Anda di halaman 1dari 15

Penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU)

diatur dalam bab ketiga Undang-Undang No.37


tahun 2004 yaitu dalam Pasal 224-294 UUK

MAKSUD DAN TUJUAN :


Dapat memohon penundaan kewajiban
pembayaran utang, dengan maksud untuk
mengajukan rencana perdamaian yang
meliputi tawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepad kreditor
MAKSUD :
penundaan kewajiban pembayaran utang pada
umumnya untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran seluruh atau sebagian utang
kepada kreditur konkuren

TUJUAN :
untuk memungkinkan seseorang debitor
meneruskan usahanya meskipun ada
kesukaran pembayaran dan untuk menghindari
kepailitan.
Pengajuan PKPU dilakukan oleh :
1. Debitor

2. Kreditor

3. Bank Indonesia dalam hal debitor adalah bank

4. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)


dalam hal debitor adalah perusahaan Efek,
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaiana.
5. Menteri keuangan dalam hal debitor adalah
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi,
Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang kepentingan
public.
Akibat putusan PKPU Dengan dikabulkannya
permohonan PKPU (PKPU sementara) maka
berlakulah hal-hal sebagai berikut :
1. Selama PKPU berlangsung, terhadap debitor
tidak dapat diajukan permohonan pailit
2. Diangkat seorang Hakim Pengawas yang
tugasnya mirip dengan Hakim Pengawas dalam
Kepailitan
3. Diangkatnya seorang atau lebih pengurus yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap
kekayaan debitor
4. Debitor tetap dapat melakukan tindakan pengurusan
dan pengalihan atas kekayaanya asalkan mendapat
persetujuan pengurus.
5. Tindakan debitor atas kekayaannya tanpa persetujuan
Pengurus adalah tidak mengikat kekayaannya.
Berdasarkan sifatnya, PKPU dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : 
1.      PKPU Sementara
Merupakan PKPU yang penetapannya dilakukan sebelum sidang
dimulai, dan harus dikabulkan oleh pengadilan setelah
pendaftaran dilakukan.
 
2.      PKPU Tetap
Merupakan PKPU yang ditetapkan setelah sidang berdasarkan
persetujuan dari para kreditor.
1. Debitor
2. Kreditor

Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka (2) UU No. 37


Tahun 2004, yang dimaksud dengan kreditor adalah orang
yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-
undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.Kreditor
dalam PKPU adalah :
 
a.       Kreditor separatis
Diatur dalam pasal 56 UU No. 37 Tahun 2004. Yang
dimaksud dengan kreditor separatis adalah kreditur yang
memiliki jaminan hutang kebendaan (hak jaminan), seperti
pemegang hak tanggungan, hipotik, gadai, fidusia, dll.
    b.  Kreditor preferen
Berdasarkan pada pasal 1139 dan pasal 1149 KUHPer, yang
dimaksud dengan kreditor preferen adalah kreditor yang
memiliki hak istimewa atau hak prioritas sesuai dengan
yang diatur oleh Undang-undang yang bersangkutan.

c.  Kreditor konkuren
Berdasarkan pada Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH
Perdata. Kreditor golongan ini adalah semua Kreditor
yang tidak masuk Kreditur separatis dan tidak termasuk Kreditur
preferen.
3.   Bank Indonesia
      Apabila debitor adalah sebuah bank, maka bank
Indonesia yang berwenang mengajukan PKPU.
(Pasal 223 UU No. 37 Tahun 2004)
 
4.   Badan pengawas pasar modal
      Apabila yang menjadi pihak debitor adalah
Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (Pasal 223 UU No. 37 Tahun
2004)
 
5.   Menteri Keuangan
      Apabila yang menjadi debitor adalah perusahaan
asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun,
dan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan
publik. (Pasal 223 UU No. 37 Tahun 2004)
6.   Hakim pengawas
Selain mengangkat pengurus, setelah putusan
PKPU sementara dikabulkan oleh pengadilan
maka pada saat itu juga diangkat Hakim
Pengawas. Hakim Pengawas setiap waktu dapat
memasukkan ketentuan yang dianggap perlu
untuk kepentingan Kreditor berlangsungnya
penundaan kewajiban pembayaran utang tetap,
berdasarkan:
 a. prakarsa Hakim Pengawas

 b. permintaan pengurus; atau

 c. permintaan satu atau lebih Kreditor.


7. Pengurus
Adapun dengan mengacu pada ketentuan yang
terkandung dalam pasal 234 ayat (3) UU
No. 37 Tahun 2004, yang dapat menjadi
pengurus adalah :
Perorangan yang berdomisili di Indonesia
yang memiliki keahlian khusus yang
dibutuhkan dalam rangka mengurus harta
debitur. Telah terdaftar pada departemen
yang bersangkutan Pengurus harus
independen dan tidak memiliki benturan
kepentingan dengan debitor atau kurator.
(Pasal 234 ayat (1) UU No. 37 Tahun
2004)
8.   Panitia kreditor
Menurut Pasal 231, Pengadilan harus
mengangkat panitia kreditor apabila :
a.   Permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang meliputi utang yang bersifat
rumit atau banyak kreditor; atau
b.   Pengangkatan tersebut dikehendaki oleh
kreditor yang mewakili paling sedikit ½ (satu
per dua) bagian dari seluruh tagihan yang
diakui.
Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
pengurus harus meminta dan
mempertimbangkan saran dari panitia kreditor
ini.
9. Ahli
Setelah PKPU dikabulkan Hakim Pengawas
dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk
melakukan pemeriksaan dan menyusun
laporan tentang keadaan harta Debitor dalam
jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya
yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas

Anda mungkin juga menyukai