Anda di halaman 1dari 46

Prof. Eddy O.

S Hiariej
 Dalam kosa kata Inggris ada dua kata yang sama-sama
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai bukti
namun sebenarnya kedua kata tersebut memiliki
perbedaan yang cukup prinsip. Pertama adalah kata
“evidence” dan yang kedua adalah kata “proof”
 Evidence  informasi yang memberikan dasar-dasar
yang mendukung suatu keyakinan bahwa beberapa
bagian atau keseluruhan fakta itu benar.
 Proof  mengacu kepada hasil dari suatu proses
evaluasi dan menarik kesimpulan terhadap evidence
 Kata evidence lebih dekat kepada pengertian alat
bukti menurut hukum positif, sedangkan kata proof
dapat diartikan sebagai pembuktian yang mengarah
kepada suatu proses
 Bukti  sesuatu yang menyatakan kebenaran
suatu peristiwa
 Membuktikan  memperlihatkan bukti
 Pembuktian  proses, perbuatan atau cara
membuktikan
 Hukum pembuktian  ketentuan2 mengenai
pembuktian yang meliputi AB, BB, cara
mengumpulkan dan memperoleh bukti sampai
pada penyampaian bukti di pengadilan serta
kekuatan pembuktian dan beban pembuktian
 Hukum pembuktian pidana  ketentuan2
mengenai pembuktian yang meliputi AB, BB, cara
mengumpulkan dan memperoleh bukti sampai
pada penyampaian bukti di pengadilan serta
kekuatan pembuktian dan beban pembuktian
dalam perkara pidana
 Supomo  membenarkan hubungan hukum dalam arti
luas dan dalam arti sempit pembuktian diperlukan
apabila apa yang dikemukakan oleh penggugat itu
dibantah oleh tergugat.
 Pembuktian penting apabila ada sengketa,
perselisihan, perkara, masalah, dispute
 Sudikno Mertokusumo  arti logis (pembuktian
mutlak, absolut, tidak dimungkinkan bukti lawan);
konvensional (pembuktian untuk memperoleh
keyakinan, bersifat nisbi / relatif) dan yuridis
(memberikan kepada hakim mengenai bukti2 itu
sebagai dasar mengambil putusan)
 Eddy O.S Hiariej  mencari kebenaran atas suatu
peristiwa hukum
1. Relevant  suatu bukti haruslah relevan
dengan sengketa atau perkara yang sedang
diproses
2. Admissible  suatu bukti haruslah dapat
diterima
3. Exclusionary rules  prinsip hukum yang
mensyaratkan tidak diakuinya bukti yang
diperoleh secara melawan hukum
4. Weight of proof  setiap bukti yang
relevan dan dapat diterima harus dapat
dievaluasi oleh hakim
 Bukti yang diterima berarti bukti tersebut
relevan
 Exclusionary rules  otoritatif atau
kekuasaan mutlak dari hakim
 Weight of proof merupakan otoritatif hakim
1. Terjadi pertentangan bukti antara satu
dengan yang lain yang mana bukti-bukti
tersebut berasal dari sumber yang berbeda
dan tidak dapat dirujuk
2. Bukti yang tidak dapat digunakan karena
diperoleh secara ilegal yang disebut dengan
tainted evidence (bukti yang ternodai) 
derivative evidence (bukti yang tidak
orisinil)
 tainted evidence (bukti yang ternodai) misal
ada mayat atau jenazah maka jangan diapa-
apakan atau jangan dilakukan otopsi sebelum
ada perintah dari penyidik
 Otopsi harus disaksikan oleh polisi
 Contoh derivative evidence / bukti yang
tidak orisinil: surat perjanjian tetapi
suratnya foto copian dan yang aslinya tidak
pernah diperlihatkan
William R. Bell :
1. Bukti harus relevan
2. Bukti harus dapat dipercaya (reliable)
3. Bukti tidak boleh didasarkan pada persangkaan
yang tidak semestinya (unfair prejudice)
Contoh : dalam hukum pidana seorang tidak
boleh disangkakan melakukan zinah apabila 2
orang, perempuan dan laki-laki mereka
menginap di hotel semalam suntuk dan hanya
ada 1 kasur tidur
4. Dasar pembuktian  alat-alat bukti yang sah
5. Mencari dan mengumpulkan bukti harus di dalam
…….
1. Hukum pembuktian meliputi hal yang
sangat luas
2. Perkembangan hukum pembuktian sangat
berpengaruh bagi perkara yang sedang
ditangani dan bukti yang dimiliki
3. Hukum pembuktian bukanlah sistem yang
teratur
4. Tidak ada satu kesatuan hukum pembuktian
yang dapat diterapkan untuk semua proses
hukum
1. Bewijs theorie / Teori Pembuktian
2. Bewijsmiddelen / Alat-Alat Bukti
3. Bewijsvoering / Cara memperoleh,
mengumpulkan sampai menyampaikan alat
bukti di persidangan
4. Bewijslast / Beban Pembuktian
5. Bewijskracht / Kekuatan Pembuktian
6. Bewijsminimum / Minimum Pembuktian
1. Positief Wettelijk Bewijstheorie
Teori pembuktian menurut UU secara
positif. Hakim memutus perkara hanya
berdasarkan AB yang sah menurut UU.
Digunakan dalam perkara perdata.
2. Conviction Raisonee
Hakim memutus perkara berdasarkan
keyakinan secara rasional.
Teori yang bobotnya agak besar dan
digunakan dalam proses pemeriksaan acara
cepat
3. Conviction Intime
Hakim memutus perkara hanya berdasarkan
keyakinan mereka.
Teori ini memiliki bobot yang paling besar
dan digunakan atau berlaku di Amerika.
4. Negatief Wettelijk Bewijstheorie
Teori pembuktian menurut UU secara
negatif. Hakim memutus perkara
berdasarkan AB yang sah menurut UU
ditambah dengan keyakinan hakim.
Bobot 50:50 dan digunakan atau berlaku di
Indonesia
 Unus udex : hakim tunggal
 Dalam teori ke 3 atau Conviction Intime,
hakim mempunyai hak veto. Misal dalam hal
juri menyatakan tidak bersalah (not guilty)
tetapi hakim menyatakan bersalah maka
hakim mempunyai hak untuk menjatuhkan
pidana. Dalam persidangan, juri tidak boleh
bercakap-cakap, tidak boleh saling kenal.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa hakim di
Amerika tidak mau kontroversi dengan
putusan juri. Apapun putusan juri
diterimanya dan masyarakat pun patuh atau
taat terhadap putusan pengadilan.
 Teori ke 4 atau Negatief Wettelijk Bewijstheorie
larangan hakim terdapat dalam Pasal 183 KUHAP
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.” Jadi antara AB dan keyakinan
harus seimbang. Ada keyakinan namun harus
memenuhi minimum AB.
 Postulat / adagium / aksioma : asas, dasar,
prinsip
 “Lebih baik membebaskan 1000 orang yang
bersalah daripada menghukum 1 orang yang
tidak bersalah”
Alat-alat bukti yang digunakan untuk
membuktikan telah terjadi suatu peristiwa
hukum. Apa saja yang menjadi alat bukti akan
diatur dalam hukum acara.
Peristiwa hukum : segala perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum
Penguraian cara bagaimana menentukan,
mengumpulkan dan menyampaikan alat-alat
bukti kepada hakim di pengadilan. Berkaitan
Exclusionary rules  prinsip hukum yang
mensyaratkan tidak diakuinya bukti yang
diperoleh secara melawan hukum
 Burden of proof adalah pembagian beban
pembuktian yang diwajibkan oleh UU untuk
membuktikan suatu peristiwa hukum
 Actori incumbit probatio
 Actori incumbit onus probandi  Actore non
probante, reus absolvitur (siapa yang menuntut
harus membuktikan, jika tidak bisa
membuktikan, terdakwa dibebaskan)
 Exculpatory evidence  hak terdakwa untuk
menunjukkan sesuatu untuk mengurangi
hukuman atau bahkan menghilangkan tuntutan
pidana
 Affirmatifve defense  hak terdakwa untuk
menunjukkan / mengajukan bukti baru
Kekuatan pembuktian dari masing-masing alat
bukti dalam rangkaian penilaian terbuktinya
suatu dakwaan  Kesesuaian antara alat bukti
yang satu dengan alat bukti yang lain
 Tujuan : untuk mengikat kebebasan hakim 
untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa,
minimal 2 AB ditambah keyakinan hakim
 Probative evidence  bukti probatif cenderung
membuktikan proporsi suatu isu dalam sebuah
kasus  memberikan kesempatan kepada briers
of fact untuk menyimpulkan sebuah fakta
penting agar dapat diterima di pengadilan, nilai
probatif suatu bukti harus memiliki bobot yang
melebihi nilai prejudisialnya.
 Preponderance of the evidence  hakim
menemukan bahwa versi fakta penggugat lebih
probable daripada tidak. Artinya, bobot bukti
untuk salah satu pihak lebih besar dibandingkan
pihak lain (51% atau lebih dari bobot bukti)
 Witness (saksi)
 Expert (ahli)
 Document (surat)
 Real / physical evidence (barang bukti)
1. Kualitas pribadi saksi  kualitas saksi dalam
hubungannya dengan terdakwa
2. Apa yang diterangkan saksi  substansi (cerita)
dan sumber pengetahuan saksi (lihat, dengar,
alami sendiri)
3. Sebab apa saksi mengetahui tentang
kesaksiannya
4. Kewajiban saksi untuk mengucapkan sumpah
atau janji sebelum memberikan keterangan di
depan sidang pengadilan
5. Adanya hubungan antara isi keterangan saksi
dengan isi keterangan saksi lain atau alat bukti
lain
 Jika saksi tidak di sumpah maka
keterangannya bukan sebagai alat bukti
tetapi sebagai hal yang memperkuat
keyakinan hakim
 Menjadi saksi itu kewajiban, namun ada
profesi tertentu yang dapat menolak diminta
menjadi saksi (hak ingkar) yaitu dokter,
advokat, notaris, pastor (dalam
perkembangan jaman berlaku untuk semua
pemuka agama), wartawan
1. Topik kesaksian ahli  meminta kesaksian
ahli dihadirkan di persidangan untuk
meyakinkan juri atau hakim perihal topik
yang membutuhkan keahlian tersebut
2. Siapa yang boleh memberikan kesaksian
ahli (mereka yang punya ilmu tertentu yang
diperoleh melalui pendidikan formal dan
mereka yang tidak punya pendidikan formal
tetapi berpengalaman di bidang tertentu)
3. Jenis keterangan ahli  pernyataan pendapat
ahli didasarkan pada fakta di persidangan /
kebenaran berdasarkan pengetahuan atau
penelitian atau observasi yang dilakukan ahli di
luar pengadilan.
1) keterangan ahli berupa opini, mengenai fakta
yang diketahui sebelum persidangan;
2) keterangan ahli menjelaskan permasalahan
teknis atau arti dari kata;
3) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli,
pengamatan, perbandingan, dan deskripsi yang
memerlukan keahlian;
4) keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli,
yang tidak memerlukan keahlian untuk
pengamatan, perbandingan dan
pendeskripsiannya; dan yang terakhir
5) keterangan dari orang lain yang diterima
mengenai sifat seorang ahli
4. Corak kesaksian ahli  menyatakan
pendapat dan kesimpulan dari topik yang
dijelaskan dengan pembatasan ─ khususnya
dalam kasus-kasus pidana ─ untuk
menyatakan secara eksplisit apakah
terdakwa yang sedang diproses bersalah
telah melakukan suatu kejahatan

Catatan :
Pemeriksaan ahli di pengadilan tidak boleh
menyangkut kasus yang sedang disidangkan.
Pemeriksaan hanya sebatas pertanyaan
perumpamaan-perumpamaan atau
permisalan saja
 Dokumen sebagai bukti meliputi surat dan alat
bukti tertulis lainnya, termasuk juga di dalamnya
adalah dokumen elektronik
 Tiga hal yang berkaitan dengan dokumen sebagai
bukti :
1. Terkait keaslian dokumen tersebut
2. Isi dari sebuah dokumen
3. Apakah dokumen tersebut dilaksanakan sesuai
dengan isinya
Pemalsuan secara materiil asli namun isinya tidak
sesuai dengan fakta
Pemalsuan secara formil isi sesuai dengan fakta
namun mungkin ttd, kop surat dllnya palsu
 Hal-hal yang diakui sebagai bukti oleh PU
dengan tujuan memberatkan terdakwa atau
oleh PH dengan tujuan meringankan
terdakwa
 Physical evidence / real evidence 
circumtantial evidence  bukti ini harus
diperkuat oleh kesaksian atau sebaliknya
kesaksian diperkuat oleh bukti2 lainnya 
corroborating evidence
 Physical evidence / real evidence
membutuhkan ahli untuk menjelaskannya
 Adalah disiplin ilmu yang unik yang mana prinsip
dan teknik dari ilmu dasar (biologi, kimia dan
fisika ) yang digunakan untuk menganalisis BB
dalam rangka mengambil informasi untuk
memecahkan masalah hukum
 Forensik menjadi bidang interdisipliner yang
besar, terdiri dari sejumlah area yang berbeda
tetapi berhubungan seperti kedokteran
kehakiman (patologi, odontologi, antropologi),
toksikologi, kimia forensik, identifikasi forensik,
dokumen yang meragukan dan senjata api.
Kendatipun kedokteran forensik dimulai pada
abad ke 6, namun ilmu forensik mulai digunakan
di pengadilan pada pertengahan tahun 1800.
 Dalam kasus yang dipublikasikan secara
besar2an, pengadilan Prancis meminta M.J.B
Orfila (1787-1853), seorang dokter Spanyol,
untuk membantu mereka dalam menentukan
apakah seorang wanita telah membunuh
suaminya dengan memberiya makanan yang
mengandung arsenik. Orfila, dengan menerapkan
metode kimia analitik yang sederhana,
menentukan bahwa wanita tersebut telah
meracuni suaminya dengan arsenik
 Ilmuan forensik bekerja sama dengan aparat
penegak hukum dengan menggunakan metode
ilmiah untuk mengembangkan informasi faktual
yang disajikan dalam laporan tertulis atau
kesaksian langsung di pengadilan sehingga hakim
dapat membuat putusan berdasarkan informasi
mendalam atas suatu barang bukti
 Dalam kasus pembunuhan yang menggunakan senjata
api, dengan peluru apa yang menyebabkan korban itu
tewas dan dari senjata mana peluru itu ditembakkan
berikut posisi pelaku pada saat melakukan
penembakan termasuk jarak dan waktu akan
dibuktikan secara balistik  berurusan dengan studi
senjata api, amunisi, dan trajektori peluru (jalur
terbak peluru). Senjata api mencakup senjata tangan
(revolver atau semi otomatis, senapan dan shotgun
(senjata laras pendek)
 Banyak dari balistik mencakup apa yang terjadi ketika
sebuah senjata ditembakkan. Adakalanya, pemeriksa
tidak dapat mengenali peluru yang sudah sangat
terdeformasi (perubahan bentuk atau wujud dari
yang baik menjadi kurang baik) karena menumbuk
objek yang keras. Sebagai gantinya, peluru bisa
ditimbang. Jumlah grain dapat digunakan untuk
menentukan kalibernya (1.0 gram – 1/7000 dari satu
pound). Semua faktor di atas disebut karakteristik
kelas dan dapat digunakan untuk menggambarkan
mulut dan peluru yang ditembakkan dari sebuah
senjata api
1. Direct evidence / langsung (lihat, dengar, alami
sendiri)
2. Circumtantial evidence / tidak langsung
3. Substitute evidence / pengganti (sesuatu yang tidak
perlu dibuktikan karena ada pengetahuan umum
atau sesuatu yang sudah dianggap umum, peristiwa
alami yang tidak perlu lagi dibuktikan)
4. Testimonial evidence  factual testimony (saksi
fakta), opinion testimony (sangat jarang, saksi
fakta sekaligus ahli), dan expert opinion (pendapat
ahli)
5. Physical / real evidence  Objek fisik dari sesuatu
yang berkaitan dengan kejahatan
6. Demonstrative evidence / reka ulang
7. Documentary evidence / AB surat
1. Barang yang diperuntukkan / sudah dipakai
untuk melakukan tindak pidana. Misal : pisau
untuk menikam, kayu untuk memukul
2. Barang hasil tindak pidana. Misal : merampok
dibank, dan uangnya dipakai untuk membeli
mobil. Maka mobil: masuk ke poin 2, uangnya:
masuk poin no 4
3. Barang yang diciptakan oleh tindak pidana dan
barang2 yang menjadi gantinya (misal
pemalsuan uang)
4. Barang yang didapat dengan jalan melakukan
tindak pidana
5. Barang untuk perbandingan
Berdasarkan Pasal 39 KUHAP :
1. Benda/tagihan tersangka atau terdakwa yang
seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak
pidana
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung
untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya (misal pistol, senjata api)
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-
halangi penyidikan tindak pidana
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan
melakukan tindak pidana (misal bom rakitan)
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung
dengan tindak pidana yang dilakukan
Benda/barang yang disita itu ada 3
kemungkinan :
1.Dimusnahkan
2.Dikembalikan kepada negara
3.Dikembalikan kepada pemiliknya
Alat bukti  segala apa yang menurut undang-
undang dapat dipakai untuk membuktikan
sesuatu :
a.Keterangan saksi
b.Keterangan ahli
c.Surat
d.Petunjuk
e.Keterangan terdakwa
 Saksi  orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri
 Keterangan saksi  salah satu AB dalam
perkara pidana yang berupa keterangan dari
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang
ia dengar sendiri, lihat sendiri dan ia alami
sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu
 Keterangan saksi  Putusan MK  orang yang dapat
memberikan keterangan dalam rangka penyidikan,
penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang
tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia
alami sendiri (disebut saksi alibi : tidak ada di
tempat sewaktu kejadian perkara)
 2 keterangan saksi itu 1 AB atau 2 AB?
Bisa jadi 1 bisa jadi 2, AB keterangan saksi itu
istimewa bisa dihitung secara kualitatif dan
kuantitatif. Tapi berdasarkan Ps 185 KUHAP, 2
keterangan saksi bisa dihitung 2 AB.
Kes. 2 keterangan saksi atau lebih yang sama dan
bersesuaian maka itu dihitung 1 AB. Kalau berdiri
sendiri tetapi bersesuaian itu 2 AB. Keterangan 2 atau
lebih saksi kalau berbeda tetapi tidak bersesuaian
maka tidak dapat dijadikan AB.
 Keterangan saksi diberikan melalui teleconference,
sah kah?
Hal itu dapat dilakukan kroscek (dilihat filosofisnya)
yang dilakukan oleh hakim, jaksa, advokat maka
dianggap sah sebagai AB.
 Saksi mata adalah bukti yang paling penting
dalam perkara pidana
 Clifford & Davis  tiga tahapan dalam
penyidikan untuk mengidentifikasi saksi mata
dalam rangka menemukan tersangka 
1. Saksi mata disuruh menceritakan segala
informasi yang ia lihat dan informasi lainnya
yang brkaitan dengan kejahatan. Politi dapat
menggunakan program komputer atau sketsa
wajah dari pelaku
2. ……………………………………
 Keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
 Keterangan ahli sah sebagai AB jika dinyatakan di
depan persidangan dan di bawah sumpah
 Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan
pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau PU
yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan
dibuat dengan mengingat sumpah diwaktu ia
menerima jabatan atau pekerjaan
 Bentuk Surat
1. Berita acara/ surat lain yang dibuat oleh
pejabat umum
2. Surat yang dibuat menurut ketentuan
perUUan contoh akta notaris, sertifikat tanah
3. Surat keterangan ahli
4. Surat lain yang hanya berlaku karena ada
hubungannya dengan AB lain
 Perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain
maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya. Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari
keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa
 Persyaratan petunjuk
1. Adanya perbuatan, kejadian dan keadaan yang bersesuaian
2. Ada dua persesuaian, yaitu bersesuaian antara masing2
perbuatan, kejadian, dan keadaan satu sama lain maupun
bersesuaian antara perbuatan, kejadian, dan keadaan
dengan tindak pidana yang didakwakan
3. Persesuaian yang demikian itu menandakan atau
menunjukkan adanya 2 hal yaitu menunjukkan bahwa
benar telah terjadi suatu tindak pidana dan menunjukkan
siapa pelakunya
 Petunjuk : circumtantial evidence atau
bukti tidak langsung yang bersifat sebagai
pelengkap atau accessories evidence
 Bukti petunjuk ini bru digunakan dalam hal
AAB yang ada belum dapat membentuk
keyakinan hakim tentang terjadinya tindak
pidana dan keyakinan bahwa terdakwalah
yang melakukannya
 Keterangan terdakwa dalam konteks hukum
pembuktian secara umum dapatlah disamakan dengan
bukti pengakuan atau confessions evidence
 Keterangan terdakwa tanpa bukti2 yang memperkuat
suatu kesaksian. Maka dengan sendirinya bukti
tersebut tidak bernilai apa2
 Keterangan terdakwa  apa yang terdakwa nyatakan
disidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang
ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri
 Keterangan terdakwa mengandung nilai pembuktian
yang sah :
1. Harus dinyatakan di depan sidang pengadilan
2. Isi keterangannya mengenai perbuatan yang dilakukan
terdakwa, segala hal yang diketahuinya dan kejadian
yang dialaminya sendiri
 Adakalanya keterangan tersangka atau
terdakwa pada tahap penyidikan, penyidik
menggunakan alat deteksi kebohongan.
Deteksi kebohongan ada yang menggunakan
metode psikofisologis dan ada yang
menggunakan teknik paralinguistik
 Metode psikofisiologis memadukan psikologi
dan biologi yang menimbulkan keyakinan
bahwa seseorang yang berbohong
menciptakan konflik secara sadar yang
memicu kepanikan atau ketakutan disertai
dengan perubahan psikologi yang dapat
diinterpretasikan
 Metode paralinguistik didasarkan pada
perhitungan kata terhadap jawaban
tersangka atas pernyataan penyidik. Secara
linguistik ada 3 perbedaan dalam cara
pembohong berbicara.
1. pembohong cenderung lebih sendikit
menggunakan kata ganti personal
2. pembohong lebih banyak menggunakan kata
yang berkonotasi emosi negatif
3. pembohong menceritakan peristiwa yang
kurang kompleks bila dibandingkan orang lain
yang berkata benar tentang peristiwa itu

Anda mungkin juga menyukai