OLEH :
JONATHAN HANS S.
H13114320
MUKRIMAH RAMDAYANI
H13114322
HASNIAR
H13114324
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan karunia-Nya yang tiada ternilai kepada kelompok kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah kelompok ini. Penulisan makalah
kelompok ini yang berjudul Konstitusi adalah upaya pembelajaran mengenai
sistem Konstitusi yang berlaku di Indonesia.
Banyak rintangan dan hambatan yang kelompok kami hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak ,
baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, Alhamdulillah kelompok
kami dapat menyelesaikannya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa, semoga Tuhan
membalas amal baik yang telah dilakukan umat-Nya.
Penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara
yang mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara. Konstitusi biasa
disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD). Keberadaan konstitusi di suatu
negara diharapkan dapat melahirkan sebuah negara yang demokratis. Namun hal
itu tidak akan terwujud apabila terjadi penyelewengan atas konstitusi oleh
penguasa yang otoriter.
B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang unsur-unsur dalam konstitusi
meliputi:
1. Pengertian Konstitusi
2. Tujuan, Fungsi Dan Ruang Lingkup Konstitusi
3. Klasifikasi Konstitusi
4. Sejarah Perkembangan Konstitusi
5. Sejarah Kelahiran Dan Perkembangan Konstitusi Di Indonesia
6. Perubahan Dan Macam-Macam Perubahan Konstitusi
7. Perubahan Konstitusi Di Indonesia
8. Lembaga Kenegaraan Pasca Amandemen UUD 45
9. Tata Urutan Perundang-Undangan Indonesia
10. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis Constitueryang berarti membentuk.
Maksud dari istilah tersebut adalah pembentukan, penyusunan atau pernyataan
akan suatu negara. Dalam bahasa Latin, konstitusi merupakan gabungan dua
kata Cume berarti bersama dengan . dan Statuere berarti: membuat
sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu. Sedangkan UndangUndang Dasar merupakan terjemahan dari istilah Belanda Grondwet. Grond
berarti tanah atau dasar, dan Wet berarti Undang-Undang.
Menurut istilah, konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cart-cara bagaimana
suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
1. Sosiologis dan politis. Secara sosiologis dan politis, konstitusi adalah sintesa
faktor-faktor kekuatan yang nyata dalam masyarakat.
2. Yuridis. Secara yuridis konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua
bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan
dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti
menetapkan secara bersama.
Konstitusi mempunyai arti luas daripada uud. Konstitusi tidak hanya bersifat
yuridis tettapi juga sosiologis dan politis
Menurut K. C. Wheare
3. Klasifikasi Konstitusi
K. C. Weare mengklasifikasikan konstitusi menjadi 5, yaitu:
a. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk dokumen yang memiliki
kesakralan khusus dalam proses perumusannya. Sedangkan konstitusi tidak
tertulis adalah konstitusi yang lebih berkembang atas dasar adat-istiadat dari pada
hukum tertulis.
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi kaku
Konstitusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa adanya prosedur khusus
disebut dengan konstitusi fleksibel. Sebaliknya, konstitusi yang mempersyaratkan
prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya adalah konstitusi kaku.
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi tidak derajat tinggi
Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam negara. Sedangkan konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi.
d. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
Bentuk ini berkaitan dengan bentuk negara; jika negara itu serikat, maka akan
didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan
pemerintah negara bagian
e. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan
parlementer
2.
3.
Agar kekuasaan Negara serikat dan kekuasaan Negara bagian tidak diubah
semata-mata oleh perbuatan masing-masing pihak secara tersendiri.
4.
dua
system
yang
berkembang
bila
suatu
konstitusi
Kekuatan
tertentu
dapat
melahirkan
perubahan
keadaan
tanpa
Cara ini terjadi dan berlaku dalam system dua kamar. Untuk
mengubah konstitusi, kedua kamar harus mengadakan sidang gabungan.
Sidang inilah yang berwenang mengubah konstitusi sesuai dengan syarat
cara kesatu.
Apabila ada kehehendak untuk mengubah konstitusi maka lembaga Negara yang
berwenang m,engajukan usul perubahan kepada rakyat melalui referendum.
Dalam referendum ini rakyat menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima
atau menolak usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan
diterima atau ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi
1.
2.
Cara ini dapat dijalankan pada Negara kesatuan dan Negara serikat. Bila terdapat
kehendak untuk mengubah UUD maka sesuai ketentuan yang berlaku dibentuklah
suatu
lembaga
khusus
yang
tugas
serta
wewenangnya
hanya
melalui referendum. Dua cara yang lain dilakukan pada Negara federal. Meski
tidak universal dan konvensi istimewa umumnya hanya bersifat permisif (dapat
dipakai siapa saja dan dimana saja). Berdasarkan hasil penelitian terhadap
beberapa konstitusi dari berbagai Negara dapat dikemukaka hal-hal yang diatur
dalam
konstitusi mengenai perubahan konstitusi, yaitu :
1.
2.
Syarat penerimaan atau penolakan usul tersebut menjadi agenda resmi bagi
lembaga pengubah konstitusi.
3.
4.
5.
6.
hal-hal yang hanya boleh diubah melalui putusan referendum atau klausula
khusus.
7.
2.
3.
Usage and convention, Berangkat dari aturan dasar yang tidak tertulis.
Dalam ketatanegaraan Indonesia, legislatif terdiri dari tiga lembaga, yakni DPR,
DPD dan MPR. DPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan
republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang. Diantara tugas DPR adalah membentuk
Undang-Undang yang dibahas oleh presiden untuk mendapat persetujuan
bersama, membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang dan lain sebagainya.
Sedangkan DPD merupakan lembaga baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan wakil-wakil daerah propinsi.
2. Lembaga Eksekutif
Lembaga eksekutif di Indonesia dilakukan oleh presiden yang dibantu oleh wakil
presiden dalam menjalankan kewajiban negara. Dalam hal ini, presiden sebagai
simbol resmi negara dan juga sebagai kepala pemerintahan, yang di dalamnya
presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan
eksekutif untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
3. Lembaga Yudikatif
Cabang kekuasaan yudikatif berpuncak pada kekuasaan kehakiman yang terdiri
dari Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Perda (Peraturan Daerah)
Kemudian hierarki perundang-undangan tersebut diganti dengan hierarki
perundang-undangan baru yang diatur dalam Pasal 7, yaitu :
1. UUD 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Perda, meliputi: Perda Provinsi, Perda Kabupaten/Kota, Peraturan Desa.
Sistem Pemerintahan Sendiri.
Setelah MPR mengesahkan amandemen ketiga dan keempat UUD 1945,
system pemerintahan negara Indonesia berubah menjadi sistem presidensial.
Perubahan tersebut ditetapkan dengan Pasal 1 ayat (2) UUD baru. MPR tidak lagi
merupakan perwujudan dari rakyat dan bukan locus of power, lembaga pemegang
kedaulatan negara tertinggi. Pasal 6A ayat (1) menetapkan Presiden dan Wakil
Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Dua pasal
tersebut menunjukkan karakteristik sistem presidensial yang jelas berbeda dengan
staats fundamental norm yang tercantum dalam Pembukaan dan diuraikan lebih
lanjut dalam Penjelasan UUD 1945. Sistem presidensial tidak mengenal adanya
lembaga pemegang supremasitertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation
Suny
menyebutnya
Sistem
Quasi-presidensial,
Padmo
Wahono
dan
parlementer
disebut
sistem
semi-presidensial.
Sistim
Presiden adalah eksekutif tunggal yang memegang jabatan selama lima tahun dan
dapat diperpanjang kembali, serta para menteri adalah pembantu yang diangkat
dan bertanggungjawab kepada Presiden, adalah ciri dari sistem presidensial.
Sistem pemerintahan khas Indonesia juga mengandung karakteristik sistem
parlementer, diantaranya MPR ditetapkan sebagai locus of power yang memegang
supremasi kedaulatan negara tertinggi, seperti halnya Parlemen dalam sistem
parlementer. Kedaulatan negara ada pada rakyat dan dipegang oleh MPR sebagai
perwujudan seluruh rakyat.
Pada masa-masa awal negara Indonesia, para perancang memandang
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung masih belum dapat
dilakukan mengingat tingkat pendidikan masih rendah serta infrastruktur
pemerintahan belum tersedia. Karena itu ditetapkan Presiden dan Wakil Presiden
dipilih secara tidak langsung oleh lembaga perwujudan seluruh rakyat yaitu MPR
Presiden yang menjalankan kekuasaan eksekutif adalah mandataris MPR,
sedangkan DPR adalah unsur dari MPR yang menjalankan kekuasaan legislative
(legislative councils). Presiden tidak dapat menjatuhkan DPR, sebaliknya DPR
tidak dapat menjatuhkan Presiden. Bersama-sama Presiden dan DPR menyusun
undang-undang.
Pada notulen rapat tanggal 11-15 Juli BPUPKI dan rapat PPKI tanggal 18
Agustus 1945 dapat kita ikuti perkembangan pemikiran tentang kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan oleh Majelis Permusyawartan Rakyat sebagai penjelmaaan dari
seluruh rakyat Indonesia yang memiliki konfigurasi social, ekonomi dan geografis
yang amat kompleks. Karena itu MPR harus mencakup wakil-wakil rakyat yang
dipilih, DPR, wakil-wakil daerah, serta utusan-utusan golongan dalam
masyarakat. Dengan kata lain, MPR harus merupakan wadah multi-unsur, bukan
lembga bi-kameral.
10. Sistem Ketatanegaraan Indonesia
lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Konstitusi (constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan
unwritten
constitution)
Constitution).
Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution).
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahjo. Hendra. Ilmu Negara, cet. 1, Jakarta : PT. RajaGraindo Persada, 2005
Kusnardi. Moh, Ibrohim, Harmaily. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
cet.7, Jakarta : CV. Sinar Bakti, 1988
Thaib. Dahlan dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta : Grafindo, 1999
Wheare, KC. Modern Constitutions, Jakarta : Alumni, 1975
Soemantri, Sri. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung : Penerbit
Alumni,1987
Manan, Bagir, Teori dan Politik Konstitusi, Yogyakarta : FH UII PRESS, 2003
Wheare, KC, Modern Constitution, Oxford Univ : Press, 1971,
Strong. CF, Konstitusi konstitusi Politik modern Kajian tentang sejarah dan
BentukBentuk KonstitusiDunia,Bandung : Nusamedia, 2004
Badan Eksekutif Mahasiswa 2004-2005 Campus in Compact,Hukum Tata Negara