Anda di halaman 1dari 12

TUGAS (UAS)

METOPEN

Dosen Pengampu : Dr. Suhairi, MH

Oleh:

DARMA PRANATA
NPM. 18004830

Magister Ekonomi Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

1440 H/2018 M
TUGAS (UAS)

METOPEN

SOAL :

1. Jelaskan karateristik penelitian kualitatif dan kuantitatif!

JAWAB :

Dalam Penelitian kualitatif dan kuantitatif terdapat karaterisitik masing-masing yang


menentukan seorang peneliti ingin menggunakan metode yang seperti apa, berikut ini adalah
beberapa karateristik penelitian kualitatif dan kuantitatif:

A. karateristik penelitian kualitatif dan kuantitatif


karateristik penelitian kualitatif
1. Menjawab masalah khusus yang diangkat dari konteks penelitian.
2. Masalah khusus dalam penelitian disebut fokus.
3. Fokus yang diteliti lebih mengarah pada proses daripada hasil.
4. Meneliti fokus yang sifatnya unik.
5. Menggunakan latar penelitian yang alamiah.
6. Manusia (peneliti) sebagai alat atau instrumen kunci dalam pengumpulan data.
7. Rancangan penelitian bersifat sementara.
8. Tidak mengajukan hipotesis sebelumnya.
9. Tidak menggunakan konsep sampel.
10. Pemberi informasi disebut informan.
11. Pengamatan, wawancara, dan analisa dokumen sebagai teknik utama dalam
pengumpulan data.
12. Data bersifat kualitatif.
13. Analisis data secara induktif.
14. Kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas, dan konfirmabilitas dalam melihat
keabsahan data.
15. Analisis data dan pelaporannya bersifat deskriptif
16. Teori dari dasar (grounded theory).
B. karateristik penelitian kuantitatif
1. Menggunakan pola pikir deduktif, yang berusaha memahami suatu fenomena
dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan
fenomena yang bersifat khusus.
2. Logika yang dipakai adalaha logika positivistik dan menghindari hal-hal yang
berdifat subjektif.
3. Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
4. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nomotetik yaitu
ilmu yang berupaya membuat hukum-hukum dari generalisasinya.
5. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dipakai sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
6. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang
objektif dan baku.
7. Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti
dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
8. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
9. Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan
situasi.

SOAL :

2. Jelaskan penelitian etrografi dan studi kasus dalam pengertian kualitatif!

A. Penelitian etrografi
Penelitian etnografi adalah jenis penelitian kualitatif yang menggambarkan,
menganalisis dan menginterpretasi budaya, perilaku, keyakinan, bahasa serta hubungan
aspek-aspek tersebut berdasarkan perspektif orang yang menjalani langsung kehidupan
tersebut.

B. Studi kasus dalam pengertian kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
memahami sebuah fenomena dengan fokus terhadap fenomena yang lebih besar
dibandingkan beberapa variabel kecil dalam fenomena tersebut, tujuan dari penelitian
kualitatif adalah pemahaman tentang suatu fenomena secara menyeluruh dan mendalam.
Terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif, antara lain
1. Basic Interpretative Studies (Penelitian Kualitatif Interpretative Dasar),
2. Case Studies (Studi Kasus)
3. Document or Content Analysis (Penelitian Analisis Dokumen/Isi)
4. Ethnography, Grounded Theory (Teori Dasar)
5. Historical Studies (Penelitian Metode Historis)
6. Narrative Inquiry (Penelitian Naratif)
7. Phenomenological Studies (Penelitian Fenomenologi).

Studi kasus merupakan penelitian yang berfokus pada satu unit, seperti individu
ataupun grup, bahwa studi kasus adalah tipe penelitian etnografi yang befokus pada unit
tunggal, seperti satu individu, satu grup, satu organisasi, atau satu program. Hal ini juga
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Creswell, 2012, p. 465) bahwa studi
kasus adalah jenis terpenting dari penelitian etnografi, meskipun demikan studi kasus
memiliki perbedaan pada beberapa langkahnya dengan etnografi. Penelitian studi kasus
lebih berfokus pada sebuah program, sebuah kegiatan, atau sebuah aktifitas yang
melibatkan individu-individu dibandingkan dengan grup. Meskipun studi kasus berfokus
pada grup, biasanya yang lebih ditekankan adalah untuk menggambarkan aktifitas-
aktifitas dari grup tersebut dibandingkan mengidentifikasi pola perilaku yang ditampilkan
grup tersebut. Penelitian studi kasus juga didefinisikan sebagai penelitian kualitatif yang
berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan
pemahaman mendalam dari suatu individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2014).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian studi kasus adalah
penelitian yang difokuskan pada fenomena yang terjadi pada unit tunggal seperti
individu, grup, atau organisasi untuk menghasilkan data tentang suatu permasalahan
secara mendalam dan menyeluruh.
Studi kasus sesuai digunakan untuk meneliti sebuah program, sebuah organisasi
atau individu secara mendalam selama periode waktu yang spesifik (Schreiber & Asner-
Self, 2011, p. 203). Studi kasus ini sangat berguna jika peneiti hendak melakukan
penelitian tentang situasi yang belum dipahami secara pasti atau tentang situasi yang
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Secara lebih mendalam dijelaskan oleh (Ary
et al., 2010, p. 454) bahwa penelitian studi kasus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
diskriptif tentang apa yang terjadi atau mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu
fenomena dapat terjadi dengan mengamati lebih jauh proses terjadinya fenomena
tersebut. Studi kasus ini bersifat pasti (fokus terhadap suatu fenomena, situasi, atau
kejadian yang pasti), deskriptif (menyediakan hasil tentang suatu fenomena secara rinci
dari awal hingga akhir), dan heuristic (fokus menyediakan pandangan baru). Dari ciri ini
peneliti mempercayai bahwa sesuatu dapat dipelajari dari masalah yang spesifik.
Berkaitan dengan studi kasus, maka perlu mengenal jenis-jenis kasus dalam penelitian.
Secara lebih rinci dijelaskan oleh Ary et al. (2010, p. 454) bahwa kasus yang
dimaksud sering disebut dengan a “bounded system”, sebuah sistem yang tidak berdiri
sendiri. Sebab pada hakikatnya sulit memahami kasus tanpa memperhatikan kasus yang
lain. Ada bagian-bagian lain yang bekerja untuk sistem tersebut secara integratif dan
terpola. Karena tidak berdiri sendiri, maka sebuah kasus hanya dapat dipahami ketika
peneliti juga memahami kasus lain. Jika terdapat beberapa kasus di suatu lembaga atau
organisasi, peneliti studi kasus sebaiknya memilih satu kasus terpilih saja atas dasar
prioritas. Tetapi jika ada lebih dari satu kasus yang sama menariknya dapat dijadikan
penelitian studi multi kasus. Dalam hal ini peneliti harus memiliki kemampuan untuk
menguasai kesemuanya dengan baik untuk selanjutnya membandingkan satu dengan
yang lainnya.
Sebagai salah satu jenis penelitian yang cukup sering digunakan, studi kasus juga
memiliki kelebihan. Salah satu kelebihan dari studi kasus menurut (Ary et al., 2010, p.
455) yaitu dimungkinkannya penyelidikan yang mendalam tentang suatu kasus yang
diteliti, sehingga dalam penelitian ini dapat dihasilkan pemahaman tentang sebuah kasus
secara menyeluruh dengan pengamatan yang menyeluruh pula pada lingkungan
terjadinya kasus tersebut. Tidak hanya kejadian yang baru-baru saja dialami individu
namun studi kasus juga dapat menyelidiki kejadian yang dialami individu di masa
lampau, mengamati lingkungannya, emosi serta pemikirannya.
Terdapat tiga jenis studi kasus,,yaitu :
a. instrinsic case study, dilakukan untuk memahami kasus yang khusus yaitu kasus yang
tidak biasa, unik, atau berbeda dengan yang lainnya. Dalam hal ini kasus tidak
merepresentasikan kasus yang lainnya atau permasalahan lainnya yang lebih luas
untuk diinvestigasi (Ary et al., 2010, p. 455). Pendapat yang sama juga dikemukakan
oleh Creswell (2012, p. 465) bahwa dalam intrinsic case study, kasus dipilih untuk
diteliti karena kasus tersebut tidak biasa dan memiliki kegunaan untuk kasus itu
sendiri. Contohnya yaitu penelitian sekolah yang menggunakan dua bahasa.
b. Tipe selanjutnya adalah instrumental case study, yaitu penelitian yang digunakan jika
peneliti memilih sebuah kasus karena kasus tersebut merepresentasikan beberapa isu
lain yang berada dalam bahasan investigasi kasus tersebut dan para peneliti
mempercayai bahwa kasus ini dapat membantu menyediakan pandangan atau
membantu memberikan pemahaman tentang isu-isu tersebut (Ary et al., 2010, p. 455).
Cresswell (2012, p. 465) memaparkan bahwa fokus dalam penelitian kualitatif bisa
saja merupakan sebuah isu yang spesifik dengan sebuah masalah atau beberapa
masalah yang digunakan untuk mengilustrasikan isu tersebut. Tipe masalah seperti ini
yang merupakan instrumental case study, karena kasus tersebut bertujuan untuk
menjelaskan sebuah isu khusus. Contohnya isu tentang pembelajaran bahasa yang
diteliti di sekolah bilingual.
c. Yang ketiga yaitu multiple or collective case study, yaitu studi kasus yang
menggunakan beberapa kasus yang selanjutnya digunakan untuk memahami dan
menginvestigasi sebuah fenomena, populasi, atau kondisi umum. Para peneliti
mempercayai bahwa sebuah fenomena bukanlah suatu unit tunggal yang istimewa
melainkan beberapa unit yang dapat menyediakan pandangan yang lebih baik (Ary et
al., 2010, p. 456). Cresswel (2012, p. 465) juga menjelaskan bahwa studi kasus
mungkin saja terdiri dari beberapa kasus dimana beberapa kasus tersebut
didiskripsikan dan dibandingkan untuk menyediakan pandangan yang lebih
mendalam tentang sebuah isu. Contohnya seorang peneliti yang menguji beberapa
sekolah untuk mengilustrasikan pendekatan alternatif yang dilakukan oleh siswa
untuk memilih sekolah. Berikut ini gambaran perbedaan ketiga jenis studi kasus
menurut Creswell (2012, p. 466).
SOAL :
3. Jelaskan karateristik teknik pengumpulan data penelitian kualitatif!

JAWAB :

Karateristik Pengumpulan Data

1. Menjawab Masalah Khusus Yang diangkat dari Konteks Penelitian


2. Masalah Khusus Dalam Konteks Penelitian Disebut Fokus
3. Fokus yang diteliti lebih mengarah pada proses daripada hasil
4. Meneliti fokus yang sifatnya unik
5. Menggunakan latar penelitian yang alamiah
6. Peneliti sebagai alat atau instrumen kunci dalam pengumpulan data
7. Rancangan penelitian bersifat sementara
8. Tidak mengajukan hipotesa sebelumnya
9. Pemberi informasi disebut informan
10. Pengamatan, wawancara, dan analisa dokumen sebagai tehnik utama pengumpulan data
11. Analisa data secara induktif
12. Kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas, dan konfirmabilitas dalam melihat keabsahan
data
13. Analisa data dan pelaporanya bersifat deskriptif
14. Teoti dari dasar
A. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
1. Wawancara (interview)
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan
bercakap – cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum
wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta
mencantumkan isu – isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan,
bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek
– aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah
aspek – aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman
demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan
dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan
dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari,
1998).
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut
Nawawi dan Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur – unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek
penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal – hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas – aktivitas yang berlangsung, orang
– orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
3. Angket atau Kuesioner (questionnaire)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang
diketahui (Suharsimi Arikunto, 1999:140). Kuesioner dipakai untuk menyebutkan
metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner
instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan –
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai
kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk
menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat
dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan
maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat
beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada
responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu
luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga
jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta
pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
SOAL :
4. Jelaskan karateristik analisa data dalam penelitian kuantitatif!
A. Analisis Data Penelitian
Analisis data kuantitatif Pada penelitian kuantitatif ada 3 tipe analisis yaitu:
1. Analisis utama atau data primer Adalah suatu analisis yang mempertimbangkan
informasi atau data utama atau primer (dari tangan pertama) yang diperoleh dalam
suatu penelitian
2. Analisis data sekunder Suatu analisis tentang penemuan yang ada dari peneliti lain
yang mungkin menggunakan metode yang berbeda dan lebih halus.
3. Meta analisis Suatu analisis data yang telah dikumpulkan atau disusun dan dianalisis
dari beberapa studi.
B. Pengerjaan analisis data kuantitatif dilakukan :
1. Pengolahan data Pada analisis data kuantitatif pengolahan data meliputi tahap
editing dan koding (pembuatan koding), penyederhanaan data dan mengode data.
a. Pemeriksaan data (editing)
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
terkumpul baik, sehingga dapat dipersiapkan untuk tahap selanjutnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Lengkapnya pengisian jawaban Apabila peneliti menggunakan kuisioner
sebagai pengumpul data, maka seluruh pertanyaan dalam kuisioner harus
terisi.
2) Kejelasan tulisan Tulisan yang tidak jelas dan sulit dibaca dapat
menimbulkan kesalahan persepsi jawaban, terutama jawaban pertanyaan
terbuka.
3) Kejelasan makna jawaban Cara penulisan jawaban yang tidak rapi dapat
menyebankan salah tafsir dan mengganggu kelayakan data
4) Konsistensi atau keajekan kesesuaian antar jawaban hal ini penting untuk
mengetahui apakah jawaban yang dicatat logis dan sesuai antara satu dan
yang lain
5) Relevansi jawaban Contohnya apabila peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, langkah ini untuk mengetahui
apakah si pe wawancara sudah menyusun pertanyaan yang sesuai dengan
data yang ingin diperoleh
6) Keseragaman kesatuan data Data yang merupakan jawaban responden
harus menggunakan satuan ukuran yang seragam, jika tidak maka akan
terjadi kesalahan dalam pengolahan dan analisis data Jika seluruh tahapan
di atas belum dilalui semua, harus melakukan pengumpulan data lagi.
b. Pembuatan kode Koding
dilakukan untuk menyederhanakan data, yaitu dengan memberi simnbol
angka pada setiap jawaban atau suatu cara mengklasifikasi jawaban responden
menurut macamnya dengan cara menandai jawaban dengan kode tertentu. Hal
ini dapat memudaahkan reduksi data, analisis, penyimpanan, dan penyebaran
data. Pada pertanyaan tertutup kode dapat ditetapkan terlebih dahulu,
sedangkan pada pertanyaan terbuka peneliti harus terlebih dahulu membuat
kategori dari jawaban responden dan diberi simbol atau kode. Langkah
pertama dalam pembuatan kode yaitu mempelajari jawaban yang diberikan
responden, memutuskan perlunya klasifikasi atau kategrisasi jawaban dan
memberikan kode pada jawaban.
c. Penyederhanaan data
Agar data mudah dianalisis maka jawaban dari responden harus diringkas
ke dalam kategori yang jumlahnya terbatas.
d. Mengode data
Langkah berikutnya adalah mengkode data berdasarkan buku kode
yangtelah disusun. Alat yang digunakan adalah lembaran kode (code sheet)
untuk pengolahan menggunakan komputer, dan kartu tabulasi untuk
pengolahan secara manual.

Anda mungkin juga menyukai