Moh. Anwar
Dosen Fakultas Hukum Unversitas Wiraraja Sumenep
ABSTRAK
kredit pada umumnya berfungsi untuk memperlancar suatu kegiatan usaha dan
khususnya bagi kegiatan perekonomian di Indonesia sangat berperan penting dalam
kedudukannya baik untuk usaha produksi maupun usaha swasta yang dikembangkan
secara mandiri karena bertujuan meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat. Bank
sebagai lembaga keuangan yang menghasilkan jasa keuangan yang telah membantu
pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman
yang antara lain melalui kredit perbankan, yaitu berupa perjanjian kredit antara
kreditur sebagai pihak pemberi pinjaman atau fasilitas kredit dengan debitur sebagai
pihak yang berutang. Permasalahn yang diangkat adalah bagaimana bentuk
perlindungan hukum terhadap kreditur ketika debitur wanprestasi dan sanksi apa saja
yang diberikan kreditur ketika debitur wanprestasi. Tujuannya untuk mengetahui
perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian kredit menurut UU No. 4
Tahun 1996 dan untuk mengetahui sanksi apa saja yang diberikan kreditur ketika
debitur wanprestasi. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu
metode yang berlandaskan pada filsafat positifme. Metode ini digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara prandom (pengumpulan data). Kreditur dalam mendapatkan
perlindungan hukum ketika debitur wanprestasi sesuai dengan Pasal 51 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 serta pihak
kreditur bisa memberikan sanksi kepada debitur ketika debitur wanprestasi yang
terdapat dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan. Hasil
dari penelitian ini bahwa sudah disediakan lembaga hak jaminan yang kuat dan dapat
dibebankan pada hak atas tanah yaitu Hak Tanggungan sebagai pengganti Lembaga
Hypotheek dan Credit Verband. Untuk itu saya menyarankan kepada pembaca
khususnya dan masyarakat pada umumnya bahwa setiap kita melakukan suatu tindakan
hendaklah mengikuti peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku di
Indonesia.
Kata Kunci : Pelindungan Hukum, Kreditur, Perjanjian Kredit, Jaminan Hak
Tanggungan.
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Tanggungan Atas Tanah beserta karya yang telah ada atau aka nada
benda-benda yang berkaitan dengan yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah dan menjadikan kepentingan tanah tersebut, dan yang merupakan
debitur maupun kreditur mendapat milik pemegang hak atas tanah yang
perlindungan hukum dari pembebanannya dengan tegas
pemerintah. Tujuan utama dinyatakan di dalam Akta Pemberian
diundangkannya undang-undang hak Hak Tanggungan yang bersangkutan.
tanggungan ini khususnya memberi Apabila bangunan, tanaman, dan hasil
lindungan hukum bagi pihak karya sebagaimana dimaksud pada
kreditur apabila pihak pihak debitur ayat (4) tidak dimiliki oleh pemegang
melawan hukum berupa hak atas tanah, pembebanan Hak
wanprestasi. Tanggungan atas benda-benda
2. Undang-Undang Republik tersebut hanya dapat dilakukan
Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 dengan penandatanganan serta pada
Berdasarkan Undang-Undang Akta Pemberian Hak Tanggungan
Hak Tanggungan, obyek yang dapat yang bersangkutan oleh pemiliknya
dibebani dengan Hak Tanggungan atau yang diberi kuasa untuk itu
adalah hak-hak atas tanah beserta olehnya dengan akta otentik.
benda-benda yang berkaitan dengan Suatu obyek Hak Tanggungan
tanah. dapat dibebani dengan lebih dari satu
Hak atas tanah yang dapat Hak Tanggungan guna menjamin
dibebani Hak Tanggungan adalah: pelunasan lebih dari satu utang.
a. Hak Milik; Apabila suatu obyek Hak Tanggungan
b. Hak Guna Usaha; dibebani dengan lebih dari satu Hak
c. Hak Guna Bangunan. Tanggungan, peringkat masing-
Selain hak-hak atas tanah masing Hak Tanggungan ditentukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menurut tanggal pendaftarannya pada
Hak Pakai atas tanah Negara yang Kantor Pertanahan. Peringkat Hak
menurut ketentuan yang berlaku wajib Tanggungan yang didaftar pada
didaftar dan menurut sifatnya dapat tanggal yang sama ditentukan
dipindahtangankan dapat juga di- menurut tanggal pembuatan Akta
bebani Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan yang
Hak tanggungan dapat juga bersangkutan ( www.dot.com.id. No.
dibebankan pada hak atas tanah 42, 18 Maret 2011)
berikut bangunan, tanaman, dan hasil
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
mengenai tata cara eksekusi Hak dan biaya mahal. Bank dapat
Tanggungan. langsung meminta kepada
Hak Tanggungan memang pengadilan agar mengeksekusi
dirancang sebagai hak jaminan yang barang jaminan untuk selanjutnya
kuat, dengan ciri khas eksekusi dijual lelang. Sebagai dasar
“mudah dan pasti”. Akan tetapi, permintaan eksekusi barang jaminan
praktiknya tidak demikian. Beberapa oleh bank adalah sertifikat hak
ketentuan UUHT tidak tegas, tidak tanggungan itu mempunyai kekuatan
lengkap, serta tidak memperhatikan eksekutorial, sehingga disamakan
konfigurasi peraturan dalam sistim dengan putusan hakim yang
hukum yang berlaku (termasuk berkekuatan hukum tetap.
tentang banyaknya upaya hukum Pengalihan eksekutorial dari
yang bisa disalahgunakan untuk grose akta hipotik ke sertifikat
menangguhkan lelang eksekusi hipotik lalu ke sertifikat Hak
objek Hak Tanggungan), sehingga Tanggungan merupakan
justru memicu ketidakpastian. Untuk penyimpangan terhadap Pasal 224
membatasi hambatan tersebut, HIR yang bersifat memaksa.
diperlukan adanya tambahan Khoidin membenarkan pendapat
ketentuan, terutama yang tersebut. Menurutnya, kendati
menegaskan bahwa lelang objek pengalihan tersebut dikukuhkan
Hak Tanggungan berdasarkan dengan undang-undang juga kurang
parate eksekusi dilaksanakan tanpa tepat, karena UU No. 4 Tahun 1996
fiat pengadilan. Adapun yang merupakan hukum materiil bukan
dilaksanakan berdasarkan title hukum formil. Hukum materiil
eksekutorial Sertifikat Hak mengatur hak dan kewajiban,
Tanggungan sama sekali tidak boleh sedangkan hukum formil bersifat
ditangguhkan kecuali terdapat unsur imperative yang mengatur tata cara
pidana. melaksanakan hukum materiil.
Apabila suatu kredit diikat Menurut Pasal 224 HIR
dengan Hak Tanggungan, makajika suatu grose dari akta hipotik dan
debitur (nasabah) ingkar janji, tanah surat utang yang dibuat di hadapan
yang dijadikan agunan dapat notaris di Indonesia, di mana pada
dieksekusi secara paksa. Bank tidak kepalanya memakai kalimat Demi
perlu berperkara ke pangadilan yang Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
memakan waktu lama, tenaga besar, Yang Maha Esa mempunyai
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “JENDELA HUKUM” FAKULTAS HUKUM UNIJA. Volume I Nomor 1 April 2014