1
Satjipta Rahardja (1), Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 3-7.
2
Aburrahman, H, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Ilmu Perundang undangan, Citra Adtya Bakti,
Bandung, 1995, hlm. 156
3?
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 1979, hlm. 33
4
Ibid., hlm. 37
Keberadaan tujuan hukum, sebagaimana pendapat Gustaf Radbruch 5, yang meliputi
berbagai nilai dasar terkait dengan keadilan, kepastian hukum, dan manfaat. Hal ini, keberadaan cita
hukum terkait dengan nilai dasar keadilan 6, selain keadilan komutatif, sebagaimana setiap orang
memiliki hak yang sama dengan tidak memperhatikan jasa jasa dari setiap orang tersebut; juga
keadilan distributif, sebagaimana setiap orang memiliki hak sesuai dengan jasa jasa dari setiap orang
tersebut. Oleh karena itu, keberadaan nilai keadilan tidak menuntut adanya persamaan akan tetapi
adanya kesebandingan.
Keberadaan cita hukum terkait dengan nilai dasar kepastian hukum melalui hukum positif,
sebagaimana pendapat Hans Kelsen 7, bahwa ketentuan hukum harus dilepaskan atau dibersihkan
dari berbagai unsur non yuridis (unsur etis, sosiologis, dan politis). Demikian pula, nilai dasar
kepastian hukum melalui hukum positif analitis, sebagaimana pendapat John Austin 8, bahwa
ketentuan hukum sebagai perintah dari penguasa serta hukum sebagai suatu sistem logis, tetap, dan
bersifat tertutup, sehingga ketentuan hukum secara tegas dipisahkan dari nilai keadilan serta tidak
berdasarkan pada nilai baik atau buruk.
Keberadaan cita hukum terkait dengan nilai dasar manfaat bagi masyarakat, sebagaimana
pendspst Jeremy Bentham 9, bahwa ketentuan hukum bertujuan untuk mewujudkan sesuatu yang
bermanfaat bagi orang banyak atau ketentuan hukum sesuai dengan kepentingan masyarakat,
melalui penerapan asas manfaat dari peraturan perundang undangan dalam kehidupan masyarakat.
Demikian pula, nilai dasar manfaat bagi masyarakat, sebagaimana pendapat John Stuart Mill 10
,
bahwa ketentuan hukum terkait dengan faktor keadilan, kegunaan, dan kepentingan individu serta
masyarakat umum.
Keberadaan fungsi hukum dalam upaya perwujuan cita hukum sebagai tujuan hukum yang
bersangkutan, antara lain :
a. fungsi hukum sebagai sarana kebijakan dalam kehidupan masyarakat 11, bahwa hukum sebagai
sarana untuk mencapai tujuan bermasyarakat, karena hukum bersifat rasional, integratif, dan
legitimasi, yang ditunjang dengan mekanisme penerapan serta sanksi;
5
Satjipta Rahardja (1), Op.cit, , hlm. 19-21
6
LJV Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramitha, Jakarta, 2001, hlm. 11
7
Ibid, hlm. 12
8
Ibid, hlm. 56-57
9
Ibid, hlm. 60-61
10
Ibid, hlm. 61
11
Bambang Sunggono, 1994, Hukum dan Kebijakan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 76-78;
b. fungsi hukum sebagai sarana pembaharu masyarakat atau law as a tool of social engineering 12,
bahwa hukum sebagai sarana untuk mengubah perilaku masyarakat, yang sejalan dengan
perilaku yang dihendaki oleh hukum yang bersangkutan,
c. fungsi hukum sebagai sarana pengendali perilaku masyarakat atau law as a tool of social
control , bahwa hukum sebagai sarana untuk mengendalikan perilaku masyarakat yang
13
16
Benard L Tanya, 2011, Politik Hukum, Gernta Publishing, Yogyakarta, hlm. 6-7;
17
Satjipta Rahardja, Loc.cit.
18
Bambang Sunggono, Loc. Cit
19
MD Mahfud, 1999, Pergulatan Politik dan Hukum Di Indonesia, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 7-9
ASPEK HUKUM
TEKONOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN
22
Arsyad, Sitanala, 1989, Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor, hlm. 41-60
setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
sedangkan, konservasi air 23, yang pada prinsipnya penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak serta
tersedianya cukup air pada waktu musim kemarau. Hal ini, keberadaan konservasi tanah senantiasa
terkait dengan konservasi air, sebagaimana setiap bentuk perlakuan yang diberikan sebidang tanah
akan mempengaruhi tata air pada tempat tersebut serta berbagai tempat pada bagian hilir.
Keberadaan konservasi tanah dan air, sebagaimana ketentuan Pasal 1 angka 1 dan angka 2
UU tentang Konservasi Tanah dan Air, adalah upaya pelindungan, pemulihan, peningkatan, dan
pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan Lahan untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.
Kemudian, keberadaan asas asas dalam penyelenggaraan konservasi tanah dan air,
sebagaimana ketentuan Pasal 2 UU tentang Konservasi Tanah dan Air, yang meliputi :
a. keterpaduan;
b. keseimbangan;
c. keadilan;
d. kemanfaatan;
e. kearifan lokal;
f. kelestarian.
sedangkan keberadaan tujuan dalam penyelenggaraan konservasi tanah dan air, sebagaimana
ketentuan Pasal 3 UU tentang Konservasi Tanah dan Air, yang meliputi :
a. melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan yang jatuh, meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah, dan mencegah terjadinya konsentrasi aliran permukaan;
b. menjamin Fungsi Tanah pada Lahan agar mendukung kehidupan masyarakat;
c. mengoptimalkan Fungsi Tanah pada Lahan untuk mewujudkan manfaat ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup secara seimbang dan lestari;
d. meningkatkan daya dukung DAS;
e. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan memberdayakan keikutsertaan
masyarakat secara partisipatif;
23
Ibid. Hlm. 51-52.
f. menjamin kemanfaatan Konservasi Tanah dan Air secara adil dan merata untuk kepentingan
masyarakat.
24
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta, hlm. 101-164
b. Metode yang dipergunakan untuk konservasi air :
i. pengelolaan air permukaan melalui pengendalian air permukaan, pemanenan air hujan, dan
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah;
ii. pengelolaan air tanah melalui pengisian air tanah secara buatan dan pengendalian
pengambilan air tanah;
iii. pengendalian polusi air melalui bentuk penanggulangan secara teknis dan non teknis;
iv. upaya konservasi secara holistik.
=============bs==============