Anda di halaman 1dari 11

KASUS KONTRAK 

ANTARA GLOBEX (AMERIKA)

VERSUS MACROMEX (RUMANIA)

Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Hukum Perdata Internasional

Disusun Oleh : Azhel Houzan Fariz 110110120105

M. Alif Rachim 110110120131

Denis Lukman Farizi 110110120210


DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................2

PENDAHULUAN......................................................................................................................2

A.Latar Belakang Masalah.....................................................................................................2

B.Identifikasi Masalah............................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................5

ANALISIS..................................................................................................................................5

A.Pengadilan yang Berwenang dalam Mengadili Kasus.......................................................5

B.Titik Taut Primer dalam Kasus...........................................................................................5

C.Klasifikasi Kasus dalam Hukum Perdata Internasional......................................................6

D.Titik Taut Sekunder dalam Kasus......................................................................................6

E.Tahap Penyelesaian Kasus..................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Globex adalah suatu perusahaan Amerika yang menjual produk-produk makanan ke seluruh

dunia. Globex telah mengadakan kontrak dengan Macromex, sebuah perusahaan di Rumania,

dalam kontrak tersebut, Globex harus mengirimkan 112 kontainer ayam ke Ruman ia.

Kontrak tersebut diatur dalam ketentuan CISG. Dalam kontrak tersebut Globex menyebutkan

bahwa batas pengiriman terakhir dilakukan pada 29 Mei 2006. Namun pada tanggal 2 Juni

2006 terjadi kegagalan dalam mengirim 62 kontainer ayam ke Rumania. Dalam perjanjian

yang dibuat oleh kedua belah pihak, Globex dan Marcomex menetapkan arbitrase

Inggris sebagai tempatpenyelesaian perkara dan hukum Inggris sebagai hukum yang

digunakan dalam penyelesaian perkara.

Pada tanggal 2 Juni 2006, pemerintah Rumania m endeklarasikan tanpa memberitahu terlebih

dulu kepada Globex bahwa sampai pada tanggal 7 Juni 2006, tidak ada ayam yang dapat

diimpor ke Rumania kecuali apabila ada pengesahan pada tanggal terakhir yang telah

ditentukan. Antara tanggal pengumuman tersebut dibuat sampai pada tanggal 7 Juni 2006

Globex bergegas untuk mengirimkan 20 kontainer dari sisa 62 kontainer yang telah dikontrak

untuk dijual. Pada tanggal 7 Juni 2006 sisa 42 kontainer ayam tidak dapat dikirim ke

Rumania dikarenakan suatu peraturan pemer intah. Marcomex kemudian membawa perkara

ini ke proses arbitrase dengan dasar bahwa Globex telah melakukan suatu pelanggaran

kontrak, dan meminta ganti rugi sebesar $608,323,00.

Atas pengajuan arbitrase Macromex terhadap Globex tersebut, Globex kemudian mengajukan

argumennya, Globex mengajukan argumennya bahwa kegagalan pengiriman tersebut terjadi

2
karena adanya force majeure. Globex beragumen bahwa penundaan pengiriman tersebut tidak

sesuai dengan standar umum. Larangan tersebut tidak dapat diadapta si oleh pihak Globex

karena tidak ada peringatan terlebih dahulu, larangan tersebut benar-benar memblocking

Globex dalam pengiriman sisa ayam ke Macromex.

Arbitrase memutuskan bahwa penundaaan pengiriman tersebut bukan merupakan suatu

pelanggaran ya ng fundamental karena larangan untuk mengimpor ayam ke Rumania tidak

efektif membuat pengiriman tidak terlaksana. Sesuai dengan keberadaan Pasal 79 CISG

dimana meminta dimasukkan dalam keadaaan force majeure sesuai dengan pasal tersebut

yang dipakai seb agai dasar interpretasi oleh arbitrator. Kemudian arbitrase mencatat bahwa

selain Amerika sebagai supplier Macromex yang menyetujui secara lebih tidak terkait secara

langsung oleh larangan impor. Yang seharusnya Globex dapat mengambil keuntungan dari

men ingkatnya nilai jual ayam di pasar sesuai dengan keadaan.

Rusaknya harga pasar di Rumania dikarenakan tidak terkirimnya ayam senilai $606,323,00

yang menyebabkan kerugian pihak Macromex. Arbitrator membebankan semua biaya untuk

proses arbitrse dan b iaya pengacara kepada Globex sehingga total putusan sebesar

$876,310,58.

B.Identifikasi Masalah

Dalam kasus posisi di atas maka hal yang menjadi rumusan masalah ialah :

1.Pengadilan manakah yang berwenang mengadili kasus tersebut?

2.Apa yang menjadi titik taut primer (titik taut pembeda) kasus ini sehingga merupakan kasus

perdata internasional?

3.Apakah klasifikasi kasus ini dalam hukum perdata internasional?

3
4.Apa yang menjadi titik taut sekunder (titik taut penentu) kasus ini untuk menentukan

hukum mana yang berlaku?

5.Bagaimana tahap penyelesaian kasus tersebut?

4
BAB II

ANALISIS

A.Pengadilan yang Berwenang dalam Mengadili Kasus.

Dalam perkara di atas, hakim atau badan peradilan yang berwenang menyelesaikan

persoalan-persoalan yuridis yang mengandung unsur asing. tersebut ialah Arbitrase

Inggris sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang telah diatur dalam perjanjian yang

telah dibuat antara Globex dengan Marcomex.

B.Titik Taut Primer dalam Kasus.

Hukum Perdata Internasional adalah sekumpulan kaidah hukum (perselisihan) nasional yang

dimaksudkan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang mengandung unsur asing atau uns

ur-unsur yang melampaui batas-batas territorial negara. Yang perlu digarisbawahi dari

definisi tersebut ialah adanya unsur asing (foreign element) dalam perkara tersebut. Unsur-

unsur yang menandakan adanya unsur asing, sehingga ada kemungkinan suatu kaidah hukum

asing yang berlaku bagi suatu peristiwa hukum, dinamakan titik-titik taut. Titik taut primer

adalah unsur-unsur yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa hukum merupakan peristiwa

Hukum Perdata Internasional atau bukan. Jadi titik taut primer adalah t itik taut yang

membedakan Hukum Perdata Internasional itu dari peristiwa intern (bukan Hukum Perdata

Internasional). Oleh sebab itu, maka titik taut primer juga dinamakan titik taut

pembeda. Dalam sengketa perkara antara Globex dengan Marcomex tersebut, titik taut primer

yaitu : Apabila kita memandang dari posisi Arbitrase Inggirs, maka Globex yang merupakan

perusahaan Amerika dan Marcomex yang merupakan perusahaan Rumania adalah merupakan

unsur asing (foreign element), karena keduanya merupakan perusahaan asing, maka kasus

tersebut merupakan kasus HPI.

5
C.Klasifikasi Kasus dalam Hukum Perdata Internasional.

Klasifikasi atau kualifikasi adalah penggolongan peristiwa atau hubungan hukum ke dalam

kaidah-kaidah Huku m Perdata Internasional dan hukum materiil. Dalam kaidah hukum

materiil Indonesia dikenal permasalahan hukum perdata internasional dibagi dalam empat

klasifikasi, yaitu :

a.Hukum Orang

b.Hukum Benda

c.Hukum perjanjian

d.Hukum perbuatan melawan hukum.

Dalam kasus ini, klasifikasi permasalahan adalah hukum perjanjian. Hukum perjanjian ialah

hukum yang mengatur mengenai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain

atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Merupakan

klasifikasi hukum perjanjian, dapat dilihat dari pokok permasalahan yang terjadi pada

sengketa di atas, bahwa telah terjadi pelanggaran perjanjian oleh Globex.

D.Titik Taut Sekunder dalam Kasus.

Titik taut sekunder yaitu akan menent ukan hukum manakah yang harus berlaku bagi

peristiwa Hukum Perdata Internasional itu. Karena itu titik taut sekunder ini juga biasa

dinamakan titik taut penentu. Titik taut sekunder dapat berupa :

1.Pilihan hukum (choice of law)

2.Tempat terletaknya benda (lex sitae)

3.Tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis)

6
4.Tempat dilangsungkan perkawinan (lex celebrationis)

5.Tempat ditandatanganinya kontrak (lec loci contractus)

6.Tempat terjadinya perbuatan melawan hukum (lex loci delicti commisi)

Dalam kasus di atas yang dapat menunjukkan adanya kaitan antara fakta-fakta yang ada di

dalam perkaradengan suatu tempat dan suatu sistem hukum yang harus atau mungkin

digunakan ialah :

1.Pilihan hukum (choice of law).

Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur atau menyelesaikan persoalan-

persoalan yuridis yang mengandung unsur asing. Dalam kasus ini yang menjadi Choice of

Law ialah hukum Inggris yaitu sesuaidengan kesepakatan kedua belah pihak.

2.Tempat pembuatan perjanjian / tempat pelaksanaan kontrak (Locus Contractus / Locus

Solutionis), yaitu di Rumania sebagai tempat tujuan pengiriman ayam oleh Globex.

3.Tempat didirikan PT, yaitu Globex didirikan di Amerika dan Marcomex didirikan di

Rumania.

4.Tempat ditunjuknya badan arbitrase. Sebagai tempat penyelesaian perkara. Dalam perkara

tersebut maka Inggris sebagai tempat ditunjuknya badan arbitrase.

5.Tempat pengajuan perkara. Yaitu di Inggris sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

E.Tahap Penyelesaian Kasus.

1.Pertama-tama harus ditentukan dahulu titik-titik taut primer dalam perkara dalam rangka

menentukan apakah peristiwa hukum yang dihadapi merupakan suatu peristiwa HPI. Apakah

7
ada unsur asing dari sekumpulan fakta yang dihadapi. Unt uk menjawab hal ini maka

penentuan unsur asing dalam perkara yang dianggap sebagai unsur asing haruslah dilihat dari

kacamata forum / hakim yang mengadili perkara. Dalam kasus di atas apabila kita

memandang dari posisi Arbitrase Inggris, Globex dan Marcomex merupakan unsur

asing (foreign element)karena keduanya merupakan perusahaan asing, maka kasus tersebut

merupakan kasus HPI.

2.Setelah hal di atas ditentukan, langkah berikutnya adalah kualifikasi fakta yang dilakukan

berdasarkan Lex Fori, dalam rangka penetapan kategori yuridik dari perkara yang sedang

dihadapi.

Kualifikasi Lex Fori ialah kualifikasi sekumpulan fakta dalam perkara ke dalam kategori-

kategori yuridik yang ada. Kualifikasi Lex Fori berdasarkan hukum dari pengadilan yang

mengadili perkara. Dalam kasus ini yang mengadili perkara ialah Arbitrase Inggris.

3.Setelah kategori yuridik ditentukan maka langkah berikutnya adalah penentuan kaidah HPI

mana dari Lex Fori yang harus digunakan untuk menetukan Lex Causae. Pada tahap ini

adalah menentukan titik taut sekunder apa yang bersifat menetukan (decisive) berdasar

kaidah HPI Lex Fori.

Titik taut sekunder ialah unsur-unsur dalam sekumpulan fakta yang menentukan hukum

manakah yang harus berlaku untuk mengatur peristiwa HPI yang bersangkutan. Dalam kasus

ini choice of law ialah hukum Inggris sebagai hukum yang disepakati oleh kedua belah

pihak..

4.Setelah Lex Causae ditentukan maka dengan menggunakan titik-titik taut yang dikenal di

dalam Lex Causae, hakim berusaha menetapkan kaidah-kaidah hukum internal apa yang akan

digunakan untuk menyelesaikan perkara,

8
5.Apabila berdasar titik-titik taut dari Lex Causae hakim telah dapat menentukan Kaidah

hukum Internal atau material apa yang harus diberlakukan, maka barulah pokok-pokok

perkara dapat diputuskan.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional, Citra Aditya Bakti, Bandung,

1992

 S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, Binacipta, Bandung, 1987

 Sunaryati Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Binacipta, Bandung,

1976

 Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Refika Aditama, Bandung,

2007

10

Anda mungkin juga menyukai