Anda di halaman 1dari 10

1.

PROSES PENUNTUTAN DI KEJAKSAAN Setelah pemeriksaan di tingkat kepolisian/ penyidik dirasa lengkap, kasus dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakukan proses penuntutan. Pelimpahan perkara dilengkapi dengan berkas perkara, tersangka dan alat bukti lainnya. Apabila dalam waktu 7 hari tidak ada pemberitahuan dari kejaksaan, maka berkas dinyatakan P-21 dan siap dilakukan penuntutan. Akan tetapi jika berkas dirasa kurang lengkap, maka berkas dikembalikan dengan dilengkapi saran tentang kekurangan. Penyidik diberikan waktu selama 14 hari untuk melengkapi berkas, jika melewati batas waktu itu,penyidikan dapat dihentikan. PENYUSUNAN SURAT DAKWAAN Surat dakwaan adalah suatu akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan (M. Yahya Harahap; 1993:414-415) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENYUSUN SURAT DAKWAAN sesuai dengan BAP menjadi dasar hakim bersifat sempurna dan mandiri SYARAT-SYARAT DAKWAAN 1. Syarat Formil Identitas terdakwa (143 ayat (2) KUHAP), nama lengkap, tepat lahir, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. Tanggal dibuat Tandatangan PU 2. Syarat Materiil Dirumuskan secara cermat, jelas dan lengkap tentang tindak pidana yang didakwakan terhadap terdakwa (143 (2) huruf b) Disebutkan locus dan tempus delictie SIFAT SEMPURNA SURAT DAKWAAN Dapat Dibatalkan Jika syarat formil tidak dipenuhi Batal Demi Hukum Jika syarat materiil tidak dipenuhi Dianggap tidak memenuhi syarat materiil jika: Dakwaan kabur (obscuur libelen) dianggap kabur karena unsur-unsur tindak pidana tidak diuraikan atau terjadi percampuran unsur tindak pidana Berisi pertentangan antara satu dengan yang lainnya terdakwa didakwa turut serta (medepleger) dan turut membantu (medeplecteheid) BENTUK-BENTUK SURAT DAKWAAN

1. Tunggal (satu perbuatan saja) misalnya pencurian biasa (362 KUHP) 2. Alternatif saling mengecualikan antara satu dengan yang lainnya, ditandai dengan kata ATAU... misalnya pencurian biasa (362 KUHP) atau penadahan (480 KUHP) Alternatif bukan kejahatan perbarengan 3. Subsidair diurutkan mulai dari yang paling berat sampai dengan yang paling ringan digunakan dalam TP yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUHP. contoh. Lazimnya untuk pembunuhan berencana menggunakan paket dakwaan primer: 340, subsidair: 338, lebih subsidair: 355, lebih subsidair lagi 353. 4. Kumulatif 141 KUHAP: Beberapa tindak pidana dilakukan satu orang sama Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkutan Bentuk dakwaan Kumulatif 1. Berhubungan dengan concursus idealis/ endaadse samenloop perbuatan dengan diancam lebih dari satu ancaman pidana. (63 (1)KUHP) misal: pengendara mobil menabrak pengendara sepeda motor berboncengan satu meninggal (359) dan satu luka berat (360) 2. Berhubungan dengan perbuatan berlanjut (vorgezette handeling) Perbuatan pidana yang dilakukan lebih dari satu kali misal perkosaan terhadap anak dibawah umur (287) dilakukan secara berlanjut (64 (1) KUHP) 3. Berhubungan dengan concursus realis/ meerdadse samenloop (65 KUHP) melakukan beberapa tindak pidana Pidana pokoknya sejenis Pidana pokoknya tidak sejenis Concursus kejahatan dan pelanggaran Gabungan antara alternatif dan subsidair misal: pembunuhan berencana (340) ketahuan orang sehingga membunuh orang tersebut (339), mengambil kendaraan orang yang dibunuh tersebut (362) 4. Gabungan TP khusus dan TP umum. Kumulatif penganiayaan dan KDRT. PROSES PENYUSUNAN SURAT DAKWAAN A. VOEGING Voeging adalah penggabungan berkas perkara dalam melakukan penuntutan, dan dapat dilakukan jika (pasal 141 KUHAP): a. beberapa tindak pidana; b. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang atau lebih; c. belum diperiksa dan akan diperiksa bersama. B. SPLITSING Selain penggabungan perkara, PU juga memiliki hak untuk melakukan penuntutan dengan jalan pemisahan perkara (142 KUHAP). Splitsing dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana para tersangka saling menjadi saksi. Hal ini dilakukan untuk menguatkan dakwaan PU. Dalam perkembangannya, penuntutan dapat dihentikan oleh JPU dengan beberapa

pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah sesuai dengan bunyi pasal 140 ayat (2) KUHAP, yaitu: karena tidak cukup bukti peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana perkara ditutup demi hukum 2. PROSES PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN JENIS-JENIS ACARA PEMERIKSAAN A. Acara Pemeriksaan Biasa (152-202 KUHAP) B. Acara Pemeriksan Singkat/ sumir (203 KUHAP), kategorinya untuk perkara pelanggaran non pasal 205 KUHAP. C. Acara Pemeriksan Cepat/ Roll biasanya berhubungan dengan TP ringan dan Pelanggaran lalu lintas. (205 KUHAP). Kategorinya adalah pidana kurungan paling lama 3 bulan dan denda sebanyak-banyaknya Rp. 7500,-. Perbedaan mendasar antara acara pemeriksaan singkat dan cepat adalah, untuk acara pemeriksaan singkat tetap menggunakan JPU sedangkan acara pemeriksaan cepat langsung penyidik dengan hakim tunggal. PRINSIP PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN Terbuka untuk umum kecuali kesusilaan dan anak TP khusus dimungkinkan secara Inabsentia (pasal 154 ayat (4) KUHAP) Pemeriksaan secara langsung dan lisan Berjalan secara bebas tanpa adanya intervensi TAHAPAN PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN SIDANG PERTAMA Pemeriksaan Identitas Terdakwa (155) Memperingatkan terdakwa untuk memperhatikan dan memberikan nasihat (155) Pembacaan Surat Dakwaan Menanyakan apakah terdakwa mengerti isi dakwaan Hak mengajukan Eksepsi/ keberatan EKSEPSI Eksepsi adalah keberatan terdakwa atau penasihat hukumnya atas dakwaan PU. Dasar alasan eksepsi: 1. PN tidak berwenang mengadili KEWENANGAN MENGADILI A. KOMPETENSI ABSOLUT Kewenangan mutlak yang dimiliki oleh pengadilan dalam mengadili perkara berhubungan dengan jenis perkara. PN, PA, PTUN dan PM B. KOMPETENSI RELATIF Kewenangan relatf yang dimiliki oleh lembaga pengadilan sederajat dalam hal daerah hukum. 2. Dakwaan tidak dapat diterima Ne bis in idem Daluwarsa 3. Meminta surat dakwaan dibatalkan 4. Surat dakwaan diubah tanpa pemberitahuan Dakwaan atau salinan surat dakwaan harus diterima oleh terdakwa/ penasihat hukumnya paling lambat 7 hari sebelum sidang. Surat dakwaan dapat diubah dengan ketentuan (144

KUHAP): a. 7 hari sebelum sidang b. perubahan hanya satu kali c. salinan perubahan harus diberikan kepada terdakwa/ penasihat hukumnya SIDANG LANJUTAN Jawaban atas keberatan terdakwa oleh PU Putusan sela atas eksepsi Putusan sela berisi tentang: a. eksepsi diterima, maka persidangan dihentikan b. eksepsi ditolak, maka persidangan dilanjutkan. Terhadap putusan sela dapat dilakukan upaya hukum yang disebut dengan VERZET atau perlawanan. Perlawanan diajukan setelah putusan pemidanaan. Pemeriksaan alat bukti. MACAM-MACAM ALAT BUKTI: Menurut pasal 184 KUHAP : 1. Keterangan saksi Menjadi saksi adalah kewajiban semua orang, kecuali dikecualikan oleh UU. Menghindar sebagai saksi dapat dikenakan pidana (Penjelasan pasal 159 (2) KUHAP) KETENTUAN SEBAGAI SAKSI (185 KUHAP): Melihat sendiri Mengalami sendiri Mendengar sendiri Bukan anggota keluarga terdakwa sampai derajat ketiga, keluarga ayah atau ibu, suami/istri (walaupun sudah cerai) Karena jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia TATA CARA PEMERIKSAAN SAKSI Saksi dipanggil satu persatu menurut urutan sebaiknya o/ hakim. Korban first. (160 (1) Memeriksa identitas Saksi wajib mengucapkan sumpah (160 ), di dalam sidang/ diluar (233). Tidak sumpah = sandera/ dianggap keter angan biasa (161) Keterangan berbeda dengan BAP. Hakim wajib mengingatkan (163) Terdakwa dapat membantah atau membenarkan keterangan saksi (164(1) Kesempatan mengajukan pertanyaan (164) Larangan mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat (166) Saksi tetap dihadirkan di sidang (167) atau ditentukan lain (172) Pemeriksaan saksi tanpa hadirnya terdakwa (173) SYARAT SAH KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI Disumpah Mengenai perkara yang dilihat, didengar, dialami serta alasan pengetahuannya. Harus didukung alat bukti lainnya Persesuaian antara keterangan dengan lainnya 2. Keterangan ahli Keterangan ahli adalah apa yang seseorang ahli nyatakan dalam sidang pengadilan (186 KUHAP) Keterangan ahli dapat berupa keterangan lisan dan dapat juga berupa surat (visum et

repertum yang dijelaskan oleh seorang ahli)

3. Surat Prof. Pitlo, Surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti, yang menerjemahkan suatu isi pikiran. Menurut pasal 187 KUHAP yang termasuk surat adalah: a. Berita acara dan surat resmi lainnya yang dibuat oleh pejabat umum b. Surat keterangan dari seorang ahli c. Surat lainnya yang berhubungan dengan tindak pidana 4. Petunjuk Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. (188) Petunjuk hanya diperoleh dari : a. Keterangan saksi b. Surat c. Keterangan terdakwa 5. Keterangan terdakwa Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan sendiri atau ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri (189) Prinsip keterangan terdakwa a. Tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat menjerat (pasal 166 KUHAP) b. KUHAP tidak menganut asas The Right to Remain in Silence (Pasal 175 KUHAP) Jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab Sebelum berlakunya pasal ini, alat bukti yang ada dalam Nederland Sv pasal 339 adalah: 1. Eigen Waarneming van de rechter (pengamatan sendiri oleh hakim) 2. Verklaring van de verdachte (keterangan terdakwa) 3. Verklaringen van een getuige (keterangan seorang saksi) 4. Verklaringen van een deskundige (keterangan seorang ahli) 5. Schriftelijke bescheiden (surat-surat) Sedangkan pada masa HIR, alat buktinya adalah (295 HIR): 1. Kesaksian-kesaksian 2. Surat-surat 3. Pengakuan 4. Isyarat-isyarat/ petunjuk KEKUATAN PEMBUKTIAN Urutan dalam pasal 184 KUHAP bukan merupakan urutan kekuatan pembuktian. Kekuatan pembuktian terletak dalam pasal 183 KUHAP dengan asas Unus testis nullus testis Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan keyakinan hakim.

PEMBAHARUAN ALAT BUKTI DALAM KUHAP

a. Saksi ahli perlu ada standarisasi seperti apa ahli itu. Contoh kasus Tjandra Sugiono, Mas Wigantoro ahli dalam bidang telematika ditolak sebagai ahli karena tidak bisa menunjukkan sertifikat ahlinya, sedangkan Prof. Loebby Loqman dapat sebagai ahli tanpa pengesahan. b. Alat bukti surat perlu diubah menjadi dokumen (UU pembuktian Malaysia: luas termasuk kaset dan video) c. Petunjuk: Belanda mengenal eigen waarneming van de rechter sedangkan Amerika mengenal judicial notice yang artinya pengamatan hakim. Prinsipnya sama ditambah dengan pengakuan barang bukti. Pembacaan tuntutan oleh PU Berbeda dengan surat dakwaan, surat tuntutan adalah sebuah nota atau surat yang disusun berdasarkan fakta yang diperoleh dari pemeriksaan persidangan, sehingga dasar tuntutan pidana sesungguhnya merupakan kesimpulan yang diambil oleh penuntut umum terhadap fakta-fakta yang terungkap di persidangan. ISI TUNTUTAN PIDANA Tuntutan pidana secara garis besar harus memuat: a. surat dakwaan b. pemeriksaan di persidangan (pemeriksaan alat bukti) c. fakta-fakta persidangan d. pembuktian e. tuntutan pidana Pembelaan (pledooi) Pledooi adalah pembelaan yang bersifat lisan atau tertulis baik dari terdakwa maupun dari penasihat hukumnya berkenaan dengan tuntutan PU Pledooi bisa dijawab oleh PU disebut dengan REPLIK dan bisa dijawab untuk satu kali lagi oleh terdakwa atau penasihat hukumnya disebut DUPLIK Replik dan duplik Musyawarah hakim TEORI PEMBUKTIAN 1. Conviction-in time (berdasarkan keyakinan hakim saja) 2. Conviction-rasionee (keyakinan didukung oleh alasan yang jelas) 3. Menurut UU secara positif Sistem bebas Sistem positif Sistem negatif (gabungan) 4. Berdasarkan UU secara negatif (keyakinan dan alasan yang logis) 5. KUHAP (sistem negatif) Putusan Pengadilan Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini. (pasal 1 butir 11 KUHAP) JENIS-JENIS PUTUSAN 1. Putusan bebas (Vrijspraak) pasal 191 (1) KUHAP Tidak terbukti adanya kesalahan

Tidak adanya 2 alat bukti Tidak adanya keyakinan hakim Tidak terpenuhinya unsur tindak pidana 2. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum (onslaag van alle) pasal 191 (2) KUHAP Terbukti tetapi bukan tindak pidana Adanya alasan pemaaf, pembenar atau keadaan darurat 3. Putusan Pemidanaan Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh hakim jika ia telah memperoleh keyakinan, bahwa terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan dan ia menganggap bahwa perbuatan dan terdakwa dapat dipidana Memberitahukan kepada terdakwa bahwa memiliki hak untuk menerima, pikir-pikir atau banding 3. UPAYA HUKUM 1. Biasa Verzet (upaya hukum terhadap putusan eksepsi) Banding (upaya hukum terhadap putusan pemidanaan) Upaya banding dapat diajukan oleh terdakwa/penasihat hukumnya atau oleh PU karena tidak puas dengan putusan PN Tidak ada pengaturan yang jelas mengenai alasan pengajuan banding. Pengecualian banding: a. Putusan bebas b. Lepas dari segala tuntutan hukum berkenaan dengan kurang tepatnya penerapan hukum c. Putusan dalam acara cepat Kasasi Menurut perundang-undangan Belanda ada tiga alasan pengajuan kasasi: a. Terdapat kelalaian dalam hukum acara (vormverzuim) b. Peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada kesalahan c. Tidak melaksanakan cara melakukan peradilan sesuai undang-undang 2. Luar Biasa Kasasi demi kepentingan hukum Kasasi demi kepentingan hukum hanya diajukan oleh Jaksa Agung demi kepentingan hukum dan tidak merugikan pihak manapun. (259 KUHAP) Peninjauan Kembali Permintaan PK dapat dilakukan dengan dasar alasan: a. Keadaan baru (Novum) yang seandainya keadaan itu diketahui pada saat sidang berlangsung dapat menjatuhkan putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atau meringankan terdakwa b. Adanya pertentangan alasan antara putusan satu dengan yang lainnya c. Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata 4. PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN (EXECUTIE) KUHAP mengatur pelaksanaan putusan pengadilan pasal 270 276: Putusan pengadilan dilakukan oleh Jaksa Pidana mati Pidana berturut-turut

Pidana denda Pengaturan barang bukti yang dirampas oleh negara Ganti kerugian Biaya perkara Pidana bersyarat HAWASMAT Pengawasan dan pengamatan putusan pengadilan dilakukan oleh hakim pengawas dan pengamat.

Pemeriksaan Pendahuluan

Pada pelaksanaan hukum acara kewenangan MK yang lain, sidang pemeriksaan pendahuluan dilakukan oleh sidang panel hakim yang terdiri dari 3 orang. Sidang Pemeriksaan Pendahuluan bertujuan untuk memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan sebelum masuk dalam pemeriksaan pokok perkara.[1] Pada tahapan ini Majelis Hakim wajib memberi nasihat kepada pemohon untuk melengkapi dan/atau memperbaiki permohonan. Berkaitan dengan permohonan dalam perkara memutus pendapat DPR atas tuduhan impeachment kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden maka hal-hal yang perlu diperiksa pada tahapan pemeriksaan pendahuluan adalah syarat-syarat formil dan kelengkapan administrasi yang meliputi 1. legal standing Majelis hakim memeriksa apakah benar bahwa pemohon dalam perkara ini adalah DPR atau kuasa yang ditunjuk oleh DPR. 2. Kewenangan MK untuk mengadili perkara Majelis Hakim memeriksa apakah benar perkara yang diajukan oleh pemohon termasuk dalam kewenangan MK untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini. 3. prosedur pengambilan keputusan DPR Majelis Hakim memeriksa apakah proses pengambilan keputusan DPR atas pendapat bahwa Presiden dan/atau wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Pasal 7B ayat (3) UUD 1945 dan Peraturan Tata Tertib DPR. Dalam rangka memenuhi hal ini maka permohonan DPR hendaknya menyertakan (i) keputusan DPR, (ii) risalah sidang DPR dan (iii) berita acara rapat DPR yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan sebagaimana diatur dalam pasal 7B UUD 1945 dan Peraturan Tata Tertib DPR.

4. Bukti-bukti

Majelis Hakim memeriksa apakah bukti-bukti yang diajukan dalam permohonan telah memadai untuk melakukan proses impeachment di MK. MK juga harus menetapkan standar bukti permulaan yang cukup sehingga proses pemeriksaan pendapat DPR dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya. Analisis Proses Impeachment Menurut UUD 1945 Mengenai standar bukti permulaan yang cukup ini, MK harus mengacu pada standar bukti pada hukum acara pidana mengingat bahwa tuduhan impeachment adalah terutama berkaitan dengan perbuatan pidana yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. MK juga harus menetapkan jumlah bukti yang harus diajukan oleh DPR dalam permohonannya. Pasal 183 KUHAP menentukan bahwa untuk menjatuhkan pidana kepada seseorang, sekurang-kurangnya dibutuhkan 2 (dua) dari 5 (lima) jenis alat bukti yang sah. Apakah MK juga akan menetapkan bahwa DPR harus melampirkan minimal 2 (dua) alat bukti dalam permohonannya ataukah harus lebih? Mengingat bahwa kasus impeachment adalah kasus khusus yang membutuhkan penanganan dan persyaratan yang istimewa. Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyebutkan alat-alat bukti yang sah adalah: a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk; e. keterangan terdakwa. Bilamana mengacu pada KUHAP maka timbul permasalahan yaitu apakah keterangan saksi dan/atau ahli yang disampaikan dalam rapat panitia khusus DPR dapat digolongkan pada alat bukti yang sah. Hal ini mengingat bahwa saksi dan ahli hanya dapat legitimasi didepan sidang. Apakah rapat panitia khusus DPR termasuk sebagai sidang yang dapat mengangkat saksi dan ahli? UU MK sendiri mengatur bahwa bila pemohon ingin mengajukan saksi dan/atau ahli dalam persidangan maka biodata saksi dan/atau ahli dapat dilampirkan dalam permohonan. Namun lampiran pengajuan nama saksi dan/atau ahli tidaklah Analisis Proses Impeachment Menurut UUD 1945 termasuk dalam kualitas alat bukti yang harus dilampirkan dalam permohonan DPR. Keterangan saksi dan/atau ahli yang diajukan pemohon tersebut menjadi alat bukti bagi majelis hakim untuk menjatuhkan putusan. Oleh sebab itu bila mengacu pada jenis alat bukti yang sah menurut KUHAP maka kemungkinannya hanya ada 2 (dua) jenis alat bukti yang sah yang dapat diajukan DPR dalam permohonannya dimana alat bukti tersebut snagat kuat dan tidak lagi menimbulkan perdebatan yaitu alat bukti surat dan alat bukti petunjuk. Kembali mengacu pada KUHAP, pada pasal 187 KUHAP yang disebut surat adalah surat yang dibuat atas atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, yaitu : a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu; Dengan demikian, maka berita acara rapat pansus DPR dapat dijadikan alat bukti surat untuk dilampirkan pada permohonan. b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau suatu keadaan; Dalam kaitannya dengan proses impeachment, mungkin saja DPR menemukan keputusan atau surat penetapan yang

dikeluarkan Presiden dan/atau Wakil Presiden yang mengarah pada tuduhan impeachment. Temuan DPR atas Analisis Proses Impeachment Menurut UUD 1945 keputusan atau surat penetapan tersebut dapat dijadikan alat bukti bagi permohonan ke MK. c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya; Hal ini sama dengan berita acara sebagaimana disebut di huruf (a). Berita acara rapat pansus DPR yang menghadirkan ahli untuk dimintai keterangannya dalam rapat pansus dapat menjadi alat bukti surat. Sedangkan yang disebut alat bukti petunjuk, dengan merujuk pada pasal 188 ayat (1) KUHAP adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaian, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siap pelakunya. 5. Daftar nama calon saksi dan calon ahli Memeriksa apakah dalam permohonan telah dicantumkan daftar nama calon saksi dan calon ahli. Daftar nama ini menjadi penting mengingat prosedur beracara untuk memutus pendapat DPR ini dibatasi oleh waktu, selain itu karena keterangan yang diberikan oleh saksi maupun ahli merupakan bahan pertimbangan yang berharga mengingat proses beracara di MK dalam rangka memutus pendapat DPR ini bersifat adversarial.

Anda mungkin juga menyukai