Anda di halaman 1dari 36

HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID

 Pasal 10 UU 48 Tahun 2009 Hakim tidak boleh menolak perkara yang tidak ada
aturannya
 Terdakwa adalah tersangka yang diperiksa, dituntut, dan diadili di sidang pengadilan
 Terpidana adalah terdakwa yang diputus di sidang pengadilan dengan kekuatan hukum
tetap (in kracht van gewijsde)
 Narapidana : terpidana yang menjalani pidana yang hilang kemerdekaannya di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas)
 KUHAP menganut prinsip hadirnya terdakwa dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
(kecuali tipikor, pencucian uang, dan pelanggaran lalu lintas)
 Pemeriksaan sidang tanpa hadirnya terdakwa? sidang tidak dapat dilaksanakan karena
tidak mengenal pengadilan in absentia. Dasarnya dari Hak Asasi terdakwa sendiri
sebagai manusia yang berhak membela diri dan untuk mempertahankan hak-hak
kebebasannya. di bagian pembuktian adalah yang paling menentukan, putusan
pengadilan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum, dijatuhi pidana. Bisa melindungi
kehormatan dan bendanya
 Siapa yang punya kewenangan untuk menghadirkan terdakwa? Penuntut Umum dengan
cara memanggil terdakwa
 Syarat sahnya panggilan terhadap terdakwa maupun saksi bentuknya surat panggilan
 Terdakwa apakah pasti ditahan? belum tentu di mana syarat pidana (lihat syarat obyektif
dan subyektif). Dicari di tempat tinggal terakhir  tempat kediaman  menempelkan di
pengadilan tempat sidang dilaksanakan.
 Panggilan terhadap terdakwa
 Panggilan terhadap terdakwa yang berada di luar tahanan, disampaikan kepada
terdakwa
 Alamat tempat tinggalnya, jika tidak diketahui
 tempat kediaman terakhir, jika tidak ada, surat panggilan disampaikan melalui
Kepala Desa yang berdaerah hukum di tempat tinggal terdakwa atau tepat kediaman
terakhir
 PU menempelkan di tempat pengumuman gedung pengadilan yang berwenang
mengadili perkara tersebut.

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 1


 Panggilan bagi terdakwa yang berada dalam tahanan  surat panggilan sidang dilakukan
melaui pejabat Rutan. Kalau Rutan belum ada, disampaikan melalui instansi tempat
terdakwa ditahan. Rutan  Rumah Tahanan Negara (dasar hukum Pasal 1 angka 2 PP 27
Tahun 1983
 Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) UU 12 Tahun 1995 Pasal 1 angka 3, apakah lapas bisa
memuat tahanan dari rutan? Bisa ada tahanan titipan dari rutan. Anak menjalani pidana di
LPH, bukan Lapas Anak. Tahanan titipan dari Rutan ke Lapas. SK Menteri Kehakiman
Tahun 1983. Penempatan Lapas tertentu sebagai Rutan.
 Apakah narapidana dapat ditempatkan di rutan? Aslinya tidak boleh, tapi Ahok jadi
narapidana yang harus menjalani pidana di Lapas Cipinang, tetapi diskusinya karena
Cipinang yang tak bisa menjamin keselamatan Ahok. Maka tetap di Rutan Mako
BRIMOB. SK Menteri Kehakiman 1981, Lapas pindahnya hanya antar Lapas.
 Batasan pertanggungjawaban anak sebagai pelaku 12 - sebelum 18 tahun untuk pidana,
perdata, ketenagakekerjaan beda lagi. korban perlindungan dari dalam kandungan hingga
sebelum 18 tahun.
 Panggilan terhadap terdakwa, terdakwa harus mengerti untuk perkara apa dia dipanggil ke
sidang pengadilan. Supaya mengerti, surat panggilan harus memuat surat dakwaan berisi
syarat formil (identitas) dan materiil (uraian yang cermat, jelas, lengkap mengenai TP
yang didakwakan dengan tenpus dan locus delicti nya) kalau tidak sekurang-kurangnya
harus memuat dengan ringkas kejahatan yang didakwakan. Supaya terpenuhi Pasal 51 ayat
(2) KUHAP, “Terdakwa berhak untuk diberitahukan dengan jelas dalam Bahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang didakwakan kepadanya.”
 Surat Tanda Penerimaan : Bukti bahwa PU benar-benar menyampaikan surat pemanggilan
dengan menandatangani surat tanda penerimaan kepada siapapun yang menerima. Penting
untuk kepastian hukum agar tidak ada salng membantah antara PU dan terdakwa (Dahlan
Iskan). Tenggang waktu diterima selambatnya-lambatnya 3 hari sebelum sidang dimulai.
 Panggilan terhadap saksi : tidak terlalu rinci, tetapi yang berlaku bagi terdakwa juga
berlaku bagi saksi. Di persidangan, saksi wajib disumpah meskipun belum mempunyai
kekuatan pembuktian. (Pasal 183 KUHAP sistem minimum pembuktian, min 2 alat bukti
dan keyakinan hakim). di penyidikan tidak disumpah. Yang tidak boleh sumpah yaitu anak
yang belum cukup 15 tahun, kalau berkesesuaian dengan yang bisa saja jadi penguat
hakim, tapi bukanlah alat bukti yang sah. Dan juga mental illness bisa jadi saksi tanpa
sumpah (bisa kadang sehat). Menjadi saksi itu kewajiban, Pasal 224 KUHP  kalau
sengaja tidak memenuhi panggilan dipidana max 9 bulan.
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 2
 Pasal 1 angka 26 KUHAP  Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
 Pasal 1 angka 27 KUHAP  Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara
pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya
itu.
 Pasal 65 KUHAP  Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan
mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan
keterangan yang menguntungkan bagi dirinya. (Yusril JR ke MK saksi yang
menguntungkan tidak dapat ditafsirkan secara sempit dengan mengacu pasal 1 angka 26
dan 27) jadi saksi yan meringankan dan menguntungkan dimaknai termasuk pula orang
yang dapat memberikan keterangan dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan
suatu tindak pidana yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
urat panggilan terhadap saksi harus jelas kenapa dia dipanggil supaya bisa mempersiapkan
diri hadir di persidangan dan memberikan keterangan.
 Alat bukti ada keterangan saksi, ahli, dan terdakwa.
 Acara pemeriksaan persidangan? Memeriksa mengadili perkara tujuannya untuk apa?
mencari dan menemukan kebenaran materiil (senyata-nyatanya). Klasifikasi acara
pemeriksaan di sidang pengadilan?
 Acara pemeriksaan sidang peradilan tingkat pertama (PN)
 ACARA PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN
 Acara Pemeriksaan Biasa  bagian ketiga bab 16 KUHAP
 Acara Pemeriksaan Singkat  bagian kelima bab 16 KUHAP
 Acara Pemeriksaan Cepat  bagian keenam bab 16 KUHAP
 Acara Pemeriksaan Tipiring
 Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
 Acara Pemeriksaan Biasa
Diatur di Pasal 152-202 KUHAP, kalau biasa justru tidak ada batasan perkara mana yang
dibatasi lainnya yha. APB pada umumnya dilakukan pada tindak pidana dengan ancaman
hukuman 5 tahun ke atas dan pembuktiannya sulit sehingga memerlukan ketelitian dan
kecermatan. Pasal 351 (penganiayaan), Pasal 353 ayat (2) dengan rencana luka berat max
7 tahun, ayat (3) bikin mati max 9 tahun. Pasal 285 (pemerkosaan) max 12 tahun.

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 3


 Komponen yang ada dalam Persidangan Acara Pemeriksaan biasa
 Majelis hakim  Pasal 1 angka 8 KUHAP  Hakim adalah pejabat peradilan negara
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Mengadili? serangkaian
tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memuts perkara berdasarkan asas
bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dengan menurut cara menurut
undang-undnag ini (Pasal 1 angka 9 KUHAP). Secara umum, kewajiban dan
kedudukan hakim diatur dala UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
 Jaksa dan Penuntut Umum dijabat 1 orang, tapi pengertiannya beda menurut Pasal 1
angka 6, tugas wewenangnya di UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
 Penasehat Hukum (Pasal 1 angka 13 KUHAP)  Penasihat hukum adalah seorang
yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk
memberi bantuan hukum. UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
 Panitera pejabat pengadilan yang salah satu tugasnya adalah membantu hakim dalam
hal membuat berita acara sidang dalam proses persidangan.
 Ada petugas yang secara resmi tidak diatur undang-undang dan hukum acara tapi
kehadirannya sangat diperlukan dalam proses persidangan
 Juru sumpah (bukan rohaniawan)  membantu pelaksanaan pengucapak
sumpah oleh saksi membimbing saksi ke tepat sumpah, membawakan kitab
suci. Prakteknya banyak yang sebelum, tapi bisa juga sesudah memberikan
keterangan, bisa juga di luar pengadilan, bisa di tempat ibadah sesuai agama
yang dianut.
 Juru panggil  dilaksanakan pegawai pengadilan atau pegawai kejaksaan
tugasnya adalah membantu majelis hakim atau jaksa untuk memanggil masuk
ke dalam ruang sidang saksi atau tersangka untuk diperiksa.
 Petugas pengawalan, kalau terdakwa nunggu diperiksa, di pengadilan ada sel
tahanan, tugasnya mengawal terdakwa dari sel tahanan menuju ruang
persidangan. Yang mengaukan ke persidangan itu PU maka petugasnya
pegawai kejaksaan. Kalau kasus tertentu dapat perhatian besar, kasus besar,

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 4


perlu juga petugas keamanan dari kesatuan kepolisian dibantu petugas
kejaksaan dan satpam pengadilan.
 Tata Cara Persidangan Acara Pemeriksaan Biasa
 Penuntut Umum dapat limpahan perkara dari penyidik
 PU mempelajari hasil penyidikan  PU membuat surat dakwaan
 Hasil penyidikan adalah dasar membuat surat dakwaan, rumusan dalam surat
dakwaan pada hakekatnya merupakan hasil penyidikan. Keberhasilan penyidikan
menentukan keberhasilan penuntutan. Surat dakwaan punya peranan penting dalam
sidang pengadilan
1. Surat dakwaan adalah dasar pemeriksaan di sidang pengadilan
2. Surat dakwaan adalah dasar penuntutan pidana
3. Surat dakwaan adalah dasar pembelaan terdakwa
4. Surat dakwaan adalah dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusan
5. Surat dakwaan adalah dasar pemeriksaan peradilan selanjutnya
 Pelimpahan perkara oleh PU  PN menerima surat pelimpahan perkara  hakim segera
ditunjuk dan segera menetapkan hari sidang  hakim yang sudah ditunjuk ketua PN
menyuruh PU untuk manggil terdakwa atau saksi. Hak acquisitur  hak PU sama
dengan terdakwa
a. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri
b. Pemeriksaan dilakukan secara lisan dalam Bahasa Indonesia, secara bebas, dan
terbuka untuk umum.
 Ahli Australia di kasus Jessica di bantu oleh juru Bahasa. Tidak hanya orang
asing saja, di kasus pulau jawa kadang terdakwa tidak bisa Bahasa Indonesia.
Juru Bahasa harus disumpah dengan keterangan yang tidak lain adalah yang
sebenarnya.
 Penerjemah kalau dia tidak bisa menulis dan bisu, tuli. Kalau misal bisu tuli tapi
bisa baca tulis, itu harus dituliskan oleh hakim. Pertanyaan dan jawaban ditulis
dan dibacakan.
 Yang dimaksud secara bebas hakim wajib menjaga supaya tidak dilakukan hal
atau diajukan pertanyaan yang mengakibatkan saksi atau terdakwa memberi
jawaban tidak bebas.

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 5


 Pengadilan menganut asas pemeriksaan langsung untuk kepentingan HAM dan
kebenaran yang dicapai mealui persidangan karena ada larangan bahan
keterangan di luar persidangan.
 Juga menganut asas komunikasi langsung melalui tanya jawab antara dua pihak
supaya dapat pembahasan yang jelas, gambaran perbuatan yang terjadi dari
orang bersangkutan secara orisinil
 Menganut asas sidang terbuka untuk umum ada pengecualian yaitu kasus
kesusilaan atau terdakwanya anak-anak atau perkara lain yang ditentukn UU
perlu disidang secara tertutup. Untuk kepentigan control sosial untuk bisa
diketahui khalayak ramai. Tapi putusan pengadilan terbuka untuk umum,
pemeriksaannya yang tertutup. Di Sleman ada pengadilan khusus uuntuk
anak, aksesnya bisa dari belakang. Ada ruang tunggu untuk anak juga. Prinsip
naka hakimnya adalah tunggal. Kalau anak bawa ke persidangan, kalau belum
cukup 17 tahun dan belum kawin boleh ikut persidangan
 Kalau tidak dipenuhi semua itu putusan batak demi hukum.
c. Anak belum cukup umur 17 tahun, tidak diperkenankan mengahdiri sidang kecuali
yang telah atau pernah kawin.
d. Pemeriksaan dilakukan dengan hadirnya terdakwa, dan dapat dipanggil melalui
upaya paksa.
 Terdakwa hadir dipersidangan itu wajib dan dihadapkan dalam keadaan bebas.
(tidak dibelenggu tapi tidak mengurangi pengawalan). panggilannya bisa tidak
sah (misla sehari sebelum baru diterima) kalau misal terdakwa dipanggil tidak
sah hakim (ketua) akan menunda persidangan dan memerintahkan agar
terdakwa dipanggil lagi untuk sidang berikutnya.
 Kalau konteks upaya paksanya kalau misal dianya tidak hadir ada dua :
terdakwa tidak hadir dengan alasan yang sah, kedua tanpa alasan yang sah.
 Kalau tanpa alasan sah sidangnya oleh hakim ketua ditunda di hari sidang
berikutnya, lalu hakim ketua memerintahkan PU untuk menghadirkan terdakwa
di sidang berikutnya, kalau keduanya juga tetap sama aja, ketua majelis masih
nunda lagi kemudian meminta PU menghadirkan sidang beriutnya dengan
upaya paksa.
 Upaya paksa, membawa atau menghadapkan dan menghadirkan terdakwa ke
muka persidangan dengan pengawalan (kek jemput paksa)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 6


 Tidak hadir dengan alasan yang sah, sakit, tertimpa musibah (kepala setempat),
dihadirkan ke sidang beirkutnya. Apapun alasan terdakwa, yang menilai adalah
hakim.
 Kalau saksi kalau sengaja kena Pasal 224 KUHP dikurung maks 9 bulan, kalau
lupa 522. Di Pasal 159 ayat (2) KUHAP, “memerintahkan supaya saksi tersebut
dihadapkan ke persidangan.” menghadirkan saksi dengan paksa. Beda dengan
terdakwa dia hanya sekali saja langsung upaya paksa.
e. Hakim wajib mengundurkan diri dari mengadili perkara. apabila ia terikat
hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, hubungan suami
atau isteri meskipun sudah bercerai dengan hakim ketua sidang, salah seorang
hakim anggota, penuntut umum atau panitera. Kalau memenuhi hakim wajib
diganti.
 Kalau tidak dipenuhi dan malah tetap sidang sampai putusan pengadilan, maka
perkara itu wajib diadili ulang dengan susunan yang lain. Pasal 157. yang
punya kewenangan untuk memerintahkan diadakan pemeriksaan ulang adalah
ketua PN. Kalau ketua PN masuk majelis hakim maka jadi Ketua PT yang
menetukan aik permintaan para pihak ataupun ex officio.
 Selain tadi karena hubugan sedarah dll itu juga wajib mengundurkan hakim
jika ada kepentingan langsung maupun tidak langsung dengan perkara tersebut
baik atas kehendak sendiri maupun PU, terdakwa, atau penasehat hukumnya.
 TAHAP-TAHAP PEMERIKSAAN ACARA BIASA
1. Sidang Pertama  pemeriksaan dimulai dengan menanyakan identitas terdakwa
“apakah betu terdkwa namanya, alamatnya, ttlnya” apakah sesuai dengan yang
diperiksa oleh hakim. “Apa saudara sehat?”. Kemudian lanjutannya pembacaan
surat dakwaan oleh PU “Paham tidak dengan kedakwaan” kalau belum menegerti
maka emerintahkan PU memberikan penjelasan seperlunya. Kemudian atas
dakwaan PU terdakwa punya hak untuk mengajukan keberatan/eksepsi. Bisa lisan
dan tertulis. Eksepsi terkait dengan kompetensi absolut itu perkaranya pidana itu
PN atau perdata. Syarat formil dan materiil identitas.
Eksepsi/keberatan dari terdakwa atau penasehat hukumnya (jika ada), tentang:
a. Pengadilan tidak berwenang untuk mengadili perkara Kompetensi abslu
(kekuasaan mengadili dari suatu pengadilan, kalau PAgama tidak mungkin
menangani perkara pidana, kalau relative tiap pengadilan punya daerah hukum
(locus delictie Sleman yang ngadili Sleman)
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 7
b. Dakwaan tidak dapat diterima Pasal 75 terkait aduan sudah ditarik hanya boleh
sekali (pencurian dalam keluarga) boleh narik setelah 3 bulan diajukan.Lebih
besr kepentingan privat daripada negara dengan WN. Nebis in idem,
Daluwarsa, surat dakwaan itu bukan perkara pidana tapi perdata.
c. Surat dakwaan harus dibatalkan kalau tidak memenuhi syarat materiil dia batal
demi hukum, kalau tidak meemnuhi syarat formil maka dapat dibatalkan
hakim maka bisa error in persona (kesesatan dalam orang). selanjutnya sidang
pembuktian.
Kalau ngajuin eksepsi bisa memberi kesempatan pada JPU untuk mengajukan
tanggapan atas eksepsi. masih ada kesempatan terdakwa atau PH untuk
memberikan tanggapan sekali lagi, atas eksepsi dan tanggapan itu hakim akan
mempertimbangkan dan memberi putusan sela terhadap hal-hal yang belum
menyangkut mater pokok perkara (menyangkut 3 hal di atas) kalau
pertimbanagn putusan sela itu sederhana sidang diskors beberapa menit, kalau
perlu pemikiran diskors di sidang berikunya, nanti di putusan sela isinya:
 Secara garis besar ada 3 kemungkinan isi putusan sela (Pasal 156 ayat (2))
 Eksepsi terdakwa/ penasehat hukum diterima (perkara harus dihentikan dan
tidak dapat dilanjutkan)
 Eksepsi terdakwa/ penasehat hukum ditolak (pemeriksaan harus dilanjutkan)
 Eksepsi terdakwa/ penasehat hukum baru dapat diputus seletah selesai
pemeriksaan sehingga sidang harus dilanjutkan (diputuskan bersama dengan
pokok perkara (biasanya yang bukan perbuatan pidana) Hakim menjelaskan
seperlunya dan yang namanya PU tdw dan PH punya hak untuk mengambil
sikap (menerima) terhadap putusan sela. Kalau tidak bisa mengajukan
perlawanan).
2. Sidang Pembuktian
 Pembuktian oleh PU (bisa diajukan saksi yang memberatkan, menggunakan
presumption of guilt, yang diperiksa pertama kali oleh hakim adalah saksi
korban) alat bukti lainnya untuk mendukung argumentasi PU seperti keterangan
ahli, surat, tambahan barang bukti yang ditemukan selama proses persidangan.
 Pembuktian oleh terdakwa/penasehat hukum (Pasal 66 KUHAP  kewajiban
pembuktian dimiliki oleh PU) “Tersangka atau terdakwa tidak dibebani
kewajiban pembuktian.” Bukan berarti terdakwa tidak berhak untuk

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 8


membuktikan karena pembuktian dari terdakwa sangat dibuktikan untuk
memperjelas duduk perkara ataupun fakta yang sebenarnya. Terdakwa bisa
menghadirkan saksi yang meringankan. Yang wajib tipikor dan narkotika terkait
asal usul harta kekayaan kalau diperoleh secara sah yang tidak sah dengan
tipikor atau narkotika. di KUHAP tidak ada. Pengajuan alat bukti lain yang
ditemukan selama proses persidangan.
 Pemeriksaan pada terdakwa
3. Sidang Pembaca Tuntutan Pidana, Pembelaan, Tanggapan-tanggapan
1) Isi tuntutan pidana, KUHAP tidak menentukan syarat surat penuntutan, secara
umum surat tuntutan pidana setidaknya secara lengkap memuat identitas
terdakwa,
2) Dakwaanya (primer, subsider..), fakta-fakta yang terungkap di persidangan dan
fakta ini diawali uraian mengenai keterangan saksi, keterangan ahli, termasuk
surat, petunjuk, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan di
persidangan.
3) Dilanjutkan dengan analisis yuridis mengenai pembuktian unsur-unsur pidana
yang didakwakan.
4) Kemudian mengenai aspek pertimbangan pemidanaan (hal yang memberatkan
dan meringankan).
5) Kemudian diakhiri dengan amar tuntutan. kemudian dilanjutkan nota
pembelaann/pledooi terdakwa atau penasehat hukum.
6) Berikutnya jawaban/replik/tanggapan dari PU jika ada dilanjutkan duplik
(tanggapan dari PH jika ada)
4. Sidang Pembacaan Putusan
Pasal 152-182 KUHAP
Acara pemeriksaan biasa paling luas pengaturannya, berlaku singkat dan
cepat sepanjang tidak ditentukan lain.
 ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT  Bab 16 Bagian V Pasalnya 203 dan 204
KUHAP
 Pasal 203 (1) Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat ialah perkara
kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang
menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan
sifatnya sederhana  perkara sumir (205 itu pemeriksaan cepat). Mudah terdakwa

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 9


telah mengakui sepenuhnya tentang tp yang terjadi tanpa perlu sulit-sulit. Sederhana
kalau APS tidak memerlukan watu persidnagan lama bisa hari itu juga diputus atau 1-
2 hari persidangan. Diupayakan diselesaikan dalam 1 hari sidang (dilakukan di hari
tertentu dan ditetukan oleh  Ketua Hakim.
 Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari), Kejaksaan Negeri (Kejari)
 Hal-hal dari acara pemeriksaan singkat yang secara khusus menyimpang dari acara
pemeriksaan biasa. PU segara memberikan berkas perkara tanpa ada surat dakwaan,
pada saat di persidangan, PU memberitahukan secara lisan berdasarkan catatan yang
menerangkan tentang waktu, tempat, dan keadaan pada waktu tp dilakukan. di
persidangan dicatat di berita acara pemeriksaan sidang dan merupakan pengganti surat
dakwaan.
 Putusan APBiasa, putusan dibuat terpisah dengan berita acara, kalau APSingkat
putusan tidak dibuat secara khusus tapi dicatat di berita acara persidangan
 Hakim membuat surat yang memuat amar putusan tersebut isi surat tersebut
mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti putusan pengadilan pada aara
pemeriksaan biasa.
 ACARA PEMERIKSAAN CEPAT (Perkara Rol) Pasal 205-216
Pasal 184 Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung satu alat
bukti yang sah. kalau biasa menganut pemeriksaan negatif dengan dua alat bukti
dan pertimbangan hakim
 Acara Pemeriksaan Tipiring Bag VI Paragraf 1
 Pasal 205 (1) Yang diperiksa menurut acara pemeriksana tindak pidana ringan
ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga
bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan
penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini.  Pasal
315 KUHP
 Pasal 364  denda dengan Perpu No 18 Tahun 1960  masih kata sen 60 rupiah
jadi kali 15  900 rupiah PERMA No.2 Tahun 2012
 Pasal 373 bukan ternak harga tidak lebih 25 rupiah (penggelapan ringan)
 Pasal 379  penipuan ringan tidak lebih 25 rupiah  tahun 60 dibaca 250 rupiah
 sekarang PERMA 2/12 (penyesuaian batasan tipiring dan jumlah denda dalam
KUHP)
 384 dan 407 ayat (1) dibaca 250 rupiah

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 10


Perpu No 16 Tahun 1960 Perubahan dalam KUHP, di PERMA 250 rupiah tambah
penadahan ringan (482) dibaca 2,5 jt langsung menetapkan mahim tunggal dan pakai
APC kalau dibawah 2,5 jt nilai barangnya
Tata cara Pemeriksaan Tipiring
1) Yang biasanya melimpahkan perkara adalah PU, kalau tipiring itu penyidik atas
kuasa PU.
2) Tipiring diadili hakim tunggal pada tingkat pertama dan terakhir kecuali kalau
pidananya perampasan kemerdekaan bisa banding, kalau denda tidak bisa.
3) Saksi di APB wajib disumpah, kalau tipiring saksi tanpa sumpah kecuali hakim
menganggapnya perlu.
4) Si penyidik tidak ada PU jadi memberitahukan secara tertulis ke terdakwa
kemudian dicatat dengan bak oleh penyidik, kalau udah memberikan itu dicatat dan
catatan besertaberkas perkara dilimpahkan ke pengadilan
 Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan (Pasal 211 dan 216)
Penjelasan Pasal 211 Yang dimaksud dengan "perkara pelanggaran tertentu" adalah :
a. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan
ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan
pada jalan;
b. mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat izin
mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan, surat tanda uji kendaraan yang
sah atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkannya tetapi
masa berlakunya sudah kadaluwarsa;
c. membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang
yang tidak memiliki surat izin mengemudi;
d. tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang
penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat
penggandengan dengan kendaraan lain;
e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda
nomor kendaraan yang sah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang
bersangkutan;
f. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas
jalan dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang
ada dipermukaan jalan;
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 11
g. pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diizinkan, cara
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar
barang.
h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi
di jalan yang ditentukan.
 Ada UU 22 Tahun 2009 LLAJ, dan PP 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor Di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
 Untuk APC dapat diwakilkan, kalau tidak ada yang dating masih bisa diputus, ada
upaya perlawanan (verzet) kalau tidak hadir (verstek) kalau bentuk putusannya berupa
perampasan kemedekaan. Pasal 267-269 UU LLAJ

PEMBUKTIAN
PROF. EDDY
 Arti beberapa istilah
 Evidence : bukti
 Proof : pembuktian
 Bukti : sesuatu yang menerangkan kebenaran suatu peristiwa/informasi yang
menerangkan kebenaran suatu peristiwa
 Membuktikan : memperlihatkan bukti/sesuatu yang menerangkan kebenaran suatu
peristiwa
 Pembuktian : proses membuktikan/memperlihatkan bukti/sesuatu yang
menerangkan kebenaran suatu peristiwa (jangan sebut ‘proses pembuktian’ karena
pembuktian sendiri proses)
 Hukum Pembuktian : seperangkat aturan hukum mengenai pembuktian yang
meliputi teori-teori pembuktian (1), alat-alat bukti (2), cara menemukan,
memperoleh, mengumpulkan, dan menyampaikan bukti di pengadilan (3), beban
pembuktian (4), minimum bukti (5), dan kekuatan pembuktian (6 hal)
 Hukum Pembuktian Pidana : hal ditambah perkara pidana
 Arti penting pembuktian
 Soepomo : membenarkan hubungan hukum dalam arti luas dan arti sempit
pembuktian diperlukan apabila apa yang dikmukakan oleh penggugat itu dibantah
oleh tergugat (Perkara perdata). Pembuktian perdata beda dengan pembuktian

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 12


pidana. Dalam hub perdata diusahakan ada bukti, kalau ada sengketa tinggal
kasih bukti, berbanding terbalik dengan perkara pidana (diusahakan
menghilangkan bukti) karena yang dicari pidana itu kebenaran materiil,
 Eddy O.S. Hiariej : mencari kebenaran atas suatu peristiwa hukum
 Sudikno Mertokusumo
o Dalam arti Logis : pembuktian bersifat absolut, karena itu maka bukti itu tidak
terbantahkan, kalau tidak terbantahkan maka tidak dimungkinkan bukti lawan.
Misal tes DNA anak  probatio plena (bukti penuh/sempurna), full proof
hanya dalam konteks perdata, kalau hakim dalam pidana tidak terikat
secara absolut terhadap satu alat bukti. Misal akta notaris berbunyi X
terjadi sengketa, sehingga dipanggil notarisnya, waktu diperiksa berbunyi
Z, hakim harus percaya akta karena hierarki pertama surat kalau pidana
tidak ada, alat bukti bersifat konvensional
o Konvensional  bersifat relative, sebab dalam perkara pidana penentuan
benar salahnya terdakwa depend on judges conficion : keyakinan “..terdakwa
terbukti secara sah da meyakinkan...”seberapa besar? tergantung teori yang
digunakan, tidak semua negara sama tergantung teori yang dipakai
menjadi seberapa besar keyakinan hakim yang dipakai.
o Yuridis  berusaha meyakinkan hakim secara hukum pembuktian
 Pembuktian
 Prinsip Fundamental
o Relevant : berkaitan, berhubungan (misal ada yang menusuk di kantin tidak
mungkin ditanya menu makananny a apa)
o Admissible : dapat diterima (sudah pasti relevan, tapi tidak berlaku sebaliknya).
Misal kamu tetangga persis sejendela, trus ada pembunuhan, trus dipanggil
polisi, tapi memberikan keterangan tidak bilang dengar, lihat, alami, itu bukan
kesaksian. Relevant tapi bukan admissible testimonium de auditu (mendengar
kesaksian) Penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP.
o Exclusionary Rules (perolehan bukti dengan cara sah) : mensyaratkan bukti
yang tidak diperoleh secara legal harus diabaikan (Miranda Rights : pengedar
narkotika tidak diberitahu haknya jadi di Konstitusi Amerika memasukkan
Miranda Rights) kalau tidak dibacakan harus tangkap ulang.
o Weight of Proof : kekuatan pembuktian
 Faktor-faktor (William Bell)  sama
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 13
o Relevant
o Reliable = admissible
o Maynot Unfair Prejudice : pembuktian dalam perkara pidana tidak boleh
dalam persangkaan tidak wajar (alau perdata persangkaan itu alat bukti), misal
AB di kamar hotel tanpa ikatan perkawinan (persangkaan dalam fakta, bisa
dicerai, kalau pidana itu bukan zina). Saking susahnya pembuktian pidana 
in criminalibus probantiones bedent esse luce clariores (dalam perkara-
perkara pidana bukti-bukti itu harus lebih terang daripada cahaya). Perdata
pebuktiannya bersifat formal, kalau misal bulan sebelum belum bayar tapi ulan
terakhir udah bayar, cukup kasih kwitansi terakhir ke hakim untuk memastikan,
berarti sudah tidak punya tunggakan.
Bila dituduh, berzina (PASAL 284 KUHP), maka katakan saya tidak tunduk
pada pasal 27 KUHPERDATA
PERSANGKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG: Bila sudah
mempunyai bukti transaksi terakhir, maka transaksi sebelumnya, dianggap
sudah lunas.
o Dasar Pembuktian : alat-alat bukti
o Lawfull Legal Evidence = Exclusionary Rules
 Bukti yang tidak dapat Memperkuat Kasus
 Terjadi pertentangan bukti antara satu dengan yang lain yang mana bukti-bukti
tersebut berasal dari sumber yang berbeda dan tidak dapat dirujuk. Dark
number : misalkan bukti lebih kuat daripada bukti awal korban, statistic
criminal pidana umum di kepolisian beda dengan kejaksaan, notu in force.
 Bukti yang tidak dapat digunakan karena diperoleh secara illegal yang disebut
dengan tainted evidence (bukti yang ternodai)  deritative evidence Kasus
Nazaruddin – Antasari Azhar, mayat Nazaruddin harusnya dilihat polisi pas
autopsi, tapi udah ada jahitan, tus pas ada polisi trus diambil peluru.
Revolver ada 6 peluru, 3 peluru tersisa, 3 peluru beda dari yang seharusnya.
Dead on arrive  dokter tidak boleh melakukan apapun sebelum polisi
datang karena tidak pro justicia
Ada perbuatan pidana, tapi bukti satu sama lainnya bertentangan dan sama
kuat, maka akan ada dark number. KASUSNYA DISTOP
 Karakter Hukum Pembuktian

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 14


Perekembangan hukum pembuktian sangat berpengaruh bagi perkara yang sedang
ditangani dan bukti yang dimiliki. Pembuktian melihat tingkat kerumitan kasus, dan
hukum pembuktian bukan sistem yang teratur. Suatu tindak pidana tidak selamanya
terdapat seseorang yang melihat, maka digunakannya scientific evidence.
 Ahli teknologi informasi
 Ahli forensic
 Ahli Ballistik – ahli persenjataan (Senjata api)
 Hammer Test – Mengenai spesifikasi struktur bangunan
 Ahli Obat-obatan
 Ahli kriminologi (ekspresi/reka wajah, psikologi)
 Parameter pembuktian – tolak ukur pembuktian
1. Bewijst theory (Teori pembuktian)
a. Positief wettlejk bewijst theory – Teori pembuktian menurut UU secara positif
Hakim memutus perkara semata-mata hanya berdasarkan alat bukti yang sah
menurut UU (Hanya dipake dalam perdata(dalam perdata juga dikenal hierarki
alat bukti))
b. Conviction Intime (Keyakinan Penuh)
Hakim memutus perkara semata-mata berdasarkan keyakinannya (Dipakai di
Amerika(jumlah minimum juri 11, maksimal 23. Menggunakan juri banyak, pada
saat kasus penting saja). Juri itu bisa dari provesi apapun. Kalau di Jerman,
terdapat “LAY MAN” (Hakim Gadungan).
c. Conviction Rasionee (Rasionalitas keyakinan)
Hakim memutus perkara dengan keyakinan atas dasar rasionalitas (Di Indonesia
dipakai dalam Tindak Pidana Ringan, dengan acara pemeriksaan cepat.)
d. Negatif Wettlejk Theory (Teori pembuktian menurut UU secara negatif)
Hakim memutus perkara berdasarkan alat bukti sah menurut UU, ditambah
dengan keyakinan (PASAL 183 KUHAP, pada asalnya hakim dilarang
menghukum seseorang, kecuali ada barang bukti)
2. Bewijst Middelen (Alat-alat bukti)
3. Bewijst Voering (Cara menemukan, memperoleh, mengumpulkan dan menyampaikan
bukti di persidangan) (landasan yang harus dipakai oleh penegak hukum, supaya tidak
merugikan hak-hak individu(prof eddy, bercerita tentang polisi yang mendapatkan
barang bukti dengan cara menendang dll., dan dalam peradilan diputus bebas))

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 15


4. Bewijslast  Burden of Proof (Beban pembuktian)
a. Actory incumbit probatio = siapa yang menuntut haknya Ialah yang wajib
membuktikan (perkara perdata)
b. Actori incumbit onus probandi =Siapa yang mendakwa/menuntut Ialah yang wajib
membuktikan
Yang membuktikan adalah jaksa
c. Actoree non probante = Jika terdakwa tidak dapat dibuktikan maka harus
dibebaskan (Reus absolvitur)
d. Exculpatory evidence = terdakwa berhak mengajukan bukti apapun di persidangan
dalam rangka mengurangi hukuman bahkan menghilangkan hukuman
e. Afirmative defense = terdakwa yang menerima beban pembuktian berdasar bukti
baru di persidangan dalam rangka mengurangi- menghilangkan hukuman
5. Bewijstkrach  Kekuatan pembuktian (Weight of proof)
6. Bewijst minimum  Untuk memproses perkara di pengadilan minimum 2 alat bukti
a. Probative evidence  Fakta penting/kunci dalam persidangan yang harus
dibuktikan
b. Preponderance of the evidence  bobot bukti - minimal 50% bukti
 Alat-alat bukti Universal
1. Witness (saksi)
 Kualitas pribadi  yang tidak boleh jadi saksi : notaris (merahaiakan akta),
dokter (merahasiakan sakit pasien), advokat (merahasiakan klien),
wartawan/jurnalis (merahasiakan sumber informasi), pemuka agama (gereja
katolik roma, di bilik pengakuan dosa), terdakwa punya hak ingkar, menolak
jaksa dan hakim
 Substansi (isi kesaksian) dan Sumber Pengetahuan (yang dia lihat, dengar,
alami)
 Sebab mengetahui (mengapa bisa tau, misal mau ambil uang tiba2 ada
perampok) penting karena bisa aja ita bagian dari kawanan perampok itu
 Kewajiban bersumpah (dinyatakan di bawah sumpah bisa saksi jadi alat bukti,
perempuan hamil boleh menolak untuk disumpah, kalau tidak di bawah sumpah
keterangan bukan alat bukti tapi sebagai hal yang memperkuat keyakinan hakim
selama keterangannya tersebut berhubungan dan bersesuaian dengan ala bukti
lain)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 16


 Hubungan dan kesesuaian (ket saksi 1 dan lain harus berhubungan dan
bersesuaian)
2. Expert (ahli)  harus disumpah
 Topik Kesaksian (apapun yang mebutuhkan keternagan yang lebih lanjut, jaksa,
hakim , pengacara, boleh menghadirkan ahli (tidak mesti dibuat di berita acara
pemeriksaan, bisa langsung dicari bisa) bebas misal saksi minus matanya
dihadirkan ahli
 Kualifikasi (pertama ahli memperoleh pengetahuannya melalui pendidikan
formal sampai pada derajat tertentu dan memperoleh gelar akademik tertentu
(tidak mesti professor/doktor, kedua dia memperoleh pengetahuannya
berdasarkan pengalaman (misal auditor berpengalaman yang bukan SE) dan
Objektivitas (ahli harus netral, memberikan keterangan berdasarkan pengetahuan
yang dia yakini kebenaraannya) jangan karena pengacara dan jaksa secara
membab buta membela yang memanggil
 Jenis keterangan (ada 4, 1. ahli yang menjelaskan dari segi Bahasa, misal kasus
pencemaran nama baik, 2. jenis keterangan ahli yang menernagkan keahlian
seseorang, misal memberikan keteranga ahli yang menerangkan sifat keahlian
seseoang, seperti prof ed bilang menurut moeljatno, 3. ahli yang sebelum
memberikan keterangan dia harus melakukan pemeriksaan, penelitian, atau
pengamatan terlebih dulu (dokter, ahli uji sampel ttd identik, tidak identik, tidak
didefinisikan, kasus pemerkosaan harus sesegera mungkin divisum supaya
jejaknya tidak hilang), 4. ahli yang memberikan keterangan tidak perlu
melakukan pemeriksaan, penelitian, atau pengamatan terlebih dulu
 Corak kesaksian (ahli tidak oleh sampai pada kesimpulan bahwa terdakwa itu
bersalah atau tidak bersalah, tidak boleh menjawab langsung pada pokok perkara,
harusny bertanya ersifat perumpamaan/aksioma (misal A dan B))
3. Document (surat)
 Orisinalitas
 Substansi
 Dilaksanakan sesuai isinya
(Nota dinas misal minta transfer ke rekening pribadi, kalau hanya fcan tidak
pernah dilihat aslinya itu diragukan, tidak perlu diperiksa lebih lanjut, kalau asli,
substansinya (yang minta ditransfer) dilaksanakan atau tidak, kalau iya telah
terjadi, kalau tidak ya tidak)
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 17
4. Real / Physical Evidence (barang bukti) KUHAP edain barang bukti 39 KUHAP, dan
alat bukti 184 KUHAP
 Circumtantial Evidence  barang bukti, adalah bukti yang tidak langsung
(pistol, pisau, balok kayu tidak bisa berbicara bahwa dia yang melakukan, harus
dianalisis atau ada sidik jai dan match dengan sidik jari pelaku)
 Corraborating Evidence  keterangan saksi/ahli untuk memperkuat bukti, atau
bukti2 yang memperkuat keternagan saksi/ahli
 Forensic
 Definisi  ilmu yang unik yang mana prinsip dan teknik dari ilmu dasar (biologi,
kimia, dan fisika) yang digunakan untuk menganalisis barang bukti dalam rangka
mengambil informasi untuk memecahkan masalah hukum
 Tujuan  bekerja sama dengan aparat penegak hukum dengan menggunakan
metode ilmiah untuk mengembangkan informasi factual yang disajikan dalam
laporan tertulis atau kesaksian langsung di pengadilan sehingga hakim dapat
membuat putusan berdasarkan informasi mendaam atas suatu barang bukti
 Pertengahan Tahun 1800 : dr. M.J.B. Orfila (perempuan kebangsaan Spanyol)
terkenal 1862, menimpa hartawan , meinggal dan istrinya menudul yang mebunuul
itu tukang santet di kota lafageran sehingga warga heboh, tukang santet itu diadili
meskipun bersumpah tidak tetap diadili dalam persidangan, hakim minta dr Orfila
memberikan keterangan, sebeum itu dia mengautopsi sehingga bilang diracun
arsenic yang ternyata dilakukan istrinya)
 Balistik (ilmu tentang sejata api)  Trajektori (jalur terbang peluru, dipakai untuk
olah kejadian perkara, recall : peluru bisa arah kemana2 walaupun lurus ditembak,
John Kennedy dan Conneli) dan Grain (peluru ditembakkan di obyek yang keras
(tembok batu, yang hancur peluru (namanya grain kemudian ditimbang, jenis peluru
Z senjatanya X)
 Hammer test (dilakukan oleh teknik sipil yang mengukur spesifikasi bangunan,
misal gempa di FH semua gedug utuh kecuali gedung IV) sipil datang analisis
kolom/struktur/tiang kaau utuh rusakin, masukin alat, dibangun besi ukuran 8,
komposis semen pasi 1:5, diamaeter batu 10-15, liat spesifikasi bangunan, wajib
menyimpan 30 tahun, tapi spesifikasi 1:10, 20-30, 10, peborongnya kena pasal
kealpaan, bisa kena korupsi kalau kurang
 Audit Forensic dilakukan akuntansiuntuk kasus tipikor dan pencucian uang (harus
meneusuri uangnya sampai kemana) paling sulit
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 18
 Jenis-jenis alat bukti
 Direct evidence : bukti langsung (lihat, dengar, rasakan) (eye witness)
 Indirect evidence :bukti tidak langsung/ circumtantial evidence (kasus kopi sianida,
tidak ada direct potongan bukti : cutting bewijs, ada CCTV, ada 4 orang diduga hana,
Jessica, barsta, dan waiter, prof made gel gel(ahli toxic udayana) bilang ada 3 cara
sampai pada titknya jessica
 Substitute evidence : unsur pasal yang tidak perlu dibuktikan karena merupakan
public knowledge. contoh Pasal 363: gunung beri meletus, banjir, diberatkan max 7
tahun, dibuktikan unsur2nya (gunung meletus tidak pelu dibuktikan oleh jaksa
karena merupakan pengetahuan umum)
 Testimonial evidence
 factual testimony : saksi fakta apa yang dilihat dengar dan alami (ngga perlu eye
witness)
 opinion testimony : gabungan saksi faktal sekaligus saksi ahli (saksi Boediono
April 2014 Bank Century, knapa bail out alasannya ahli, cara bail out centry itu
saksi fakta)
 expert testimony: saksi ahli
 Physical/real evidence
 Demonstrative evidence : rekonstruksi/reka ulang. Tujuannya untuk memberikan
gambaran kepada penyidik atau penuntut umum dan majelis hakim, terkait peristiwa
yang terjadi.
 Documentary evidence
 Barang bukti dan alat bukti menurut KUHAP
 Teori
 Barang yang diperuntukkan/sudah dipakai untuk melakukan tindak pidana
 Barang hasil tindak pidana : indirect, misal curie mas trus dijual, uangnya hasil
tindak pidana
 Barang yang diciptakan oleh tindak pidana dan barang-barang yang menjadi
gantinya: uang palsu
 Barang yang didapat dengan jalan melakukan tindak pidana : direct misal curi
dapat emas
 Barang untuk perbandingan : dalam kasus pemalsuan (tidak hanya surat tapi
minman palsu)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 19


 Pasal 39
 Benda/tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak pidana (objectum dan
fructum scaleris jadi satu)
 Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya
 Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana
(obstraction of justice)
 Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana (bom
rakitan)
 Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pdana yang
dilakukan (barang apapun bisa jadi bukti selama berkaitan dengan idak pidana)
 Instrumentum scaleris : pistol ntuk menembak
 Objectum scaleris : barang yang diperoleh dari tindak pidana
 Fructum scaleris : barang hasil tindak pidana (uang hasil jual barang curian)
 Pasal 184 KUHAP
 Keterangan saksi
 Saksi : yang lihat, alami, dan dengar, saksi melalui teleconference? dana saksi sah
kalau didengarkan di pengadilan? karena bisa dilakukan cross exasminasi
(ditanya jaksa hakim pengacara) sehingga teleconference sah karena bisa ditanya.
Avidavit : saksi memberikan keterngan tertulis  tidak sah. Habibie saksi dari
Akbar Tanjung dikirim 2 jaksa, 2 pengacara dan juru sumpah 2003. dan kasus
abu bakar Ba’siyr tterorisme 2005 saksi anggota jama’ah Islamiyah di Malaysia.
2011 ternsagka sama, saksinya di Mabes POLRI di Jaksel semua.
 Keteragan saksi : keterangan yang dikatakan saksi di bawah sumpah mengenai
yang dilihat, alami, dan saksikan. Kualitatif beda jenis, kalau kuantitatif 10 saksi
bisa 10 alat bukti. Keterangan 2 saksi atau lebih itu itungannya 1 atau 2 alat
bukti? Tergantung kasusnya. Misal 2 satpam kejar maling atm maka saksinya 2
satpam sama dan bersesuaian, 1 alat bukti. Misal 1 satpam akhirnya kekejar
polisi olah TKP di perempatan, setiap malam ada gelandangan tidur di atas
trotoar panggl gelandangan lhat satpam kejar pelaku (keternagan beda taapi
bersesuaian, 2 alat bukti).

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 20


 Putusann MK : diperluas dengan saksi alibi, aibi : tidak berada di tenpat sewaktu
kejadian perkara (C mengatakan B tidak ada kejadian karena dia jalan ma B
karena bersaksi keberadaan B dalan locus dan tempus delicti)
SAKSI TELECONFERENCE pertama kali pada saat 2003, yaitu pada saat
saksinya Habibie. Dengan kasus akbar tanjung, yang masa tahanannya pengen
selesai.
 Keterangan ahli : sah di pengadilan, di bawah sumpah dan berdasarkan pengetahuan
yang dia yakini kebenarannya
 Surat
 Berita acara
 Surat yang dibuat sesuai perUUan : sertifikat akta notaris
 Surat keterangan ahli (sudah menyampaikan di bawah sumpah di penyidikan
sudha ada BAP, kala saat sidang membeirkan keterangan di bawah sumpah yang
dipakai keterangan ahli, suratnya diabaikan) kalau di persidangan tida hadir
bukan alat bukti hanya memperkuat saja
 Surat lain yang relevan
 Petunjuk : punya hakim (Pasal 188 KUHAP) tidak diperoleh dari keternagan ahli,
terlalu banyak teori sehingga sbyektif, lainnya iya
 Perbuatan, kerjadia, dan keadaan yang bersesuaian
 Harus ada 2 persesuaian
 Persesuaian menunjukkan 2 hal (telah terjadi tp, dan terdakwa yang telah
melakukan tp)
 Circumtantial evidence (bukti tak langsung) halaman pertama, identitas, dakwaan,
bukti, ket saksi, ahli, surat, keterngan terdakwa, petunjuk tidak pernh ditulis
dalam berita acara, untuk mempkuat keyakinan biasanya
 Accessories evidence : bukti pelengkap
 Keterangan terdakwa
 Confessions evidence ; bukti pengakuan
 Dinyatakan di sidang
 Diketahui dan dialaminya
 Terhadap dirinya sendiri
 Saksi mata
 Clifford dan Davis
 Menceritakan
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 21
 Mencari
 Mengidentifikasi
 Deteksi Kebohongan
 Metode Psikofisiologi : menggunakan alat deteksi kebohongan 10 kabel yang punya
kancing yang dikasih gel di dahi, dada, perut, pergelangan tangan, dan lengan atas.
Bohong detak jantung cepat, nadi cepat, ada pernapasan perut, pori2 lengan terbuka,
dan terjadi kerutan dahi.
 Metode Paralinguistik : yang dinilai pertama kali itu bahasa tubuh (Angelina
Sondakh tidak menatap hakim tapi mohon ampun)
 Lebih sedikit kata ganti personal
 Emosi negatif (bukan saya yang ambil tapi ambil, alam bawah sadar di kasus
Jessica begitu, taruh apa diminuman mirna, bisa aja serangan jantung, “bukan
saya yang bunuh”)
 Kurang kompleks

PUTUSAN PENGADILAN

 Hakim tunggal : tergantung dia, tidak perlu memperhatikan pertimbangan lain


 Majelis? untuk ambil satu putusan, hakim ketua mempertimbangkan pendapat hakim
anggota
 Ada satu prosedur:
 Pasal 182 KUHAP ayat (6) :
Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan hasil permufakatan bulat
kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka
berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. putusan diambil dengan suara terbanyak;
b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh putusan yang dipilih adalah
pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.
 Majelis ada 3 dan 5: pendapat yang didahulukan itu hakim junior dengan alasan utuk
menjaga kalau senior dulu dikhawatirkan yang junior akan mengikuti
 Proses pengambilan putusan yang diutamakan adalah musyawarah
 Putusan
 Putusan Bebas

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 22


 Putusan Lepas
 Putusan pemidanaan
 Yang baru mungkin ada permaafan hakim, rechtelen parden: hakim menyatakan bahwa
perbuatan itu terbukti tetapi terhadap pelaku tidak dijatuhi pidana, nanti masuk mana?
 Putusan Bebas (vrijspraak) Pasal 191 (1): Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas. Kalau
unsur2dari pasal terbukti baru diliihat kesalahannya, bisakah dimintakan
pertanggungjawaban pidana. Kalau lihat ayat duanya malah dibuktikan malah
perbuatannya, yang benar perbuatannya. Ini menunjukkan inkonsisten.
Perbuatan tidak terbukti sebagai tindak pidana karena:
a. Ketentuan Pasal 183 KUHAP tidak terpenuhi : Hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
b. Tidak memenuhi azas pembuktian negatif  Penjelasan Pasal 184 Dalam acara
pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung satu alat bukti yang sah.
 Putusan lepas (onslag van recht vervolging) Pasal 191 (2) Perbuatan terbukti, namun :
1. Bukan merupakan perbuatan pidana
2. Adanya alasan penghapus pidana (Pasal 44, 48 (tak sadar), 49 (pembelaan terpaksa),
50 (ketentun UU), 51 (perintah jabatan) KUHP)
Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas
dari segala tuntutan hukum. Misal terbukti melakukan perbuatan tapi itu perbuatan
perdata, bisa diperkerakan lagi secara perdata karena bukan ne bis in idem. Seain
itu ada alasan penghapus pidana.
 Putusan Pemidanaan Pasal 193 (1)
 Perbuatan terbuti sebagai tindak pidana
 Terpenuhinya rumusan Pasal 183
 Perbuatan terbukti
 Pelaku dapat dipertanggungjawabkan
 Permaafan hakim (Rancangan KUHP)
 Rechetlijk pardon-non imposing of a penalty

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 23


 Perbatan terbukti tetapi hakim tidak menjatuhkan putusan pidana
 Dalam UU SPPA (Pasal 70)
 RKUHP
Untuk perkara:
1. Ringannya perbuatan keadaan pribadi pelaku, keadaan pada waktu perbuatan
dilakukan, keadaan yang terjadi kemudian (curi sandal, uri susu karena butuh,
anak jadi tak terurus)
2. Ada pertentangan antar kepastian hukum dan keadilan – maka yang diutamakan
adalah keadilan, kemanfaatan (dituamakan kemanfaatan, kepastian
dikesampingkan dan keadilan sedikit) pelaku diminta meminta maaf dan
mengganti kerusakan yang diderita korban
3. Kerusakan/kerugian telah diperbaiki
 Putusan yang tidak dapat banding
Pasal 67 KUHAP:
1. Putusan bebas
 Putusan bebas tidak murni dapat langsung kasasi (berdasarkan Kep. Menkeh
No. 14. PW 07.03/1983 & SEMA No. 2653/1983, asinya KUHAP melarang di
Pasal 244)
 diperkuat dengan PTS MK No. 114/PUU-X/2012
2. Putusan lepas
3. Putusan acara pemeriksaan cepat, kecuali perampasan kemerdekaan.
Proses banding
1. Terdakwa/PU  banding ke PN (7 hari)  Jika waktu 14 hai PN kirim
berkas  PT
2. Hakim PT sekurang-kurangya 3 orang (kenapa majelis? karena putusan
banding dalam rangka melakukan koreks kalau hakim unggal fungsi koreksi
tidak maksimal)
3. Berkas-berkas : BA pemeriksaan penyidik, BA pemeriksa PN, Putusan PN
4. Jika perlu hukum dapat minta keterangan terdakwa, saksi, PU
5. Sebelum PT memutus, permohonan banding dpaat dicabut sewaktu-waktu.
6. PTS PT: menguatkan, membatalkan, merubah
 Kasasi
 Diajukan terhadap putusan pengadilan tingkat terakhir yang bukan putusan MA

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 24


 Diajukan oleh terdakwa, jaksa PU
 Jangka waktu 14 hari
 Pemohon membuat memori kasasi
 Putusan yang tidak dapat kasasi (Putusan 45 a UU MA No. 5 Tahun 2004)
1. Pidana denda
2. Pidana penjara, kurungan kurang dari 1 tahun
 Alasan kasasi
1. Apakah suatu peraturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestiya
2. Apakah cara mengadili tidak menurut ketentuan hukum
3. apakah pengadilan telah melampaui batas kewenangannya
4. MA menyerahkan pemeriksaan terjadi ke wilayah hukum perbuatan pidana itu
terjadi
 Upaya hukum luar biasa
1. Kasasi di kepentingan hukum (pasal 259 KUHAP):
 Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dari pengadiln selain MA
(putusan PN dan PT)
 Diajukan oleh jaksa agung
 Hanya dapat 1 kali
 Putusan MA tidak boleh rugikan pihak-pihak yang berkepentingan (terpidana
dan JA)
2. Peninjuauan kembali
Syarat materiil/alasan:
1) Karena ada novum : bukti baru diketahui setelah hakim menjatuhka putusan
dna putusan itu inkracht
2) Dasar alasan putusan-putusan bertetangan satu dengan yang lain
3) Putusan ada kekhilafan hakim
4) Perbuatan terbukti tetapi tidak diikuti dengan pemidanaan.
Syarat formil:
1) Diajukan terhadap putusan (pemidanaan) kecuali putusan bebas, lepas
2) Putusan sudah inkacht
3) Diajukan oleh terpidana, ahli waris
 Putusan PK tidak boleh lebih dari pidana sebelumnya

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 25


 Putusan MK tanggal 24 Maret 2014  permohonan PK dapat lebh dari 1 kali
(permohonan Antasari Azhar)
 Pengajuan PK oleh PU
1) Sengkon-Karta (putusan Kasasi, pjr 7,12 th) denga Perma No. 1 /1981  untuk
kepentingan terpidana, JA  PK ke MA  putusan bebas (1981)
2) Muhtar Pakpahan th 1995 (putusan kasasi, bebas)  JA  PK (putusan pidana)
3) Polycarpus (putusan kasasi : 14 tahun pjr)  JA  PK  putusan pjr 20 thn
(2007)
 Putusan MA larang JA ajukan PK
 PK oleh JA putusan bebas Joko S. Chandra Putusan MA : pidna penjara 2
tahun (2009)
 Istri Joko ajukan permohonan ke MK (PK oleh JA)  dikabulkan, keluar
putusan MK No. 33/PUU-XIV/2016
 Perbedaan UU 22/2002 jo 5/2010-UU 3/1950
1. Instansi pemberi grasi dibatasi
2. Jenis putusan yang dapat dimintaakn grasi terbatas
3. Percepatan waktu pemberian grasi
4. dapat diwakili keluarga
5. UU 5/2010: demi kepentingan Kemns-an, keadilan. Menkumham dapat minta
terpidana ajukan grasi
 UU 3/50
Napi-PN-Kejari-MA-Menkeh-Pres
 UU 22/2002
Napi (1 tahun)-PN (20 hari)-MA(3 bulan)-pres (3bulan), di 5/2010 30 hari
 pidana mati
 penjara seumur hidup
 pidana penjara ≥2 th

BANTUAN HUKUM

 PERTANYAAN-PERTANYAAN AWAL
 Advokat adalah mereka yang sarjana hukum
 Advokat memberikan bantuan hukum

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 26


 Bantuan hukum dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan
 Orang yang sudah jelas bersalah tidak harus dibela
 Bantuan hukum itu hanya untuk kasus pidana
 Saya ingin menjadi advokat
 Pemberi bantuan hukum bisa advokat, konsultan hukum, bisa saja ahli
 Advokat itu memang sarjana hukum ada juga trainng dan ujian advokat sehingga
yang lulus advokat itu ada etik tidak hanya sarjana hukum saja, kalau dapat training
itu paralegal
 Kalau semua perlu bantuan hukum karena ada pengelompokkan hukuman, dnsa
pembelaan hak-hak nya. Ada juga yang perbuatan dan pertanggungjawaban
 Tidak hanya dipidana
 Proses bantuan hukum dari awal sampai eksekusi
 POIN-POIN DISKUSI
 Bantuan Hukum dalam Sistem peradilan Pidana
 Sejarah Bantuan Hukum Indonesia
 Perkembangan Konsep bantuan hukum Indonesia
 UU No 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
 Profesi Advokat
 Sistem peradilan pidana
 Adversary itu di common law system  hakim tunggal dan pakai sistem delik,
memveto putusan juri dan tanya2nya untuk memperdalam, yang aktif jaksa PU dan
terdakwa bisa langsung menyatakan keberatan pada jaksa secara langsung. Hakim
lebi pasif karena yang aktif kedua belah pihak
 Inquisitorial system hakim sangat sentral, segala sesuatu PU mau nanya harus
dibolehin hakim dan hakim yang aktif tanya. Jaksa memperhatikan si korban dan
hakim melindung hak2 terdakwa
 Pokrol Bambu : bukan sarjana hukum tapi tau hukum, yang pada amsaa lalu sebelum
ada hukum maka mereka selain dari advokat paling dekat dengan masyarakat
(perannya tidak jauh dengan paralegal sekarang)
 Adversary itu peradilan anak dan perdata (pendekatan non penal)
 BANTUAN HUKUM DALAM SPP
 Adversary System vs Inquisitorial System
 Indonesia menganut  Hybrid system
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 27
 Adversary  Diberi kedudukan yang sama  hakim netral pasif
 Inquisitorial  Kedudukan penegak hukum kuat  Hakim aktif
 PERATURAN TERKAIT DENGAN BANTUAN HUKUM
 Pasal 250 HIR  wajib bantuan hukum bagi perkara tertentu
 UU No. 14 Tahun 1970 tentang Kehakiman
 KUHAP
 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
 UU No. 49 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (perubahan)
 UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
 HAK-HAK TERSANGKA (KUHAP)
1. Untuk segera diproses (Pasal 50)
2. Mempersiapkan pembelaan (pasal 51)
3. Memberikan keterangan secara bebas (52)
4. Mendapatkan juru bahasa atau Penterjemah (53)
5. Memperoleh bantuan hukum (Pasal 54 – 57)
6. Memperoleh dokter (Pasal 58)
7. Memperoleh penangguhan penahanan
8. Tidak mendapatkan beban pembuktian
 Yang tidak ada penetaan tersangka
 Berhak melakukan upaya hukum
 BANTUAN HUKUM DALAM KUHAP
 Pasal 54 KUHAP  Setiap orang terlibat perkara pidana berhak memperoleh
bantuan hukum
 Pasal 56 KUHAP  Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana
lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam
proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
 Bantuan hukum yang disediakan oleh negara dan bantuan hukum yang tidak
disediakan oleh negara.
 DEFINISI BANTUAN HUKUM

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 28


Jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma oleh pemberi bantuan hukum
kepada mereka yang tidak mampu meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela atau melakukan tindakan hukum lainnya.
 DEFINISI BANTUAN HUKUM BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
 Jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada penerima bantuan hukum (UU Bantuan Hukum dan PP No 42 Tahun 2013)
 Jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada Klien yang
tidak mampu (UU Advokat)
 Bantuan hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat
tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu (Pasal 1 ayat 3
PP 82 2008)
 Prinsip Bantua Hukum
 Aksesibilitas: bantuan hukum dapat diakses masuk
 Affordibility: murah
 Sustainable : keberlanjutan
 Credibility: independency, kemampuan paralegal di LBH
 Accpuntability: menerima dana public jadi harus membuat laporan tahunan
 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DAN PRAKTEK BANTUAN HUKUM DI
INDONESIA
 Kewajiban penegak hukum: bantuan hukum untuk Mereka yang bermasalah
dengan hukum: kasus-kasus tertentu(Tersangka dan Terdakwa)
 POS BANTUAN HUKUM (di Pengadilan):
 Pengacara praktek  Tersangka,terdakwa
 Anggota organisasi advokat
 LEMBAGA BANTUAN HUKUM (non pemerintah)
 YLBHI  LBH-LBH lainnya
 LBH uWK (KORBAN)
 PEMBERI BANTUAN HUKUM
Secara Cuma-Cuma untuk orang/kelompok miskin dan bermasalah dengan hukum
(UU Bantuan Hukum)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 29


 UU NO.16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM
 PP NO.42 TAHUN 2013
 PENTINGNYA BANTUAN HUKUM
 Membantu penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi
 Menjamin dan memenuhi hak untuk mendapatkan akses keadilan
 Menjamin hak konstitusional dengan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum
 Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan
 Permasalahan hukum apapun
 2011 tidaknya terpidana saja tapi bisa saja korban
 KUHAP tidak mengatur hkhak korban tapi di UU perlindungan saksi dan korban
20062014
 Ha yang dijami oleh konstitusi (posisi orang dalam suatu negara, hak WN) hak
persamaan dengan hukum
 Hakim harus menjelaskan untuk membuat orang paham jika terdakwa tidak tau,
biar tau apa prose syang dihadap, hak, dan apa yang harus dihadapi
 Prinsip ada kesamaan (diperlakukan sama tanpa melihat siatuasi) keadilan formil
dan persamaan (dlihat dulu situasinya seperti apa) keadilan substantif, perlu diberi
dorongan perlakuan khusus sementara (affiramtive action) tergantug situasi dia
 Persamaan (listrik yang harganya lebih murah yang miskin), KKN di 3T untuk
mencapai keadilan formal
 ASAS-ASAS PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM
 Keadilan (Keadilan substanttif,  Keterbukaan
formal harus mengikuti  Efisiensi
keadilan substantive)  Efektivitas
 Persamaan kedudukan di  Akuntabilitas
dalam hukum
 PENERIMA BANTUAN HUKUM
Orang atau kelompok orang miskin (pasal 1(2)
◦ Yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak dan mandiri (pasal
5)
◦ Kebutuhan dasar: hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan
pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan
Yang menghadapi masalah hukum:

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 30


◦ Keperdataan, pidana, tata usaha negara (pasal 5 (1))
◦ Litigasi dan non litigasi (pasal 5 (2))
Yang menghadapi masalah hukum:
◦ Tersangka ◦ Terpidana
◦ Terdakwa ◦ KORBAN
 WUJUD BANTUAN HUKUM
 LITIGASI
 Kuasa/ Mendampingi dalam proses pemeriksaan
 Kuasa/Mendampingi dalam proses persidangan
 Proses PTUN
 NON LITIGASI;
 Penyuluhan hukum;
 konsultasi hukum;
 investigasi perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik;
 penelitian hukum;
 mediasi;
 negosiasi;
 pemberdayaan masyarakat;
 pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
 drafting dokumen hukum.
 Upaya hukum
 Protes bukan bagian dari proses pidana, itu agraria
 PBH bisa menawarkan diri
 PEMBERI BANTUAN HUKUM
Lembaga Bantuan Hukum atau Organisasi Kemasyarakatan yang telah memenuhi
syarat Pemberi Bantuan Hukum
◦ Berbadan hukum ◦ Memiliki pengurus
◦ Terakreditasi ◦ Memiliki program Bantuan
◦ Memiliki kantor atau Hukum
sektreariat yang tetap
Catatan: 2013 ada 593 organisasi Bantuan Hukum yang mendaftar ke KumHam:
310 OBH yang lolos verifikasi: 10 OBH terakreditasi A (min 60 kasus setahun

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 31


dengan staffnya kira2 10 paralegal), 21 OBH terakreditasi B (5 staff) serta 279
OBH Terakreditasi C (di bawah 5).
 Meregister jumlah bantuan kepada pemerintah
 Harus terdaftar, AD/ART, pajak, rekening organisasi, NPWP organisasi
 Ketua/direktur yang bertanggungjawab dengan OBH
 HAK DAN LINGKUP PBH MENURUT UU BANTUAN HUKUM
 Merekrut advokat, paralegal, dosen dan mahasiswa fakultas hukum
 Melakukan pelayanan
 Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi, dan program lain terkait BH
 Menerima anggaran dari negara
 Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam pembelaan
 Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah atau instansi lain untuk
kepentingan pembelaan perkara
 Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan dan keselamatan
 Advokat secara individual bisa kasih bantuan hukum, atau mau klaim pemberian
bantaun hukum ke negara (atas biaya operasionalnya bukan honorariumnya), dia
harus mendaftarkan atau melalui OBH yang dikelola organisasi advokatnya
 Rumah aman: yang tau lokasi penjaga rumah aman
 PENDANAAN BANTUAN HUKUM
 Anggaran Negara  Sumber dana lain yang sah dan
 Hibah atau sumbangan tidak mengikat
 TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
 Pengajuan permohonan (Tertulis atau lisan) dengan posisi kasus dan alasan
 Dokumen pendukung: keterangan miskin, Jamkesmas, BLT, Kartu Raskin
 Penyerahan dokumen yang terkait perkara
 Permohonan dipelajari 1 hari  diputuskan 3 hari
 Surat kuasa khusus sebagai Pemberi Bantuan Hukum
 Bantuan diberikan sampai putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap (selama
tidak dicabut)
 Surat kuasa khusus untuk mengurus yang lain
 Kecuali pemberi bantaun hukum mencabut kuasa
 LARANGAN (pasal 19)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 32


PBH dilarang menerima atau meminta pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum
dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang ditangani
 HAK DAN KEWAJIBAN PENERIMA BANTUAN
 HAK (pasal 12)
 Mendapatkan bantuan hukum hingga masalahnya selesai atau memiliki
kekuatan hukum tetap
◦ Selama tidak mencabut surat kuasa
◦ Sesuai standard bantuan hukum dan atau kode etik advokat
 Mendapatkan informasi dan dokumen tentang pelaksanaan pemberian bantuan
hukum
 KEWAJIBAN (13)
 Menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar
 Membantu kelancaran pemberian bantuan hukum
 Ditutup2i berbeda dengan salah
 HAK DAN LINGKUP PEMBERI BANTUAN HUKUM TERSANGKA,
TERDAKWA, TERPIDANA DALAM KASUS PIDANA
 KUHAP
 Pemberi Bantuan Hukum (PBH) berhak menghubungi di setiap tingkat
 PBH diawasi pejabat tiap tingkat pemeriksaan  tidak boleh didengar
pembicaraannya (Kejahatan terhadap keamanan negara dapat didengar) 
Makar, pemisahan diri, terorisme
 Dapat terjadi surat menyurat rutin
 Hak dalam pemeriksaan sidang di pengadilan
◦ Eksepsi ◦ Duplik
◦ Pledoi
 PP No. 43/2013
Bantuan hukum dalam proses:
◦ penyidikan
◦ persidangan di pengadilan tingkat I,
◦ persidangan tingkat banding
◦ persidangan tingkat kasasi
◦ dan peninjauan kembali;
 PEMBERI BANTUAN HUKUM UNTUK KORBAN DALAM KASUS PIDANA

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 33


 Informasi tentang kasus dan apa yang menjadi haknya sebagai korban (mengacu
pada UU Perlindungan Saksi dan Korban atau UU khusus lainnya seperti UU
PKDRT, UU Perdagangan Orang).
 Merujuk dan mendampingi korban mendapat layanan yang dibutuhkan (konseling,
medis, dan bantuan ekonomi atau layanan dalam pusat pelayanan terpadu)
 Mendampingi korban ketika melaporkan kasus ke penegak hukum.
 Menghubungkan korban ke Penuntut Umum –keinginan dan kebutuhan korban
 Mempersiapkan kesaksian korban
 Menginformasikan putusan dan langkah-langkah lain yang dirasa perlu
 Ada saksi yang diancam juga punya hak-hak
 Ada juga bantuan hukum yang psikiater (kalau tidak ke awa ke layanan medis,
pusat layanan terpadu unutk korban)
 Restitusi, proses sidang
 Hak-hak Korban
Pasal 5 UU No. 31 tahun 2014 tentang Perubahan UU Perlindungan Saksi dan Korban
 Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi , keluarga, dan harta bendanya,
serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan datang,
atau telah diberikannya;
 Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan perlindungan dan dukungan
keamanan;
 Memberikan keterangan tanpa tekanan;
 Mendapatkan penerjemah;
 Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
 Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
 Dirahasiakan identitasnya
 Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
 Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
 Mendapatkan identitas baru;
 Mendapatkan tempat kediaman baru;
 Mendapatkan penggantian transportasi sesuai dengan kebutuhan;
 Mendapat nasehat hukum;
 Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu;
 Mendapatkan pendampingan
| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 34
 Bisa dibiayain transport
 PERMA No. 3 Tahun 2017 dilarang proses pengadilan ditanyain dengan
pertanyaan yang menjerat

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 35


TEORI WAY LAY (DUSTA PUTIH)

Prof ed 623 kasus 2006-2018


*VISUM PEMERKOSAAN(Biasanya sobek dalam pemerkosaan akan terbentuk
suatu pola beraturan(bisa didasari atas suka sama suka, sehingga dilakukan secara
baik-baik, misalnya foreplay). Dan bila ditemukan sobek vagina dengan pola
tidak beraturan, besar indikasi bila itu merupakan pemerkosaan.

Dalam KUHAP tidak ada hierarki alat bukti(baca 184 KUHAP, disana
menggunakan huruf a, b, c, d, ... bukan menggunakan angka 1, 2, 3, )

Keterangan saksi yang berdiri sendiri akan dihitung 2 alat bukti(kasus satpam
yang mengejar orang yang maling atm. Dan ada saksi Gelandangan)
Kalau Surat, tetap akan dihitung 1 bukti( meskipun ada tumpukan bukti kertas
yang banyak)

DALAM RUMUSAN PASAL 191 TIDAK KONSISTEN ANTARA AYAT 1


DAN AYAT 2 (BU NIKEN)

| HUKUM ACARA PIDANA AFTER MID 36

Anda mungkin juga menyukai