Anda di halaman 1dari 9

Prosedur Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase

Prosedur penyelesaian sengketa melalui arbitrase diatur dalam Undang-Undang Nomor


30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU 30/1999”).
Salah satu forum penyelesaian sengketa melalui arbitrase di Indonesia adalah Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”), yang prosedur beracaranya diatur dalam
Peraturan & Prosedur Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia, 1 Januari 2018
(“Peraturan BANI”). Berikut ini merupakan prosedur arbitrase berdasarkan UU 30/1999
dan Peraturan BANI:

1. Syarat Arbitrase

Para pihak dapat menyetujui dalam perjanjian antar mereka bahwa sengketa yang
akan terjadi antara mereka akan diselesaikan melalui arbitrase. Dalam hal timbul
sengketa sebagaimana dimaksud, pemohon harus memberitahukan kepada
termohon bahwa syarat arbitrase telah berlaku. Surat pemberitahuan untuk
mengadakan arbitrase tersebut harus memuat dengan jelas:1

a. nama dan alamat para pihak;


b. penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
c. perjanjian atau masalah yang menjadi sengketa;
d. dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut, apabila ada;
e. cara penyelesaian yang dikehendaki; dan
f. perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila
tidak pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul
tentang jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.

Dalam hal para pihak memilih arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan
mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang
ditandatangani oleh para pihak. Perjanjian tertulis tersebut harus memuat:2

a. masalah yang dipersengketakan;


b. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase;
d. tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;
e. nama lengkap sekretaris;
f. jangka waktu penyelesaian sengketa;
g. pernyataan kesediaan dari arbiter; dan
h. pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala
biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase.

2. Acara yang Berlaku

1 Pasal 8 Ayat (2) UU 30/1999


2 Pasal 9 Ayat (3) UU 30/1999
Para pihak dalam suatu perjanjian tertulis bebas untuk menentukan acara arbitrase
yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa. Dalam hal para pihak tidak
menentukan acara arbitrase, maka sengketa akan diperiksa dan diputus menurut
ketentuan dalam UU 30/1999.3

Apabila para pihak dalam suatu perjanjian secara tertulis sepakat membawa
sengketa ke BANI, atau menggunakan Peraturan BANI, maka sengketa tersebut
diselesaikan di bawah penyelenggaraan BANI berdasarkan Peraturan BANI.4

Semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter atau majelis arbiter dilakukan secara
tertutup untuk umum.5 Bahasa yang digunakan dalam semua proses arbitrase
adalah Bahasa Indonesia, kecuali atas persetujuan arbiter atau majelis arbitrase para
pihak dapat memilih bahasa lain yang akan digunakan.6

3. Proses Arbitrase BANI

3.1. Permohonan Mengadakan Arbitrase dan Penunjukkan Arbiter

Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran dan penyampaian


permohonan arbitrase oleh pihak yang memulai proses arbitrase
(“Pemohon”) kepada Sekretariat BANI (“Sekretariat”). Permohonan
mengadakan arbitrase harus memuat:7

a. Nama dan alamat para pihak;


b. Klausul atau perjanjian arbitrase;
c. Keterangan tentang fakta-fakta dan dasar hukum permohonan arbitrase;
d. Rincian permasalahan; dan
e. Tuntutan dan/atau nilai tuntutan yang dimintakan.

Pemohon harus melampirkan salinan otentik perjanjian bersangkutan atau


salinan otentik perjanjian-perjanjian yang terkait sehubungan sengketa yang
bersangkutan dan suatu salinan otentik perjanjian arbitrase (jika tidak
termasuk dalam perjanjian dimaksud), dan dapat pula melampirkan dokumen-
dokumen lain yang oleh Pemohon dianggap relevan. Apabila dokumen-
dokumen tambahan atau bukti lain dimaksudkan akan diajukan kemudian,
Pemohon harus menegaskan hal itu dalam Permohonan tersebut.8

Pemohon dapat menunjuk seorang arbiter paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender terhitung sejak permohonan arbitrase didaftarkan di Sekretariat
BANI atau menyerahkan penunjukan tersebut kepada Ketua BANI. Apabila

3 Pasal 31 UU 30/1999
4 Pasal 1 Peraturan BANI
5 Pasal 27 UU 30/1999
6 Pasal 28 UU 30/1999
7 Pasal 6 Ayat (2) Peraturan BANI
8 Pasal 6 Ayat (3) Peraturan BANI
dalam batas waktu tersebut, Pemohon tidak menunjuk seorang arbiter maka
penunjukan mutlak telah diserahkan kepada Ketua BANI.9

3.2. Biaya Arbitrase

Permohonan mengadakan Arbitrase harus disertai pembayaran biaya


pendaftaran. Apabila pihak ketiga di luar perjanjian arbitrase turut serta dan
menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase,
maka pihak ketiga tersebut wajib untuk membayar biaya administrasi, biaya
pemeriksaan dan biaya arbiter sehubungan dengan keikutsertaannya
tersebut.10

3.2.1. Biaya Pendaftaran

Rp 2.000.000,- (tidak dapat dikembalikan) dibayarkan pada saat


pendaftaran permohonan arbitrase.

3.2.2. Biaya Administrasi, Biaya Pemeriksaan dan Biaya Arbiter Masing-


Masing Untuk Konvensi Dan Rekonvensi

Nilai Tuntutan (Rp) Biaya


<500.000.000 10.0 %
500.000.000 9.0 %
1.000.000.000 8.0 %
2.500.000.000 7.0 %
5.000.000.000 6.0 %
7.500.000.000 5.0 %
10.000.000.000 4.0 %
12.500.000.000 3.5 %
15.000.000.000 3.2 %
17.500.000.000 3.0 %
20.000.000.000 2.8 %
22.500.000.000 2.6 %
25.000.000.000 2.4 %
27.500.000.000 2.2 %
30.000.000.000 2.0 %
35.000.000.000 1.9 %
40.000.000.000 1.8 %
45.000.000.000 1.7 %
50.000.000.000 1.6 %
60.000.000.000 1.5 %
70.000.000.000 1.4 %
80.000.000.000 1.3 %

9 Pasal 6 Ayat (4) Peraturan BANI


10 http://www.baniarbitration.org/ina/costs.php
90.000.000.000 1.2 %
100.000.000.000 1.1 %
200.000.000.000 1.0 %
300.000.000.000 0.9 %
400.000.000.000 0.8 %
500.000.000.000 0.6 %
>500.000.000.000 0.5 %

Catatan:
1) Untuk klaim yang nilainya lebih besar dari Rp 500.000.000 dan
berada diantara angka-angka tersebut penghitungan tarifnya
menggunakan interpolasi.
2) Biaya ini dibayarkan setelah BANI menerbitkan surat penagihan
kepada para pihak.

3.3. Pendaftaran Permohonan

Setelah menerima permohonan, dokumen-dokumen serta biaya pendaftaran,


Sekretariat harus mendaftarkan permohonan dalam register BANI. Dewan
Pengurus BANI akan memeriksa Permohonan tersebut untuk menentukan
apakah perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase dalam kontrak telah cukup
memberikan dasar kewenangan bagi BANI untuk memeriksa sengketa
tersebut.11

3.4. Tanggapan Termohon

Sekretariat harus menyampaikan satu salinan permohonan dan dokumen-


dokumen lampirannya kepada pihak terhadap siapa permohonan arbitrase
ditujukan (“Termohon”), dan meminta Termohon untuk menyampaikan
jawaban tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah menerima
penyampaian permohonan arbitrase. Dalam Jawaban itu, Termohon dapat
menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan itu kepada Ketua
BANI. Apabila, dalam Jawaban tersebut, Termohon tidak menunjuk seorang
Arbiter, maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah diserahkan kepada
Ketua BANI.12

Ketua BANI berwenang, atas permohonan Termohon, (1) memperpanjang


waktu penunjukan arbiter oleh Termohon dengan alasan-alasan yang sah,
dengan ketentuan bahwa perpanjangan waktu tersebut tidak boleh melebihi
14 (empat belas) hari kalender; dan (2) memperpanjang waktu pengajuan
jawaban oleh Termohon paling lambat pada sidang pertama.13

3.5. Hukum yang Berlaku

11 Pasal 7 Peraturan BANI


12 Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (3) Peraturan BANI
13 Pasal 8 Ayat (4) Peraturan BANI
Hukum yang mengatur materi sengketa adalah hukum yang dipilih dalam
perjanjian komersial bersangkutan yang menimbulkan sengketa antara para
pihak. Dalam hal oleh para pihak dalam perjanjian tidak ditetapkan tentang
hukum yang mengatur, para pihak bebas memilih hukum yang berlaku
berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam hal kesepakatan itu tidak ada,
Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal berhak menerapkan ketentuan-
ketentuan hukum yang dianggap perlu, dengan mempertimbangkan keadaan-
keadaan yang menyangkut permasalahannya.14

3.6. Permohonan Arbitrase

Kecuali apabila Pemohon telah mengajukan permohonan arbitrase dalam


permohonan mengadakan arbitrase (sebagaimana diatur dalam Poin 3.1),
permohonan arbitrase harus diserahkan kepada Sekretariat untuk
disampaikan kepada Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal dan kepada
Termohon paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak susunan Majelis
Arbitrase atau Arbiter Tunggal terbentuk atau jangka waktu lainnya yang
ditentukan oleh Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal.15

Permohonan arbitrase harus memuat sedikitnya hal-hal berikut:16

a. Fakta-fakta yang mendukung tuntutan tersebut;


b. Dasar-dasar hukum atau argumen-argumen yang mendukung tuntutan
tersebut; dan
c. Petitum yang diminta bersamaan dengan jumlah seluruh tuntutan yang
dapat dikuantifikasi.

Pemohon harus melampirkan pada permohonannya salinan perjanjian atau


perjanjian-perjanjian yang ditandatangani para pihak yang terkait dengan
sengketa dan salinan klausul atau perjanjian arbitrase dan dapat pula
melampirkan semua dokumen lainnya yang Pemohon anggap relevan.
Apabila dokumen-dokumen lainnya atau bukti-bukti lainnya akan diserahkan
kemudian, Pemohon harus menyampaikan hal ini di dalam permohonannya.

3.7. Surat Jawaban atas Permohonan Arbitrase

3.7.1. Pengajuan

Dalam hal Pemohon baru menyampaikan permohonan arbitrase


setelah Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal terbentuk sebagaimana
dalam poin 3.7, jawaban Termohon harus disampaikan kepada Majelis

14 Pasal 16 Ayat (1) Peraturan BANI


15 Pasal 17 Ayat (1) Peraturan BANI
16 Pasal 17 Ayat (2) Peraturan BANI
Arbitrase atau Arbiter Tunggal paling lambat 14 (empat belas) hari
kalender sejak Termohon menerima permohonan arbitrase tersebut.17

3.7.2. Tuntutan Balik (Rekonvensi)

Termohon dapat mengajukan tuntutan balik atau upaya penyelesaian


bersama dengan surat jawaban atau paling lambat pada sidang
pertama. Atas tuntutan balik atau upaya penyelesaian tersebut
dikenakan biaya tersendiri sesuai dengan cara perhitungan dalam poin
3.6.1 yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. 18

3.7.3. Jawaban Tuntutan Balik

Dalam hal Termohon telah mengajukan suatu tuntutan balik atau upaya
penyelesaian, Pemohon (yang dalam hal itu menjadi Termohon),
berhak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender atau jangka
waktu lain yang ditetapkan oleh Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal,
untuk mengajukan jawaban atas tuntutan balik atau upaya
penyelesaian tersebut.19

3.8. Yurisdiksi

Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal berhak menyatakan keberatan atas


pernyataan bahwa ia tidak berwenang, termasuk keberatan yang
berhubungan dengan adanya atau keabsahan perjanjian arbitrase jika
terdapat alasan untuk itu.20 Dalam keadaan yang biasa, Majelis Arbitrase atau
Arbiter Tunggal akan menetapkan putusan yang menolak masalah yurisdiksi
sebagai suatu putusan sela. Namun, apabila dipandang perlu Majelis
Arbitrase atau Arbiter Tunggal dapat melanjutkan proses arbitrase dan
memutuskan masalah tersebut dalam putusan akhir.21

3.9. Proses Persidangan

3.9.1. Prosedur Persidangan

Setelah menerima berkas perkara, Majelis Arbitrase atau Arbiter


Tunggal harus menentukan, atas pertimbangan sendiri apakah
sengketa dapat diputuskan berdasarkan dokumen-dokumen saja, atau
perlu memanggil para pihak untuk datang pada persidangan.22

17 Pasal 18 Ayat (1) Peraturan BANI


18 Pasal 18 Ayat (3) Peraturan BANI
19 Pasal 18 Ayat (4) Peraturan BANI
20 Pasal 19 Ayat (1) Peraturan BANI
21 Pasal 19 Ayat (4) Peraturan BANI
22 Pasal 20 Ayat (1) Peraturan BANI
3.9.2. Putusan Sela

Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal berhak menetapkan putusan


provisi atau putusan sela yang dianggap perlu sehubungan dengan
penyelesaian sengketa bersangkutan, termasuk untuk menetapkan
suatu putusan tentang sita jaminan, memerintahkan penyimpanan
barang pada pihak ketiga, atau penjualan barang-barang yang tidak
akan tahan lama.23

3.9.3. Sanksi-Sanksi

Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal berhak menetapkan sanksi atas


pihak yang lalai atau menolak untuk menaati aturan tata-tertib yang
dibuatnya atau sebaliknya melakukan tindakan yang menghambat
proses pemeriksaan sengketa oleh Majelis Arbitrase atau Arbiter
Tunggal.24

3.10. Upaya Mencari Penyelesaian Damai

Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal pertama-tama harus mengupayakan


agar para pihak mencari jalan penyelesaian damai, baik atas upaya para pihak
sendiri atau dengan bantuan mediator/konsiliator atau pihak ketiga lainnya
yang independen atau dengan bantuan Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal
jika disepakati oleh para pihak.25

3.11. Kelalaian Penyelesaian

Apabila Pemohon lalai dan/atau tidak datang pada sidang pertama yang
diselenggarakan oleh Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal tanpa suatu
alasan yang sah, maka permohonan arbitrase dinyatakan batal dengan
penetapan.26

Dalam hal Termohon lalai mengajukan surat jawaban, Majelis Arbitrase atau
Arbiter Tunggal harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada
Termohon dan dapat memberikan perpanjangan jangka waktu paling lambat
14 (empat belas) hari kalender untuk mengajukan Jawaban dan/atau datang
ke persidangan. Dalam hal Termohon juga tidak datang ke persidangan
setelah dipanggil secara patut dan juga tidak mengajukan jawaban tertulis,
Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal harus memberitahukan untuk kedua
kalinya kepada Termohon agar datang atau menyampaikan jawaban. Apabila
Termohon lalai menjawab untuk kedua kalinya tanpa alasan yang sah, Majelis
Arbitrase atau Arbiter Tunggal serta-merta dapat memutuskan dan

23 Pasal 20 Ayat (5) Peraturan BANI


24 Pasal 20 Ayat (6) Peraturan BANI
25 Pasal 21 Peraturan BANI
26 Pasal 22 Ayat (1) Peraturan BANI
mengeluarkan putusan berdasarkan dokumen-dokumen dan bukti yang telah
diajukan Pemohon.27

3.12. Bukti dan Persidangan

Setiap pihak wajib menjelaskan posisi masing-masing, untuk mengajukan


bukti yang menguatkan posisinya dan untuk membuktikan fakta-fakta yang
dijadikan dasar tuntutan atau jawaban.28 Apabila Majelis Arbitrase atau Arbiter
Tunggal menganggap perlu dan/atau atas permintaan masing-masing pihak,
saksi dan/atau ahli dapat dipanggil. Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal
dapat menentukan, atas pertimbangannya sendiri atau atas permintaan
masing-masing pihak, apakah perlu mendengar keterangan saksi dan/atau
keterangan ahli tersebut dalam persidangan.29 Jika pengajuan bukti,
kesaksian dan persidangan telah dianggap cukup oleh Majelis Arbitrase atau
Arbiter Tunggal, maka persidangan mengenai sengketa tersebut ditutup oleh
Ketua Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal yang kemudian dapat
menetapkan suatu sidang untuk penyampaian Putusan akhir.30

Kecuali secara tegas disepakati para pihak, pemeriksaan perkara akan


diselesaikan dalam waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender sejak tanggal Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal terbentuk.
Dalam keadaan-keadaan khusus dimana sengketa bersifat sangat kompleks,
Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal berhak memperpanjang batas waktu
melalui pemberitahuan formal kepada para pihak.31

3.13. Putusan

Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal wajib menetapkan putusan akhir dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak ditutupnya
persidangan, kecuali Majelis Arbitrase atau Arbiter Tunggal
mempertimbangkan bahwa jangka waktu tersebut perlu diperpanjang
secukupnya.32 Dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender, putusan yang
telah ditandatangani para arbiter tersebut harus disampaikan kepada setiap
pihak, bersama 2 (dua) lembar salinan untuk BANI.33

Putusan bersifat final dan mengikat para pihak. Para pihak menjamin akan
langsung melaksanakan Putusan tersebut. Dalam Putusan tersebut, Majelis
Arbitrase atau Arbiter Tunggal menetapkan suatu batas waktu bagi pihak yang
kalah untuk melaksanakan Putusan dimana dalam Putusan Majelis Arbitrase
atau Arbiter Tunggal dapat menetapkan sanksi dan/atau denda dan/atau

27 Pasal 22 Ayat (2) Peraturan BANI


28 Pasal 24 Ayat (1) Peraturan BANI
29 Pasal 24 Ayat (4) Peraturan BANI
30 Pasal 24 Ayat (7) Peraturan BANI
31 Pasal 4 Ayat (6) Peraturan BANI
32 Pasal 26 Peraturan BANI
33 Pasal 33 Peraturan BANI
tingkat bunga dalam jumlah yang wajar apabila pihak yang kalah lalai dalam
melaksanakan Putusan itu.34

4. Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan BANI diserahkan dan
didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri. Arbiter
atau kuasanya wajib menyerahkan putusan dan lembar asli pengangkatan sebagai
arbiter atau salinan otentiknya kepada Panitera Pengadilan Negeri.35

Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela,
putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas
permohonan salah satu pihak yang bersengketa. Perintah tersebut diberikan dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender setelah permohonan eksekusi
didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri.36

5. Pembatalan Putusan Arbitrase

Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan


apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut:37

a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan


dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan; atau
c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaan sengketa.

Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam


waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak hari penyerahan dan
pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri. Putusan atas
permohonan pembatalan ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak permohonan diterima. Terhadap
putusan Pengadilan Negeri dapat diajukan permohonan banding ke Mahkamah
Agung yang memutus dalam tingkat pertama dan terakhir. Mahkamah Agung
mempertimbangkan serta memutuskan permohonan banding dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kalender setelah permohonan banding tersebut diterima
oleh Mahkamah Agung.38

34 Ibid.
35 Pasal 59 UU 30/1999
36 Pasal 61 & Pasal 62 UU 30/1999
37 Pasal 70 UU 30/1999
38 Pasal 72 UU 30/1999

Anda mungkin juga menyukai