR WILAYAH DJKN DKI JAKARTA. SEHINGGA, TIDAK
DISERTAKANNYA KANTOR WILAYAH DJKN DKI JAKARTA CQ DIRJEN
KEKAYAAN NEGARA CQ KEMENTERIAN KEUANGAN RI SEBAGAI
BAGIAN DARI KPKNL JAKARTA V DALAM GUGATAN A QUO, JELAS
MERUPAKAN KEKELIRUAN FORMIL PERSONA STANDI IN JUDICIO
YANG MEMBUAT GUGATAN HARUS DINYATAKAN TIDAK DAPAT
DITERIMA (NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD).
I.1 Bahwa Tergugat 2 (KPKNL Jakarta V) adalah PEJABAT TATA
USAHA NEGARA (PEJABAT TUN) yang menyelenggarakan fungsi
pemerintahan di bidang pelelangan di bawah Dirjen Kekayaan
Negara cq. Kementerian Keuangan RI. Dimana Tergugat 2
melaksanakan permohonan lelang dari Tergugat 1 dalam rangka
TUGAS POKOK DAN FUNGSINYA SEBAGAI PENYELENGGARA

Halaman 72 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


NEGARA DI BIDANG PELELANGAN, YANG SALAH SATUNYA
ADALAH EKSEKUSI LELANG HAK TANGGUNGAN, sebagaimana
jelas diatur dalam PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 213/PMK.06/2020 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN LELANG, yang dapat dikutip sebagai berikut:
Pasal 1 ayat 41, 40, 39 dan 38 PMK No. 213/2020:
“41. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang
selanjutnya disingkat KPKNL adalah instansi vertikal DJKN
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah.”
“40. Kantor Wilayah DJKN yang selanjutnya disebut Kantor
Wilayah adalah instansi vertikal DJKN yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal.
“39. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kekayaan
Negara.”
“38. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang selanjutnya
disingkat DJKN adalah unit Eselon I di lingkungan Kementerian
Keuangan yang mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang barang milik
negara, kekayaan negara dipisahkan, kekayaan negara lain-
lain, penilaian, piutang negara, dan lelang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Pasal 7 ayat (1) PMK No. 213/2020:
Pasal 7
(1) Penyelenggara Lelang terdiri dari:
a. KPKNL;
b. Balai Lelang; dan
c. Kantor Pejabat Lelang Kelas II.
I.2 Bahwa penempatan Tergugat II saja sebagai pihak dalam gugatan a
quo adalah tidak tepat dan keliru, karena KPKNL Jakarta V
bukanlah badan hukum yang berdiri sendiri, melainkan suatu badan
hukum yang merupakan bagian dari institusi negara dimana instansi
atas dari Tergugat II adalah Pemerintah Republik Indonesia cq.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia cq Direktoran Jenderal
Kekayaan Negara cq. Kantor Wilayah DKI Jakarta.
I.3 Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
170/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi

Halaman 73 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara jo. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 263/PMK.01/2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.01/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara, KPKNL Jakarta V adalah instansi vertikal
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJKN
DKI Jakarta.
I.4 Bahwa untuk menjadikan Tergugat 2 sebagai pihak dalam gugatan
yang diduga melakukan suatu perbuatan melawan hukum, maka
harus disertakan Kantor Wilayah DKI Jakarta karena KPKNL
hanyalah instansi pelaksana yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah DKI Jakarta.
I.5 Bahwa berdasarkan pada alasan-alasan tersebut, maka terhadap
gugatan Pengguat yang langsung ditujukan kepada Tergugat 2
tanpa mengaitkan instansi atasannya adalah keliru dan tidak tepat,
karena Tergugat 2 tidak memiliki kualitas untuk dapat dituntut di
muka pengadilan jika tidak dikaitkan dengan badan hukum induknya
/ instansi atasannya.
I.6 Bahwa membuat gugatan Penggugat mengandung cacat formil dan
oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima, yang telah
sejalan dengan ketentuan Pasal 6 RV dan Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI No. 1004 K/Sip/1974 tanggal 27 Oktober 1977 tentang
gugatan yang harus ditujukan kepada Pemerintah Pusat.
I.7 Berdasarakan uraian tersebut di atas, telah patut dan layak bagi
Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo untuk
menyatakan bahwa gugatan tidak dapat dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard).

DALAM POKOK PERKARA


TURUT TERGUGAT 1 menegaskan bahwa semua Eksepsi diatas merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan Jawaban dalam pokok perkara tanpa
harus mengulangi pengetikan.

Bahwa TURUT TERGUGAT 1 dengan ini menolak dengan tegas seluruh dalil
yang disampaikan oleh PENGGUGAT dengan alasan sebagai berikut:

Halaman 74 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


II. ALASAN PENOLAKAN KEDUA (II): TURUT TERGUGAT 1 MERUPAKAN
PEMBELI BERITIKAD BAIK YANG DILINDUNGI OLEH HUKUM KARENA
MEMBELI OBJEK LELANG SECARA RESMI MELALUI INSTANSI
PEMERINTAH YANG SAH (KPKNL CQ KEMENTERIAN KEUANGAN RI)
DAN TELAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU. DIMANA, PROSES
LELANG YANG TELAH DISELENGGARAKAN SECARA RESMI OLEH
KPKNL DAN TELAH DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU TIDAK DAPAT
DIBATALKAN, SEBAGAIMANA JELAS DIATUR DALAM PASAL 25
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO.
213/PMK.06/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DAN
PELAKSANAAN LELANG TERSEBUT TIDAK MELANGGAR
KETENTUAN PASAL 6 UU HAK TANGGUNGAN, NAMUN JUSTRU
TELAH SEJALAN DENGAN KETENTUAN PASAL 6 UU HAK
TANGGUNGAN KARENA SEPENGETAHUAN DARI TURUT TERGUGAT
1, PENGGUGAT TIDAK MEMBAYAR LUNAS FASILITAS KREDIT
KEPADA TERGUGAT 1 (BANK ARTHAGRAHA).
II.1 Bahwa Turut Tergugat 1 merupakan pihak Pemenang / Pembeli
OBJEK LELANG berupa 1 (satu) bidang tanah Sertifikat Hak Milik
(SHM) No. 2341 / Grogol Utara dengan luas 616 m2, atas nama
Binsar Lambok Tumonggotua Lumbang Tobing (Penggugat 1),
berikut bangunan rumah tinggal dan sesuatu di atasnya, terletak di
Jalan Patal Senayan II No. 1, RT 001 RW 07, Kelurahan Grogol
Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
(selanjutnya disebut sebagai “Objek Lelang”), yang dibeli melalui
pelelangan umum yang diselenggarakan secara resmi oleh Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta V (KPKNL Jakarta
V) cq. Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagaimana
terbukti dalam Kutipan Risalah Lelang Nomor: 250/29/2022 tanggal
25 April 2022 yang diterbitkan oleh KPKNL Jakarta V (catatan:
diberikan kutipan kepada pembeli sebagai akta jual beli).
II.2 Bahwa Turut Tergugat 1 merupakan pihak yang dikaterogikan
sebagai PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK yang dilindungi oleh
hukum dan memiliki hak penuh atas OBJEK LELANG tersebut
karena membeli OBJEK LELANG melalui instansi pelelangan resmi

Halaman 75 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sebagaimana jelas
diatur berdasarkan:
A. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2016 tentang
Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar MA Tahun
2016 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan
– Rumusan Kamar Perdata Angka 4:
“Kriteria pembeli yang beritikad baik yang perlu dilindungi
berdasarkan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata adalah sebagai
berikut:

a. Melakukan jual beli atas objek tanah tersebut dengan tata


cara/prosedur dan dokumen yang sah sebagaimana
telah ditentukan peraturan perundang-undangan yaitu:
- Pembelian tanah melalui pelelangan umum atau:
- Pembelian tanah di hadapan Pejabat Pembuat Akta
Tanah (sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ata
- Pembelian terhadap tanah milik adat/yang belum
terdaftar yang dilaksanakan menurut ketentuan
hukum adat yaitu:
- dilakukan secara tunai dan terang
(dihadapan/diketahui Kepala Desa/Lurah
Setempat)
- didahului dengan penelitian mengenai status
tanah objek jual beli dan berdasarkan
penelitian tersebut menunjukan bahwa tanah
objek jual beli adalah milik penjual.

- Pembelian dilakukan dengan harga yang layak.

b. Melakukan kehati-hatian dengan meneliti hal-hal berkaitan


dengan objek tanah yang diperjanjikan …

B. Putusan Mahkamah Agung RI No. 251 K/SIP/1958 tanggal 26


Desember 1958:

Halaman 76 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


“Pembeli yang telah bertindak dengan itikad baik harus
dilindungi dan jual beli yang bersangkutan haruslah dianggap
sah.”
C. Putusan Mahkamah Agung RI No. 52 K/SIP/1975 tanggal 23
Desember 1975:
“Pembeli yang beritikad baik harus dilindungi.”
D. Putusan Mahkamah Agung RI No. 1230 K/SIP/1980 tanggal
29 Maret 1982:
“Pembeli yang beritikad baik harus mendapat perlindungan
hukum.”
E. Putusan Mahkamah Agung RI No. 3201 K/SIP/1991 tanggal
30 Januari 1996:
“Pembeli yang beritikad baik harus dilindungi.”

II.3 Bahwa dalam Surat Penggugat tertanggal 6 Juni 2022, Penggugat


(Bapak BINSAR LAMBOK TUMONGGOTUA LUMBAN TOBING)
TELAH MENGAKUI bahwa Turut Tergugat 1 (Bapak RONNY
BRATAWIDJAYA) adalah PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK
YANG DILINDUNGI OLEH HUKUM dan memiliki hak penuh atas
OBJEK LELANG, karena membeli OBJEK LELANG melalui instansi
pelelangan resmi dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Pengakuan tersebut tentunya telah sejalan dengan aturan lelang
tentang pembeli beritikad baik yang mendapatkan objek lelang
sesuai dengan tata cara yang diatur oleh peraturan perundang-
undangan, dimana menurut Pasal 25 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, lelang tidak dapat dibatalkan, yang dapat
dikutip sebagai berikut:
“Lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, TIDAK DAPAT DIBATALKAN”
II.4 Sehingga, pengakuan dari Penggugat tersebut merupakan BUKTI
SEMPURNA bagi Turut Tergugat 1 kami untuk mempertahankan
seluruh hak-hak yang dimiliki oleh Turut Tergugat 1 terhadap
OBJEK LELANG.
II.5 Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa lelang yang telah
diikuti oleh Turut Tergugat 1 dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan TIDAK DAPAT

Halaman 77 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


DIBATALKAN. Dengan demikian, telah patut dan layak bagi Majelis
Hakim yang memeriksa dan memutus perkara a quo untuk menolak
gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

III. ALASAN PENOLAKAN KETIGA (III): GUGATAN DARI PENGGUGAT


SELAKU DEBITUR TERHADAP TERGUGAT 1 (PT BANK ARTHA
GRAHA INTERNASIONAL, TBK.) SELAKU KREDITUR MENGENAI
PERMASALAHAN BESARAN JUMLAH UTANG DI PENGADILAN
NEGERI JAKARTA SELATAN DAN PENGADILAN NEGERI BOGOR,
TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI GUGATAN YANG DAPAT
MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN LELANG
SEBAGAIMANA JELAS DIATUR DALAM PASAL 27 PERATURAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NO. 213/PMK.06/2020
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG. SEHINGGA, JELAS
BAHWA ADANYA GUGATAN TERSEBUT SAMA SEKALI TIDAK DAPAT
MEMBATALKAN LELANG YANG TELAH DILAKSANAKAN SESUAI
DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (PASAL 25 PMK
213/2020) DAN TIDAK BERPENGARUH TERHADAP HAK TURUT
TERGUGAT 1 (RONNY BRATAWIDJYA SELAKU PEMBELI YANG
BERITIKAD BAIK) YANG TELAH MEMBELI OBJEK LELANG MELALUI
LELANG RESMI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU.
III.1 Bahwa intisari dari pokok gugatan Penggugat adalah mengenai
pelaksanaan lelang yang telah dilakukan oleh Tergugat 1 dan
Tergugat 2, yang menurut Penggugat adalah merupakan lelang
yang premature karena masih adanya perkara gugatan yang
sedang berjalan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
Pengadilan Negeri Bogor yang mempermasalahkan mengenai
besaran nominal utang Penggugat kepada Tergugat 1 (Bank
Arthagraha), yang mana intisari gugatan dapat terlihat dalam posita
Gugatan angka 21, yang dapat dikutip sebagai berikut:
Intisari Gugatan – Posita angka 21 Gugatan Penggugat:
“Bahwa berdasarkan uraian di atas, tindakan TERGUGAT II
yang tetap melaksanakan lelang meskipun sebelum batas
akhir penawaran ditutup sudah mengetahui tentang adanya
sengketa keberadaan utang dan perselisihan nilai utang
yang sedang berlangsung di Pengadilan, serta dengan

Halaman 78 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


adanya permohonan dari PARA PENGGUGAT yang
meminta penundaan/penangguhan pelaksanaan lelang
eksekusi hak tanggungan tidak dijadikan pertimbangan oleh
TERGUGAT II untuk melakukan penundaan/penangguhan
pelaksanaan lelang. Padahal permohonan
peundaan/penangguhan lelang yang diajukan PARA
PENGGUGAT tersebut patut dikabulkan mengingat
masihada sengketa yang menjadi dasar diajukan lelang.
Atas perbuatan tidak melakukan penundaan/penangguhan
lelang, maka patut perbuatan TERGUGAT dikategorikan
merupakan perbuatan melawan hukum karena
bertentangan dengan Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan;”
III.2 Bahwa alasan Penggugat yang menyatakan bahwa adanya gugatan
dapat membuat lelang yang sudah dilaksanakan menjadi tidak sah
dan merupakan perbuatan melawan hukum adalah pernyataan
yang KELIRU dan TIDAK MEMPUNYAI DASAR HUKUM APAPUN.
III.3 Sebab, Gugatan Penggugat selaku DEBITOR terhadap Tergugat
1/PT. Bank Artha Graha Internasional selaku KREDITOR (Bank) di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Bogor,
TIDAK TERMASUK DALAM KATEGORI GUGATAN YANG DAPAT
MENUNDA ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN LELANG
yang telah diselenggarakan secara resmi oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta V (KPKNL Jakarta V) cq.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sebagaimana jelas
diatur dalam Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang, yang dapat dikutip sebagai berikut:
Pasal 27 PMK No. 213/2020:
“(1) Dalam hal sebelum pelaksanaan lelang terhadap objek
Hak Tanggungan terdapat gugatan dari pihak lain
SELAIN debitor/ pemilik jaminan dan/ atau suami atau
istri debitor/ pemilik jaminan yang terkait kepemilikan
objek yang akan dilelang, Lelang Eksekusi Pasal 6
Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) tidak dapat
dilaksanakan.

Halaman 79 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


(2) pihak lain SELAIN debitor /pemilik jaminan dan/ atau
suami atau istri debitor/pemilik jaminan yang terkait
kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. ahli waris yang sah, yang dalil gugatannya
mengenai proses pemasangan hak tanggungan
dilakukan setelah pewaris selaku pemilik jaminan
meninggal dunia disertai bukti-bukti yang sah;
b. pihak lain yang memiliki dokumen kepemilikan
selain dokumen kepemilikan yang diikat hak
tanggungan; atau
c. pihak yang melakukan perjanjian/perikatan jual
beli notariil sebelum pembebanan hak
tanggungan.”
Catatan: Gugatan Penggugat di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dan Pengadilan Negeri Bogor yang
mempersoalkan mengenai nominal utang antara
Penggugat dan Tergugat 1 tidak termasuk pada DALAM
KATEGORI GUGATAN YANG DAPAT MENUNDA
ATAUPUN MENGURANGI KEABSAHAN LELANG
sebagaimana yang dimaksud dalam PMK No.
213/2020.
III.4 Bahwa berdasarkan ketentuan hukum tersebut di atas, jelas bahwa
adanya Gugatan tersebut SAMA SEKALI TIDAK BERPENGARUH
TERHADAP HAK KLIEN HAK TURUT TERGUGAT 1 TERHADAP
OBJEK LELANG selaku pembeli yang beritikad baik.
III.5 Dengan demikian, jelas bahwa dasar gugatan a quo tidak memiliki
dasar hukum dan sudah selayaknya untuk ditolak karena adanya
gugatan dari debitur terhadap kreditur tidak dapat mengurangi /
membatalkan keabsahan lelang yang telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

IV. ALASAN PENOLAKAN KEEMPAT (IV): GUGATAN DARI PENGGUGAT


SELAKU DEBITUR TERHADAP TERGUGAT 1 (PT BANK ARTHA
GRAHA INTERNASIONAL, TBK.) SELAKU KREDITUR MENGENAI
PERMASALAHAN BESARAN JUMLAH UTANG DI PENGADILAN
NEGERI JAKARTA SELATAN DAN PENGADILAN NEGERI BOGOR,

Halaman 80 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


HANYA AKAN MENCIPTAKAN KONSEKUENSI HUKUM TERHADAP
PENGGUGAT DAN TERGUGAT 1 (PT. BANK ARTHA GRAHA
INTERNASIONAL), YANG SAMA SEKALI TIDAK BERPENGARUH
TERHADAP HAK TURUT TERGUGAT 1 TERHADAP OBJEK LELANG
SELAKU PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK. NAMUN DEMIKIAN,
TERLEPAS BERAPA JUMLAH UTANG YANG DIPERMASALAHKAN,
TELAH DIAKUI SENDIRI OLEH PENGGUGAT DALAM GUGATAN
BAHWA PENGGUGAT MEMANG MEMILIKI UTANG KEPADA
TERGUGAT 1 DAN SAAT INI SEDANG MENGALAMI KESULITAN
KEUANGAN. SEHINGGA, ADANYA GUGATAN MENGENAI BERAPA
BESARAN UTANG TIDAK MEMPENGARUHI FAKTA BAHWA MEMANG
TERDAPAT UTANG DARI PENGGUGAT (DEBITUR) KEPADA
TERGUGAT 1 (KREDITUR (BANK)) YANG BELUM DILUNASI/DIBAYAR,
YANG MERUPAKAN ALASAN DARI DILAKSANAKANNYA
PELELANGAN A QUO.
IV.1 Bahwa intisari dari pokok gugatan Penggugat adalah mengenai
pelaksanaan lelang yang telah dilakukan oleh Tergugat 1 dan
Tergugat 2, yang menurut Penggugat adalah merupakan lelang
yang premature karena masih adanya perkara gugatan yang
sedang berjalan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
Pengadilan Negeri Bogor yang mempermasalahkan mengenai
besaran nominal utang Penggugat kepada Tergugat 1 (Bank
Arthagraha), yang mana intisari gugatan dapat terlihat dalam posita
Gugatan angka 21, yang dapat dikutip sebagai berikut:
Intisari Gugatan – Posita angka 21 Gugatan Penggugat:
“Bahwa berdasarkan uraian di atas, tindakan TERGUGAT II
yang tetap melaksanakan lelang meskipun sebelum batas
akhir penawaran ditutup sudah mengetahui tentang adanya
sengketa keberadaan utang dan perselisihan nilai utang
yang sedang berlangsung di Pengadilan, serta dengan
adanya permohonan dari PARA PENGGUGAT yang
meminta penundaan/penangguhan pelaksanaan lelang
eksekusi hak tanggungan tidak dijadikan pertimbangan oleh
TERGUGAT II untuk melakukan penundaan/penangguhan
pelaksanaan lelang. Padahal permohonan
peundaan/penangguhan lelang yang diajukan PARA
PENGGUGAT tersebut patut dikabulkan mengingat

Halaman 81 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


masihada sengketa yang menjadi dasar diajukan lelang.
Atas perbuatan tidak melakukan penundaan/penangguhan
lelang, maka patut perbuatan TERGUGAT dikategorikan
merupakan perbuatan melawan hukum karena
bertentangan dengan Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan;”
IV.2 Bahwa alasan Penggugat yang menyatakan bahwa adanya gugatan
dapat membuat lelang yang sudah dilaksanakan menjadi tidak sah
dan merupakan perbuatan melawan hukum adalah pernyataan
yang KELIRU dan TIDAK MEMPUNYAI DASAR HUKUM APAPUN.
Permasalahan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
Pengadilan Negeri Bogor terkait dengan jumlah nominal utang
Penggugat terhadap PT. Bank Artha Graha Internasional
sebagaimana yang Penggugat rujuk dalam Gugatan adalah TIDAK
BERKAITAN DENGAN TURUT TERGUGAT 1 DAN TIDAK
MEMPENGARUHI HAK DARI TURUT TERGUGAT 1 TERHADAP
OBJEK LELANG.
IV.3 Sebab, Mahkamah Agung yang telah memberikan suatu pedoman
bahwa: “PEMILIK ASAL HANYA DAPAT MENGAJUKAN
GUGATAN GANTI RUGI KEPADA PENJUAL YANG TIDAK
BERHAK”. Artinya: Seandainya pun gugatan Penggugat dikabulkan
oleh Pengadilan (BILA TERBUKTI BENAR), maka perkara tersebut
hanya akan MENCIPTAKAN KONSEKUENSI HUKUM terhadap
Penggugat dan PT. Bank Artha Graha Internasional, yang SAMA
SEKALI TIDAK BERPENGARUH TERHADAP HAK TURUT
TERGUGAT 1 TERHADAP OBJEK LELANG selaku pembeli yang
beritikad baik.
IV.4 NAMUN DEMIKIAN, TERLEPAS BERAPA JUMLAH UTANG YANG
DIPERMASALAHKAN, TELAH DIAKUI SENDIRI OLEH
PENGGUGAT DALAM GUGATAN BAHWA PENGGUGAT
MEMANG MEMILIKI UTANG KEPADA TERGUGAT 1 DAN SAAT
INI SEDANG MENGALAMI KESULITAN KEUANGAN. SEHINGGA,
ADANYA GUGATAN MENGENAI BERAPA BESARAN UTANG
TIDAK MEMPENGARUHI FAKTA BAHWA MEMANG TERDAPAT
UTANG DARI PENGGUGAT (DEBITUR) KEPADA TERGUGAT 1
(KREDITUR (BANK)) YANG BELUM DILUNASI/DIBAYAR, YANG

Halaman 82 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


MERUPAKAN ALASAN DARI DILAKSANAKANNYA PELELANGAN
A QUO.
IV.5 Dengan demikian, jelas bahwa dasar gugatan a quo tidak memiliki
dasar hukum dan sudah selayaknya untuk ditolak karena adanya
gugatan dari debitur terhadap kreditur tidak dapat mengurangi /
membatalkan keabsahan lelang yang telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

V. ALASAN PENOLAKAN KELIMA (V):


TIDAK TERDAPAT KERUGIAN APAPUN DARI PENGGUGAT YANG
DAPAT DIKABULKAN OLEH MAJELIS HAKIM, NAMUN JUSTRU TURUT
TERGUGAT 1 YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT DARI TIDAK
DAPAT DIGUNAKANNYA OBJEK LELANG UNTUK KEPENTINGAN
TURUT TERGUGAT 1, PADAHAL TURUT TERGUGAT 1 TELAH
MEMBAYAR LUNAS OBJEK LELANG. SELAIN ITU, KERUGIAN
IMATERIL DALAM PERKARA A QUO TIDAK DAPAT DIKABULKAN
OLEH MAJELIS HAKIM KARENA PERMINTAAN GANTI RUGI IMATERIL
HANYA DAPAT DIKABULKAN TERHADAP PERKARA YANG
BERDAMPAK KEMATIAN, LUKA BERAT DAN PENCEMARAN NAMA
BAIK SESUAI DENGAN YURISPRUDENSI MAHKAMAH AGUNG RI NO.
650/PK/Pdt/1994: “Berdasarkan Pasal 1370, 1371, 1372 KUHPerdata
ganti kerugian immateril hanya dapat diberikan dalam hal-hal tertentu saja
seperti perkara Kematian, luka berat dan penghinaan”.

VI. ALASAN PENOLAKAN KEENAM (VI): PERMOHONAN PUTUSAN SERTA


MERTA YANG DIMOHONKAN PENGGUGAT TIDAK SESUAI DENGAN
HUKUM ACARA PERDATA
VI.1 Bahwa Turut Tergugat 1 menolak dengan tegas dalil Penggugat
yang pada pokoknya mengajukan Permohonan Putusan Serta
Merta (uitvoerbaar bij vooraad). Hal ini disebabkan karena
permohonan tersebut tidak memenuhi syarat yang diatur dalam
Hukum Acara Perdata (vide Pasal 180 HIR/191 ayat 1 RBG)
sebagaimana telah diberikan pedoman oleh Mahkamah Agung RI
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2000 tentang
Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil,
serta Surat Edaran Mahkmah Agung No. No. 4 Tahun 2001
tentang Permasalahan Putusan Serta Merta dan Provisionil,

Halaman 83 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


termasuk namun tidak terbatas karena: (1) tidak didasarkan pada
bukti surat autentik atau tulisan tangan yang tidak dibantah
kebenaran tentang isi dan tandatangannya; dan (2) tidak adanya
pemberian jaminan yang setara dengan nilai barang/objek yang
akan dieksekusi;
VI.2 Dengan demikian, sudah selayaknya bagi Majelis Hakim untuk
menolak permohonan Putusan Serta Merta (uitvoerbaar bij
vooraad) yang diajukan oleh Penggugat.

VII. ALASAN PENOLAKAN KETUJUH (VIII): HUKUMAN UANG PAKSA


(DWANGSOM) YANG DIMOHONKAN PENGGUGAT TIDAK DAPAT
DITERAPKAN DALAM PERKARA A QUO KARENA MENURUT HUKUM
ACARA PERDATA, UANG PAKSA (DWANGSOM) TIDAK DAPAT
DITERAPKAN PADA TUNTUTAN PEMBAYARAN SEJUMLAH UANG
VII.1 Pada posita angka 25 Gugatannya, PENGGUGAT memohon
kepada Majelis Hakim agar berkenanan untuk menghukum
TERGUGAT untuk membayar uang paksa (dwangsom) agar
TERGUGAT serius untuk melaksanakan isi putusan.
VII.2 Bahwa permohonan untuk pembayaran uang paksa (dwangsom)
yang diminta oleh PENGGUGAT TIDAK DAPAT DITERAPKAN
DALAM PERKARA A QUO, mengingat bahwa tuntutan hak yang
diajukan oleh PENGGUGAT kepada Pengadilan adalah
BERKENAAN DENGAN PEMBAYARAN SEJUMLAH UANG;
VII.3 Sesuai dengan Hukum Acara Perdata dalam ketentuan Pasal 606
a Rv, jelas diatur bahwa uang paksa tidak dapat diterapkan dalam
hal tuntutan hak berupa pembayaran sejumlah uang, yang dapat
dikutip sebagai berikut:
“Voor zoover een vonnis inhoudt eene veroordeeling tot iets
anders dan de betaling van eene geldsom, kan worden
bepaald, dat, indien, zoolang of zoo dikwijls de veroordeelde
aan die veroordeeling niet voldoet, door hem zal zijn verbeurd
eene bij het vonnis vast te stellen geldsom, dwangsom
genaamd.”
Yang terjemahan dalam Bahasa Indonesianya adalah:
“Sepanjang suatu keputusan hakim mengandung hukuman
untuk sesuatu yang lain daripada membayar sejumlah uang,
maka dapat ditentukan, bahwa sepanjang atau setiap kali

Halaman 84 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


terhukum tidak memenuhi hukuman tersebut, olehnya harus
diserahkan sejumlah uang yang besamya ditetapkan dalam
keputusan hakim, dan uang tersebut dinamakan uang
paksa.”
VII.4 Ketentuan Pasal 606 a Rv tersebut di atas sejalan pula dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.: 791 K/Sip/1972
tertanggal 26 Februari 1973, Putusan Mahkamah Agung RI No.
1172 K/PDT/2005 dan pendapat hukum Prof. Subekti, S.H., dalam
bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata, Cetakan Kedua,
Penerbit Bina Cipta, Jakarta, 1992, halaman 133, yang masing-
masing dapat dikutip sebagai berikut:
Putusan Mahkamah Agung RI No. 791 K/Sip/1972:
“Uang paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan
untuk membayar uang.”
Putusan Mahkamah Agung RI No. 1172 K/PDT/2005:
“Menimbang bahwa keberatan tersebut tidak dapat
dibenarkan, judex facti tidak salah menerapkan
hukum/melanggar hukum yang berlaku, apalagi keberatan
tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat
penghargaan tentang suatu kenyataan yang tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat
kasasi. Namun tentang amar pembayaran uang denda
sebesar Rp 100.000,- setiap hari bila Tergugat lalai
menjalankan putusan tersebut harus ditiadakan, karena pada
hakekatnya hukuman tersebut merupakan hukuman
pembayaran uang paksa/dwangsom yang menurut Pasal 611
a ayat (1) kalimat terakhir B.Rv, lembaga UANG PAKSA
TIDAK DAPAT DITERAPKAN dalam suatu putusan yang
mengandung diktum penghukuman membayar sejumlah
uang, karena penghukuman untuk membayar sejumlah uang
itu selalu dapat diwujudkan”.
Pendapat Hukum Prof. Subekti, S.H.:
“Dalam pasal 606 a RV. itu ditegaskan juga bahwa lembaga
uang paksa itu tidak dapat diterapkan dalam suatu putusan
yang mengandung diktum penghukuman membayar
sejumlah uang.”

Halaman 85 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


VII.5 Berdasarkan ketentuan Pasal 606a Rv, Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI No. 791 K/Sip/1972, dan Pendapat Hukum Prof. Subekti,
S.H. tersebut di atas, maka jelas tuntutan uang paksa (dwangsom)
yang diajukan oleh PENGGUGAT tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan tersebut di atas, dan oleh karenanya mohon kepada
Majelis Hakim agar tuntutan uang paksa tersebut (dwangsom)
sudah sepatutnya untuk ditolak;

VIII. ALASAN PENOLAKAN KEDELAPAN (VIII): PERMOHONAN PROVISI


YANG DIMOHONKAN PATUT DITOLAK KARENA GUGATAN TIDAK
BERDASAR DAN TIDAK JELAS / TIDAK SPESIFIK HAL-HAL YANG
DIMINTAKAN DALAM PROVISI, SEHINGGA PATUT UNTUK DITOLAK.
Berdasarkan seluruh uraian pembelaan diatas, terbukti bahwa Gugatan
Penggugat telah layak untuk ditolak dan mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan memutus perkara a quo agar dapat memutus sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT / KEWENANGAN MENGADILI:


1. Mengabulkan eksepsi kompetensi absolut / eksepsi kewenangan
mengadili yang diajukan oleh Turut Tergugat 1 untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a quo;
3. Menyatakan bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijke verklaard);
4. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;

DALAM EKSEPSI:

1. Mengabulkan Eksepsi Turut Tergugat 1 untuk seluruhnya;


2. Menyatakan bahwa Gugatan yang diajukan oleh Penggugat tidak dapat
diterima (niet ontvankelijke verklaard);
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang
timbul dalam perkara a quo;
ATAU
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).

Halaman 86 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak mengajukan apapun
lagi untuk membuktikan ataupun membantah khususnya yang berkaitan dengan
eksepsi tentang kewenangan mengadili (kompetensi) relatif yakni tentang
kewenangan mengadili dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk memeriksa
dan mengadili perkara ini, dan kedua belah pihak mohon putusan sela ;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan
perkara ini sebagaimana dalam berita acara persidangan dianggap termuat dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan sela ini ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada


pokoknya adalah mengenai : Permohonan Dan Pelaksanaan Lelang Yang
Dilakukan Oleh Tergugat I Dan Tergugat Ii Bertentangan Dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah;
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat I mengajukan eksepsi
tentang kewenangan mengadili (Komptentsi relatif) Tergugat II juga
mengajukan Komptensi relatif, sedangkan turut Tergugat I mengajukan
Konptensi kewenangan mengadili Obsolut:
Menimbang, bahwa atas eksepsi keweangan mengadili relatif yang
diajukan oleh Tergugat I mengajukan bukti- bukti surat awal yang diberi tanda
T.1-1 sampai dengan bukti T.1-9, sedangkan Tergugat II mengajukan bukti awal
yang diberi tanda T.II-1a, s/d T.II.c. sedangkan TT.I-1 sampai dengan TT.I-13
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim meneliti satu persatu dari
bukti yang diajukan oleh Tergugat I diperoleh fakta yang menjadi permasalahan
antara Para Penggugat dengan Para tergugat dan turut tergugat adalah ada
hubungan hukum berupa pinjam meminjam dana yang dituangkan dalam
perjanjian kredit dengan jaminanan berupa Sertipikat hak milik;
Menimbang, bahwa Para penggugat melakukan keberatan karena
obyek jamianan yang dimaksudkan akan dilelang oleh Tergugat I karena telah
terjadi wanprestasi, atau kredit macet;
Menimbang, bahwa sehubungan dengan hal tersebut terdapat suat
bukti yaitu Bukti T.I-5 berupa Sertipikat Hak tanggungan Peringkat I nomor.6771
tanggal 8 Nopember 2016 yang diterbnitkan oleh Kepala Kantor badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kota Adminitrasi Jakarta Selatan dimana menjadi
lampiran atau melekat suatu Akta pemberian hak tangggungan Nomor :99/2016
tanggal 16 Oktober 2016 ;

Halaman 87 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Menimbang, bahwa dalam bukti tersebut dengan jelas dikemukakan
pada pasal 4 yang menegaskan : Para Pihak dalam hal-hal mengenai hak
tanggungan tersebut diatas dengan segala akibat hukumnya memilih domsili
pada kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pilihan hukum yang telah disepakati
tersebut yang dituangkan dalam perjanjian maka berdasarkan pasal 1338
KUHPerdaata kedua belah pihak yang menyepakatinya harus tunduk dan wajib
melaksanakannya, sehubungan dengan hal tersebut maka Majelis hakim
berpendapat, bahwa mengenai prejanjian Kredit sebagaimana dalam Sertipikat
Hak tanggungan Peringkat I nomor.6771 tanggal 8 Nopember 2016 yang
diterbnitkan oleh Kepala Kantor badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota
Adminitrasi Jakarta Selatan dimana menjadi lampiran atau melekat suatu Akta
pemberian hak tangggungan Nomor :99/2016 tanggal 16 Oktober 2016,
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenangan untuk memeriksa dan
mengadili perkara tersebut akan tetapi seharusnya Para Penggugat
mengajukannya pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas,
Majelis Hakim berpendapat bahwa eksepsi Kewenangan mengadili relative
yang diajukan oleh Tergugat I dberalasan hukum untuk dikabulkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Eksepsi dari Tergugat I mengenai
kewenangan mengadili (komptensi Relatif) dikabulkan, maka eksepsi lainnya
dari Tergugat II dan Tuirut Terggugat menurut hemat Majelis Hakim tidak perklu
dipertimbangkan lagi apalagi gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan Negeri Bogor saat ini masih
dalam pemeriksaan;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi dari tergugat I dikabulkan
maka Pihak Penggugat dinyatakan pada pihak yang kalah, demngan demikian
maka harus di hukum untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini yang jumlahnya akan ditentukan dala amar putusan ini ;
Memperhatikan pasal 1338 KUHPerdata pasal 118 jo pasal 182 HIR,
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum serta pasal-pasal dari undang-undang yang
bersangkutan;

Halaman 88 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


MENGADILI

1. Mengabulkan eksepsi dari Tergugat I


2. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang dan
mengadili perkara No.358 /Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst;
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp2.640.000,- (dua juta enam ratus empat puluh ribu Rupiah)

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada hari senin tanggal Rabu, tanggal 28
Desember 2022 oleh kami: Dr. Zulkifli Atjo. S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua
Majelis, Dewa Ketut Kartana,S.H., M.Hum. dan Betsjie Siske Manoe, S.H.,
M.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan putusan tersebut diucapkan
dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu,
tanggal 28 Desember 2022 oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi oleh
Hakim-Hakim Anggota tersebut dibantu oleh Sainuddin, S.H. Panitera Pengganti
pada Pengadilan Negeri tersebut dihadiri oleh Kuasa Penggugat, Kuasa
Tergugat I, Tergugat II, dan Turut Tergugat I dan telah dikirim secara elektronik
melalui system infomasi Pengadilan pada hari dan tanggal itu juga tanpa dihadiri
oleh Turut Tergugat II maupun Kuasanya

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

TTD TTD

Dewa Ketut Kartana,SH., MHum. Dr. Zulkifli Atjo S.H., M.H.

TTD

Betsji Siske Manoe, S.H., M.H.

Panitera Pengganti,

TTD

Sainuddin, SH,

Halaman 89 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst


Perincian biaya :
1. Biaya Pendaftaran................... : Rp30.000,00;
2. Biaya Proses ........................... : Rp150.000,00;
3. Redaksi .................................. : Rp10.000,00;
4. Materai ................................... : Rp10.000,00;
5. Panggilan ............................... : Rp2.400.000,00;
6. PNBP Panggilan .................... : Rp40.000,00;
Jumlah Rp.640.000,- (dua juta enam ratus empat puluh ribu Rupiah)

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jl. Medan Merdeka Utara No.9 - 13


Panitera Tingkat Pertama Telp.: (021) 3843348 | (021) 3810350 | (021) 3457661
Dwi Setyo Kuncoro S.H., M.H. - 196712171991031005 Email: info@mahkamahagung.go.id
Digital Signature Halaman 90 dari 90 Putusan Perdata Gugatan Nomor 356/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst www.mahkamahagung.go.id

Keterangan :
- Salinan sesuai dengan aslinya.
- Surat/dokumen ini tidak memerlukan tanda tangan basah karena telah ditandatangani secara elektronik (digital signature) dengan dilengkapi sertifikat elektronik.
- Dokumen ini telah ditandatangani secara digital menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) BSSN.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai