Dalam kaitan dengan berlakunya UUD 1945 pada dua kurun Waktu
di atas, muncul pertanyaan; apakah rumusan UUD 1945 yang terdapat
dalam Dekrit Presiden itu sama dengan UUD I945 yang berlaku sekarang
(yaitu UUD 1945 yang dipergunakan sebagai bahan penataran P4)? Apakah
UUD 1945 yang berlaku sekarang ini sama dengan yang tercantum dafam
Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7? Untuk memperjelas tentang hal
ini, paling tidak dibandingkan proses terjadinya dari dua masa
pemberlakuan UUD 1945 itu dan sedikit melihat dari sisi materinya, adakah
perbedaan yang prinsipil?
Kembali pada pokok bahasan ini, ada dua pertanyaan yang relevan
sekali untuk diketengahkan, dan kedua-duanya merupakan satu keterkaitan
yang erat, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Masih dalam hari yang sarna, tanggal 31 Mei 1945 Yamin kembali
melantur berbicara masalah daerah negara. Menurutnya, daerah Indonesia
terdiri dari daerah daratan dan daerah lautan yang meliputi tumpah darah
nusantara (Indonesia) yang meliputi delapan daerah: 1. Seluruh Jawa, 2.
Seluruh Pulau Sumatra, 3. Seluruh Pulau Kalimantan, 4. Seluruh
Semenanjung Melayu (Malaka), 5. Di sebelah Timur Jawa, seluruh Nusa
Tenggara, 6. Seluruh Sulawesi, 7. Seluruh Maluku, dan 8. Seluruh Papua
(Irian Barat). Rupanya beliau itu mengambil testamen Gajah Mada dalam
syair daerah tumpah darah nusantara menurut Negarakertagama.
“... Menurut anggapan saya yang diminta oleh paduka tuan Ketua
yang mulia ialah, dalam Bahasa Belanda Philosofisce grondslag
itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung
Indonesia merdeka yang kekal dan abadi...”
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berbudaya
Pada masa-masa sidang di atas ada dua agenda sidang yang dibahas
yaitu masalah bentuk negara dan wilayah negara. Mengawali sidangnya
pada hari tersebut, Radjiman meminta kepada seluruh anggota untuk
menyiapkan konsep usulan, kecuali mereka-mereka yang tergabung dalam
panitia kecil, sebab mereka mempunyai tugas sendiri.
Setelah beberapa usulan itu dikoreksi oleh panitia kecil, temyata ada
40 usulan yang melingkupi 32 soal. Dari 32 soal itu dapat dikelompokkan
ke dalam 9 golongan, yaitu: 1. golongan yang meminta Indonesia merdeka
selekas-lekasnya, 2. mengenai dasar, 3. soal uninfikasi atau federasi, 4.
mengenai bentuk negara dan kepala negara, 5. mengenai warga negara, 6.
Mengenai daerah, 7. soal negara dan agama, 8. mengenai pembelaan, dan 9.
mengenai soal keuangan; Semua persoalan yang diusulkan oleh peserta
sidang di atas, sekarang sudah tercermin dalam pasal-pasal pada Batang
Tubuh UUD 1945.
Satu hal lagi yang menarik dari persidangan ini, bahwa panitia kecil
yang terdiri dari 9 orang (terdiri dari: Soekarno, Moh. Hatta, A.A. Maramis;
Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, Haji Agus Salim,
Achmad Soebarjo, Abdul Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin) yang
dibentuk sehari setelah sidang pertama berakhir, berhasil mencapai modus
atau persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan yang
ditandatangani pada tanggal 22 Juni 1945 lalu. Modus tersebut dalam sidang
BPUPKI kali ini disampaikan kembali sebagai Mukadimah atau rancangan
pembukaan hukum dasar dan mendapat tanggapan positif.
Mencermati cita-cita yang ingin dicapai oleh para tokoh bangsa atau
para penyusun UUD 1945, masih relevan untuk diperjuangkan kini dan akan
datang. Sehingga tekad untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen harus terus diperjuangkan.
Era sekarang tidaklah sama dengan tahun 1945, maka dari itu
perjuangan mewujudkan cita-cita UUD 1945 serta pelaksanaannya secara
murni dan konsekuen, bagi pemerintah khususnya harus mampu
menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemajuan teknologi di satu pihak,
dan di pihak lain tetap mempertahankan UUD 1945 .sebagaimana aslinya.