Sumber https://nasional.kompas.com/read/2022/07/05/01500051/sejarah-kuhp-
dan-perjalananmenuju-kuhp-baru
Jawab :
Menurut saya dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
atau RKUHP menjadi hal urgent untuk dilakukan sebuah perbaikan. Melihat
bagaimana produk hukum pidana yang masih belum maksimal dalam pengaturan
maupun penegakkannya dilapangan, maka perbaikan-perbaikan harus dilakukan.
kaitan dan tujuan hukum bahwa studi ilmu hukum harus benar-benar didasarkan
pada subyek dan obyek serta tujuan hukum itu sendiri sebelum keluar dan
berintegrasi dengan ilmu-ilmu lain, sehingga pandangan hukum sebagai suatu
ilmu pengetahuan masih berdiri sesuai dengan koridor hukum itu sendiri. Karena
hukum bukan berarti bahwa harus menjadi beban dalam masyarakat akan tetapi
sebagai suatu seni (art of law) untuk mengatur masyarakat dan hukum bukan
sekedar suatu sanksi yang harus di taati oleh masyarakat sehingga menurut
penulis hukum pada umumnya dapat dikatakan sebagai “perwujudan dari tingkah
laku manusia secara individu dan bukan masyarakat pada umumnya”. Atau lebih
khusus hukum dapat dikatakan adalah “pengulangan dari tingkah laku manusia
yang tergabung/terintegral dengan manusia lain yang membentuk suatu
masyarakat dengan norma-norma yang secara individu telah ada, dan terbentuk
dalam satu aturan yang sakral dan ditaati dengan sanksi berupa hukuman dan
moral baik itu secara memaksa maupun tidak”
Pertanyaan:
a. Bagaimana analisis Saudara mengenai keberlakuan Hukum Tertulis dan
Hukum Tidak Tertulis di Indonesia.
b. Bagaimana analisis Saudara tentang Pasal 5 ayat (1) UU No 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Jawab :
A. Hukum Tertulis dan Hukum tidak Tertulis
Indonesia disebut sebagai Negara Hukum berdasarkan Pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Dasar 1945. Hukum bersumber dari nilai – nilai yang
hidup di masyarakat baik yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis, di
mana sumber hukum yang tdak tertulis ini banyak sekali ditemui di
Indonesia. Wujud dari hukum tidak tertulis ini dapat berupa hukum adat
maupun kearifan lokal (local wisdom) yang eksistensinya tetap diakui
sebagai sebuah norma dan mempunyai daya ikat dan sanksi, Kehidupan
bermasyarakat tidak hanya diatur oleh hukum akan tetapi harus
berpedoman juga kepada agama, moral, kesopanan dan kaidah sosial
lainnya. Hukum erat hubungannya dengan kaidah sosial. Hukum sebagai
kaidah sosial tdak lepas dari nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Hukum sebagai cermin dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Hukum disebut baik apabila sesuai dengan hukum yang hidup (the living
law) dalam masyarakat.
Pada pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa
“Indonesia mengakui eksistensi hukum adat dan hak – hak tradisionalnya“.
Hakim dan hakim konsittusi wajib menggali, mengikut, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Selain
itu, putusan pengadilan di samping harus memuat alasan dan dasar putusan,
juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili
Kemudian pada Pasal 8 ayat 4 UndangUndang Nomor 16 Tahun 2004
disebutkan bahwa jaksa senantasa bertndak berdasarkan hukum dengan
mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan serta
wajib menggali dan menjunjung tnggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup
dalam masyarakat.
Independensi hakim itu bisa bersifat normatif, bisa juga bersifat realita.
Kedua independensi itu tidak bisa dipisahkan (Muchsin, 2004: 10). Ada
juga yang membedakan independensi dalam arti sempit dan arti luas. Pada
dasarnya, independensi kekuasaan kehakiman tak semata independensi
kelembagaan, tetapi juga independensi personal hakim. Independensi
hakim karena itu adalah kondisi di mana para hakim bebas dari pengaruh
apalagi tekanan lingkungannya dan mengadili suatu perkara hanya
berdasarkan fakta yang terbukti di pengadilan dan berdasarkan hukum.
Jawab :
Penerapan aliran positivisme Hukum di Indonesia Sesungguhnya
positivisme hukum merupakan aliran pemikiran yang memperoleh
pengaruh kuat dari ajaran positivisme (pada umumnya). Oleh karenanya,
pemahaman ajaran positivisme hukum merupakan norma positif dalam
sistem peraturan perundang-undangan. Dalam praktiknya, penggunaan
pardigma positivisme dalam hukum modern ternyata menghambat
pencarian kebenaran dan keadilan yang benar sesuai dengan hati nurani.
Dampak dari perkembangan paham positivisme tersebut terhadap
Indonesia dengan munculah kekakuan kekakuan hukum yang dianggap
bahwa hukum di Indonesia itu tidak mampu menciptakan keadilan yang
sesungguhnya .
Jawab :
Menurut saya Semua orang yang bekerja pastinya mengharapkan untuk
menjadi pekerja tetap. Yang bilamana nantinya selesai masa kerjanya akan
mendapatkan tunjangan pensiun. Namun didalam kenyataannya,
menujukkan bahwa tidak semua orang yang bisa menjadi pekerja tetap. Hal
ini yang dikarenakan laju pertumbuhan penduduk yang memasuki usia
kerja tidak seimbang dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang bisa
memberikan pekerjaan tetap bagi orang-orang yang membutuhkan.
Pemborongan pekerjaan (outsourcing) merupakan penyerahan sebagian
pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan ke perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh melalui perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis.
2. Dilihat dari bidang ketenagakerjaan, outsourcing merupakan
pemanfaatan tenaga kerja untuk dapat memproduksi atau melakukan suatu
pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan penyedia tenaga kerja
3. Atau yang secara sederhana outsourcing adalah suatu bentuk kontrak
yang terjadi ketika sebuah perusahaan melakukan kontrak komersial
dengan perusahaan lain untuk menyediakan layanan tertentu dalam jangka
waktu tertentu juga.
4. Sistem kontrak (outsourcing) yang diartikan sebagai pemborongan
pekerjaan dan penyedia jasa tenaga kerja, dijelaskan dalam Hukum
Ketenagakerjaan di Indonesia, tepatnya pada Pasal 64 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.