Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN STUDI KASUS

Oleh:
Prof. Wahyudin
Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
PENELITIAN STUDI KASUS
(Case Study Research)
Penelitian pada umumnya meminta para peneliti untuk
menentukan:

1. Apa yang ingin kita teliti (pertanyaan penelitian)


2. Bagaimana kita ingin menelitinya (rancangan penelitian)
3. Siapa yang hendak kita teliti (kasus, kasus-kasus, atau
sampel)
4. Bagaimana sebaiknya memperoleh informasi (teknik-teknik
pengumpulan data)
5. Bagaimana sebaiknya menganalisis atau menginterpretasi
informasi yang kita dapatkan (analisis data)
6. Bagaimana dan dengan siapa berbagi temuan (proses
diseminasi)
7. Bagaimana mengukuhkan temuan-temuan (proses verifikasi)
BEBERAPA KERANGKA PENGELOLA PENELITIAN

• Berdasarkan generalisasi temuan penelitian: deskriptif dan


inferensial.
• Berdasarkan tingkat eksperimentasi penelitian: eksperimental,
kuasi-eksperimental, non eksperimental.
• Penelitian dasar (berbasis teori) dan terapan (berbasis
masalah).
• Penelitian kuantitatif dan kualitatif.
PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
• Peneliti kuantitatif menggunakan bilangan, biasanya berupa statistik-
statistik, untuk menjelaskan fenomena. peneliti kualitatif menggunakan
kata-kata untuk mendeskripsikan kecenderungan atau pola-pola dalam
latar penelitian.
• Jika waktu dan sumber daya terbatas, maka penelitian kuantitatif
tampak lebih sesuai.
• Penelitian kuantitatif biasanya mengidentifikasi dan menyelidiki
pengaruh dari hanya sedikit variabel; penelitian kualitatif
mengeksplorasi sekumpulan besar faktor yang mungkin mempengaruhi
suatu situasi.
• Penelitian kualitatif berupaya memahami situasi yang diteliti terutama
dari perspektif partisipan, bukan peneliti.
• Peneliti kualitatif, harus mencurahkan banyak sekali waktu dalam
lingkungan yang diteliti. Peneliti kuantitatif seringkali berupaya untuk
tetap buta terhadap kondisi-kondisi eksperimental dari penelitian,
untuk mempertahankan objektivitas dan untuk menghindarkan
pengaruh terhadap variabel-variabel yang sedang diteliti.
Lima jenis penelitian kualitatif utama (Creswell, 1998):
1. Studi fenomenologi menggali makna dari pengalaman-
pengalaman hidup yang dijalani sejumlah orang di sekitar isu
atau fenomena tertentu
2. Studi etnografi menyelidiki kelompok-kelompok kultural
atau sosial yang utuh untuk menemukan dan
mendeskripsikan keyakinan, nilai, dan sikap yang menata
perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok itu.
3. Penelitian kualitatif ‘grounded theory’ menciptakan sebuah
teori yang menjelaskan beberapa tindakan, interaksi, atau
proses. Hasilnya adalah sebuah teori substantif yang
“tertanamkan” dalam data penelitiannya.
4. Studi biografi menggali individu tunggal dan pengalaman-
pengalamannya.
5. Studi kasus adalah analisis dan deskripsi intensif tentang unit
atau sistem tunggal yang terbatasi oleh ruang dan waktu.
APAKAH STUDI KASUS?
• Studi kasus berarti melakukan suatu penelitian empirik terhadap
suatu fenomena terkini di dalam konteks alaminya dengan
menggunakan banyak sumber evidensi (Yin, 2003).
• Topik-topik penelitian studi kasus sangat beraneka ragam.
Misalnya, studi kasus tentang program, peristiwa, orang, proses,
lembaga, kelompok sosial, dan fenomena terkini lain yang telah
selesai.
• Kadang-kadang orang menggunakan istilah studi kasus sebagai
kategori yang mencakup segala untuk penelitian yang bukan
merupakan survei, studi observasi, atau eksperimen dan tidak
bersifat statistik (Merriam, 2001).
• Para peneliti dari banyak disiplin ilmu dan banyak paradigma
(kualitatif dan kuantitatif) menyebut garapan mereka studi kasus
dan umumnya sepakat tentang sejumlah karakteristik penting yang
mendefinisikan penelitian studi kasus (Hatch, 2002, hlm. 30).
CIRI-CIRI STUDI KASUS (Hatch, 2002):

1. Meski penelitian studi kasus kadang-kadang berfokus pada


satu individu yang mewakili suatu kelompok, namun
penelitian studi kasus lebih sering mengangkat suatu
fenomena (misalnya, suatu peristiwa, situasi, program, atau
kegiatan yang tertentu).
2. Fenomena yang diteliti itu dipelajari dalam konteks
alaminya, terbatasi oleh ruang dan waktu.
3. Studi kasus sangat bersifat deskriptif, karena ia dilandaskan
pada sumber informasi yang dalam dan beraneka ragam.
4. penelitian studi kasus umumnya lebih bersifat
mengeksplorasi daripada mengukuhkan; artinya, peneliti
studi kasus biasanya berupaya utuk mengidentifikasi tema-
tema atau kategori-kategori perilaku dan peristiwa,
bukannya membuktikan hubungan atau menguji hipotesis.
CIRI-CIRI STUDI KASUS (Lanjutan):

5. Karena penelitian studi kasus melibatkan kegiatan


mengumpulkan dan menganalisis informasi dari banyak
sumber, misalnya wawancara, observasi, dan dokumen,
maka penelitian studi kasus cenderung menuntut peneliti
untuk mencurahkan lebih banyak waktu di lingkungan yang
sedang diteliti daripada dalam penelitian jenis lainnya.
6. Seperti halnya kebanyakan penelitian, melakukan studi
kasus memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
mengeksplorasi pertanyaan tambahan dengan cara meneliti
suatu topik secara terperinci.
BAGAIMANA MELAKUKAN STUDI KASUS
(Hancock & Algozine, 2006):

1) Peletakan awal (Setting the Stage)


2) Menentukan apa yang kita ketahui
3) Memilih rancangan
4) Mengumpulkan informasi dari wawancara
5) Mengumpulkan informasi dari observasi
6) Mungumpulkan informasi dari dokumen
7) Merangkum dan menginterpretasi informasi
8) Melaporkan temuan
9) Mengkonfirmasi temuan-temuan studi kasus
Peletakan Awal (Setting the Stage)

Penelitian studi kasus berupaya untuk mengidentifikasi suatu


topik yang memungkinkan analisis secara mendalam dalam
konteks alaminya dengan menggunakan banyak sumber
informasi.
Setelah kita memutuskannya, maka kita harus menentukan apa
yang diketahui dan tidak diketahui tentang topik itu untuk
membuat pertanyaan penelitian yang penting.
Topik-topik dari sebuah penelitian studi kasus sangat beraneka
ragam, seperti halnya topik-topik dalam sebarang jenis
penelitian lainnya.
Menentukan Apa Yang Diketahui

Setelah Anda melihat apa yang akan diteliti dalam penelitian studi
kasus, maka Anda harus menentukan apa yang telah diketahui dan
tidak diketahui tentang topik itu dengan mereviu apa yang telah
ditulis tentangnya.

Tujuan dari tinjauan literatur itu adalah untuk:


• membangun landasan konseptual bagi studi
• menentukan dan mengukuhkan nilai penting dari pertanyaan
penelitian
• mengidentifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan dari model
dan rancangan yang telah digunakan oleh orang lain untuk
menelitinya
• mengidentifikasi gaya dan bentuk yang digunakan oleh para pakar
untuk memperluas basis pengetahuan di sekitar pertanyaan Anda.
Memilih Rancangan

• Rancangan penelitian studi kasus dapat didasarkan pada


fungsi, karakteristik, atau perspektif keilmuannya.
• Pilihan rancangan penelitian seseorang ditentukan oleh
seberapa baik rancangan itu untuk memungkinkan
penyelidikan penuh terhadap pertanyaan penelitian tertentu.
• Merriam (2001) menyebutkan bahwa penelitian studi kasus
dapat dibangun pada orientasi etnografik, historik, psikologis,
atau sosiologis.
• Rancangan studi kasus dapat digolongkan juga sebagai bersifat
intrinsik, instrumental, atau kolektif (Stake, 1995).
• Jenis-jenis rancangan penelitian studi kasus antara lain
exploratory, explanatory, dan deskriptif (Yin, 2003).
Mengumpulkan Informasi dari Wawancara

• Setelah mengidentifikasi suatu orientasi keilmuan dan


rancangan penelitian, maka peneliti mengumpulkan informasi
yang akan menerangi pertanyaan penelitian fundamental yang
telah dipilihnya.
• Wawancara adalah bentuk pengumpulan data yang paling
lazim dalam penelitian studi kasus.
• Wawancara perorangan atau kelompok memungkinkan
peneliti untuk memperoleh informasi yang kaya dan
cenderung personal (Mason, 2002).
• Wawancara bisa bersifat terstruktur, semiterstruktur, atau
tidak terstruktur. Wawancara semiterstruktur khususnya cocok
untuk penelitian studi kasus.
Mengumpulkan Informasi dari Observasi

• Sumber informasi lainnya yang seringkali digunakan dalam


penelitian studi kasus adalah observasi latar penelitian oleh
peneliti.
• Tidak seperti wawancara, yang bersandar pada persepsi dan
ingatan orang yang kadang berbias tentang peristiwa-
peristiwa, observasi latar penelitian oleh peneliti studi kasus
dapat memberikan informasi yang lebih objektif terkait topik
penelitian.
• Namun demikian, menyelenggarakan observasi yang
bermakna memerlukan keterampilan dan ketekunan.
Peneliti hendaknya mempertimbangkan lima faktor saat
melakukan observasi dalam penelitian studi kasus:
• Peneliti mengidentifikasi apa yang harus diamati supaya dapat
memberikan petunjuk menuju jawaban yang mungkin bagi
pertanyaan penelitian.
• Peneliti studi kasus perlu membuat pedoman observasi.
Ini seringkali meliputi waktu/tanggal/lokasi observasi,
nama/jabatan dari orang yang diamati, kegiatan dan peristiwa
tertentu yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, serta
kesan dan interpretasi awal atas kegiatan dan peristiwa itu.
• Peneliti studi kasus harus memperoleh akses ke latar penelitian.
• Peneliti harus menyadari peran dan bias personalnya terkait
dengan penelitian itu.
• Peneliti studi kasus harus mengikuti berbagai persyaratan etis
dan legal yang berkaitan dengan partisipan penelitian.
Mengumpulkan Informasi dari Dokumen

• Selain menggunakan wawancara dan observasi, para peneliti


studi kasus juga sering mereviu dokumen-dokumen yang ada
atau menciptakan dan mengelola dokumen-dokumen baru
yang dapat menjadi sumber untuk mengumpulkan informasi
terkait pertanyaan penelitian.
• Dokumen memiliki beraneka ragam bentuk dan seringkali
berbeda-beda dalam kegunaannya.
• Saat berencana menggunakan dokumen-dokumen, peneliti
bertanya: Siapa memiliki informasi itu? Bagian apa darinya
diperlukan? Di mana dokumen itu berada? Kapan dokumen itu
disiapkan? Bagaimana dokumen itu akan dikumpulkan?
• Hasil dari analisis dokumen seringkali dirangkumkan dalam
bentuk naratif atau dipadukan ke dalam tabel-tabel yang
mengilustrasikan kecenderungan dan hasil signifikan lainnya.
Merangkum dan Menginterpretasi Informasi

• Pada penelitian studi kasus, proses pemaknaan informasi yang


dikumpulkan dari banyak sumber adalah suatu proses rekursif
di mana peneliti berinteraksi dengan informasi itu di
sepanjang proses penyelidikan.
• Tidak seperti beberapa bentuk penelitian yang mengkaji data
hanya di akhir periode pengumpulan informasi, penelitian
studi kasus melibatkan proses kajian dan interpretasi
berkelanjutan terhadap data untuk dapat mencapai konklusi
tentatif atau memperbaiki pertanyaan penelitian.
• Peneliti studi kasus mematuhi sejumlah pedoman saat dia
secara simultan merangkum dan menginterpretasi informasi
yang dikumpulkan saat melakukan penelitian studi kasus.
Beberapa pedoman untuk menginterpretasi informasi yang
dikumpulkan saat melakukan penelitian studi kasus:
• Perbaikan berkelanjutan terhadap pertanyaan penelitian yang
fundamental dari studi berdasarkan data yang diperoleh pada
awal-awal penyelidikan.
• Fokus konstan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
sedang diselidiki.
• Pengumpulan dan interpretasi hanya terhadap data yang
berpotensi untuk bermakna bagi upaya penelitian.
• Pengembangan metode untuk pelabelan, penyimpanan, dan
pemerolehan akses ke informasi yang diperoleh selama upaya
penelitian.
• Penggunaan semua sumber daya yang tersedia yang dapat
membantu dalam pengumpulan dan interpretasi informasi.
Melaporkan temuan penelitian

Tidak ada format yang diterima secara universal untuk menulis


laporan penelitian studi kasus. Tetapi, berikut ini beberapa
komponen yang biasa ditemukan dalam sebagian besar laporan
penelitian studi kasus:
• Laporan penelitian studi kasus hendaknya menyampaikan
peristiwa, situasi, program, atau aktifitas yang sedang diteliti,
dan bagaimana upaya penelitian yang telah dilakukan itu
terbatasi oleh ruang dan waktu.
• Peneliti harus menjelaskan bagaimana hubungan dirinya
dengan pihak yang diteliti dan sebarang bias personal yang
mungkin terbawa ke latar penelitiannya.
Melaporkan temuan penelitian (Lanjutan)
• Laporan penelitian hendaknya mencerminkan literatur yang
berkaitan dengan topik yang dikaji dan bagaimana literatur itu
memberikan masukan informasi bagi pertanyaan penelitian.
• Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah orientasi keilmuan
dan rancangan penelitian dari studi itu dan bagaimana orientasi dan
rancangan itu mempengaruhi strategi pengumpulan informasi yang
digunakan dalam studi.
• Rincian terkait semua strategi pengumpulan informasi, termasuk
wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen hendaknya dijelaskan.
• Laporan ini sebaiknya bersifat sangat deskriptif dan meliputi
pernyataan para partisipan kunci yang mengukuhkan temuan-
temuan yang signifikan.
• Strategi-strategi yang digunakan untuk menginterpretasi,
melaporkan, dan mengkonfirmasi temuan-temuan studi kasus itu
haruslah dituliskan.
Mengkonfirmasi Temuan Studi Kasus

Setelah semua informasi dikumpulkan, disintesis, dan dilaporkan,


maka peneliti studi kasus harus mengkonfirmasi temuan-temuan
studinya sebelum menyebarluaskan laporan akhir. Ada beberapa
strategi untuk mengkonfirmasi temuan-temuan:
• Membicarakan hasil-hasil itu dengan mereka yang dikaji dalam studi.
• Tinjauan laporan oleh sesama peneliti studi kasus yang tidak asing
lagi dengan berbagai tujuan dan prosedur penelitian studi kasus.
• Meminta para pakar dalam topik yang diteliti untuk mengamati
laporan akhir.
• Penuturan peneliti tentang bias-bias personal yang mungkin terbawa
olehnya ke situasi penelitian dan bagaimana dia berupaya untuk
menanggulangi berbagai potensi pengaruh dari bias-bias itu.
• Menunjukkan bagaimana temuan-temuan itu didasarkan pada
informasi yang diperoleh dari banyak sumber, kadang-kadang
disebut triangulasi.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai