REPUBLIK INDONESIA
Oleh :
AFIF NUR ANSHARI, SH
NIP.198904262008011001
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................ v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah....................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 7
1.3.1. Tujuan Praktis .......................................................... 7
1.3.1. Tujuan Teoritis.......................................................... 8
1.4 Kegunaan Penulisan ............................................................ 8
1.4.1. Kegunaan Teoritis .................................................... 8
1.4.2. Kegunaan Praktis ..................................................... 9
1.5 Metode Penulisan ................................................................ 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Hukum ....................................................................... 11
2.2 Teori - teori .......................................................................... 11
2.5 Kerangka Pemikiran............................................................. 33
BAB III
BAB IV
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT dzat yang kita sembah yang menguasai langit
dan bumi. Yang menggantikan siang dan malam dan malam dengan siang. Yang maha
segalanya dan hanya ditangan-Nyalah semua rahasia kehidupan tersimpan karena atas
rahmat dan ridha-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Perorangan (KKP)
dengan judul ANALISA TERHADAP KEJAHATAN PEMALSUAN DOKUMEN
PERSYARATAN PEMBUATAN DOKUMEN PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA.
Kertas Kerja Perorangan disusun guna melengkapi persyaratan akhir dalam mengikuti
Pendidikan
Khusus
Keimigrasia
angkatan
II
pada
Akademi
Imigrasi
Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
Kertas Kerja Perorangan ini tersusun atas bantuan dari berbagai pihak utamanya
rekan rekan seangkatan pada Pendidikan Khusus Keimigrasian angkatan II. Penulis
menyadari bahwa Kertas Kerja Perorangan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak
lepas dari keterbatasan dan kemampuan ilmu yang dimiliki oleh penulis. Segala kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis jadikan acuan dalam penulisan penulisan
lainnya
Kertas Kerja Perorangan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan
serta kerendahan hati dosen, pembimbing maupun pembina pada Akademi Imigrasi.
Terima kasih yang sebesar besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian Kertas Kerja Perorangan ini terutama kepada :
1. Bapak Y. Ambeg Paramarta, SH., M.Si selaku Kepala Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kementerian Hukum dan HAM R.I;
2. Bapak M. Yanis, SH., M.Hum., selaku Direktur Akademi Imigrasi;
3. Bapak Andry Indrady, MPA.,Ph.d selaku pembimbing materi penulian Kertas Kerja
Perorangan ini;
4. Ibu Rustriningsih Sesanti Lestari, SE.,M.Si., Selaku Kepala Sub Bagian
Adiministrasi Umum (ADUM) Akademi Imigrasi;
5. Bapak Gusti Bagus M Ibrahim. S, S.IP.,M.Si, selaku Kepala Sub Bagian
Administrasi Akademik dan Ketarunaan (ADAK) Akademi Imigrasi;
6. Ibu Ika Rahmawati, S.IP, Selaku Kepala Urusan Ketarunaan pada Akademi
Imigrasi;
7. Bapak Charles Christian Amd.IM, SH.,MH. Selaku pembimbing teknis penulisan
Kertas Kerja Perorangan juga selaku Kepala Urusan Akademik pada Akademi
Imigrasi;
8. Bapak Ritus Ramadhana, Amd.IM, SH selaku pembina wali siswa Pendidikan
Khusus Keimigrasian angkatan II;
9. Bapak Sofian Pringgo Prasetyo, Amd.IM, SH selaku pengganti pembina wali siswa
Pendidikan Khusus Keimigrasian angkatan II;
10. Seluruh Pembina di Akademi Imigrasi yang selalu membina kami baik fisik
maupun mental;
11. Seluruh jajaran staf karyawan dan karyawati pada Akademi Imigrasi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu;
12. Rekan rekan Pendidikan Khusus Keimigrasian angkatan II, terimakasih untuk 1
tahun ini, kita menjadi keluarga karena pendidikan ini;
13. Kepada keluarga yang selalu saya rindukan ayah, mama, dan alfi (adik) saya
terimakasih banyak telah memberikan bantuan doa, dukungan dan materi
sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan ini hingga tuntas;
14. Kepada Renanthera Griya Pramiswari, S.Sos, motivator penulis dalam menulis
Kertas Kerja Perorangan ini dan penyemangat serta insya allah pendamping
kehidupanku;
15. Dan kepada semua pihak yang telah membantu selesainya penulisan Kertas Kerja
Perorangan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Akhir kata, sempurna hanya milik Allah SWT penguasa alam semesta, kiranya
pembaca dapat menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan di masa depan semoga
Kertas Kerja Perorangan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Depok, November 2013
Penulis
Perjalanan Republik Indonesia berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis dokumen
persyaratan pembuatan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia banyak dipalsukan
guna motif tertentu salah satunya berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memaparkan unsur unsur yang
dapat dikategorikan unsur perbuatan pidana atas pemalsuan dokumen perjalanan dan
menjelaskan keterkaitan undang undang selain undang undang nomor 6 tahun 2011
tentang Keimigrasian mengenai tindak pidana pemalsuan dokumen persyaratan
BAB I
PENDAHULUAN
penting bagi imigrasi sebagai garda terdepan dalam melakukan penegakan kedaulatan
terhadap Negara.
Pada ruang lingkup keimigrasian, terdapat norma-norma atau kaidah-kaidah yang
senantiasa hidup dan diwujudkan didalam suatu hukum keimigrasian. Didalam sistem
hukum nasional, hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum administrasi negara
yang
terlihat
dari
fungsi
keimigrasian
yang
dilaksanakannya,
yaitu
fungsi
salah satu cara bagi para pelaku kejahatan transnasional terorganisir dalam
melaksanakan kegiatannya. Karena dokumen perjalanan merupakan dokumen yang
wajib dimiliki oleh pelintas batas antar negara. Untuk menandakan keabsahan ijin masuk
dan ijin tinggal di negara yang dikunjungi maka di dalam dokumen perjalanan terdapat
catatan resmi dari otoritas negara yang dikunjungi berupa stempel, stiker atau catatan
berupa tulisan tangan petugas.
Perbuatan pemalsuan sesungguhnya baru dikenal didalam suatu masyarakat yang
sudah maju, dimana data-data/ surat, uang logam, merek atau tanda tertentu
dipergunakan untuk mempermudah lalu lintas hubungan di dalam masyarakat.
Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan pertama-tama dalam kelompok kejatahan
Penipuan, hingga tidak semua perbuatan adalah pemalsuan. Perbuatan pemalsuan
tergolong kelompok kejahatan penipuan apabila seseorang memberikan gambaran
tentang sesuatu gambaran atas barang (c.q. surat) seakan-akan asli atau benar,
sedangkan sesungguhnya atau kebenaran tersebut tidak dimilikinya. Karena gambaran
data ini orang lain terpedaya dan percaya bahwa keadaan yang digambarkan atas
barang,surat atau data tersebut adalah benar atau asli. Pemalsuan terhadap tulisan atau
data terjadi apabila isinya atau datanya tidak benar.6
Tindak pidana pemalsuan dokumen keimigrasian, yakni paspor, merupakan tindak
pidana yang merugikan negara. Tindakan penyidikan sampai pada putusan penerapan
sanksi pidana merupakan rangkaian hasil kegiatan pengawasan imigrasi. Untuk menjaga
dan memastikan agar semua orang yang keluar/masuk dari dan ke suatu Negara
mematuhi semua ketentuan keimigrasian. Setiap administrasi keimigrasian harus
melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan imigrasi harus meliputi seluruh
H. A. K. Moch Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 128.
pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas imigrasi dalam perundangundangannya yaitu memeriksa, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan
penyitaan, penangkapan, dan lain-lain.
Setiap tahun angka kriminalitas penggunaan dokumen palsu semakin meningkat.
Penggunaan dokumen palsu telah menjadi polemik bagi tiap tiap negara. Sistem
keamanan pada dokumen perjalanan saat ini memungkinkan pihak Imigrasi untuk
menanggulangi dan mencegah para pelaku tindak pidana menggunakan sarana
dokumen perjalanan untuk melakukan tindak kejahatannya. Namun sekali lagi, teknologi
pasti memiliki kelemahan. Hal ini dapat di buktikan dengan semakin seringnya di temukan
modus modus baru dalam pemalsuan dokumen perjalanan yang sangat bervariasi.
Pemeriksaan dokumen merupakan salah satu dari tugas penting imigrasi didalam
pelayanan keimigrasian. Karena didalamnya terdapat mekanisme pengamanan untuk
mencegah penggunaan dokumen palsu yang berpotensi merugikan
Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk mengangkat judul ANALISA
TERHADAP KEJAHATAN PEMALSUAN DOKUMEN PERSYARATAN PEMBUATAN
DOKUMEN PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA .
b.
c.
Kegunaan secara praktis yaitu sebagai salah satu prasyarat untuk dapat di nyatakan
lulus dari program Pendidikan Khusus Keimigrasian Angkatan Kedua (DIKSUSKIM II).
1.5 METODE PENULISAN
1.5.1 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelian empiris
dimana penelitian ini merupakan penelitian hukum sebagai sumber data primer. Dengan
menggunakan metode pengumpulan data, yaitu:
1. Metode Library Research atau studi kepustakaan, yaitu dengan membaca berbagai
buku, literatur, diktat dan peraturan perundang-undangan dalam lingkup Keimigrasian
2. Metode Grounded Research atau pengamatan lapangan dengan mengamati dan
meneliti keadaan serta kejadian yang terjadi di lapangan mengenai pemeriksaan
Paspor RI
3. Metode Interview atau wawancara, yaitu mengadakan wawancara dengan
narasumber yang dalam hal ini adalah Pejabat Imigrasi yang berkaitan dengan
penerbitan Paspor RI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam KKP ini meliputi:
1. Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP);
2. Undang undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;
3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia M.01-IZ.03.10 Tahun 1995
tentang Paspor Biasa, Paspor Untuk Orang Asing, Surat Perjalanan Laksana
Paspor Untuk Warga Negara Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor
Untuk Orang Asing serta perubahannya hingga yang terakhir tahun 2008;
5. Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-891.GR.01.01 Tahun 2008
tentang Standar Operasional Prosedur Sistem Penerbitan Surat Perjalanan
Republik Indonesia; dan
6. Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-459.GR.01.02 Tahun 2011
tentang Standar Operasional Prosedur Border Control Management.
Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya
kedaulatan negara7.
Keimigrasian menyangkut perpindahan orang dari suatu negara ke negara
lain yang berarti terjadi lalu-lintas antar negara. Setiap negara yang mengalami
lalu-lintas tersebut, akan dilakukan tindakan berkaitan dengan keimigrasian.
Pengawasan WNA serta WNI di indonesia meliputi pengawasan terhadap
masuk dan keluarnya orang ke atau dari wilayah Indonesia. Pengawasan
terhadap masuk dan keluarnya orang ke dan dari wilayah Republik Indonesia
dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI).
Secara operasional peran keimigrasian tersebut dapat diterjemahkan ke
dalam konsep Tri Fungsi Imigrasi. Dalam operasionalisasinya, Direktorat
Jenderal Imigrasi harus selalu melaksanakan Trifungsi Imigrasi, yaitu:
a. Fungsi Pelayanan Keimigrasian;
b. Fungsi Penegakan Hukum dan Keamanan negara; serta
c. Fungsi Fasilitator Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat.
2. Keamanan
Keamanan jika diartikan secara umum adalah kondisi atau perasaan aman
dari kekerasan atau bahaya. Konsep keamanan telah banyak diperdebatkan
oleh para ahli hubungan internasional. Kaum realis menganggap bahwa
keamanan didasari pada konsep power dan peace. Adapun kaum idealis
utama pada isu high politics, seperti keamanan melalui instument military power.
Bahkan setiap negara akan selalu berupaya untuk memaksimalkan posisi
kekuatan (power) relatifnya dibandingkan negara lainnya atau setidaknya
tercipta balance of power.11 Semakin besar jaminan militernya, maka semakin
besar pula jaminan keamanan yang dimiliki negara tersebut.
Adapun, konsep mengenai keamanan internasional adalah usaha yang
dijalankan oleh badan nasional dan internasional, seperti PBB, untuk
memastikan keselamatan dan keamanan. Usaha ini termasuk aksi militer dan
persetujuan diplomatik seperti treaty dan convention. Keamanan nasional
dan internasional saling berhubungan, karena bila keamanan nasional akan
mudah
menyebar
menjadi
masalah
keamanan
internasional.
Sedang,
11
12
Ibid, hal 27
http://facultystaff.lamar.edu/human-resources/hr-manual-sec2-24.html
kesehatan di Amerika
tidak berhak atas surat yang berakibat sebagian atau seluruh isinya menjadi lain
/ berbeda dengan isi surat semula.
Perbuatan pemalsuan ternyata merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap
dua norma dasar13 :
a. Kebenaran atau kepercayaan yang pelanggarannya dapat tergolong dalam
kelompok kejahatan penipuan;
b. Ketertiban masyarakat yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok
kejahatan terhadap Negara/ ketertiban umum.
Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan pertama-tama dalam kelompok
kejahatan penipuan, tetapi tidak semua perbuatan penipuan adalah pemalsuan.
Perbuatan
pemalsuan
tergolong
kelompok
kejahatan
penipuan,
apabila
13
H. A. K. Moch Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 128.
Pasal 263 dan Pasal 270, maupun mengenai pemalsuan nama/ tanda/ merek atas
karya ilmu pengetahuan atau kesenian dalam Pasal 380. Pasal-pasal tersebut
memuat unsur niat/ maksud untuk menyatakan bagi sesuatu barang/ surat yang
dipalsu
seakan-akan
asli
dan
tidak dipalsu
(Pasal
244) atau
untuk
dengan
mensyaratkan
kemungkinan
kerugian
14
H. A. K. Moch Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal 190
15
Adami Chazawi, Kejahatan Tehadap Pemalsuan, Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 100.
16
Sigit Setyawan, Modul Pemeriksaan Dokumen Palsu& Impostor DIKSUSKIM II Laboratorium Forensik Direktorat
Jenderal Imigrasi.
fungsinya
memerlukan
perlindungan
terhadap
pemalsuan
atau
6. Biometrik
Biometrik berasal dari bahasa Yunani bios yang artinya hidup dan metron
yang artinya mengukur, secara umum adalah studi tentang karakteristik biologi
yang terukur. Dalam dunia teknologi informasi, biometrik relevan dengan
teknologi yang digunakan untuk menganalisa fisik dan kelakuan manusia dalam
autentifikasi. Pengidentifikasi biometrik sangat khas, karakteristik yang terukur
17
Semakin
sulit
dokumen
persayaratan
yang
dipersyaratkan
untuk
informasi
guna
mendukung
operasional,
manajemen,
dan
18
Penjelasan SIMKIM, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 1 ayat 10
9. KTP;
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai
bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia19. Kartu ini wajib dimiliki bagi Warga Negara
Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki Izin Tinggal Tetap
(ITAP) yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau telah kawin.
Anak dari orang tua WNA yang memiliki ITAP dan sudah berumur 17 tahun juga
wajib memiliki KTP. KTP bagi WNI berlaku selama lima tahun dan tanggal
berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang bersangkutan.
KTP bagi WNA berlaku sesuai dengan masa izin tinggal tetap. Khusus warga
negara yang telah berusia 60 tahun dan ke atas, mendapat KTP seumur hidup
yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun sekali.
KTP berisi informasi mengenai pemilik kartu, termasuk :
a. Nomor Induk Kependudukan (N.I.K);
b. Nama Lengkap;
c. Tempat dan tanggal lahir;
d. Jenis Kelamin;
19
Undang undang Nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan pasal 1 ayat 14
e. Agama;
f. Status Perkawinan;
g. Golongan darah;
h. Alamat;
i.
Pekerjaan;
j.
Kewarganegaraan;
k. Foto;
l.
Masa berlaku;
20
Undang undang Nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan pasal 1 ayat 13
mengubah, mengganti , menambah isi data yang tercantum dalam Kartu Keluarga.
Setiap terjadi perubahan karena mutasi data dan mutasi biodata, wajib dilaporkan
kepada lurah dan akan diterbitkan Kartu Keluarga yang baru. Pendatang baru
yang belum mendaftarkn diri atau belum berstatus penduduk setempat, nama dan
identitasnya tidak boleh dicantumkan dalam kartu keluarga.
21
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1. Sistem
Penerbitan
DPRI;
2. Validasi
berkas
pemohon;
3. Biometrik;
4. Wawancara
INPUT
PEMOHON
PASPOR
1. Peraturan
per UUan;
2. Data
Permoho
nan.
PASPOR
P
U
T
Bisa dijelaskan pada kerangka pemikiran ini bahwa permohonan penerbitan Paspor RI
harus melalui langkah Input dimana didalamnya terdapat penegakan peraturan
perundang undangandan syarat
pemohon dan dilakukuan wawancara terhadap pemohon guna meneliti keaslian berkas
pemohon dan Output dari bussiness proses paspor adalah paspor.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1
perjalanan yang merupakan dokumen resmi yang secara sah seharusnya dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara karena memuat identitas pemegangnya
dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara, memerlukan upaya penegakan
hukum meliputi pengawasan terhadap orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara
Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung upaya penegakan
hukum yang dapat diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau
melaporkan adanya penyalahgunaan dokumen negara dan dokumen lainnya untuk
kepada penegak hukum atau pihak yang berwajib, termasuk keterlibatan aparatur
pemerintah yang dengan sengaja membantu penyalahgunaan dokumen negara dan
dokumen lainnya yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana keimigrasian
Romli Atmasasmita menggunakan istilah tindak pidana dibanding dengan
penggunaan perbuatan pidana Hal ini dilatarbelakangi suatu alasan bahwa tindak
pidana terkait unsur pertanggungjawaban pidana serta pertimbangan lain22. Tindak
pidana adalah perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana. Pembentuk
undang-undang telah menggunakan perkataan strafbaar feit untuk menyebutkan apa
yang kita kenal sebagai tindak pidana di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
22
Romli Atmasasmita. Tindak Pidana Narkotika Transnasional Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya
Bakti. Bandung. 1997. hal. 26.
tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud
dengan perkataan strafbaar feit23.
Para penulis seperti Van Hamel telah merumuskan strafbaar feit itu sebagai
suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain. Menurut Pompe,
perkataan strafbaar feit itu secara teoretis dapat dirumuskan sebagai suatu
pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun
tidak sengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, di mana penjatuhan hukuman
terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan umum24.
Tindak pidana ialah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan
hukum yang diancam dengan sanksi pidana25. Menurut Sudarto, hukum pidana apabila
dipandang, di dalamnya ada tiga permasalahan pokok , yaitu:26
1. Perbuatan yang dilarang;
2. Orang (korporasi) yang melakukan perbuatan yang dilarang itu;
3. Pidana yang diancamkan dan dikenakan kepada orang (korporasi) yang
melanggar larangan tersebut.
Istilah tindak pidana tersebut telah digunakan oleh masing-masing penerjemah
atau yang menggunakan dan telah memberikan sandaran perumusan dari istilah
strafbaar feit tersebut. Istilah het strafbaar feit sendiri telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia sebagai:
23
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, Sinar Baru Bandung, 1990, hal. 172.
Ibid.
2525
R.M., Suharto, Hukum Pidana Materiil Unsur-Unsur Objektif Sebagai Dasar Dakwaan, Sinar Grafika, Jakarta.
2002. hal. 28.
26
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat (Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana), Sinar
Baru, Bandung. 1983. hal. 62.
24
yang
merumuskan
een
strafbaar
feit
yaitu.
suatu
handeling
27
S.R Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Alumni Ahaem- Petehaem.Jakarta. 1989.
hal. 204
28
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, Sinar Baru Bandung, 1990. hal. 75.
29
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, cet. 7, PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2002. hal. 54.
30
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal. 4.
31
Ibid.
pemalsuan) diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan ancaman
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
32
Pasal 49 Peraturan Pemerntah Nomor 31 tahun 2013 tentan Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian
c. Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis;
d. Surat perwarganegaraan Indonesia bagi Orang Asing yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan atau penyampaian
pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan;
e. Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah
mengganti nama; dan
f. Paspor lama bagi yang telah memiliki paspor.
3.2
33
34
http://www.antarantb.com/print/23570/pemalsuan-dokumen-pendukung-paspor-diluar-kewenangan-imigrasi
diakses 20 November 2013
usia yang belum saatnya untuk memiliki KTP, ataupun yang bersangkutan pernah
memiliki paspor dengan identitas lain.
Kasus pemalsuan dokumen persyaratan ini dapat dilakukan orang perorangan
maupun korporasi baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain
dengan sengaja dan melawan hukum. Kegiatan pemalsuan dokumen ini sangat erat
dengan tindak pidana perdagangan orang banyak contoh kasus dimedia massa yang
menyebutkan bahwa banyak perdagangan wanita keluar negeri untuk dipekerjakan
ditempat hiburan maupun dijadikan pelacur modus operandi pelaku tindak pidana
penjualan orang ini biasanya dengan kedok sebagai penyalur tenaga kerja Indonesia.
Berikut merupakan contoh dokumen persyaratan yang rentan untuk dipalsukan
tersebut
1. KTP
Gambar 3.1
2. Kartu Keluarga
Gambar 3.2
3. Akta Kelahiran
PERBEDAAN AKTE
Gambar 3.3
Berdasarkan kasus diatas penulis menarik kesimpulan bahwa dalam
rangka pengajuan pembuatan DPRI ada kecendurungan untuk terjadi pemalsuan
terhadap dokumen persyaratan seperti : KTP, KK, dan akta lahir
3.2
a) Dokumen negara.
Dokumen negara meliputi tetapi tidak terbatas pada paspor, kartu tanda
penduduk, ijazah, kartu keluarga, akte kelahiran, dan surat nikah35.(dapat
diartikan seluruh jenis dokumen negara yang sifatnya membantu dan
mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang)
b) Dokumen lain
Dokumen lain meliputi tetapi tidak terbatas pada surat perjanjian kerja
bersama, surat permintaan tenaga kerja Indonesia, asuransi, dan dokumen
yang terkait36.
b. Unsur Subjektifnya
Dengan maksud untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan
orang.
Jadi Pemalsuan dokumen dalam Pasal 19 ini berupa pemalsuan materil yaitu sifat
palsunya terletak pada isi dokumen. Orang yang memalsukan dokumen tersebut
memberikan keterangan yang tidak benar terkait dengan identitas maupun fakta tentang
pemilik dokumen yang bersangkutan. Maksudnya adalah perbuatan ini akan
menimbulkan persangkaan atau kesan akan kebenaran sesuatu hal pada orang lain yang
sesungguhnya kesan itu adalah keliru, tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
35
Penjelasan Umum Undang-undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Ibid.
36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1
KESIMPULAN
IV.2
SARAN
Bentuk bentuk tindak pidana pemalsuan dokumen perjalanan dapat dilakukan
pembuatan DPRI tidak mudah dipalsukan dan agar lebih mudah melakukan input
verifikasi data
DAFTAR PUSTAKA
A.
BUKU
Anwar, H. A.K Moch. Hukum Pidana di Bidang Ekonomi. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1990
Marpaung Leden, Asas Teori Praktek Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika 2005
Moeljatno, Asas Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta 2002
Sianturi S.R, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.
Jakarta: Alumni Ahaem Petehaem 1989
Suharto R.M, Hukum Pidana Materiil Unsur Unsur Objektif Sebagai Dasar
Dakwaan. Jakarta: Sinar Grafika 2002
B.
UNDANG UNDANG
Indonesia.
________
________
________
________
C.
INTERNET
Black Law Fraud
http://facultystaff.lamar.edu/human-resources/hr-manual-sec2-24.html
Akta Kelahiran
http://www.kependudukancapil.go.id/index.php/produk-a-layanan/aktakelahiran.
DATA PRIBADI
Nama
PENDIDIKAN FORMAL
2008 2012 : SARJANA HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SEMARANG
2004 2007 : SMA NEGERI 1 KARAWANG
2001 2004 : SMA NEGERI 1 KARAWANG
1996 2001 : SD NEGERI XI SERANG
RIWAYAT PEKERJAAN
2009 sekarang
2008 2009
LATAR BELAKANG
1.
2.
3.
4.
5.
TRANSNATIONAL
ORGANIZED CRIME
Korupsi;
Pencucian uang;
Penyelundupan Orang;
Perdagangan Manusia
Perdagangan Senjata
Gelap
DOKUMEN
PERSYARATAN
DOKUMEN
PERJALANAN
KERANGKA PEMIKIRAN
BUSSINES PROSES PASPOR
PROSES
INPUT
PEMOHON
PASPOR
1.
2.
Peraturan
Perundang
undangan;
Data
Permohonan
1.
2.
3.
4.
Sistem
Penerbitan
DPRI;
Validasi
berkas
pemohon;
Biometrik;
Wawancara
O
U
T
P
U
T
PASPOR
PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
AKIBAT HUKUM PEMALSUAN DOKUMEN
PEMALSUAN
Pemalsuan dapat digolongkan dalam kelompok kejahatan penipuan pemalsuan yang dapat dihukum, pertama tama disyaratkan
bahwa yang dipalsu telah dipergunakan dan bahwa niat/maksud nya untuk dipergunakan. Perbuatan pemalsuan merupakan suatu
jenis pelanggaran terhadap 2 (dua) norma :
a.
Kebenaran atau kepercayaan yang pelanggarannya dapat tergolong dalam kelompok kejahatan penipuan;
b.
Keteriban masyarakat yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok kejahatan terhadap negara / ketertiban umum
2.
3.
4.
Kejahatan pemalsuan surat sangat erat kaitannya dengan pemalsuan dokumen persyaratan
PEMBAHASAN
AKIBAT HUKUM PEMALSUAN DOKUMEN
PEMALSUAN
Pemalsuan surat diatur dalam Bab XII buku II KUHP pasal 263 s.d 276 dibedakan menjadi 5 macam kejahatan
pemalsuan surat yakni :
1. Pemalsuan surat pada umumnya (pasal 263 KUHP);
2. Pemalsuan surat yang diperberat (pasal 264 KUHP);
3. Menyuruh memasukkan keterangan palsu kedalam akta otentik (pasal 266 KUHP);
4. Pemalsuan surat tertentu (pasal 269 dan 270 KUHP);
5. Menyimpan bahan atau benda untuk pemalsuan surat (pasal 275 KUHP).
PEMBAHASAN
AKIBAT HUKUM PEMALSUAN DOKUMEN
AKIBAT HUKUM TINDAK PIDANA PEMALSUAN DOKUMEN PERJALANAN
Tindak pidana ialah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.
Menurut sudarto terdapat 3 permasalahan pokok dalam hukum pidana yaitu :
1.
2.
3.
Pidana yang diancamkan dan dikenakan kepada orang (koorporasi) yang melanggar larangan tersebut.
Terdapat berbagai teori yang membahas alasan membenarkan penjatuhan hukuman (sanksi) diantaranya adalah
a.
b.
PEMBAHASAN
AKIBAT HUKUM PEMALSUAN DOKUMEN
AKIBAT HUKUM TINDAK PIDANA PEMALSUAN DOKUMEN PERJALANAN
Undang undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Bab XI mengatur mengenai
Ketentuan pidana pada pasal 126 huruf a sampai dengan e
Berdasarkan pasal 126 Undang undang tersebut dapat ditarik kesimpulan setiap orang yang melakukan tindak pidana
pemalsuan Dokumen Perjalana Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
ancaman pidana denda Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
PEMBAHASAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN DIPALSUKAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN UNTUK DIPALSUKAN
Dokumen persyaratan dipalsukan dengan modus operandi memalsukan KTP, KK, maupun Akta lahir menggunakan
scanner dan laptop untuk memasukkan data atau identitas sesuai pesanan, lalu dokumen tersebut digunakan untuk
pengurusan paspor
Pemalsuan dokumen persyaratan ini dapat dilakukan orang perorangan maupun korporasi baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan orang lain dengan sengaja dan melawan hukum
PEMBAHASAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN DIPALSUKAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN UNTUK DIPALSUKAN
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan berikut merupakan dokumen persyaratan yang sering dipalsukan:
1. KTP
PEMBAHASAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN DIPALSUKAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN UNTUK DIPALSUKAN
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan berikut merupakan dokumen persyaratan yang sering dipalsukan:
2. KK
PEMBAHASAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN DIPALSUKAN
DOKUMEN PERSYARATAN YANG RENTAN UNTUK DIPALSUKAN
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan berikut merupakan dokumen persyaratan yang sering dipalsukan:
3.
AKTA KELAHIRAN
PEMBAHASAN
UU YANG TERKAIT DENGAN PEMALSUAN DOKUMEN
PERSYARATAN
Kejahatan pemalsuan dokumen persyaratan pembuatan DPRI sangat erat dengan tindak pidana perdagangan manusia dimana Indonesia
mempunyai instrument yang mengatur mengenai hal tersebut melalui Undang undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO). Dalam kaitannya dengan kejahatan pemalsuan dokumen pendukung pembuatan DPRI
ini terdapat di pasal 19 yang berbunyi sebagai berikut :
Setiap orang yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen
lain, untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 40.000.000 (empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 280.000.000 (dua ratus delapan puluh juta rupiah)
Pengertian pemalsuan dokumen dalam pasal ini mengandung arti tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan
orang, peran pemalsuan dokumen disini untuk mempermudah terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Orang. Cara pemalsuan dokumen
menurut pasal ini yaitu dengan memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen resmi baik dokumen yang dikeluarkan
instansi pemerintah maupun instasi lain
SIMPULAN
Terhadap
Setiap orang yang memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada dokumen
negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara atau dokumen lain,
untuk mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 40.000.000 (empat puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 280.000.000 (dua ratus delapan puluh juta rupiah)
SARAN
kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Cq. Direktorat Jenderal Imigrasi setidaknya dapat bekerja
sama dengan Kementerian Dalam Negeri guna mensinergikan data biometrik E-KTP dengan sistem penerbitan
DPRI sehingga dokumen persyaratan pembuatan DPRI tidak mudah dipalsukan dan agar lebih mudah melakukan
input verifikasi data