Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN MASALAH


1. Latar belakang Permasalahan Dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks, masyarakat membutuhkan hukum yang lebih memberikan kepastian. Dalam hal ini, bentuk hukum tertulis yang diutamakan. Tapi tidak berarti hukum tidak tertulis menjadi hilang peranannya, karena hukum tertulis sendiri tidak mungkin lengkap mengatur segala kepentingan umat manusia. Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis merupakan sumber formal hukum, dimana suatu peraturan mempunyai kekuatan hukum.1

2. Rumusan Permasalahan Di Indonesia terdapat hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Keduanya berfungsi untuk mengatur warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. UUD 1945 adalah penjabaran Pancasila dan merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945 ialah hukum dasar tertulis disamping UUD berlaku hukum dasar tidak tertulis, yang merupakan sumber hukum lain. Dalam makalah ini yang dipandang sebagai permasalahan adalah Mengapa terdapat hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis di Indonesia? Selain itu, bagaimana pengertian, kedudukan, dan sifat Undang-Undang Dasar 1945? Oleh karena itu, makalah ini menekankan pada makna Undang-Undang Dasar 1945 dalam kaitannya dengan

Darji Darmodiharjo,Shidarta,Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia,PT RajaGrafindo Persada,1996.Hlm.73.

pernyataan UUD 1945 hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.

B. TUJUAN dan KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian Bahwa Undang-Undang Dasar 1945 sebagian dari hukum dasar. Undang-Undang Dasar 1945 ialah hukum dasar tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis. Makalah ini bertujuan untuk memberikan suatu penjelasan tentang pernyataan tersebut.

2. Kegunaan Penelitian Bidang yang menjadi objek makalah ini adalah filsafat negara Republik Indonesia, yakni Pancasila khususnya dalam sumber hukum negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Makalah ini bermanfaat untuk menambah pemahaman kita mengenai pengertian, kedudukan dan sifat dari Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dan lebih spesifik mengenai sumber hukum dan bentuk dari hukum dasar yang diterapkan di Indonesia.

C. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI Dalam kepustakaan sejauh ini yang memuat tulisan atau uraian mengenai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) ataupun yang berkaitan dengan UUD 1945 banyak kita jumpai. Tetapi masing-masing mempunyai sudut tinjauan yang berbeda.

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, buku-buku yang dijadikan bahan penelitian maupun referensi terdiri atas : a. Buku-buku yang memuat uraian tentang Pancasila, baik ditinjau dari sudut filsafat, maupun ditinjau dari sudut hukum, sosial budaya dan sejarahnya. b. Buku-buku mengenai filsafat hukum dan ilmu hukum. c. Buku-buku tentang UUD 1945. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah metode kritis reflektif yang ditopang dengan aspek penting metodologis, yaitu : a. Deskriptif Dalam hal ini diupayakan untuk dapat mencari data yang dinilai akurat berhubungan dengan tema penelitian disajikan sebagaimana adanya kemudian diadakan klasifikasi. Data itu menjadi landasan bagi kesimpulan bahwa UUD 1945 adalah dasar dari semua undang-undang atau peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dan terdapat dua hukum dasar yaitu hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. b. Hermeneutik Keseluruhan data yang dihimpun, ditelaah dari sudut arti atau maksud yang terkandung di dalamnya, serta keterkaitannya dengan permasalahan yang dihadapi. c. Analisis Merupakan upaya mencerna arti atau makna mendasar terhadap data terurai yang telah dideskripsikan. d. Sintens Memadukan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangan yang berbeda untuk dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang akurat. e. Komparatif

Penelaahan dari unsur-unsur serta kemungkinan untuk memadukannya, meskipun tidak selalu dapat dicapai, yaitu apabila dua hal yang saling beroposisi satu sama lain.

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGANTAR Tidak dapat dipungkiri tentang terdapatnya berbagai pandangan yang diberikan untuk menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi UndangUndang Dasar 1945, serta pengertian dari hukum dasar tertulis (UUD 1945) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi). Baik penjelasan itu diberikan oleh pakar-pakar. Pada bagian tersebut dicoba untuk menekankan pada aspek yang mendasar maka akan diperoleh pengertian maupun penjelasan yang bersifat umum.

1. Pengertian Hukum

Kita telah sering menemukan perkataan hukum, tetapi belum pernah disinggung-singgung secara mendalam, apa benar yang dikatakan hukum itu dan bagaimana definisinya. Apakah itu hukum? Untuk merumuskan jawaban atas pertanyaan ini banyak definisi yang dapat diuraikan. Hingga sekarang tetap antara definisi satu dengan definisi yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan itu terjadi karena luasnya cakupan dalam memberi arti terhadap hukum itu sendiri. Namun dari berbagai definisi yang dapat dipahami selalu mengikutsertakan manusia. Hal ini dapat dipahami karena sesungguhnya hukum itu hanya ada (diperlukan) kalau ada manusia dan hukum itu tidak akan ada kalau di tempat itu tidak ada manusia. Berdasarkan pemikiran tersebut berlaku adagium yang mengatakan bahwa dimana ada hukum di situ ada masyarakat (ubi-ius ubi scietas).2 Pada dasarnya hukum bertujuan untuk mengatur tata tertib masyarakat. Agar tujuan ersebut dapat terwujud, maka hukum menentukan norma-norma yang berisi perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh setiap orang. Oleh karena itu, pelaksanaan hukum dapat dipaksakan sebagai ciri hukum dibandingkan dengan norma lainnya seperti moral, etika dan sebagainya. Selain itu hukum pun berupa petunjuk tentang hubungan baik antara seseorang dengan yang lainnya, misalnya hukum melarang orang membunuh, mencuri, termasuk hukum menganjurkan agar seseorang membayar pajak. Tiap hukum ditentukan oleh waktu, tempat, dan kondisi masyarakat.3 Pendapat tersebut berbeda dengan pendapat dari ajaran hukum alam yang mengatakan bahwa hukum sama saja dimanapun dan kapanpun, tidak tergantung kepada pandangan-pandangan manusia dan ia lebih sempurna daripada hukum positif.4 Dengan luasnya cakupan pengertian hukum, Immanuel Kant

memandang bahwa para sarjana hukum terus mencari dan memberikan


2

Aswarni Adam, Zulfikri,Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Hukum Indonesia,Alfa Riau,Pekanbaru,2006,hlm.13. 3 Menurut Mazahab Sejarah F.C von Savigny yang dikutip,Ibid,Hlm.14 4 Pipin Syarifin,(1998) yang dikutip Ibid,Hlm.14

definisinya. Ada yang mengatakan bahwa tidak mungkin memberikan definisi kepada hukum, karena hukum tidak dapat dilihat.5 Adanya pengertian hukum ini sangat penting dalam mempelajari hukum, karena dengan pengertian tersebut dapat dibedakan mana yang termasuk ruang lingkup hukum dan mana yang bukan. Selanjutnya dengan pemahaman tersebut dapat dilakukan mana perbuatan hukum dan mana yang bukan. Apabila termasuk ruang lingkup hukum berlakulah prinsip-prinsip hukum tersebut, baik berupa sanksi maupun ketentuan-ketentuan norma yang harus dipatuhi. Menurut Zinsheimer, hukum dibedakan dalam tiga golongan6, yaitu : a. Hukum normatif, adalah hukum yang nampak dalam peraturanperaturan perundang-undangan serta hukum yang tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan, tetapi diindahkan/ditaati oleh masyarakat karena keyakinan bahwa peraturan hidup itu sudah sewajarnya wajib ditaati. b. Hukum ideal, adalah hukum yang dicita-citakan. Hukum ini pada hakikatnya berakar pada perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum inilah yang dapat memenuhi perasaan keadilan semua bangsa di seluruh dunia. Hukum inilah yang benar-benar objektif. c. Hukum wajar, ialah hukum seperti yang terjadi dan nampak seharihari. Tidak jarang hukum yang nampak sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (tercantum dalam perundang-undangan), karena tidak diambil oleh alat-alat kekuasaan pemerintah. Pelanggaran tersebut oleh masyarakat yang bersangkutan lambat laun dianggap biasa. Misalnya
5

berupa

Menurut Kisch yang dikutip Aswarni Adam,Pengantar Tata Hukum Indonesia Jilid 1,Pekanbaru,1981,hlm.5 dalam bukunya berjudul Rechttewetenchaf menyebutkan, karena hukum itu tidak dapat dilihat/ditangkap oleh panca indera, maka sukarlah bagi kita untuk membuat suatu definisi tentang hukum yang dapat memuaskan. 6 Dikutip Pipin Syarifin (1998). Lihat buku Aswarni Adam,Zulfikri,Op.Cit,Hlm.17.

kendaraan pada malam hari tanpa lampu penerangan dan mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm pada malam hari.

2. Ciri-ciri Hukum Agar dapat mengetahui dan mengenal apakah hukum itu, sebelumnya harus dapat mengetahui ciri-ciri hukum, diantaranya adalah: 1. Adanya perintah dan atau larangan. Bahwa hukum itu merupakan aturan yang berisi perintah atau larangan yang ditujukan kepada objek hukum. 2. Perintah dan/ atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang.

Bahwa hukum itu harus dipatuhi setiap orang, karena telah menjadi kesepakatan bersama di dalam kontrak social. Dan bagi objek hukum yang melanggarnya akan mendapat sanksi berdasarkan hukum yang berlaku. Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarkat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

3. Penggolongan Hukum Penggolongan hukum maksudnya adalah untuk lebih jelas dalam memahami jenis hukum yang berlaku, maka hukum dibedakan atas berbagai dasar pembedaannya. Menurut Soeroso (2002) ada beberapa jenis hukum dilihat dari kelazimannya diterapkan di masyarakat7 yaitu : 1. Berdasarkan sumbernya, hukum dibedakan atas undang-undang, traktat, kebiasaan dan hukum adat, yurispudensi dan doktrin. 2. Berdasarkan daerah kekuasaannya, hukum dapat dipahami antara lain hukum nasional, internasional, dan hukum asing.

Ibid,Hlm.20

3. Berdasarkan kekuatan berlakunya, hukum terbagi menjadi hukum yang memaksa dan hukum tambahan. 4. Berdasarkan isinya, hukum terdiri dari hukum publik dan hukum privat. 5. Berdasarkan fungsi dan pemeliharaannya, hukum terdiri atas hukum materiil dan hukum formil. 6. Berdasarkan bentuknya, hukum terdiri dari hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. 7. Berdasarkan waktu berlakunya, hukum terdiri dari ius constitutum (hukum yang berlaku sekarang), ius constituendum (hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang), dan hukum alam, yaitu yang berlaku dimana-mana, kapan saja, dan kepada siapa saja. 8. Berdasarkan wujudnya, hukum tersebut terdiri dari hukum objektif dan hukum subjektif. 9. Berdasarkan luas berlakunya, hukum terdiri dari hukum umum dan hukum khusus.

4. Sumber Hukum Menurut Bagir Manan, menelaah dan mempelajari sumber hukum memerlukan kehati-hatian karena istilah sumber hukum mengandung berbagai pengertian. Tanpa kehati-hatian dan kecermatan yang mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan sumber hukum, dapat menimbulkan kekeliruan bahkan menyesatkan.8 Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang bila dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan segi formal :
8

Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, Armico,Bandung,1987.Hlm.10.

1.Sumber-sumber hukum material, dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat,dsb. 2.Sumber-sumber hukum formal, antara lain adalah : Undang-undang (statute), adalah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, diadakan dan dipelihara oleh negara. Kebiasaan (costum), adalah perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Keputusan-keputusan hakim (Jurisprudentie), adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang sama. Traktat (treaty), adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang juga mengikat warga negara-warga negara dari negara-negara yang bersangkutan. Pendapat sarjana hukum (doktrin), adalah pendapat para sarjana hukum ternama yang juga mempunyai kekuasaan dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh hakim.

5. Sumber Hukum Tata Negara Sumber-sumber hukum ialah sumber yang tertulis dan sumber hukum tidak tertulis. Sumber yang tertulis berupa undang-undang dan perjanjian. Sumber yang tidak tertulis ialah aturan-aturan hukum yang tidak tertulis atau hukum adat.9

B. UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Mengapa Bangsa Indonesia menetapkan Undang-Undang Dasar?
9

Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia,Sinar Grafika,Jakarta,2004.Hlm.152.

Apabila kita mempelajari sejarah bangsa Indonesia, adanya satu masa perjuangan untuk menentukan nasibnya sendiri dan menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat memperoleh bentuk yang nyata. Mendirikan dan membentuk negara pada hakekatnya mendirikan dan membentuk organisasi kekuasaan. Terbukti dengan adanya bermacam-macam lingkungan kekuasaan dalam setiap negara, baik yang berada dalam infra struktur politik maupun yang berada dalam supra struktur politik.10 Setiap kekuasaan bagaimanapun kecilnya cenderung disalahgunakan oleh yang memegangnya,11oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan tersebut perlu dilakukan usaha- usaha untuk membatasinya. UUD 1945 dengan sengaja ditetapkan untuk membatasi kekuasaan yang terdapat dalam negara dan juga sebagai konsekuensi adanya negara.

1. Sejarah Undang-Undang Dasar 1945


Sejarah Awal12
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal
10

Asri Muhammad Saleh,Kompilasi Orasi Guru Besar Hukum Tata Negara,Bina Mandiri Press,Pekanbaru,2005.Hlm.10 11 Ibid,.Hlm.11 12 http://id.wikipedia.org /Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

10

18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai UndangUndang Dasar Republik Indonesia.

Periode berlakunya UUD 1945 : 18 Agustus 1945-27 Desember 194913


Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.

Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 : 27 Desember 1949 - 17


Agustus 195014 Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 195915

13 14 15

Ibid,.. Ibid,.. Ibid,..

11

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.

Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-196616


Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:

Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi Menteri Negara menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September

MPRS

Pemberontakan

Partai Komunis Indonesia.

Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 199817
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancurkan hutan dan sumber alam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:

16 17

Ibid,.. Ibid,..

12

Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 199918


Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.

Periode UUD 1945 Amandemen19


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
18 19

Ibid,.. Ibid,..

13

tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil. Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945. Dalam proses reformasi hukum dewasa ini, berbagai kajian ilmiah

tentang UUD 1945 banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen tersebut tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan suatu prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya sendiri. Amandemen dilakukan dengan berbagai perubahan pada pasal-pasal maupun memberikan tambahan-tambahan.20 Bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan bangsa Indonesia ke arah tahapan baru untuk melakukan penataan terhadap ketatanegaraan. Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan sejak tahun 1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9 pasal UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001,
20

Kaelan,Pendidikan Pancasila,Paradigma,Yogyakarta,2003.Hlm.177.

14

dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.21 Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babak baru dalam kehidupan ketatanegaraan yang diharapkan membawa ke arah perbaikan tingkat kehidupan rakyat. UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Pengertian, kedudukan dan sifat Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Dasar 1945, adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari (I) Pembukaan ; (II) Batang Tubuh UUD 1945 yang berisi Pasal 1 s/d 37 yang dikelompokkan dalam 16 Bab, Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan, serta (III) Penjelasan UUD 1945. Undang-Undang Dasar 1945 telah disahkan oleh Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan mulai berlaku pertama kali pada tanggal 18 Agustus 1945.22 Sesuai dengan sistem konstitusi seperti yang dijelaskan dalam penjelasan resmi dari UUD 1945, maka UUD 1945 adalah bentuk perundangundangan yang tertinggi yang menjadi dasar dan sumber bagi semua peraturan-peraturan dalam negara Republik Indonesia.23 Sebagai hukum, undang-undang dasar adalah mengikat : mengikat pemerintah, mengikat setiap lembaga negara dan lembaga masyarakat dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimana saja dan setiap penduduk yang ada di wilayah negara Indonesia. Sebagai hukum, undang-undang dasar berisi norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.24

Ibid,. Team Pembinaan Penatar Dan Bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia,Bahan Penataran.Cet.3.Jakarta,1986.Hlm.43. 23 C.S.T.Kansil,Hukum Tata Pemerintahan Indonesia.Ghalia Indah.Jakarta.1984.Hlm.106. 24 Ibid, Hlm.107.
22

21

15

Undang-Undang Dasar dalam kerangka tata urutan atau tata tingkatan norma hukum yang berlaku merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Dalam hubungan ini, Undang-Undang Dasar juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang Dasar.25 Dimanakah letak UUD 1945 dalam tata urutan peraturan perundangan kita atau secara hierarki dimanakah kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata urutan perundangan Republik Indonesia? Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan UndangUndang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan,dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan 2. Undang-Undang/Peraturan adalah Pemerintah sebagai Pengganti berikut: Undang-Undang 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden 5. Peraturan Daerah Peraturan Daerah meliputi: 1. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama dengan Gubernur; 2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota; 3. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan oleh pembentuk UndangUndang Dasar mengapa UUD 1945 bersifat singkat , hanya memuat 37 pasal, ditambah dengan empat pasal Aturan Peralihan dan dua ayat Aturan
25

Team Pembinaan Penatar Dan Bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia, Op.Cit,Hlm.44.

16

Tambahan. Sifat Undang-Undang Dasar yang singkat itu juga dikemukakan dalam Penjelasan26, bahwa : 1. Undang-Undang Dasar itu sudah cukup apabila telah memuat aturanaturan pokok saja, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah dan lain-lain menyelenggarakan tugasnya; 2. Undang-Undang Dasar yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia, yang masih harus terus berkembang, terus hidup secara dinamis, masih terus akan mengalami perubahan-perubahan. Dengan aturan-aturan yang tertulis, yang hanya memuat aturan-aturan pokok itu, Undang-Undang Dasar merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak akan mudah ketinggalan zaman. Ini tidak berarti bahwa Undang-Undang Dasar tidak lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan kepastian. Keluwesan atau kekenyalan itu tetap menjamin kejelasan dan kepastian hukum, yang sudah dipenuhi, apabila dengan aturan-aturan pokok itu sudah cukup untuk dapat menyerahkan pengaturan-pengaturan yang lebih lanjut sebagai penyelenggaraan aturan pokok itu dengan hukum dalam tingkat yang lebih rendah, yang lebih mudah membuat dan merubahnya jika dibandingkan dengan Undang-Undang.27 Selain itu Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 juga menekankan bahwa semangat para penyelenggara negara, penyelenggara Undang-Undang Dasar 1945 itulah yang sangat penting. Oleh sebab itu setiap penyelenggara negara disamping harus mengetahui teks Undang-Undang Dasar 1945 harus juga menghayati semangat Undang-Undang Dasar 1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang meskipun hanya singkat, akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.28 penyelenggara negara untuk

26 27 28

Ibid,. Ibid,. Ibid,.

17

C. HUKUM DASAR TERTULIS


Sebagaimana disebutkan diatas bahwa pengertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi). Oleh karena sifatnya yang tertulis, maka Undang-Undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S Wade dalam bukunya Constitutional Law, Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badanbadan tersebut.29 Kata Undang-Undang seringkali digunakan dalam dua arti yang berbeda. Pertama UU dalam arti material, yakni semua peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa yang mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat luas. Undang-Undang dalam arti formal adalah hanya bentuk peraturan yang bertitel UU, yang di Indonesia hanya dapat dibuat oleh Presiden atas persetujuan DPR.30 Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan Undang-Undang adalah semua peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa31 yang mengikat kepada masyarakat luas.32 Jadi pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dasar. Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan, maka Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan Legislatif, Eksekutif dan Badan Yudikatif.33
29 30

Kaelan, Op.Cit,Hlm.178. Lihat Pasal 5 UUD 1945. 31 Pengertian penguasa disini harus diartikan luas,termasuk juga pihak Legislatif dan Yudikatif. Di Indonesia misalnya, dikenal adanya Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai UU dalam arti material. 32 Darji Darmodiharjo,Shidarta, Op.Cit,Hlm.75. 33 Kaelan, Loc.Cit.

18

Hukum tertulis atau geschreven recht,adalah hukum yang mencakup perundang-undangan dalam berbagai bentuk yang dibuat oleh pembuat Undang-Undang dan traktat yang dihasilkan dari hubungan hukum internasional.34 Perbedaan antara keduanya yang nyata ialah dalam cara pembuatannya, nasional (Undang-Undang) atau internasional (traktat), walaupun demikian undang-undang yang dibuat secara nasional dapat berisi hukum internasional yaitu hukum yang berhubungan dengan peristiwa internasional.35 Hukum tertulis adalah aturan dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh lembaga yang berwenang . Misalnya peraturan perundang-undangan nasional di negara kita. Menurut Tap III/MPR/2000 tentang tata urutan perundang undangan di negara Indonesia36 , dinyatakan sebagai berikut: UUD 1945, Ketetapan MPR (Tap MPR), Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden (Kepres), Peraturan Daerah (Perda). Tata urutan perundangan tersebut sebagai pedoman untuk pembentukan peraturan di bawahnya. Jadi setiap peraturan yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan aturan yang ada di atasnya. Jika aturan di bawahnya bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya maka secara otomatis peraturan yang ada dibawah tersebut gugur (tidak berlaku) demi hukum.37 a. UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang terdiri dari pembukaan (empat alinea) dan pasal-pasal (berjumlah 37pasal). UUD 1945 yang sekarang dipakai dalam penyelenggaraan negara Republik Indonesia telah mengalami 4 kali amandemen

34

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,2005.Hlm.206. 35 Purnadi Purbacaraka,Soerjono Soekanto,Aneka Cara Pembedaan Hukum,Alumni,Bandung,1980.Hlm.38. 36 www.geofact.co.cc/undang-undang dasar 1945 sebagai hukum. 37 Ibid,.

19

(perubahan) yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). b. Ketetapan MPR adalah peraturan yang dibentuk oleh majelis permusyawaratan rakyat untuk melaksanakan UUD 1945. Bentuk peraturan yang dihasilkan oleh lembaga MPR /berupa ketetapan (Tap), juga berbentuk keputusan MPR.Ketetapan MPR adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat keluar atau ke dalam majelis (seluruh warga negara RI). Keputusan MPR adalah putusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam (anggota majelis). c. Undang-undang yaitu bentuk peraturan perundangan yang diadakan untuk melaksanakan undang-undang dasar serta ketetapan MPR. Lembaga yang berwenang membentuk Undang-undang adalah lembaga DPR dan Pemerintah (Presiden).38 d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Perpu ditetapkan oleh Presiden jika negara dalam keadaan bahaya,tanpa melalui persetujuan DPR,tetapi DPR tetap mengawasi pelaksanaan Perpu tersebut.39 e. Peraturan Pemerintah yaitu peraturan yang ditetapkan oleh Presiden yang bertujuan melaksanakan perintah undang-undang. Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah pusat ( ibu kota negara) dan pemerintah daerah (provinsi). Jadi peraturan pemerintah terdiri dari peraturan pemerintah pusat dan peraturan pemerintah daerah. Contoh peraturan pemerintah pusat dapat berupa peraturan presiden, Keputusan menteri dan lainnya. Contoh
38

peraturan

daerah

yakni

peraturan-peraturan

yang

Untuk lebih jelas lihat UUD 1945 pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 ayat 3. Untuk lebih jelas silahkan lihat UUD 1945 pasal 22.

39

20

dikeluarkan oleh daerah provinsi maupun tingkat kota atau kabupaten. f. Keputusan presiden(Keppres) yaitu keputusan yang dibuat oleh presiden. Berfungsi antara lain mengatur pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintahan. g. Peraturan daerah (Perda) yaitu peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi daerahnya, sebagai pelaksanaan dari peraturan di atasnya. Peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat. Hukum perundang-undangan adalah hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat yang berwenang dan dituangkan dalam bentuk tertulis. Disebut hukum Perundang-undangan karena dibuat atau dibentuk dan diterapkan oleh badan yang menjalankan fungsi perundangundangan (legislator).40 Bagaimanakah hubungan antara ketentuan hukum tertulis yang satu dengan yang lainnya, suatu hal yang penting untuk diketahui jawabannya karena menyangkut ketentuan mengikat hukum tertulis itu sebagai hukum. Hal ini diatur dalam urutan atau tingkat hierarki produk hukum tertulis itu yang menempatkan Undang-Undang Dasar pada tingkat yang tertinggi, artinya segala ketentuan hukum tertulis tidak boleh bertentangan atau harus sesuai dengan Undang-Undang Dasar, dalam hal Republik Indonesia, yaitu UUD 1945.41 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka sifat-sifat UndangUndang Dasar 194542 sebagai berikut : 1. Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap negara.

40

Menurut Bagir Manan, yang dikutip Nimatul Huda,Hukum Tata Negara Indonesia,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,2005.Hlm.33. 41 Ibid,. 42 Kaelan, Op.Cit,Hlm.179.

21

2. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar konaturan-aturan yaitu aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, serta memuat hak-hak asasi manusia. 3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. 4. Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif tertinggi, disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

D. HUKUM DASAR TIDAK TERTULIS


Undang-Undang Dasar merupakan sebagian dari hukum dasar negara, yakni hukum dasar tertulis. Disamping itu ada hukum dasar yang tidak tertulis. Juga mengenai hukum tata negara Indonesia, lapangan besar dikuasai oleh hukum yang tidak tertulis, disamping UUD dan berbagai UU dalam lapangan hukum tata negara.43 Secara kronologis, harus lebih dahulu disebut hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan, kemudian baru hukum tertulis dan hukum perundangundangan. Lahirnya hukum tertulis itu pasti baru pada saat orang-orang sudah mulai pandai menulis dan membaca, sedang hukum-undang-undang tatkala dalam masyarakat itu telah terbentuk negara dan disusun badan perundangundangannya walaupun masih bersifat sederhana sekali. Dengan demikian, sesuatu hal yang logis apabila hukum kebiasaan atau hukum tidak tertulis usianya lebih tua dibandingkan dengan hukum tertulis atau hukum perundang-undangan.44

43 44

Kusumadi Pudjosewojo, Op.Cit,Hlm.169. http://id.shvoong.com

22

Hukum tidak tertulis (ongeschreven recht) merupakan sinonim dari hukum kebiasaan (gewoonte recht)45, yang di Indonesia disebut Hukum Adat.46 Konvensi adalah Hukum Dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun sifatnya tidak tertulis.47 Konvensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut48 : 1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara. 2. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar. 3. Diterima oleh seluruh rakyat. 4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar. Selain itu, konvensi (hukum dasar tidak tertulis) adalah hukum yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara untuk melengkapi, menyempurnakan, dan menghidupkan (mendinamisasi) kaidah-kaidah hukum perundang-undangan atau hukum adat ketatanegaraan.49 Secara penguraian dari sudut bahasa tampaknya ada kesamaan antara hukum tidak tertulis dengan kebiasaan, namun sebenarnya ada perbedaan yang essensiel,50 yakni pada hukum tidak tertulis didukung teori-teori kesadaran hukum yang dipengaruhi oleh mashab sejarah yang ditokohi oleh von Savigny.51
45 46

Purnadi Purbacaraka,Soerjono Soekanto,Op.Cit,Hlm.31. Adat berarti kebiasaan, yakni perbuatan yang diulang-ulang dengan cara atau bentuk yang sama. 47 Kaelan,Loc.Cit. 48 Ibid,. 49 Nimatul Huda, Op.Cit,Hlm.34. 50 Soedjono Dirdjosisworo, Op.Cit,Hlm.205. 51 Friedrich Carl von Savigny (1779-1861). Von Savigny berpendapat bahwa hukum itu harus dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa atau rohani

23

Kebiasaan dapat menjadi hukum kebiasaan oleh hakim dalam putusannya. Kebiasaan dalam lingkungan masyarakat tertentu adalah suatu kenyataan yang dapat dilihat, dikonstatir oleh hakim sebagai peraturan hukum.52 Apabila pembentukan peraturan itu selalu dilakukan dalam pengadilan, maka terdapat hukum kebiasaan disamping undang-undang. Disamping itu ada kebiasaan yang sudah menjadi hukum kebiasaan sebelum dikonstatir oleh hakim. Persyaratan untuk menjadi hukum kebiasaan53 adalah : 1. Syarat materiil Adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap atau diulang, yaitu suatu rangkaian perbuatan yang sama, yang berlangsung untuk beberapa waktu lamanya. Harus dapat ditunjukkan adanya perbuatan yang berlangsung lama. Syarat pertama ini dalam bahasa Latin disebut Longa et inveterata consuetude. 2. Syarat intelektual Kebiasaan itu harus menimbulkan suatu opinio necessitatis (keyakinan umum) bahwa perbuatan itu merupakan kewajiban hukum. Keyakinan ini tidak hanya merupakan keyakinan bahwa selalu ajeg berlaku demikian, tetapi keyakinan bahwa memang seharusnya demikian. Kebiasaan itu harus dilakukan karena keyakinan, bahwa hal itu patut secara obyektif dilakukan, bahwa dengan melakukan itu berkeyakinan melakukan suatu kewajiban hukum.
suatu bangsa; selalu ada suatu hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu bangsa. Hukum bukan diciptakan oleh orang, melainkan tumbuh sendiri di tengah-tengah rakyat dan penjelmaan dari kehendak rakyat, yang pada suatu saat juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya. Menurut pendapat tersebut, jelaslah bahwa hukum itu merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa. Aliran yang menghubungkan hukum dengan sejarah dinamakan Mazhab Sejarah. 52 Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum,Liberty,Yogyakarta.2002.Hlm.99. 53 Ibid,.

24

3.

Adanya akibat hukum apabila hukum kebiasaan itu dilanggar.

Hukum kebiasaan memiliki kelemahan-kelemahan karena bersifat tidak tertulis, oleh karena itu tidak dirumuskan secara jelas dan pada umumnya sukar menggalinya. Disamping itu karena bersifat aneka ragam, maka tidak menjamin kepastian hukum.54 Kebiasaan merupakan sumber hukum yang penting, mengingat Undang-Undang sendiri tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap.55 UU selalu berjalan tertatih di belakang kenyataan. Hukum dasar tidak tertulis bukan merupakan Perundang-undangan, akan tetapi merupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara yang diterima sebagai hukum, meskipun tidak tertulis. Dalam kaitan dengan masalah ini, apabila dikaji dengan sesama Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Kesimpulan yang dapat diambil ialah hukum dasar tidak tertulis menempati posisi berdampingan dengan hukum dasar tertulis (UUD 1945).56 Di dalam Penjelasan tentang UUD Negara Indonesia dijelaskan sebagai berikut : UUD 1945 sebagian dari hukum dasar. UUD suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. UUD ialah dasar yang tertulis, sedang disampingnya UUD itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.

54 55

Ibid,. Darji Darmodiharjo,Shidarta,Op.Cit,Hlm.80. 56 Bagian kalimat dalam Penjelasan tentang UUD yang dikutip, dijumpai perkataan sebagian dan perkataan disamping. Dari kedua perkataan itu dapat disimpulkan bahwa terdapat kesejajaran/kesetaraan posisi kedua hukum dasar tersebut, yaitu Hukum Dasar Tertulis (UUD) dan Hukum Dasar Tidak Tertulis (konvensi), meskipun dipahami bahwa aturan-aturan dasar yang terdapat dalam hukum dasar tidak tertulis itu tidak boleh bertentangan dengan aturan-aturan yang terdapat di dalam UUD.

25

Telah dikemukakan bahwa kebiasaan adalah sumber hukum disamping Undang-Undang. Bagaimanakah jika terjadi konflik antara hukum kebiasaan dengan Undang-Undang? Jika Undang-Undang berisi ketentuan yang bersifat memaksa dan bertentangan dengan hukum kebiasaan, maka Undang-Undang mengalahkan hukum kebiasaan. Tetapi pada umumnya telah diakui bahwa hukum kebiasaan dapat mengesampingkan ketentuan Undang-Undang yang bersifat pelengkap.57 Contoh-contoh konvensi58 antara lain sebagai berikut : 1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Menurut Pasal 37 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi sistem ini dirasa kurang jiwa kekeluargaannya sebagai kepribadian bangsa, karena itu dalam praktek-praktek penyelenggaraan negara selama ini selalu disusahkan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan ternyata hampir selalu berhasil. Pungutan suara baru ditempuh jika usaha musyawarah untuk mufakat sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan perwujudan dari cita-cita yang terkandung dalam Pokok Pikiran Persatuan dan Pokok Pikiran Kerakyatan dan Permusyawaratan Perwakilan. 2. Praktek-praktek penyelenggaraan negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis antara lain : a. Pidato kenegaraan Presiden RI setiap tanggal 16 Agustus di dalam sidang DPR. b. Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) pada minggu pertama pada bulan Januari setiap tahunnya. Secara tidak langsung hal-hal tersebut merupakan realisasi dari Undang-Undang Dasar (merupakan pelengkap). Namun perlu digarisbawahi
57 58

Sudikno Mertokusumo, Op.Cit,Hlm.100. Kaelan,Loc.Cit.

26

bilamana konvensi ingin dijadikan rumusan yang bersifat tertulis, maka yang berwenang adalah MPR, dan rumusannya bukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR.59 Jadi konvensi jika dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai ketetapan MPR.60

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban tetap terpelihara. Sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Hukum memiliki ciri-ciri, unsur-unsur, sifat, dan tujuan hukum, dari ciriciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta kehidupan yang aman dan damai. Fungsi UUD 1945 yaitu : mengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi dan dilaksanakan. Menentukan dengan jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban negara, aparat negara dan warga negara.
59 60

Kaelan, Op.Cit,Hlm.180. Ibid,.

27

UUD 1945 adalah hukum dasar yang menjadi sumber dasar dari seluruh peraturan Perundang-undangan NKRI. Undang-Undang Dasar 1945 memiliki dan memberikan landasan struktural yang kokoh yang menjamin stabilitas pemerintahan seperti digambarkan dalam sistem dan mekanisme pemerintahan dalam pasalpasal Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 memang hanya singkat dan tidak memuat ketentuan-ketentuan yang terperinci. Justru karena hanya singkat dan terdiri dari pokok-pokok itulah terletak kehikmatan, keluwesan dan ketahanan Undang-Undang Dasar 1945. Hukum dasar bersifat singkat, padat, utuh, dan luwes : sistem Presidensial dengan mekanisme kepemimpinan nasionalnya yang mantap, memberikan kepastian akan suatu pemerintahan yang stabil, berwibawa dan kompeten yang merupakan syarat bagi kelancaran tercapainya tujuan-tujuan nasional. Bagi kita yang ingin mengetahui, ingin mengerti dan menghayati UndangUndang Dasar 1945 agar dapat melaksanakannya sebaik-baiknya, sangat perlu untuk selalu mengingat dan meresapi pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai pasal-pasal dalam wujud norma-norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan meresapi pokok-pokok pikiran tersebut, maka dalam menjalankan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, diharapkan akan dapat memberikan tanggapan yang tepat atas masalah-masalah yang dihadapi sejalan dengan dinamika perkembangan keadaan tanpa meninggalkan keaslian semangat yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 itu sendiri. Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar. UUD 1945 hanya sebagian dari hukum dasar yaitu hukum 28

dasar tertulis. Selain itu ada hukum dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu menurut Penjelasan UUD 1945 merupakan aturan-aturan dasar yang jelas timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Aturan-aturan semacam itu disebut konvensi. Apabila dikaji dengan seksama Penjelasan tentang UUD Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesetaraan posisi kedua hukum dasar itu, yaitu Hukum Dasar Tertulis (UUD) dan Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi), meskipun dipahami aturan-aturan dasar yang terdapat dalam konvensi tidak boleh bertentangan dengan aturan-aturan yang terdapat di dalam UUD 1945. Hukum adat adalah aturan tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat adat suatu daerah dan akan tetap hidup selama masyarakatnya masih memenuhi hukum adat yang telah diwariskan kepada mereka dari para nenek moyang sebelum mereka. Oleh karena itu, keberadaan hukum adat dan kedudukannya dalam tata hukum nasional tidak dapat dipungkiri walaupun hukum adat tidak tertulis dan berdasarkan asas legalitas adalah hukum yang tidak sah. Hukum adat akan selalu ada dan hidup di dalam masyarakat. Kondisi apapun yang terjadi pada saat ini, dalam proses penegakan hukum di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari rangkaian peristiwa serta kondisi objektif masa lalu sebagai latar belakang.

B. SARAN

29

Undang-Undang Dasar negara manapun tidak dapat dimengerti jika hanya membaca teksnya saja. Untuk memahami dengan sungguh-sungguh maksud dari suatu Undang-Undang Dasar ,harus mempelajari juga bagaimana terjadinya teks itu, harus diketahui keterangan-keterangannya dan juga harus diketahui suasana waktu teks itu dibuat. Sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa Indonesia kita patut memahami dan melaksanakan kewajiban dan hak yang termuat dalam UUD 1945. Sebagai warga negara Indonesia merupakan kewajiban kita untuk menjamin kelestarian Undang-Undang Dasar 1945, bukan saja sebagai himpunan serangkaian nilai-nilai luhur, tetapi juga sebagai pegangan hidup yang akan tetap relevan dalam rangka menghadapi dan menanggulangi tantangan-tantangan masa depan. Untuk itu perlu dilaksnakan pewarisan nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 kepada generasi ke generasi. Maka dari itu semangat dan tekad para pemimpin dan penyelenggara pemerintah serta rakyat Indonesia secara keseluruhan dalam melestarikan dan menerapkan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan perjuangan kita mewujudkan cita-cita Proklamasi.

DAFTAR PUSTAKA
Darji Darmodiharjo,Shidarta,Penjabaran dalam Sistem Hukum Persada,Jakarta,1996. Aswarni Adam, Zulfikri,Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Hukum Nilai-nilai Pancasila

Indonesia.PT

RajaGrafindo

Indonesia,Alfa Riau,Pekanbaru,2006. Aswarni Adam,Pengantar Tata Hukum Indonesia Jilid

1,Pekanbaru,1981. Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, Armico,Bandung,1987. 30

Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia,Sinar Grafika,Jakarta,2004. Asri Muhammad Saleh,Kompilasi Orasi Guru Besar Hukum Tata Negara,Bina Mandiri Press,Pekanbaru,2005. Kaelan,Pendidikan Pancasila,Paradigma,Yogyakarta,2003. Team Pembinaan Penatar Tata Dan Bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia,Bahan Penataran.Cet.3.Jakarta,1986. C.S.T.Kansil,Hukum Indah.Jakarta.1984. Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,2005 Purnadi Purbacaraka,Soerjono Soekanto, Aneka Cara Pembedaan Hukum,Alumni,Bandung,1980. Nimatul Huda,Hukum Tata Negara Indonesia,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,2005. Sudikno Mertokusumo,Mengenal Pemerintahan Indonesia.Ghalia

Hukum,Liberty,Yogyakarta.2002.Hlm.99. http://id.shvoong.com http://id.wikipedia.org /Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. www.geofact.co.cc/undang-undang dasar 1945 sebagai hukum.

31

32

Anda mungkin juga menyukai