Anda di halaman 1dari 33

Pembuktian Dalam

Hukum Pidana
Dr. Beniharmoni Harefa, S.H., LL.M.
Materi Kuliah
1. Arti Beberapa Istilah
2. Arti Penting Pembuktian
3. Fundamental & Karakter Hukum
Pembuktian
4. Parameter Pembuktian
5. Alat-Alat Bukti Universal
6. Alat Bukti Menurut KUHAP
Arti Beberapa Istilah
 Dalam kosa kata Inggris ada dua kata yang sama-sama
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai ‘bukti’
namun sebenarnya kedua kata tersebut memiliki
perbedaan yang cukup prinsip. Pertama adalah kata
“evidence” dan yang kedua adalah kata “proof”.
 “Evidence”  informasi yang memberikan dasar-dasar
yang mendukung suatu keyakinan bahwa beberapa
bagian atau keseluruhan fakta itu benar.
 “Proof”  mengacu kepada hasil dari suatu proses
evaluasi dan menarik kesimpulan terhadap “evidence”
 Kata “evidence” lebih dekat kepada pengertian alat bukti
menurut hukum positif, sedangkan kata “proof” dapat
diartikan sebagai pembuktian yang mengarah kepada
suatu proses
 “Bukti”  sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu
persitiwa.
 “Membuktikan”  memperlihatkan bukti
 “Pembuktian”  proses, perbuatan atau cara
membuktikan
 Hukum pembuktian  ketentuan-ketentuan mengenai
pembuktian yang meliputi alat bukti, barang bukti, cara
mengumpulkan dan memperoleh bukti sampai pada
penyampaian bukti di pengadilan serta kekuatan
pembuktian dan beban pembuktian.
 Hukum pembuktian pidana  ketentuan-ketentuan
mengenai pembuktian yang meliputi alat bukti, barang
bukti, cara mengumpulkan dan memperoleh bukti
sampai pada penyampaian bukti di pengadilan serta
kekuatan pembuktian dan beban pembuktian dalam
perkara pidana.
Arti Penting Pembuktian
 Supomo  Membenarkan hubungan hukum
dalam arti luas dan dalam arti sempit
pembuktian diperlukan apabila apa yang
dikemukakan oleh penggugat itu dibantah
oleh tergugat.
 Sudikno Mertokusumo  Arti logis,
konvensional dan yuridis.
 Eddy O.S Hiariej  Mencari kebenaran atas
suatu peristiwa hukum.
Fundamental Dalam
Pembuktian
1. Relevant  suatu bukti haruslah relevan dengan
sengketa atau perkara yang sedang diproses.
2. Admissible suatu bukti haruslah dapat
diterima.
3. Exclusionary rules  prinsip hukum yang
mensyaratkan tidak diakuinya bukti yang
diperoleh secara melawan hukum.
4. Weight of Proof  setiap bukti yang relevan dan
dapat diterima harus dapat dievaluasi oleh
hakim.
Bukti Yang Tidak DapaT
Memperkuat Kasus
1. Terjadi pertentangan bukti antara satu
dengan yang lain yang mana bukti-bukti
tersebut berasal dari sumber yang
berbeda dan tidak dapat dirujuk.
2. Bukti yang tidak dapat digunakan karena
diperoleh secara ilegal yang disebut
dengan tainted evidence (bukti yang
ternodai)  derivative evidence.
Faktor-Faktor Terkait
Pembuktian
William R. Bell :
1. Bukti harus relevan.

2. Bukti harus dapat dipercaya (reliable).

3. Bukti tidak boleh didasarkan pada persangkaan


yang tidak semestinya (unfair prejudice).
4. Dasar pembuktian  alat-alat bukti yang sah.

5. Mencari & mengumpulkan bukti harus dengan


cara-cara yang sesuai dengan hukum
Karakter Hukum Pembuktian
1. Hukum pembuktian meliputi hal yang sangat luas.
2. Perkembangan hukum pembuktian sangat
berpengaruh bagi perkara yang sedang ditangani
dan bukti yang dimiliki.
3. Hukum pembuktian bukanlah sistem yang teratur.
4. Tidak ada satu kesatuan hukum pembuktian yang
dapat diterapkan untuk semua proses hukum.
Parameter Pembuktian
1. Bewijs theorie
2. Bewijsmiddelen
3. Bewijsvoering
4. Bewijslast
5. Bewijskracht
6. Bewijsminimum
Bewijstheorie
1. Positief Wettelijk Bewijstheorie
2. Conviction Raisonee
3. Conviction Intime
4. Negatief Wettelijk Bewijstheorie
Bewijsmiddelen

Alat-alat bukti yang digunakan


untuk membuktikan telah
terjadi suatu peristiwa hukum.
Apa saja yang menjadi alat
bukti akan diatur dalam
hukum acara.
Bewijsvoering

Penguraian cara bagaimana


menentukan,mengumpulkan
dan menyampaikan alat-alat
bukti kepada hakim di
pengadilan.
Bewijslast
 Burden of proof adalah pembagian beban
pembuktian yang diwajibkan oleh undang-
undang untuk membuktikan suatu peristiwa
hukum.
 Actori incumbit probatio.
 Actori incumbit onus probandi  Actore non
probante, reus absolvitur .
 Exculpatory evidence
 Affirmatifve defense
Bewijskracht
Kekuatan pembuktian dari
masing-masing alat bukti dalam
rangkaian penilaian terbuktinya
suatu dakwaan  Kesesuaian
antara alat baukti yang satu
dengan alat bukti yang lain
Bewijs Minimmum
 Bukti minimum yang diperlukan dalam pembuktian untuk mengikat
kebebasan hakim  untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa,
paling tidak harus ada dua alat bukti ditambah dengan keyakinan
hakim.
 Probative evidence  bukti probatif cenderung membuktikan
proporsi suatu isu dalam sebuah kasus memberikan kesempatan
kepada triers of fact untuk menyimpulkan sebuah fakta penting
agar dapat diterima di pengadilan, nilai probatif suatu bukti harus
memiliki bobot yang melebihi nilai prejudisialnya.
 Preponderance of the evidence  Hakim menemukan bahwa versi
fakta penggugat lebih probable daripada tidak. Artinya, bobot bukti
untuk salah satu pihak lebih besar dibandingkan pihak lain (51%
atau lebih dari bobot bukti.
Alat-Alat Bukti Universal

1. Witness
2. Expert

3. Document

4. Real/Physical Evidence
Witness
1. Kualitas pribadi saksi  kualitas saksi dalam
hubungannya dengan terdakwa.
2. Apa yang diterangkan saksi  substansi & sumber
pengetahuan saksi.
3. Sebab apa saksi mengetahui tentang kesaksiannya.
4. Kewajiban saksi untuk mengucapkan sumpah atau janji
sebelum memberikan keterangan di depan sidang
pengadilan.
5. Adanya hubungan antara isi keterangan saksi dengan
isi keterangan saksi lain atau alat bukti lain.
Expert
1. Topik kesaksian ahli  Meminta kesaksian ahli dihadirkan di persidangan untuk
meyakinkan juri atau hakim perihal topik yang membutuhkan keahlian tersebut.
2. Siapa yang boleh memberikan kesaksian ahli.
3. Jenis keterangan ahli  Pernyataan pendapat ahli didasarkan pada fakta di
persidangan/kebenaran berdasarkan pengetahuan atau penelitian atau observasi
yang dilakukan ahli di luar pengadilan. 1) keterangan ahli berupa opini, mengenai
fakta yang diketahui sebelum persidangan; 2) keterangan ahli menjelaskan
permasalahan teknis atau arti dari kata; 3) keterangan atas fakta yang diberikan
oleh ahli, pengamatan, perbandingan dan deskripsi yang memerlukan keahlian; 4)
keterangan atas fakta yang diberikan oleh ahli, yang tidak memerlukan keahlian
untuk pengamatan, perbandingan dan pendeskripsiannya dan yang terkahir; 5)
keterangan dari orang lain yang diterima mengenai sifat seorang ahli.
4. Corak kesaksian ahli  menyatakan pendapat dan kesimpulan dari topik yang
dijelaskan dengan pembatasan – kuhususnya dalam kasus-kasus pidana – untuk
menyatakan secara eksplisit apakah terdakwa yang sedang diproses bersalah telah
melakukan suatu kejahatan.
Document
 Dokumen sebagai bukti meliputi surat dan
alat bukti tertulis lainnya, termasuk juga di
dalamnya adalah dokumen elektronik
 Tiga hal yang berkaitan dengan dokumen
sebagai bukti : 1) Terkait keaslian
dokumen tersebut ; 2) Isi dari sebuah
dokumen; 3) Apakah dokumen tersebut
dilaksanakan sesuai dengan isinya.
Real/Physical Evidence
 Hal-hal yang diakui sebagai bukti oleh penuntut umum
dengan tujuan memberatkan terdakwa atau oleh
penasehat hukum dengan tujuan meringankan
terdakwa.
 Physical evidence /real evidence  circumtantial
evidence  Bukti ini harus diperkuat oleh kesaksian
atau sebaliknya kesaksian diperkuat oleh bukti-bukti
lainnya corroborating evidenve .
 Physical evidence /real evidence membutuhkan ahli
untuk menjelaskannya.
Forensic
 Forensik adalah disiplin ilmu yang unik yang mana prinsip dan teknik dari
ilmu dasar (biologi, kimia dan fisika) yang digunakan untuk menganalisis
barang bukti dalam rangka mengambil informasi untuk memecahkan
masalah hukum.
 Forensik menjadi bidang interdisipliner yang besar, terdiri dari sejumlah area
yang berbeda tetapi berhubungan seperti kedokteran kehakiman (patologi,
odontologi, antropologi), toksikologi, kimia forensik, identifikasi forensik,
dokumen yang meragukan dan senjata api. Kendatipun kedokteran forensik
dimulai pada abad ke-6, namun ilmu forensik mulai digunakan di pengadilan
pada pertengahan tahun 1800. Dalam kasus yang dipublikasikan secara
besar-besaran, pengadilan Perancis meminta M.J.B Orfila (1787-1853),
seorang dokter Spanyol, untuk membantu mereka dalam menentukan
apakah seorang wanita telah membunuh suaminya dengan memberinya
makanan yang mengadung arsenik. Orfila, dengan menerapkan metode
kimia analitik yang sederhana, menentukan bahwa wanita tersebut telah
mearacuni suaminya dengan arsenik
 Ilmuan forensik bekerjasama dengan aparat penegak hukum dengan
menggunakan metode ilmiah untuk mengembangkan informasi faktual
yang disajikan dalam laporan tertulis atau kesaksian langsung di pengadilan
sehingga hakim dapat membuat putusan berdasarkan informasi mendalam
atas suatu barang bukti.
 Dalam kasus pembunuhan yang menggunakan senjata api, dengan peluru
apa yang menyebabkan korban itu tewas dan dari senjata mana peluru itu
ditembakkan berikut posisi pelaku pada saat melakukan penembakan
termasuk jarak dan waktu akan dibuktikan secara balistik  berurusan
dengan studi senjata api, amunisi, dan trajektori peluru (jalur terbang
peluru). Senjata api mencakup senjata tangan (revolver atau semi
otomatis), senapan, dan shotgun (senjata laras pendek).
 Banyak dari balistik mencakup apa yang terjadi ketika sebuah senjata
ditembakkan. Adakalanya, pemeriksa tidak dapat mengenali peluru yang
sudah sangat terdeformasi karena menumbuk objek yang keras. Sebagai
gantinya, peluru bisa ditimbang. Jumlah grain dapat digunakan untuk
menentukan kalibernya (1.0 grain – 1/7000 dari satu pound). Semua faktor
di atas disebut karakteristik kelas dan dapat digunakan untuk
menggambarkan mulut dan peluru yang ditembakkan dari sebuah senjata
api.
Jenis-Jenis Alat Bukti
1. Direct evidence
2. Circumtantial evidence
3. Substitute evidence
4. Testimonial evidence  factual testimony;
opinion testimony & expert opinion.
5. Physical/real evidence  objek fisik dari
sesuatu yang berkaitan dengan kejahatan.
6. Demonstrative evidence
7. Documentary evidence
Barang Bukti Dan Alat Bukti
Menurut KUHAP
1. Barang yang diperuntukkan/ sudah dipakai untuk melakukan tindak pidana.
2. Barang hasil tindak pidana
3. Barang yang diciptakan oleh tindak pidana dan barang-barang yang menjadi
gantinya
4. Barang yang didapat dengan jalan melakukan tindak pidana
5. Barang untuk perbandingan
Berdasaeakan Pasal 39 KUHAP :
1. Benda/tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana
5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
Alat Bukti  184 KUHAP
Alat Bukti  Segala apa yang menurut
undang-undang dapat dipakai untuk
membuktikan sesuatu :
a) Keterangan Saksi
b) Keterangan Ahli
c) Surat
d) Petunjuk
e) Keterangan Terdakwa
Keterangan Saksi
 Saksi  orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
 Keterangan saksi  salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu
 Katerangan Saksi  Putusan MK  orang yang dapat memberikan
keterangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan
suatu tindak pidana yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan ia alami sendiri”.
Saksi Mata
 Saksi mata adalah bukti yang paling penting dalam perkara pidana.
 Clifford & Davis  Tiga tahapan dalam penyidikan untuk
mengidentifikasi saksi mata dalam rangka menemukan tersangka 
1) Saksi mata disuruh menceritakan segala informasi yang ia lihat
dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kejahatan. Polisi dapat
menggunakan program komputer atau sketsa wajah dari pelaku. 2)
Polisi mencari tersangka berdasarkan infromasi yang diperoleh dari
saksi mata dan mencari rekam jejak dari orang yang berpotensi
sebagai tersangka; 3) Polisi meminta saksi mata untuk
mengidentifikasi pelaku dari sejumlah calon tersangka yang dimiliki
polisi secara langsung dengan mempertunjukan calon tersangka
tersebut
Keterangan Ahli
 Keterangan yang diberikan oleh seoarang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan
 Keterangan ahli sah sebagai alat bukti jika dinyatakan di depan persidangan dan dibawah
sumpah.
 Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau
penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
 Keahlian seseorang yang memberikan keterangan ahli tidak hanya berdasarkan pengetahuan
yang ia miliki melalui pendidikan formal, naum keahlian itu juga dapat diperoleh berdasarkan
pengalamannya. Keahlian tersebut juga bisa berkaitan dengan jabatan dan bidang
pengabdiannya.
 KUHAP membedakan keterangan seorang ahli di persidangan dan keterangan ahli secara tertulis
yang disampaikan di depan sidang pengadilan.
 Keterangan ahli terutama dibutuhkan untuk memberi penjelasan terkait physical evidence atau
real evidence. Demikian pula keterangan ahli dibutuhkan untuk menerangkan hal-hal di luar
pengetahuan hukum. Akan tetapi dapat saja keterangan ahli juga menyangkut masalah hukum
terkait dengan dasar hukum atau alasan yang menjadi pokok perkara termasuk pula di dalamnya
adalah analisis atau pengertian elemen-elemen suatu tindak pidana yang didakwakan.
Surat
 Bentuk Surat
1. Berita acara / surat lain yang dibuat oleh
pejabat umum
2. Surat yang dibuat menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan
3. Surat keterangan ahli
4. Surat lain yang hanya berlaku karena ada
hubungannya dengan alat bukti lain
Petunjuk
 Perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan
yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari keterangan
saksi, surat dan keterangan terdakwa
 Persyaratan Petunjuk : 1) Adanya perbuatam, kejadian dan keadaan yang bersesuaian.
Perbuatan, kejadian dan keadaan adalah fakta-fakta yang menunjukkan tentang telah terjadinya
tindak pidana, menunjukkan terdakwa yang melakukan dan menunjukkan terdakwa bersalah
karena melakukan tindak pidana tersebut; 2) Ada dua persesuaian, yaitu bersesuaian antara
masing-masing perbuatan, kejadian dan keadaan satu sama lain maupun bersesuaian antara
perbuatan, kejadian atau keadaan dengan tindak pidana yang didakwakan; 3) Persesuaian yang
demikian itu menandakan atau menunjukkan adanya dua hal, yaitu menunjukkan bahwa benar
telah terjadi suatu tindak pidana dan menunjukkan siapa pelakunya.
 Petunjuk adalah circumtantial evidence atau bukti tidak langsung yang bersifat sebagai
pelengkap atau accessories evidence.
 Bukti petunjuk ini baru digunakan dalam hal alat-alat bukti yang ada belum dapat membentuk
keyakinan hakim tentang terjadinya tindak pidana dan keyakinan bahwa terdakwalah yang
melakukannya.
 Adanya persesuaian dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya harus ada dua petunjuk
untuk mendapatkan bukti yang sah.
Keterangan Terdakwa
 Keterangan terdakwa dalam konteks hukum pembuktian secara umum dapatlah
disamakan dengan bukti pengakuan atau confessions evidence.
 Keterangan terdakwa tanpa bukti-bukti yang memperkuat suatu kesaksian, maka
dengan sendirinnya bukti tersebut tidak bernilai apa-apa.
 Keterangan terdakwa  apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan
yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri.
 Keterangan terdakwa mengandung nilai pembuktian yang sah 1) Harus dinyatakan
di depan sidang pengadilan; 2) Isi keterangannya mengenai perbuatan yang
dilakukan terdakwa, segala hal yang diketahuinya dan kejadian yang dialaminya
sendiri; 3) Keterangan tersebut hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri; 4)
Keterangan tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti
yang lain.
 Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk
membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu
alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
Deteksi Kebohongan
 Adakalanya keterangan tersangka atau terdakwa pada tahap penyidikan, penyidik
menggunakan alat deteksi kebohongan. Deteksi kebohongan ada yang menggunakan
metode psikofisiologi dan ada yang menggunakan teknik paralinguistik.
 Metode psikofisiologi memadukan aspek psikologi dan biologi yang menimbulkan
keyakinan bahwa seseorang yang berbohong menciptakan konflik secara sadar yang
memicu kepanikan atau ketakutan disertai dengan perubahan psikologis yang dapat
diukur dan diinterpretasikan. Detektor kebohongan bekerja dengan menguji poligraf
yang mecakup serangkaian pertanyaan kepada tersangka yang dihubungkan dengan
sensor-sensor yang mengirimkan lewat kabel ke instrumen dan memperlihatkan
reaksi fisiologis tersangka seperti perubahan pada denyut jantung, pernafasan dan
kulit tersangka.
 Metode paralingustik didasarkan pada perhitungan kata terhadap jawaban tersangka
atas pertanyaan penyidik. Secara lingusitik ada tiga perbedaan dalam cara
pembohong berbicara. Pertama, pembohong cenderung menggunakan lebih sedikit
kata ganti personal. Kedua, pembohong menggunkan lebih banyak kata yang
berkonotasi emosi negatif. Ketiga, pembohong menceritakan persitiwa yang kurang
kompleks bila dibandingkan orang lain yang berkata benar tentang peristowa itu.

Anda mungkin juga menyukai