Abstract
After thirty years of its application, the Criminal Procedural Code shows a number of weaknesses in
its implementation. The idea to overcome the weaknesses of the criminal procedural law, among
others, is by replacing the Law No. 8/1981 on the Criminal Procedural Code. To formulate a draft
Criminal Code, there are some aspects that needs to be considered namely historical, sociological,
political and legal issues. Because the Criminal Procedure Code, which acts as a guide in court
examinations, involves different sectors of the law enforcements, the draft on the Criminal Procedural
Code should be a multisector act.
Keywords: Criminal Procedural Code draft, considerance.
Intisari
Setelah berlaku selama lebih tiga puluh (30) tahun sebagai hukum positif, Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana menunjukkan sejumlah kelemahan dalam pelaksanaannya. Gagasan untuk
mengatasi kelemahan dari hukum acara pidana, antara lain dilakukan dengan mengganti Undang-
Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. Untuk merumuskan Rancangan
Hukum Acara Pidana, ada beberapa aspek historis, sosiologis, politik dan yuridis yang harus
dipertimbangkan. Oleh karena Hukum Acara Pidana sebagai pedoman untuk memeriksa pengadilan
umum akan melibatkan beberapa unsur penegak hukum, maka Rancangan Undang-Undang Hukum
Acara Pidana harus ditempatkan sebagai undang-undang multisektor.
Kata Kunci: rancangan KUHAP, pertimbangan.
Pokok Muatan
A. Pendahuluan...................................................................................................................................14
B. Pembahasan...................................................................................................................................15
1. Aspek Historis.........................................................................................................................16
2. Aspek Filosofis........................................................................................................................16
3. Aspek Sosio-Politik.................................................................................................................17
4. Aspek Yuridis...........................................................................................................................18
C. Penutup..........................................................................................................................................25
1
KUHAP diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1981
dalam Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76.
2
Icha Rastika, “Desak Penyelesaian RUU KUHAP”,
http://nasional.kompas.com/read/2011/04/03/18100395/Desak.
Penyelesaian.RUU. KUHAP, diakses 17 Desember 2011.
Menurut Restaria Hutabarat, Kepala Penelitian dan
Pengembangan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, pembahasan
RUU KUHAP berhenti sementara karena mendapat perlawanan
dari penegak hukum, khususnya kepolisian. Restaria
mengatakan bahwa, “disinyalir penolakan dari Polri ini akibat
adanya pengaturan tentang Hakim Komisaris dalam draft
undang- undangnya.”
3
Oemar Seno Adji, 1980, Hukum Pidana, Erlangga, Jakarta, hlm.
88. Lembaga “rechter commissaris” muncul sebagai
perwujudan keaktifan hakim. Di Eropa Tengah, lembaga
tersebut mempunyai posisi penting yang mempunyai
kewenangan untuk menangani upaya paksa (dwang middelen),
Gunarto, Faktor Historis, Sosiologis, Politis, dan Yuridis dalam Penyusunan RUU 15
HAP
penahanan, penyitaan, penggeledahan badan, penggeledahan dalam KUHAP
rumah, dan pemeriksaan surat-surat. jam, Tidak
4
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara Pidana Indonesia, Saptha yang akan datang, Manusiawi, atau
Artha Jaya, Jakarta, hlm. 196. Acara praperadilan untuk tiga
hal yaitu pemeriksaan sah tidaknya penangkapan atau atau dalam Merendahkan
penahanan (Pasal 79 KUHAP), pemeriksaan sah tidaknya pembahasannya
penghentian penyidikan atau penuntutan (Pasal 80), Martabat
pemeriksaan tentang permintaan ganti kerugian dan atau masing-masing Manusia);
rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan.
5
Romly Atma Sasmita, 2011, “Kedudukan Hakim Komisaris instansi sebagai Undang-Undang
dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia”, Makalah, sub sistem
Seminar tentang Kedudukan Hakim Komisaris dalam Sistem Nomor 11 Tahun
Peradilan Pidana”, Jakarta, 29 Maret 2011. peradilan pidana 2005 tentang
Selain pilihan pembahasannya, akan Pengesahan
model sistem atau setidak- memperjuangkan Interna- tional
peradilan pi- dana, tidaknya dibahas ke- wenangannya Covenant on Civil
kondisi faktual yang secara bersama- masing-masing and Political
berkembang selama sama agar terdapat yang dianggap Rights (Kovenan
penyusunan RUU sinkronisasi antara sudah mapan agar Internasional
HAP diperkirakan hukum acara tetap diakomodasi tentang Hak-Hak
juga akan menjadi pidana formil dan di dalam KUHAP. Sipil dan Politik);
bahan perdebatan hukum pidana 3. Terdapat beberapa Undang- Undang
dalam penyusunan materiil. konvensi Nomor
RUU HAP yang akan 2. Selama kurun internasional yang 7 Tahun 2006
datang, seperti waktu berlakunya telah diratifikasi tentang
misalnya: KUHAP telah dan menjadi Pengesahan
1. RUU HAP akan banyak UU hukum positif di United Nations
melaksanakan instansional yang Indonesia, seperti Convention
hukum pidana berkaitan dengan Undang-Undang Convention
materiil, padahal peradilan pidana Nomor 5 Tahun against Tor- ture
pada saat yang yang sudah 1998 tentang and Other Cruel,
bersamaan juga berubah, seperti Pengesahan Inhuman or
sedang disusun UU Kepolisian, Convention Degrading
RUU KUHP. UU Kejaksaan, against Torture Treatment or
Mengingat KUHP UU Kekuasaan and Other Cruel, Punishment
yang berlaku saat Kehakiman, UU Inhuman or Corruption, 2003
ini masih Mahkamah Degrading (Konvensi
merupakan Agung, UU Treatment or Perserikatan
produk hukum Komisi Yudisial Punish- ment Bangsa-Bangsa
peninggalan dan UU Advo- (Konvensi Anti Korupsi,
pemerintah kat. Dengan Menentang 2003); Undang-
jajahan, berubahnya Penyiksaan dan Undang Nomor 5
sedangkan KUHAP, maka ke Perlakuan atau Tahun 2009
KUHAP depan akan Penghukuman tentang
(Undang-Undang mendorong UU Lain yang Ke- Pengesahan
Nomor 8 Tahun instansional yang United Na- tions
1981) sudah berkaitan dengan Convention
merupakan sistem peradilan against
produk hukum pidana juga akan Transnational Or-
nasional, maka ikut berubah ganized Crime,
seyogyanya RUU menyesuaikan 2000 (Konvensi
KUHP sub- stansi baru Perserikatan
diprioritaskan yang diatur di Bangsa-Bangsa
16 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 13 -
26
Menentang Resolution Penulis memandang kepada Sekretariat
Kejahatan Teror- 40/32), Ba- sic perlu untuk menelisik Negara, dan kemudian
ganisasi, 2000) Principle on the kembali dasar dibahas oleh lembaga-
dan instrumen Role of Lawyers pemikiran perumusan lembaga terkait yang
hukum interna- (Adopted by the RUU HAP dari aspek berkepentingan, yaitu
sional yang Eight Crime historis, sosiologis, Mahkamah Agung,
menginspirasi Congress, 1990), politis, dan yuridis. Kejaksaan Agung,
dan terkait Guide- lines on Departemen
dengan the Role of 1. Aspek Historis Pertahanan dan
pelaksanaan Prosecutors Kelahiran KUHAP Keamanan 7
dan
hukum acara (Adopted by the yang berlaku pada saat Departemen
pidana, seperti Eight Crime ini tidak dapat Kehakiman.
Code of Conduct Congress, 1990)6 dipisahkan dari peran Selanjutnya, ketika
for Law yang dalam Oemar Seno Adji Moedjono menjadi
Enforcement beberapa hal sebagai menteri Menteri Kehakiman,
Offi- cials berkaitan erat kehakiman pada waktu rencana penyusunan
(General dengan prinsip- itu. Pada saat itu Rancangan Undang-
Assembly prinsip Hukum KUHAP disusun untuk Undang Hukum Acara
Resolution Acara Pidana. menggantikan HIR Pidana diinten- sifkan
34/169), Basic Konvensi In- yang dianggap tidak dan akhirnya,
Principles on the ternasional dan memberikan rancangan undang-
Use of Force and beberapa perlindungan hukum undang tersebut
Fire- arms by instrumen hukum terhadap tersangka. disampaikan kepada
Law internasional Ketika menjabat Dewan Perwakilan
Enforcement tersebut di atas sebagai Menteri Rakyat untuk dibahas
Officials berpotensi akan Kehakiman, dengan amanat
(Adopted by memunculkan Departemen Keha- Presiden pada tanggal
Eighth Crime kelompok kiman yang 12 September 1979
Congress, kepentingan agar dipimpinnya Nomor R.08/
Havana, 1990), beberapa materi membentuk suatu P.U./IX/1979.
Basic Principles diakomodasi panitia yang bertugas Berdasarkan aspek
on the dalam KUHAP menyusun suatu historis tersebut, proses
Independence of yang akan datang. Rancangan Undang- pembentukan KUHAP
the Judiciary Undang Hukum Acara pada era orde baru telah
(Adopted by the B. Pembahasan Pidana. Tugas memberikan
Seventh Crime Sehubungan penyusunan rancangan pembelajaran dan
Congress, Milan, dengan rencana ini, dilanjutkan pada kesadaran bahwa
1985 and pembahasan RUU saat Mochtar KUHAP merupakan
endorsed by the HAP yang diajukan Kusumaatmadja produk perundang-
General oleh pemerintah, menjadi Menteri undangan
Assembly in uraian Kehakiman
menggantikan Oemar
6
Sidik Sunaryo, 2005, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana,
Seno Adji.
UMM Press, Malang, hlm. 263-267. Pada tahun 1974
dalam segenggam yang seyogyanya rencana penyusunan
berikut ini akan menjadi dasar Rancangan Undang-
mencoba menelisik pertimbangan dalam Undang Hukum Acara
ulang beberapa hal perumusan RUU HAP. Pidana dilimpahkan
Gunarto, Faktor Historis, Sosiologis, Politis, dan Yuridis dalam Penyusunan RUU 17
HAP
yang dalam sejak tahun 1999, melalui alat-alat berdasarkan UUD
penyusunannya telah menjamin warga kekuasaan negara Negara RI Tahun
melibatkan lembaga negaranya untuk yang diakui baik
multisektor, artinya menikmati hak asasi,
proses pembentukan sekaligus memberikan
undang- undang di perlindungan hukum 7
Departemen Pertahanan dan Keamanan terlibat di dalamnya,
karena POLRI sebagai salah satu penegak hukum (penyidik)
era orde baru sudah atas pelaksanaan hak- yang merupakan unsur dalam sistem peradilan pidana masih
dilaksanakan melalui haknya tersebut. Hal menjadi bagian dari ABRI.