Anda di halaman 1dari 13

Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

Optimalisasi Tata Kelola Benda Sitaan Negara Pada Rumah Penyimpanan


Benda Sitaan Negara
(Optimization of Administration of Items Confiscated by the State at the
State’s Warehouse of Confiscated Items)

Ahmad Sanusi
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM R.I Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia
Jln. Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan Jakarta Selatan
Sanusiahmad92@yahoo.com

Tulisan Diterima: 06 Juni 2018; Direvisi: 23 Juli 2018;


Disetujui Diterbitkan: 24 Juli 2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2018.V12.199-211

Abstrak

Tata Kelola dalam kata lain Pemerintahan atau lebih dikenal good governance dalam rangka
pemenuhan pelayanan public yang baik. Beberapa permasalahan barang sitaan dan barang rampasan
negara pada Rumah Penyimpan dan Barang Rampasan Negara adalah : belum memadainya gedung
kantor, gudang dan pegawai; Rupbasan belum terbentuk di setiap Kabupaten/Kota; eselonering
Rupbasan eselon IV; minimnya biaya pemeliharaan; belum ada tenaga ahli penilai/penafsir. Metode
yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis.
Berdasarkan hasil kajian aspek kelembagaan eselonering yang tidak seimbang (sederajat) dengan
institusi terkait. Aspek regulasi, lebih mengikat kedalam, institusi terkait memiliki kebijakan masing-
masing. Aspek sarana dan prasarana, gudang barang sitaan dan barang rampasan belum sesuai
dengan stadarisasi. Aspek sumber daya manusia, belum memiliki petugas penilai yang bersertifikasi.
Kata Kunci: Optimalisasi Tata Kelola, Benda Sitaan Negara, Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara

Abstract
Administration, another word for Government or commonly known as good governance relates closely
to the good provision of public services. Some issues on the items confiscated and seized by the state
at the State’s Warehouse for Confiscated and Forfeited Items (Rupbasan) are: inappropriate office
building, warehouse and employees; State’s Warehouse for Confiscated and Forfeited Items has not
been established in every Regency/City; designation of position of State’s Warehouse for Confiscated
and Forfeited Items to echelon IV; lack of maintenance budget; no expert appraisers/valuers. The
method employed in this study is quantitative method with descriptive analysis approach. According to
the study there has been unbalanced positioning of the institution when compared to the other related
institutions. From the regulation aspect, it has been more internally binding as equal institutions have
their own policies. From the aspects of facilities and infrastructure, the warehouses for confiscated
and seized goods have not complied with the standards. From the human resource aspect, we have
no certified appraisers.
Keywords: Optimization of Administration, Items Confiscated by the State, State’s Warehouse
of Confiscated Items

199
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

PENDAHULUAN hukum acara pidana (KUHAP) Pasal 44 ayat


(1) bahwa “benda sitaan disimpan dalam
Latar Belakang rumah penyimpanan benda sitaan Negara”.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah
Keberadaan Rumah Penyimpanan
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan
Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara
KUHAP, Pasal 30 ayat (1) Rupbasan dikelola
(RUPBASAN) sebagai tempat penyimpanan
oleh Departemen Kehakiman (sekarang
barang bukti yang terkait dengan tindak pidana
Kementerian Hukum dan HAM-pen);
dalam proses peradilan pidana (criminale
kemudian ayat (2) tanggung jawab yuridis
justice process) memiliki kedudukan sangat
atas benda sitaan tersebut ada pada penjabat
penting dalam sistem peradilan pidana.
sesuai dengan tingkatan pemeriksaan; dan
Istilah criminale justice system atau sistem
pada ayat (3) tanggung jawab secara fisik
peradilan pidana (SPP) kini telah menjadi
atas benda sitaan tersebut ada pada kepala
suatu istilah yang menunjukan mekanisme
Rupbasan.
kerja dalam penanggulangan kejahatan
dengan mempergunakan dasar pendekatan Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri
sistem. Tujuan sistem peradilan pidana Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
dapat dirumuskan a) mencegah masyarakat Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang
menjadi korban kejahatan; b) menyelesaikan Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan
kasus kejahatan yang terjadi sehingga Negara Dan Barang Rampasan Negara
masyarakat puas bahwa keadilan telah Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
ditegakan dan yang bersalah dipidana; c) Negara. Sebagaimana Pasal 15 menyatakan
mengusahakan agar mereka yang pernah bahwa Kepala Rupbasan wajib mengelola
melakukan kejahatan tidak mengulangi Basan dan Baran dengan cara melakukan:
lagi kejahatannya.1 Dalam praktek sistem a. penyimpanan; b. pengamanan; c.
peradilan pidana bukan saja tentang orang pemeliharaan; dan d. penyelamatan. Regulasi
yang terkait dengan kejahatan akan tetapi di atas merupakan upaya penyelamatan
tentang barang yang digunakan dan/atau benda sitaan dan rampasan negara, maka
hasil kejahatan, oleh karenanya menurut ditetapan sarana perangkat yang menjamin
Mardjono Reksodiputro, fungsi dari suatu keutuhannya berupa: sarana penyimpanan
Undang-undang Hukum Acara Pidana adalah dalam Rupbasan; penanggung jawab secara
untuk membatasi kekuasaan negara dalam fisik berada pada kepala Rupbasan, dan
bertindak terhadap setiap warga masyarakat penanggung jawab secara yuridis berada
yang terlibat dalam proses peradilan pidana.2 pada pejabat penegak hukum sesuai dengan
Dengan demikian keberadaan Rupbasan tingkat pemeriksaan.3
adalah sebagai upaya mencegah terjadinya Demikian instrument hukum yang
penyalahgunaan wewenang yang di akibat mengatur Tugas dan Fungsi RUPBASAN,
dari tindakan penyidikan berupa penyitaan meskipun demikian dalam pelaksanaannya
(inbesilagneming). Oleh karena itu secara tidak cukup ringan mengingat masih terdapat
eksplisit diatur dalam kitab undang-undang beberapa permasalahan baik permasalahan

1. Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Persfektif Eksistensialisme dan Abolisionisme, BinaCipta, Bandung,
1996, Hlm.14-15
2. Mien Rukmini, Perlindungan Hak Asasi Manusia Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persamaan
Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, Hlm.169
3. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,Jakarta: Sinar Grafika, 2000,Hal.274

2
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

internal maupun permasalahan eksternal juga tidak luput dari permasalahan, antara
sebagai berikut : pertama Permasalahan lain meliputi permasalahan yang berkaitan
internal, yaitu : 1. belum memadainya gedung dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
kantor, gudang dan pegawai; 2. Rupbasan Rupbasan sebagai tempat penyimpanan
belum terbentuk di setiap Kabupaten/Kota; benda sitaan Negara, tata organisasi,
3. Eselonering Rupbasan Eselon IV; 4. dukungan biaya operasional, sumber daya
minimnya biaya pemeliharaan; 5. belum manusia, dan operasional penanganan
ada tenaga ahli penilai/penafsir. Dan kedua benda sitaan.5
Permasalahan ekternal, yaitu : 1. benda Bagian menimbang (konsideran)
sitaan yang disimpan pada tempat lain tidak di Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
informasikan kepada Rupbasan; 2. kepastian Manusia Nomor 16 tahun 2014 tentang Tata
hukum terhadap batas waktu basan dan Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan
baran belum konsisten mengikuti batas waktu Barang Rampasan Negara Pada Rumah
proses pemeriksaan perkara oleh para pihak Penyimpanan Benda Sitaan Negara, huruf
mengakibatkan terjadinya penumpukan; b menyatakan bahwa proses pengelolaan
3. putusan pengadilan terhadap basan benda sitaan negara dan barang rampasan
baran tidak diketahui pihak Rupbasan; 4. negara yang tertib, terarah, transparan dan
pelaksanaan eksekusi yang tidak tepat waktu akuntabel dengan tujuan untuk penegakan
yang berakibat menyusutnya nilai ekonomis hukum, perlindungan hak asasi manusia
basan dan baran; 5. sebagai penyelenggaran dan penyelamatan asset negara hasil tindak
negara yang mengelola basan dan baran pidana.
tidak memiliki peran dalam pemusnahan dan
Mengingat tugas dan fungsi Rupbasan
pelelangan.4
selain melakukan perawatan, pengelolaan
Hal senada juga diungkapkan oleh dan pengamanan, juga saat ini mempunyai
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) tugas cukup berat yaitu penegakan hukum,
yang merupakan lembaga kajian independen perlindungan hak asasi manusia dan
yang memfokuskan diri pada reformasi penyelematan asset negara hasil tindak
sistem peradilan pidana dan hukum pada pidana. Disisi lain masih banyak permasalahan
umumnya di Indonesia, menyatakan pasca terkait pengelolaan dan perawatan benda
30 tahun KUHAP operasionalisasi tugas sitaan dan barang rampasan negara. Oleh
dan fungsi Rupbasan tersebut sangat karena itu maka pemerintah melalui program
jauh dari harapan. Pada kenyataannya prioritas nasional Rencana Pembangunan
tidak semua kabupaten/kota di Indonesia Jangka Menengah Nasional 2015-2019
memiliki Rupbasan. Demikian halnya dengan atau lebih dikenal dengan nawacita, Agenda
jumlah sumber daya manusia, infrastruktur ke-2 Nawacita, membanguna tata kelola
pendukung dan anggaran untuk menyimpan pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis
dan memelihara benda sitaan masih minim. dan terpercaya. Salah satu programnya
Sebagai rangkaian sub-sistem dalam sistem adalah Membangun transparansi tata kelola
peradilan pidana, penyimpanan benda sitaan pemerintahan, yang diimplementasikan

4. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, Kebijakan Pengelolaan Benda Sitaan dan
Benda Rampasan Negara dalam Perspektif Pemulihan Aset, disampaikan pada Rapat Koordinasi KPK tentan Tata
Laksana Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara dalam Rangka Pemulihan Aser Perkara Tindak Pidana
Korupsi, Tempat Hotel JS. Luwansa, tanggal 21 s.d. 23 November 2016.
5. http://icjr.or.id/icjr-dorong-reformasi-rumah-penyimpanan-benda-sitaan-negara-rupbasan-dan-eksekusi-barang-
sitaan/(10 Januari 2017)

201
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

dalam bentuk pembenahan kelembagaan dan 2. Metode Pengumpulan Data


penegakan hukum professional yang salah Metode pengumpulan data dengan
satunya adalah pembenahan manajemen menggunakan kuesioner dan pedoman
perkara dan didalamnya terdapat tata kelola wawancara.
benda sitaan dan barang rampasan. 3. Teknik Penarikan Sampel
Atas dasar permasalahan di atas, maka Sementara teknik pengambilan sampel
dirasa perlu untuk dilakukan kajian tentang dimana seluruh anggota/elemen
tata kelola Rumah penyimpanan benda populasi memiliki peluang (probability)
sitaan dan barang rampasan. Tata kelola yang sama untuk dijadikan sample
di artikan pemerintahan atau yang lebih dengan jenis : sample random sampling,
dikenal dengan sebutan good governance, ini digunakan dengan pertimbangan
secara umum pengertiannya adalah segala karakteristik/dari anggota populasi sama
(homogen). Populasi bersifat homogen,
sesuatu yang terkait dengan tindakan atau
maka sebenarnya jumlah sampel sedikit
tingkah laku yang bersifat mengarahkan,
pun tidak masalah.7
mengendalikan atau mempengaruhi urusan
4. Teknik Analisa Data
publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.6 Sebagai Menggunakan triangulasi sumber data
yakni data kajian yang bersumber dari
bentuk pemenuhan pelayanan publik.
kuesioner dan data hasil wawancara
Rumusan Masalah serta sumber regulasi benda sitaan dan
1. Bagaimana Tata kelola Benda Sitaan barang rampasan negara.
dan Barang Rampasan Negara pada
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan PEMBAHASAN
Negara?
2. Upaya apa yang harus dilakukan dalam Tata kelola Rumah Penyimpanan Benda
mengatasi kendala tata kelola Benda Sitaan Negara
Sitaan dan Barang Rampasan Negara Berdasarkan data hasil kajian, Tugas
pada Rumah Penyimpanan Benda dan fungsi rumah benda sitaan negara
Sitaan Negara? (Rupbasan) dalam pengelolaan benda
sitaan (Basan) dan barang rampasan
Tujuan
negara (Baran), sudah sesuai dengan
Tujuan Kajian ini adalah untuk
peraturan perundang-undangan, hanya saja
mengetahui tata kelola yakni regulasi,
rupbasan, belum memiliki kewenangan
kewenangan (tata laksana), koordinasi, dan
untuk merekomendasaikan lelang kepada
serta struktur (kelembagaan) Rumah Benda
penegak hukum yang menitip sehingga terjadi
Sitaan Negara.
penumpukan dan penyusutan nilai ekonomis
Metode Penelitian basan dan baran. Lihat tabel 1 dibawah ini.
1. Pendekatan
Penelitian ini mengunakan pendekatan
kuantitatif dengan type Deskriptif analisis

6. Sedarmayanti, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah, PT. Mandar Maju,
Bandung, 2003, Hal.3
7. Tatang M. Amirin, Populasi Dan Sampel Penelitian 2: Pengambilan Sampel Dari Populasi Terhingga, Edisi 28 Juni
2009; 28 Juli 2009; 21 Agustus 2009; 3 Februari 2011, sumber: https://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/28/
sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-pengambilan-sampel-i/<23-1-2017>

4
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

Tabel 1: Kewenangan adalah penjualan barang yang terbuka


JAWABAN
untuk umum dengan penawaran harga
NO PERNYATAAN RESPONDEN secara tertulis dan/atau lisan yang semakin
Ya Tidak meningkat atau menurun untuk mencapai
1. kewenangan Rupbasan 18 25 harga tertinggi, yang didahului dengan
dalam mengelola Basan/ 0.42 0.58 Pengumuman Lelang.
Baran sudah cukup
2. Kewenangan untuk 10 33 Mencermati lebih lanjut Peraturan
merekomendasikan lelang 0.23 0.77 Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011
kepada penegak hukum
(kepolisian dan kejaksaan)
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
untuk segera melelang yang Berasal dari Barang Rampasan Negara
3. Ada Kewenangan 3 40 dan Barang Gratifikasi. Pada bagian Kedua
rupbasan untuk melelang 0.07 0.93 Pasal 8 menyatakan Jaksa Agung melakukan
basan/baran
pengurusan atas Barang Rampasan Negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-
Terkait dengan peningkatan Rupbasan
undangan. Selanjutnya Pasal 9 Dalam
pada umumnya responden menyarankan
pengurusan Barang Rampasan Negara
untuk menguatkan dan peningkatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
pengelolaan basan/baran diperlukan
8, Kejaksaan memiliki wewenang dan
kewenangan melelang basan/baran yang
tanggungjawab meliputi :
tidak diketahui jejak putusan pengadilan,
a. melakukan penatausahaan;
kiranya perlu untuk menyimak salinan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/ b. menguasakan kepada Kantor Pelayanan
PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan untuk melakukan penjualan secara
lelang Barang Rampasan Negara
Lelang, dalam ketentuan umum menyatakan
dalam waktu 3 (tiga) bulan, dan dapat
lelang adalah penjualan barang yang
diperpanjang untuk paling lama 1 (satu)
terbuka untuk umum dengan penawaran
bulan, yang hasilnya disetorkan ke kas
harga secara tertulis dan/atau lisan yang negara sebagai Penerimaan Negara
semakin meningkat atau menurun untuk Bukan Pajak berupa penerimaan umum
mencapai harga tertingi, yang didahului pada Kejaksaan.
dengan pengumuman Lelang. Lelang sendiri c. melakukan pengamanan administrasi,
menurut peraturan menteri keuangan di atas pengamanan fisik dan pengamanan
terdiri dua bentuk yakni Lelang Eksekusi hukum terhadap Barang Rampasan
dan Lelang Non Eksekusi. Lelang Eksekusi Negara yang berada dalam
adalah lelang untuk melaksanakan putusan/ penguasaannya;
penetapan pengadilan, dokumen-dokumen d. mengajukan usul penetapan
lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau status penggunaan, Pemanfaatan,
melaksanakan ketentuan dalam peraturan Pemindahtanganan, pemusnahan
perundang-undangan. sedangkan Lelang dan Penghapusan kepada Menteri
noneksekusi terbagi dua yaitu : Lelang atau kepada pejabat yang menerima
Noneksekusi Wajib adalah lelang untuk pelimpahan wewenang Menteri sesuai
melaksanakan penjualan barang yang oleh dengan batas kewenangan; dan
peraturan perundang-undangan diharuskan e. melaksanakan kewenangan lain sesuai
dijual secara lelang dan Lelang Noneksekusi ketentuan peraturan perundang-
Sukarela adalah lelang atas barang milik undangan.
swasta, orang atau badan hukum/badan Dengan demikian cukup jelas untuk
usaha yang dilelang secara sukarela. Lelang melakukan atau mengajukan pelalangan

203
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

terhadap barang rampasan negara menurut (1) Di dalam RUPBASAN ditempatkan benda
Peraturan Menteri Keuangan diberikan yang harus disimpan untuk keperluan
Kewenangan Kepada Institusi Kejaksaan barang bukti dalam pemeriksaan dalam
dan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tingkat penyidikan, penuntutan dan
eksekutor pelaksana putusan pengadilan. pemeriksaan di sidang pengadilan
Sementara yang dapat di usulkan dalam termasuk barang yang dinyatakan
dirampas berdasarkan putusan hakim;
kajian ini adalah kewenangan untuk
merekomendasikan kepada penegak (2) Dalam hal benda sitaan sebagaimana
hokum untuk segera melelang, sepanjang dimaksud dalam ayat (1) tidak mungkin
dapat disimpan dalam RUPBASAN,
pihak Rupbasan mengetahui bahwa basan
maka cara penyimpanan benda sitaan
telah beralih menjadi baran. Untuk segera
tersebut diserahkan kepada Kepala
mengetahui ini tentunya ada koordinasi dari
RUPBASAN;
kejaksaan untuk mencampaikan Salinan
(3) Benda sitaan disimpan di tempat
putusan pengadilan kepada pihak Rupbasan.
RUPBASAN untuk menjamin
Selanjutnya, dalam pertanyaan terbuka keselamatan dan keamanannya;
Wewenang apa yang masih dibutuhkan (4) Kepala RUPBASAN tidak boleh
Rupbasan dalam Pengelolaan Basan/Baran, menerima benda yang harus disimpan
responden memberikan jawaban sebagai untuk keperluan barang bukti dalam
berikut : pemeriksaan, jika tidak disertai surat
1. Diperlukan adanya Peraturan Presiden penyerahan yang sah, yang dikeluarkan
tentang kewenangan pengelolaan basan oleh pejabat yang bertanggung jawab
dan baran sehingga institusi lain patuh secara juridis atas benda sitaan tersebut.
untuk menitipkan dan menyimpan basan Pasal 27 ayat (3) di atas cukup
di rupbasan; jelas menyatakan bahwa benda sitaan
2. Kewenangan melakukan pelelangan; yang disimpan ditempat Rupbasan untuk
3. Kewenangan untuk merekomendasikan menjamin keselamatan dan keamanannya.
lelang kepada penegak hukum; Arti Keselamatan dalam kamus besar
4. Kewenangan untuk mengambil langkah Bahasa Indonesia (KBBI) tidak terdapat arti
terhadap basan/baran yang cepat yang menunjukkan untuk benda/barang,
mengalami penyusutan; sementara Keamanan menurut kamus besar
5. Melaporkan basan dan baran yang bahasan Indonesia adalah keadaan aman;
sudah diputuskan pengadilan yang lama bebas dari gangguan (pencuri, hama, dan
belum diambil (lebih 2 tahun); sebagainya)8 jika merujuk pada Pasal 27 ayat
6. Wewenang untuk ikut serta dalam (3), maka Rupbasan diberikan kewenangan
pelelangan basan baran. hanya untuk penyimpanan dan perawatan
Dari 6 (enam) point di atas, terkait dengan saja, sehingga sangat wajar jika basan
keinginan Rupbasan memiliki kewenangan dan baran titipan penegak hukum menjadi
untuk melelang tentu sangat sulit terwujud, sangat menumpuk (over load) penyebabnya
mengingat Pasal 27 ayat (1) s/d (4) Peraturan adalah tidak ada sirkulasi basan/baran yang
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang keluar dan masuk ini dikarenakan tidak ada
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum kejelasan batas waktu berapa lama basan/
Acara Pidana, sebagai berikut : baran berada dalam perawatan Rupbasan.

8. http://kbbi.web.id/aman (akses hari rabu, tanggal 8 Juni 2017)

204
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

Berdasarkan data manajeman penegak hukum selalu dilakukan penilai dan


pengelolaan benda sitaan negara dapat penelitian. Sementara di setiap rupbasan
dideskripsikan sebagai berikut : yang dijadikan sampel dalam penelitian
1. Selalu dilakukan penilaian setiap basan tidak ada SDM penilai dan peneliti yang
yang masuk Rupbasan, ini dinyatakan bersertifikat. Sebagaimana dalam ketentuan
sebesar 0.95 responden. Sementara umum Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri
0.05 responden menyatakan tidak ada Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014
penilaian. Tentang Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan
2. Keberadaan sumber daya manusia Negara dan Barang Rampasan Negara Pada
(SDM) Penilai dan Peneliti basan/ Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara,
baran pada Rupbasan, sebesar 0.37 Menyebutkan Petugas Penilai adalah
responden menyatakan ada SDM penilai Rupbasan yang memiliki keahlian menaksir
dan peneliti. Sementara 0.58 responden dan menentukan mutu dan nilai basan dan
menyatakan tidak ada SDM penilai dan baran yang bersertifikat ditunjuk oleh Kepala
peneliti. Selanjutnya 0.05 responden
Rupbasan.
tidak memberikan responnya.
Selanjutnya, terkait dengan terjadinya
3. Penurunan nilai ekonomis dan kondisi
basan baran, sebesar 0.91 responden penurunan nilai ekonomis basan-baran, hal
menyatakan terjadi penurunan nilai ini terjadi manakala batas waktu penitipan
ekonomis dan kondisi basan/baran. tidak dapat diketahui sampai berapa lama
Sementara sebesar 0.09 responden dan ditambah lagi dengan besaran anggaran
menyatakan tidak terjadi penurunan nilai yang tersedia untuk perawatan dan sarana
ekonomis dan kondisi basan/baran. prasarana Rupbasan yang belum tersedia
4. Batas waktu penyimpanan basan/baran dengan maksimal
di Rupbasan, sebesar 0.28 responden Terkait dengan batas waktu penitipan
menyatakan ada batas waktu. Sementara basan/baran, dalam proses peradilan
0.72 responden menyatakan tidak ada pidana (crimenal justice process) terdapat
batas waktu penyimpanan basan/baran. tahapan yakni tahap penyidikan; tahap
5. Rupbasan selalu dilibatkan dalam penuntutan; dan tahap peradilan (tingkat
pemusnahan dan pelelangan basan/ pertama, banding, kasasi) dan akan
baran. sebesar 0.51 responden berakhir di putusan hakim yang bersifat
menyatakan dilibatkan. Sementara 0.47
final (inkracht). Begitupun dengan basan/
responden menyatakan tidak dilibatkan.
baran yang menjadi objek perkara/kasus
Selanjutnya sebesar 0.02 responden
statusnya harus mengikuti tahap-tahap
tidak memberikan responnya.
peradilan. Sebagaimana Penjelasan Umum
6. Rupbasan sudah mempunyai sistem
KUHAP butir ke 3 huruf c yaitu: “Setiap
informasi pengelolaan basan/baran.
orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
sebesar 0.77 responden menyatakan
sudah memiliki sistem informasi dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang
pengelolaan. Sementara sebesar pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
0.21 responden menyatakan tidak sampai adanya putusan pengadilan yang
ada. Selanjutnya sebesar 0.02 tidak menyatakan kesalahannya dan memperoleh
memberikan responnya. kekuatan hukum tetap.” Lebih dikenal
Dari ke enam item pertanyaan di atas, dengan asas presumption of innocent. Jika
responden memberikan jawaban yang dapat hakim tidak dapat membuktikan bersalah
dicermati angka 1 dan angka 2 di atas, setiap maka harus diputus bebas dan basan/
basan/baran yang masuk atau dititipkan baran harus kembali dalam kondisi seperti

205
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

semula. Sehingga dalam hal ini Batas waktu tersebut kepada instansi yang bertanggung
basan/baran menjadi sangat penting dalam jawab secara yuridis. Akan tetapi dalam
pengelola rupbasan. prakteknya sangat sulit Pasalnya Masing-
Memang dalam hal batas waktu penitipan masing Penegak Hukum akan tunduk pada
telah di atur dalam Peraturan menteri hukum Peraturan Teknis masing-masing institusinya.
dan hak asasi manusia republik indonesia Kemudian, Penurunan nilai ekonomis
nomor 16 tahun 2014 tentang tata cara dan kondisi basan/baran, tentu sangat
pengelolaan benda sitaan negara dan barang dipengaruhi keberadaan sarana dan
rampasan negara pada rumah penyimpanan prasarana tempat penyimpanan atau gudang
benda sitaan negara, sebagaimana Pasal penyimpan. Berdasarkan hasil kajian sarana
25 (1) Jangka waktu pengelolaan Basan dan prasarana Rupbasan belum memenuhi
di Rupbasan disesuaikan dengan proses kelengkapannya.
penyidikan, penuntutan, dan peradilan sesuai Tabel 2 : Sarana dan Prasarana
dengan ketentuan peraturan perundang- JAWABAN
undangan. (2) Kepala Rupbasan meminta NO PERNYATAAN RESPONDEN
informasi secara tertulis kepada instansi Ya Tidak
yang bertanggungjawab secara yuridis 1. Sarana dan prasarana di 11 32
mengenai perkembangan penanganan Rupbasan sudah lengkap? 0.25 0.74
perkara pemilik Basan. Selanjutnya secara 2. Gedung-gedung di 16 27
Rupbasan sudah sesuai 0.37 0.63
teknis di atur dalam Pasal 26 (1) Dalam hal dengan klasifikasi Basan/
Basan telah memperoleh kekuatan hukum Baran
tetap berdasarkan putusan atau penetapan 3. Rupbasan mempunyai 23 20
pengadilan, dalam jangka waktu 30 (tiga tempat/ruangan untuk 0.53 0.47
menyimpanan barang-
puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan barang khusus
pengadilanyang memperoleh kekuatan
Berdasarkan data di atas, maka cukup
hukum tetap, Kepala Rupbasan wajib
menjelaskan bahwa Rupbasan masih perlu
menyampaikan surat pemberitahuan kepada
adanya pembenahan terhadap pergudangan
instansi yang bertanggung jawab secara
terutama untuk tempat penyimpanan
yuridis untuk mengambil Basan. (2) Dalam hal
basan/baran yang bersifat khusus seperti
surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
zat kimia yang akan membahayakan bagi
pada ayat (1) tidak mendapat tanggapan,
petugas itu sendiri jika tidak sesuai dengan
Kepala Rupbasan wajib menyampaikan surat
klasifikasi. Sebenarnya telah diatur dalam
pemberitahuan susulan dalam jangka waktu
Peraturan menteri hukum dan hak asasi
10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal
manusia republik indonesia nomor 16 tahun
surat pemberitahuan. (3) Dalam hal surat
2014 tentang tata cara pengelolaan benda
pemberitahuan susulan tidak mendapat
sitaan negara dan barang rampasan negara
tanggapan, Kepala Rupbasan wajib
pada rumah penyimpanan benda sitaan
menyampaikan surat pemberitahuan susulan
negara, pada Pasal 14 yang menyebutkan
kedua dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari
bahwa Pengklasifikasian dan Penempatan
terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan
Basan pada Rupbasan, terdiri atas: a.
susulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Basan kategori umum, ditempatkan pada
(4) Dalam hal surat pemberitahuan susulan
gudang umum; b. Basan kategori berharga,
kedua sebagaimana dimaksud pada ayat
ditempatkan pada gudang berharga; c.
(3) tidak mendapat tanggapan maka Kepala
Basan kategori berbahaya, ditempatkan pada
Rupbasan dapat mengembalikan Basan
gudang berbahaya; d. Basan kategori terbuka

206
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

ditempatkan pada gudang terbuka; dan e. dan tindakan yang akan dilaksanakan
Basan kategori hewan ternak/tumbuhan, tidak saling bertentangan atau simpang
ditempatkan pada gudang hewan ternak/ siur.9 Sementara menurut para ahli adalah
tumbuhan. Akan tetapi berdasarkan fakta Menurut James G March dan Herben A
lapangan hal ini masih belum terpenuhi. Simon, Pengertian Koordinasi adalah suatu
Selain dari pada itu, sumber daya proses untuk mencapai kesatuan tindakan di
manusia baik kuantitas maupun kualitas antara kegiatan yang saling bergantungan.
tertentu masih dirasakan belum terpenuhi. Sedangkan menurut Terry,Koordinasi adalah
Berdasarkan data hasil kajian, menunjukan suatu sinkronisasi yang tertib dalam upaya
bahwa sebesar 0.63 responden menyatakan untuk memberikan jumlah yang tepat,
jumlah SDM Rupbasan masing kurang waktu dan mengarahkan pelaksanaan yang
khususnya petugas perawatan dan mengakibatkan harmonis dan tindakan
pengamanan. Sementara sebesar 0.37 terpadu untuk tujuan lain. Pandangan
responden menyatakan jumlah SDM sudah mengenai koordinasi ini menarik perbedaan
mencukupi. Selanjutnya, terhadap penyataan antara koordinasi dengan kerja sama. Kerja
kualitas SDM, sebesar 0.67 responden sama diartikan sebagai aksi kolektif satu orang
menyatakan kualitas SDM belum terpenuhi dengan yang lain atau orang lain menuju
sesuai dengan kebutuhan. Sementara tujuan bersama.10 Sementara Dari pendekatan
sebesar 0.33 responden menyatakan sudah. empirik yang dikaitkan dengan etimologi,
koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang
Kualitas SDM yang dibutuhkan di
dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat
Rupbasan, menurut responden adalah
(equal in rank or order, of the same rank or
SDM dengan kualifikasi tertentu dalam hal
order, not subordinate) untuk saling memberi
perawatan dan pengelolaan basan/baran.
informasi dan mengatur (menyepakati) hal
Selanjutnya responden mengharapkan
tertentu (Ndraha, 2003:290).11 Pendapat para
keberadaan tenaga Peneliti; tenaga penilai;
ahli, cukup menjelaskan bahwa koordinasi
dan penaksir basan dan baran. Oleh
merupakan proses penegakan peraturan
karenanya, maka perlu ada kebijakan terkait
atau tindakan agar tidak saling bertentangan
dengan pendidikan dan pelatihan teknis-
dalam pelaksanaannya dan dilakukan oleh
teknis perawatan basan/baran, teknis peneliti,
berbagai pihak yang sederajat.
penilai dan penaksir.
Keberadaan Rupbasan sebagai salah
Mengoptimalkan peran Rupbasan
satu institusi penegak hukum di bidang
selain dari pada penguatan manajemen
perawatan dan pengamanan basan/baran,
organisasi seperti regulasi; sarana dan
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
prasarana; sumber daya manusia terdapat
tidak terlepas dari institusi penegak hukum
hal yang sangat penting yakni koordinasi.
lainnya dan harus selalu berkoodinasi dalam
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
hal informasi keberadaan dan status basan/
koordinasi adalah perihal mengatur suatu
baran.
organisasi atau kegiatan sehingga peraturan

9. http://kbbi.web.id/koordinasi (diakses Jum’at, 9 Juni 2017)


10. http://www.pengertianpakar.com/2015/07/pengertian-koordinasi-dan-tujuan-koordinasi.html (diakses, Jum’at, 9 Juni
2017)
11. http://digilib.unila.ac.id/5176/14/BAB%20II.pdf(diakses, Jum’at, 9 Juni 2017)

207
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

Tabel 3 : koordinasi instansi terkait Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,


JAWABAN Mahkamah Agung Republik Indonesia,
NO PERNYATAAN RESPONDEN
Menteri Keuangan Republik Indonesia,
Ya Tidak Nomor 2 Tahun 2011, Nomor KEP/259/A/
1. Rupbasan mempunyai 31 12 JA/2011, Nomor KEPB-01/01-55/11/2011,
media untuk berkoordinasi 0.72 0.28
dengan instansi terkait (Polri, Nomor M.HH-10.MH.03.02 Tahun 2011,
Kejaksaan, dan Pengadilan) Nomor 199/KMA/SKB/XII/2011, Nomor
2. Instansi terkait menyampaikan 8 35 219/PMK.04/2011 Tentang Sinkronisasi
informasi terhadap benda 0.19 0.81
sitaan negara yang tidak Ketatalaksanaan Sistem Pengelolaan Benda
ditempatkan di Rupbasan Sitaan Negara dan Barang Rampasan
3. Rupbasan selalu mendapatkan 9 34 Negara, belum menjawab permasalahan tata
salinan putusan pengadilan 0.21 0.79 kelola di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan
terhadap benda sitaan hasil
tindak pidana Negara (RUPBASAN).
4. eselonering Rupbasan 28 12 Berdasarkan data hasil kajian, tata kelola
mengganggu Koordinasi 0.65 0.28
dengan instansi terkait
Rupbasan dalam grafik adalah :
Grafik : Tata Kelola Rupbasan

Jika mencermati tabel 3 di atas, maka


dapatlah disimpulkan koordinasi dengan
pihak penegak hukum lainnya belum berjalan
optimal. Hal ini disebabkan kurangnya
pemahaman tugas dan fungsi rupbasan dan
dukungan regulasi dan struktur organisasi
yang tidak seimbang (equal). Sebagaimana
terhadap pertanyaan apakah eselonering
Rupbasan mengganggu Koordinasi dengan Grafik data, menunjukkan bahwa
instansi terkait, pada umumnya atau sebesar Rupbasan dari aspek regulasi pengelolaan
0.65 responden menyatakan ”ya” sangat benda sitaan dan barang rampasan negara
menggangu. Sementara sebesar 0.28 sudah cukup baik., akan tetapi dari aspek
responden menyatakan tidak. Pada hal kelembagaan belum mendukung pelayanan
menurut ahli di atas, koordinasi adalah suatu pada Rupbasan. Sebagaimana data di atas,
kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak kewenangan sebagai pengelola belum cukup,
yang sederajat, oleh karenanya peningkatan terutama dalam hal merekomendasikan dan
eselonering Rupbasan menjadikan melelang benda sitaan dan barang rampasan
pertimbangan yang sangat penting bagi negara. Kemudian sarana dan prasaran
penentu kebijakan ditingkat pimpinan pusat. serta gundang penyimpanan yang belum
Pada akhirnya terungka fakta bahwa, memenuhi kualifikasi. Selanjutnya belum
Keberadaan Peraturan Menteri Hukum dan terdapat tenaga fungsional penaksir. Lebih
HAM RI Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Tata lanjut, koordinasi dengan instansi penegak
Cara Pengelolaan Benda Sitaan Negara hukum terkait belum berhasil guna.
Dan Barang Rampasan Negara Pada Upaya Mengatasi Kendala Tata Kelola
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Benda Sitaan dan Barang Rampasan di
dan Peraturan Bersama Kepala Kepolisian Rupbasan
Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam
Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi mengatasi permasalahan yang dihadapi
Republik Indonesia, Menteri Hukum dan

208
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

rupbasan dalam pelayanan penyimpanan, dan serta kesimpulan akhir dari suatu kajian,
pengelolaan dan perawatan terhadap benda maka direkomendasikan sebagai berikut :
sitaan negara dan barang rampasan negara 1. Lakukan Pendidikan dan pelatihan
yang dititipkan oleh penegak hukum dan bagi pegawai yang akan diproyeksikan
guna memberikan perlindungan terhadap sebagai tenaga fungsional penaksir
asset negara, maka perlu dilakukan antara dengan bekerja sama dengan Badan
lain adalah : Pemgembangan Sumber Daya Manusia
1. Untuk lebih menguatkan koordinasi perlu (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM
dilakukan peningkatan eselonering. dan Kementerian Keuangan.
2. penguatan kewenangan perlu dilakukan 2. Guna peningkatan koordinasi dengan
revisi peraturan bersama dan/atau instansi terkait perlu ditinjau kembali
membuatan undang-undang tentang Struktur organisasi dan lakukan
rumah penyimpanan benda sitaan peningkatan eselonering.
negara. 3. Pembangunan pergudangan basan/
3. dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi baran sesuai dengan standar kualifikasi
tenaga penaksir rupbasan. Basan dan Baran.
4. melakukan standarisasi gedung 4. Keberadaan Rupbasan perlu diatur
penyimpanan. peraturan yang lebih tinggi dan segera
lakukan penyusunan Draf Rancangan
PENUTUP Undang-undang tentang tata kelola
benda sitaan dan baran rampasan
negara.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di
atas, maka di kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa tata kelola basan/baran masih
belum optimal dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya.
Bahwa aspek regulasi sudah cukup
mendukung, akan tetapi dari aspek
kewenangan, sarana dan prasarana,
Sumber daya manusia belum mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi rupbasan.
Bahwa koordinasi dengan instansi
penegak hukum (steakholders) belum
berjalan dengan baik, hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman tugas dan fungsi
rupbasan dan tingkat eselonering yang tidak
satu level dengan steakholders-nya

Saran-saran
Berdasarkan temuan data-data (primer)
hasil penelitian dan peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar pelaksanaan
tugas dan fungsi di lingkungan Rupbasan

209
JIKH Vol. 12 No. 2 Juli 2018 : 199 - 211

DAFTAR PUSTAKA Negara dan Barang Rampasan Negara


Pada Rumah Penyimpanan Benda
Sitaan Negara.
Buku-buku :
-----------------------, Peraturan Bersama
Atmasasmita, Romli, Sistem Peradilan
Kepala Kepolisian Republik Indonesia,
Pidana Persfektif Eksistensialisme dan
Jaksa Agung Republik Indonesia, Komisi
Abolisionisme, BinaCipta, Bandung,
Pemberantasan Korupsi Republik
1996
Indonesia, Menteri Hukum dan Hak ASasi
Rukmini, Mien, Perlindungan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Mahkamah
Manusia Melalui Asas Praduga Tidak Agung Republik Indonesia, Menteri
Bersalah dan Asas Persamaan Keuangan Republik Indonesia, Nomor 2
Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Tahun 2011, Nomor KEP/259/A/JA/2011,
Peradilan Pidana Indonesia, Alumni, Nomor KEPB-01/01-55/11/2011, Nomor
Bandung, 2003 M.HH-10.MH.03.02 Tahun 2011, Nomor
M. Amirin, Tatang, Populasi Dan Sampel 199/KMA/SKB/XII/2011, Nomor 219/
Penelitian 2: Pengambilan Sampel PMK.04/2011 Tentang Sinkronisasi
Dari Populasi Terhingga, Edisi 28 Ketatalaksanaan Sistem Pengelolaan
Juni 2009; 28 Juli 2009; 21 Agustus Benda Sitaan Negara dan Barang
2009; 3 Februari 2011, sumber:https:// Rampasan Negara.
t a t a n g m a n g u n y. w o r d p r e s s . -------------------------, Peraturan Menteri
com/2009/06/28/sampel-sampling-dan- Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010
populasi-penelitian-bagian-ii-teknik- Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
pengambilan-sampel-i/<23-1-2017>
-------------------------, Peraturan Menteri
Sedarmayanti, Good Governance Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011
(Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Tentang Pengelolaan Barang Milik
Rangka Otonomi Daerah, PT. Mandar Negara Yang Berasal dari Barang
Maju, Bandung, 2003 Rampasan Negara dan Barang
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Gratifikasi
dan Penerapan KUHAP,Jakarta: Sinar
Grafika, 2000 Bahan-bahan lain :
Peraturan Perundang-undangan : Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor
Pembangunan Nasional, Buku II RPJMN
8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
2015-2019, 2014, hlm.3
Pidana
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan HAM,
------------------------, Peraturan Pemerintah Kebijakan Pengelolaan Benda Sitaan
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang dan Benda Rampasan Negara dalam
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Perspektif Pemulihan Aset, disampaikan
Hukum Acara Pidana pada Rapat Koordinasi KPK tentan Tata
------------------------, Keputusan Menteri Laksana Benda Sitaan dan Barang
Kehakiman Nomor M.04.PR.07.03 Tahun Rampasan Negara dalam Rangka
1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemulihan Aser Perkara Tindak Pidana
Rumah Tahanan Negara dan Rumah Korupsi, Tempat Hotel JS. Luwansa,
Penyimpanan Benda Sitaan Negara tanggal 21 s.d. 23 November 2016.
------------------------, Peraturan Menteri Hukum
dan HAM nomor 16 Tahun 2014 Tentang
Tata Cara Pengelolaan Benda Sitaan

210
Optimalisasi Tata Kelola……(Ahmad Sanusi)

Internet :
http://icjr.or.id/icjr-dorong-reformasi-rumah-
penyimpanan-benda-sitaan-negara-
rupbasan-dan-eksekusi-barang-sitaan/
(10 Januari 2017)
http://aresearch.upi.edu/operator/upload/s_
c0751_043580_chapter3.pdf (25 Januari
2017)
http://kbbi.web.id/optimal(26 Januari 2017)
http://www.pengertianpakar.com/2015/07/
pengertian-koordinasi-dan-tujuan-
koordinasi.html (diakses, Jum’at, 9 Juni
2017)
http://digilib.unila.ac.id/5176/14/BAB%20II.
pdf (diakses, Jum’at, 9 Juni 2017)

211

Anda mungkin juga menyukai