Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN KE 3

PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM EXTERN (HUKUM PERDATA


INTERNASIONAL/HPI)

A. IDENTITAS MATA KULIAH

1. PROGRAM STUDI ​ ​: ILMU HUKUM

2. NAMA MATA KULIAH ​: HUKUM ANTAR TATA HUKUM

3. JUMLAH SKS ​ ​ ​: 2 SKS

4. MATA KULIAH PRASYARAT ​:

5. DESKRIPSI MATA KULIAH ​:

Mata Kuliah ini membahas tentang HATAH INTERN dan HATAH EXTERN
(Hukum Perdata Internasional), beserta dengan masing-masing kasus dan
penyelesainnya baik dalam maupun HATAH INTERN maupun Hukum Perdata
Internasional (HPI) / HATAH EXTERN.

6. CAPAIAN PEMBELAJARAN ​:

Setelah mahasiswa mempelajari mata kuliah HATAH, diharapkan dapat memahami


perumusan HATAH INTERN beserta bagian-bagaiannya, memahami HPI bererta
kasus-kasusnya, dan bagaimana cara memahami dalam penyelesaian kasus-kasus
yang berkaitan dengan HATAH INTERN dan HPI (Hukum Perdata Internasional).

7. PENYUSUN ​ ​ ​: DADANG GANDHI. S.H.,M.H.

B. KATA PENGANTAR

Setiap mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Hukum sebelum menyelesaikan


pendidikan S1 wajib menyelesaikan tugas penyusunan skripsi salah satu mata kuliah pada
Program Studi S1 Ilmu Hukum yaitu Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) dan Mata
Kuliah HATAH ini merupakan salah satu makalah wajib yang diberikan atau diajarkan
pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang pada semester ganjil yaitu
semester V (Lima).

Mata Kuliah HATAH ini pembagiannya terdiri atas HATAH INTERN yang
berlaku secara intern dilingkungan hukum di Indonesia beserta contoh-contoh kasusnya
dan HATAH EXTERN atau lebih dikenal sebagai Hukum Perdata Internaisonal (HPI)
beserta contoh-contoh kasus-kasusnya dan HPI ini sebenarnya merupakan hukum
nasionalnya masing-masing Negara karena adanya titik pertalian antara hukum
nasionalnya masing-masing warga Negara ( ) dinamakan HPI. Semoga mahasiswa dapat
nasionalnya masing-masing Negara karena adanya titik pertalian antara hukum
nasionalnya masing-masing warga Negara ( ) dinamakan HPI. Semoga mahasiswa dapat
memahami Mata Kuliah Hukum Antar Tata Hukum ini.

Terima Kasih

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Tangerang Selatan
​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Penyusun

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Dadang Gandhi. S.H.,M.H.

C. DAFTAR ISI

a. Identitas Mata Kuliah

b. Kata Pengantar

c. Daftar Isi

d. Pertemuan 3 : Pengertian Hukum Antar Tata Hukum Extern (Hukum Perdata


Internasional/HPI)

a) Tujuan Pembelajaran
b) Uraian Materi
c) Latihan Soal/Tugas
d) Daftar Pustaka

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Dalam Bab ini akan jelaskan mengenai pengertia Hukum Antar Tata Hukum EXTERN
(Hukum Perdata Internasional/HPI), sehingga mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan perumusan Hukum Perdata Internasional (HPI) dan menyusun Skema


Hukum Perdata Internasional (HPI).

2. Menjelaskan kasus yang terkait dengan Hukum Perdata Internasional dan memberikan
contoh terkait dengan substansi dari Hukum Perdata Internasional (HPI)

B. URAIAN MATERI

1. ISTILAH DAN PENGERTIAN

HATAH EXTERN atau diistilahkan sebagai Hukum Perdata Internasional yang


digunakan di Indonesia sekarang ini merupakan terjemahan atau dari Private
Internasional Law, Internasional Privat Recht, atau Droit Internasional Prive.

Pemahaman terhadap pengertian HPI tidak akan menjadi lebih jelas jika tidak
dikaitkan dengan pembahasan pengertian Hukum Internasional (HI). Hal tersebut
selain dikarenakan keduanya sama-sama memahami istilah Internasional, keduanya
juga seringkali dipertentangkan. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, HPI merupakan
keseluruhan kaidah dan asas Hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi
garis Negara. Dengan kata lain, HPI adalah Hukum yang mengatur hubungan Hukum
keperdataan antara pelaku Hukum yang masing-masing tunduk pada Hukum Perdata
Nasional yang berbeda-beda.

Hukum Internasional Publik (HI) adalah keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintas batas Negara (Hubungan
Internasional) yang bukan bersifat perdata. Dengan demikian antara HPI dan HI
terdapat persamaan, yakni masing-masing mengatur hubungan atau persoalan yang
melintas batas (Internasional). Perbedaannya terletak pada sifat hubungan atau
persoalan yang diaturnya.

Jika dikatakan dengan subyeknya, maka HI mengatur hubungan antar Negara,


sedangkan HPI mengatur hubungan-hubungan perseorangan, dalam kondisi tertentu
suatu Negara (atau Badan Hukum Publiknya) adakalanya melakukan hubungan
keperdataan orang perseorangan maupun menurut Hukum Internasional dari segi
subyek Hukumnya, HI memang bersifat Internasional, Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional (Internasional Court of Justice), menyebutkan bahwa sumber Hukum
tersebut adalah sebagai berikut ;

1. Perjanjian Internasional

2. Kebiasaan Internasional

3. Prinsip-prinsip umum Hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab


dan

4. Putusan-putusan Pengadilan dan Ajaran-ajaran para sarjana paling terkemuka


dari berbagai Negara sebagai sumber tambahan bagai penetapan kaidah
Hukum.

Sumber HPI adalah Hukum Nasional (Domestic Law), oleh karena sumbernya
bukan Hukum Internasional, maka istilah HPI dianggap kurang tepat.

2. RUANG LINGKUP HPI


2. RUANG LINGKUP HPI

Sudargo Gautama mengatakan ada berbagai pendapat atas pandangan tentang Ruang
Lingkup HPI, yaitu sebagai berikut :

1. HPI sama dengan Rechttoepassingrecht :


HPI terbatas pada masalah Hukum yang diberlakukan (Rechttepassingrecht).
Disini yang dibahas hanyalah masalah-masalah yang berkaitan dengan Hukum
yang harus diberlakukan. Hal lain yang berkenaan dengan kompetensi pengadilan,
status orang asing dan kewarganegaraan tidak termasuk bidang HPI.

2. HPI tertunduk dengan Choice of Law dan Choice of Jurisdiction.


Menurut konsep ini, HPI tidak hanya terbatas pada persoalan Conflict Of Law
(Tepatnya Choice of Law), tetapi termasuk juga Conflict of Jurisdiction (Tepatnya
Choice of Jurisdiction), yakni permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi
pengadilan, jadi HPI tidak hanya mencakup masalah Hukum, yang harus
diberlakukan, teetapi menyangkut juga pengadilan mana yang berwenang. Konsep
semacam ini dianut Inggris, Amerika Serikat, dan Negara Law lainnya.

3. HPI sama dengan Choice of Law ditambah Choice of Jurisdiction


Dalam konsep ini HPI tidak hanya menyangkup persoalan pilihan Hukum pilihan
Jurisdiction tetapi juga status orang asing. Konsep ini dianut oleh Italia, Spanyol
dan Negara Amerika Selatan.

4. HPI sama dengan Choice of Law ditambah dengan Choice of Jurisdiction


Menurut konsep ini HPI menyangkut persoalan pilihan Hukum, pilihan yuridiksi,
status orang asing, kewarganegaraan. Masalah kewarganegaaan ini menyangkut
persoalan cara memperoleh kewarganegaraan, konsep HPI yang paling luas ini
dianut oleh HPI Prancis.

Berdasarkam hal tersebut diatas, maka HPI dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Keseluruhan peraturan dan keputusan Hukum yang menunjukan stelsel Hukum


manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan Hukum, jika hubungan-
hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga negara pada satu waktu tertentu
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah
Hukum dari dua atau lebih Negara yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan
kuasa tempat, pribadi dan soal-soal “

Persoalan di bidang Hukum Perdata Internasional (HPI) merupakan


persoalan-persoalan, tetapi ada unsure asingnya (Foreign Element) yang turut
ambil bagian, misalnya pada perkawinan campuran beda kewarganegaraan antara
seorang perempuan warga Negara Indonesia dengan seorang pria warga Negara
Jepang, Hukum mana yang bertalian dalam perkawinan apabila perkawinannya
diselenggarakan di wilayah Indonesia, bagaimana tentang status anak-anaknya,
Hukum manakah yang menentukan, jadi persoalan perdata sehari-hari sudah
melintas Negara sendiri, suatu unsur asing menjadi hubungan HPI.

Disamping persoalan pernikahan beda kewarganegaraan, juga dalam


substansi HPI yaitu perjanjian atas kontrak-kontrak yang dilakukan para pihak
dimana salah satu pihaknya sebagai warga Negara asing. Jadi, dengan
bertambahnya komunikasi dengan dunia luar, bertambahnya hubungan-hubungan
antara pengusaha-pengusaha Indonesia dengan luar negeri yang tidak sedikit
disebankan karena adanya penanaman modal asing (PMA, Joint Venture,
Memorandum of Understanding (MOU), Technical Assistant Agreement,
Management Contract, Production Sharing dan sejenisnya secara besar-besaran di
Indonesia ini, kita saksikan bertambah banyaknya titik-titik pertemuan antara
Hukum Indonesia dengan Hukum luar negeri. Oleh karena itu Hukum bertambah
Indonesia ini, kita saksikan bertambah banyaknya titik-titik pertemuan antara
Hukum Indonesia dengan Hukum luar negeri. Oleh karena itu Hukum bertambah
banyaknya perjanjian-perjanjian hal mana harus diberi jawaban atas pertanyaan
Hukum manakah yang harus diberlakukan. Hal ini, Hukum dari pihak asing atau
Hukum Indonesia. Apakah para pihak boleh memilih hukum lain, dan apakah
Hukum lain yang akan berlaku untuk perjanjian-perjanjian ini.

Disini kita menghadapi kontrak-kontrak yang dinamakan kontrak-kontrak


Internasional, karena ada unsur-unsur luar negerinya, sistem Hukum asing
dipertautkan dengan Hukum Negara kita sendiri sehingga timbul pertanyaan
tentang Hukum yang harus berlaku ini merupakan inti persoalan HPI.

SKEMA HPI

Kalau dilhat dan dipelajari tentang perumusan HPI, maka dapat


disimpulkan bahwa waktunya bersamaan, sedangkan tempat, pribadi dan soal-
soalnya berbeda, dan kalau kita mempelajari sekema HPI, maka skema HPI
adalah sama dengan skema HAT, yang berbeda hanya dalam HAT kejadiannya
dalam lingkungan satu Negara yaitu NKRI, kaidah-kaidah yang bertemu adalah
kaidah-kaiadah dari satu Negara, sedangkan dalam HPI kaidah-kaidahnya adalah
dari dua atau lebih Negara-negara Indonesia dengan Negara Singapura, jadi
kaidah Negara X bertemu dengan kaidah Negara Y. Jadi skema HPI sebagai
berikut :

SKEMA HPI

WW
T ​ ​T

P ​ ​P

S ​ ​S

NEGARA X ​ ​NEGARA X

Dari materi yang telah dijelaskan diatas terkait dengan HATAH EXTERN atau
Hukum Perdata Internasional (HPI), maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. HPI merupakan bagian dari Hukum Perselisihan (Conflict of Law), sedangkan


inti dari Hukum Perselisihan adalah serangkaian asas Hukum, kaidah
Hukumatau peraturan yang berfungsi untuk menentukan Hukum yang berlaku
untuk menyelesaikan perkara jika di dalam perkara tersebut tenyata terkait
pada lebih dari satu sistem Hukum/Kaidah Hukum/Peraturan, sedangkan HPI
adalah bagian dari Hukum perselisihan yang memiliki kekhasan berupa
adanya unsure asing (Foreign Element) di dalam masalah Hukum yang
dihadapi.

2. Penyelesaian perkara Hukum perselisihan dalam HPI harus dilakukan dengan


menggunakan metode Hukum perselisihan, metode ini melibatkan pranata
Hukum yang disebut sebagai titik taut dan kualiikasi.

3. HPI di Indonesia tumbuh sejak masa penjajahan belanda. Cikal bakal HPI
dalam konteks Negara jajahan adalah Hukum antar golongan (HAG).
Lahirnya HAG karena adanya Pasal 13/AB (Algemeine Bepalingen Van
Woetgeving) Indonesia yang membagi penduduk Hindia Belanda ke dalam
tiga golongan penduduk yaitu Eropa atau disamakan, Timur Asing dan
Bumiputera. Masing-masing golongan penduduk itu tunduk pada sistem
Hukum yang berbeda.Golongan penduduk eropa atau yang disamakan tunduk
tiga golongan penduduk yaitu Eropa atau disamakan, Timur Asing dan
Bumiputera. Masing-masing golongan penduduk itu tunduk pada sistem
Hukum yang berbeda.Golongan penduduk eropa atau yang disamakan tunduk
pada Hukum adat masing-masing dan pada tahun 1923 ditundukan pada
Hukum Perdata Barat dengan beberapa pengecualian dan golongan penduduk
bumiputera tunduk pada Hukum adat masing-masing. Hubungan antar
golongan penduduk itu melahirkan peristiwa Hukum antar golongan sejak
Indonesia merdeka pengelompokan berdasarkan golongan penduduk ini
menjadi tidak relevan, mengingat Indonesia dan belanda sama-sama
berkedudukan sebagai Negara merdeka dan berkedaulatan. Oleh karena itu,
hubungan antara orang-orang belanda dan Indonesia itu diatur dengan Hukum
Perdata Internasional.

4. Indonesia tidak memiliki peraturan yang secara komprehensif mengatur kaidah


HPI. Hingga saat ini, peraturan utama yang pergunaka untuk menjelaskan
perkara HPI termuat dalam Pasal 16 sampai 18 Algemene Bepalingen Van
Wetgeving Voor Indonesia. Ketiga pasal tersebut mengatur tentang Hukum
yang dipergunakan untuk menjelaskan masalah status dan kewenangan
personal (Berdasarkan ajaran Lex Situs), dan status Hukum dari suatu
perbuatan Hukum/hubungan Hukum (Berdasarkan ajaran Lex Situs). Ketiga
pasal itulah yang hingga saat ini menjadi pasal dasar untuk menyelesaikan
masalah-masalah HPI, sedangkan kaidah HPIdari beberapa masalah
transisional yang bersifat khusus.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Coba saudara jelaskan pengertian dari perumusan Hukum Antar Tata Hukum
EXTERN (HATAH EXTERN) atau Hukum Perdata Internasional dan berikan
contohnya terkait dengan Hukum Perdata Internasional (HPI).

2. Coba saudara jelaskan pengertian bahwa Hukum Antar Golongan (HAG) makin
berkurang peranannya dalam Hukum Indonesia dan berkembang menjadi HPI setelah
Indonesia merdeka.

3. Apa yang membedakan antara HATAH INTERN dengan HATAH EXTERN (HPI).

D. DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung.


PT. Citra Aditya Bakti.2013.

Ridwan Khairady. 2010. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta, FH UII


Press.

S. Gautama. 1987. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonsia. Jakarta. Binacipta.


1987.

Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni. 2010.

9
9

Anda mungkin juga menyukai