Dalam hal ini memberikan Kuasa kepada WIJE, S.H., M.H dan
SETYO RUDIANTO, S.H. Advokat dari Law Office WIJE, S.H.,
.M.H. & PARTNERS Advocate & Legal Consultant, beralamat
di The Boutique Apartment lantai 31 Q, Jalan Benyamin Suaeb
Kav. A6, Kb. Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat 10630, dalam
hal ini bertindak berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 16
Juni 2022, selanjutnya disebut sebagai Para Penggugat I
Lawan:
DALAM PROVISI
Kedudukan dan fungsi Bank sebagai lembaga keuangan yang bergerak dalam
bidang perkreditan turut berpengaruh dalam menentukan lancar tidaknya arus
lalu lintas moneter yang diperlukan dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun masih saja terjadi adanya
kredit macet. Perilaku debitur atau pihak ketiga lainnya yang berusaha untuk
mengelak mengembalikan kredit yang telah diterima atau dengan segala akal
busuknya berusaha menghambat pengembalian kredit yang telah diterimanya,
antara lain dengan menggunakan upaya hukum biasa dan upaya hukum luar
DALAM EKSEPSI :
A. EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF
PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG
SECARA RELATIF MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA A QUO
1 Bahwa suatu gugatan diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh
adanya perbuatan hukum dari pihak lain, namun mencermati dalil-dalil
gugatan perbuatan melawan hukum a quo, PARA PENGGUGAT tidak
jelas dan mampu membuktikan unsur-unsur perbuatan hukum
manakah yang telah dilanggar oleh TERGUGAT I, karena memang
secara hukum pelelangan jaminan kredit yang dilakukan oleh
TERGUGAT I dibenarkan oleh undang-undang yang dikarenakan
PARA PENGGUGAT tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada
TERGUGAT I;
2 Bahwa apabila PARA PENGGUGAT keberatan terhadap lelang
jaminan PARA PENGGUGAT, seharusnya PARA PENGGUGAT
mengajukan gugatan perlawanan a quo melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara.
Dengan demikian, berdasarkan dalil-dalil yang telah disampaikan di atas,
maka telah terbukti gugatan PARA PENGGUGAT kepada TERGUGAT I
adalah terbukti kabur/tidak jelas (obscuur libel), oleh karenanya gugatan
PENGGUGAT tersebut harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima.
MENGADILI:
Dalam Provisi.
Dalam eksepsi.
MENGADILI :
MENGADILI
MENGADILI:
DALAM KONVENSI:
DALAM EKSEPSI:
(Obscuur Libel)
Verklaard);
Rp440.000,00
Pasal 20 :
Kutipan Pasal 2 ayat 4 dan ayat 8 Akta Pemberian Hak Tanggungan No.
99/2016 tanggal 19 Oktober 2016:
Berdasarkan hal-hal sebagaimana telah kami uraikan dalam eksepsi dan dalam
pokok perkara diatas, TERGUGAT I mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus dalam Perkara No.
356/Pdt.G/2022/PN.Jkt.Pst ini agar berkenan memutuskan sebagai berikut :
Dalam Eksepsi:
3.1. Bahwa sebelum lebih jauh menanggapi dalil-dalil Para Penggugat, hal
yang paling penting adalah point of view dalam memahami perkara a quo
yaitu dengan melihat akar permasalahan yang sepatutnya menjadi
concern. Sesuai dengan dalil-dalil Para Penggugat maka telah jelas
bahwa akar permasalahannya adalah wanprestasi atas Perjanjian
Pembiayaan yang telah dilakukan oleh Para Penggugat.
3.2. Bahwa dalam perkara a quo, diketahui para pihak dalam Akta Perjanjian
Kredit Kepemilikan Rumah No. 190 tanggal 29 Juni 2016, Akta Perjanjian
Kredit No. 150 tanggal 20 Juni 2017, Akta Perjanjian Kredit Nomor 77
tanggal 21 Desember 2017 adalah Para Penggugat selaku Debitur dan
Tergugat I selaku Kreditur dengan barang jaminan objek sengketa a quo.
3.3. Bahwa faktanya, Para Penggugat sebagaimana pula diakuinya dalam
dalil posita angka 4 halaman 4, tidak dapat melunasi utangnya kepada
Tergugat I. Hal tersebut jelas-jelas membuktikan bahwa Para Penggugat
telah melakukan wanprestasi atas Akta Perjanjian a quo (Pasal 1238
KUH Perdata), dan oleh karenanya Tergugat I berhak melakukan upaya-
upaya untuk menutup utang Para Penggugat sebagai bentuk tanggung
“bahwa dalam kasus ini telah terbukti adanya perjanjian kredit antara
Penggugat sebagai pihak kreditur dan Tergugat sebagai debitur
perjanjian kredit sebagaimana didalam jawaban Penggugat yaitu
Perjanjian Kredit Nomor 016/PK/NB/PDP/VI/2014, Perjanjian Kredit
Nomor 010/PK/NB/PDP/III/2015, Perjanjian Kredit Nomor
5.5. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 dan Penjelasan Pasal 6 UUHT, sebagai
berikut:
Pasal 6
“Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas
12.1. Bahwa proses lelang objek hak tanggungan telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang tujuannya adalah dalam rangka menegaskan
adanya hak dan kewajiban para pihak, memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum bagi para pihak. Sehingga apabila dalam praktiknya
terdapat pihak yang melanggar ketentuan tersebut, maka sudah
sepatutnya mengetahui akibatnya dan menanggung risikonya.
12.2. Bahwa demikian hal nya dalam perkara a quo, sudah sepatutnya Para
Penggugat mengetahui dan memahami akibat hukum dari hubungan
hukum dengan Tergugat I, serta siap menanggung risikonya
sebagaimana telah dituangkan dalam Perjanjian a quo.
12.3. Bahwa dengan dalil-dalil Para Penggugat yang mengakui tidak
membayar lunas kewajiban utangnya kepada Tergugat I dan berdasarkan
klausul-klausul dalam Akta Perjanjian a quo, maka sepatutnya Para
Penggugat dengan kesadaran sendiri untuk menyerahkan objek perkara
a quo sebagai barang jaminan utang kepada Tergugat I. Sehingga
sangat tidak masuk akal apabila Para Penggugat justru berbalik
menyerang Tergugat II dengan sengaja mencari-cari celah kesalahan
dan menuntut sejumlah pembayaran ganti rugi kepada Tergugat II. Hal
tersebut mencerminkan iktikad tidak baik dari Para Penggugat yang
berusaha mencari keuntungan atas wanprestasi nya yang memang
seharusnya menjadi risiko dan tanggung jawab Para Penggugat.
13.3. Bahwa dikarenakan Para Penggugat telah terbukti wanprestasi
sebagaimana dengan adanya Surat Teguran dan Surat Peringatan I-III,
maka PT Bank Artha Graha Internasional Tbk in casu Tergugat I selaku
SEMA No. 10 Tahun 2020 – Rumusan Kamar Perdata angka 2 huruf (a):
“a. Hakim perdata tidak berwenang membatalkan sertifikat, namun
hanya berwenang menyatakan sertifikat tidak mempunyai kekuatan
hukum, dengan dasar tidak mempunyai alas hak yang sah.
Pembatalan sertifikat adalah tindakan administratif yang merupakan
kewenangan peradilan tata usaha negara (TUN).
Oleh karena terdapat suatu Eksepsi Komptensi Absolut dari Turut Tergugat 1,
maka sebelum memeriksa dan memutus pokok perkara a quo, Turut Tergugat 1
memohon kepada Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar
berkenan untuk memberikan PUTUSAN SELA yang menyatakan tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a quo dan/atau setidak-
tidaknya menyatakan gugatan dari Penggugat tidak dapat diterima (niet
ontvankelijk verklaard), sebagaimana diatur dalam Pasal 134 Herziene
Indonesisch Reglement (HIR) dan Pasal 134 Reglement of de Rechtsvordering
(Rv.) sebagai berikut:
Namun demikian, apabila Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memiliki pendapat/penilaian yang berbeda, maka di bawah ini kami lampirkan
juga Eksepsi dan Jawaban dalam Pokok Perkara dari Turut Tergugat 1, dengan
uraian sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
Bahwa TURUT TERGUGAT 1 dengan ini menolak dengan tegas seluruh dalil
yang disampaikan oleh PENGGUGAT dengan alasan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
TTD TTD
TTD
Panitera Pengganti,
TTD
Sainuddin, SH,
Keterangan :
- Salinan sesuai dengan aslinya.
- Surat/dokumen ini tidak memerlukan tanda tangan basah karena telah ditandatangani secara elektronik (digital signature) dengan dilengkapi sertifikat elektronik.
- Dokumen ini telah ditandatangani secara digital menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) BSSN.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)