Anda di halaman 1dari 38

Penelitian Kuantitatif dan Analisis Tesis

MAKALAH

OLEH
1. Detia Aulia Oktarina 06012682226003
2. Paningkas Suci Noviana 06012682226002

Mata Kuliah: Metodologi dan Etika Penelitian dan Publikasi Ilmiah


Dosen Pengasuh: 1. Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd.
2. Dr. Didi Suhendi, M. Hum.
3. Dr. Latifah Ratnawati, M. Hum.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian pada hakekatnya adalah kegiatan atau proses pemecahan masalah


secara sistematis dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua upaya
ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksi dan/atau mengendalikan fenomena.
Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan peristiwa diatur dan
semua efek memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Mencapai tujuan mengacu
pada memperoleh pengetahuan dan mengembangkan dan menguji teori. Keberadaan
teori yang layak sangat memudahkan kemajuan ilmu pengetahuan, yang sekaligus
menjelaskan banyak fenomena. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan lain
seperti pengalaman, otoritas, penalaran induktif dan penalaran deduktif, penerapan
metode ilmiah tidak diragukan lagi paling efektif dan dapat diandalkan.
Banyak masalah yang berkaitan dengan pengalaman dan otoritas sebagai
sumber pengetahuan tergambar dengan gamblang dalam kisah Aristoteles. Ceritanya
suatu hari Aristoteles menangkap seekor lalat dan memeriksa ulang serta menghitung
kakinya. Kemudian dia mengumumkan bahwa lalat memiliki lima kaki. Tidak ada
yang meragukan kata-kata Aristoteles. Selama bertahun-tahun penemuannya
diterima tanpa kritik. Karena lalat yang ditangkap oleh Aristoteles mengalami
ketiadaan kaki. Percaya atau tidak, cerita ini menggambarkan keterbatasan
mengandalkan pengalaman dan otoritas sebagai sumber informasi.
Pelaksanaan penelitian kuantitatif sebagai pendekatan penelitian yang
terutama memanfaatkan paradigma post-positivis dalam pengembangan pengetahuan
(seperti penalaran kausal, reduksi ke variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik,
melalui pengukuran dan pengamatan, dan pengujian teori) dengan menggunakan
strategi penelitian seperti eksperimen dan studi yang membutuhkan data statistik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perspektif metode penelitian kuantitatif?


2. Bagaimana deskripsi variabel penelitian?
3. Bagaimana pembahasan tentang definisi operasional?
4. Bagaimana penyusunan instrumen penelitian dan pengembangannya?
5. Bagaimana pembahasan tentang sumber data?

2
6. Bagaimana pembahasan pengumpulan data?
7. Bagaimana pembahasan tentang analisis data?
8. Bagaimana pembahasan penarikan simpulan?
9. Bagaimana contoh analisis tesis penelitian kuantitatif?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan Perspektif metode penelitian kuantitatif.


2. Menjelaskan deskripsi variabel penelitian.
3. Menjelaskan pembahasan tentang definisi operasional.
4. Menjelaskan penyusunan instrumen penelitian dan pengembangannya.
5. Menjelaskan pembahasan tentang sumber data.
6. Menjelaskan pembahasan pengumpulan data.
7. Menjelaskan pembahasan tentang analisis data.
8. Menjelaskan pembahasan penarikan simpulan.
9. Menjelaskan contoh analisis tesis penelitian kuantitatif.

3
PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Model Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang


menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa
yang ingin diketahui. Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas
yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung
bersifat tetap sehingga dapat diprediksi. Variabel pada jenis penelitian kuantitatif
dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan baku.

2.1.1 Karakteristik penelitian kuantitatif

1) Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau top-down),


yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan
konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
bersifat khusus.
2) Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari hal-hal yang
bersifat subjektif.
3) Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
4) Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik
yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
5) Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang
dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
6) Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan mengguna-kan alat
yang objektif dan baku.
7) Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.
8) Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti
dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
9) Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
10) Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.
11) Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu
dan situasi.

4
2.1.2 Prosedur Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif ini dalam pelaksanaannya adalah berdasarkan prosedur


yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri
dari tahapan-tahapan atau langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

1) Identifikasi permasalahan
2) Studi literatur.
3) Pengembangan kerangka konsep
4) Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian.
5) Pengembangan disain penelitian.
6) Teknik sampling.
7) Pengumpulan dan kuantifikasi data.
8) Analisis data.
9) Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.

2.1.3 Jenis-jenis Penelitian Kuantitatif

Menurut Yuvalianda (2020) mengemukakan jika secara umum dibagi


menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang biasanya dilakukan untuk
mengetahui secara lebih detail tentang sebuah permasalahan, topik, atau fokus
penelitian. Biasanya, penelitian ini dilakukan ketika ruang lingkup penelitian
tidak jelas atau terlalu luas. Penelitian ini biasanya dilakukan sebagai bentuk
penelitian pendahuluan yang lebih terstruktur untuk menguji berbagai konsep dan
definisi yang belum pasti. Pada penelitian eksplorasi, hasil penelitian yang
diperoleh berupa tujuan, rumusan masalah, desain pengambilan sampel atau
metodologi yang lebih baik untuk penelitian selanjutnya.
2. Penelitian Konklusif
Penelitian konklusif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan kesimpulan berdasalkan tujuan masalah. Penelitian konklusif dibagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.

5
1) Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriftif adalah penelitian yang membahas data deskriftif dari
suatu populasi yang diteliti dan tidak bertujuan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat antar variabel. Ini juga menjadi salah satu keterbatasan penelitian
deskriptif karena tidak dapat menentukan variabel yang mempengaruhi atau
memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Biasanya penelitian
deskriptif digunakan untuk menjelaskan suatu pristiwa atau peristiwa yang
membutuhkan data yang akurat.
Penelitian deskriftif terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
a. Studi kasus, jenis penelitian deskriptif di mana seseorang menggambarkan
data dari suatu kondisi, fenomena, atau peristiwa. Contohnya penyajian
kasus seorang pasien kanker di suatu kota.
b. Rangkaian studi kasus, jenis penelitian yang fokus dalam membandingakan
beberapa kasus dengan objek penelitian tanpa bermaksud untuk menentukan
hubungan sebab. Contohnya hubungan antara penderita penyakit tumor
dengan konsumsi makanan yang mengandung bahan kimia.

c. Studi cross sectional, penelitian yang bertujuan untuk memberikan


gambaran tentang keadaan secara umum dimana variabel dalam penelitian
ini hanya dinilai satu waktu untuk mendapatkan hubungan antar variabel.
Contoh penelitian ini adalah survei opini publik terhadap suatu kondisi.

d. Studi longitudinal, studi terhadap objek yang sama tetapi secara terus
menerus dipelajari hingga lebih dari 1 titik waktu. Studi longitudinal dibagi
menjadi tiga jenis yaitu studi trend, studi kohort, dan studi panel. (1) Studi
tren adalah pengulangan studi cross-sectional dimana serangkaian
pertanyaan diajukan kepada kelompok orang atau populasi yang berbeda
pada waktu yang berbeda. Objek utama dalam penelitian ini adalah
pertanyaan atau variabel yang akan diteliti. (2) Studi kelompok adalah studi
yang mempelajari perubahan pada kelompok yang sama dari waktu ke
waktu. Dalam penelitian ini variabel diukur pada awal penelitian, kemudian
diukur kembali pada waktu yang telah ditentukan terutama pada akhir masa
penelitian. Objek utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana karakteristik objek penelitian berubah dari waktu ke waktu. (3)
Studi panel adalah studi yang mempelajari sekelompok objek atau populasi

6
di mana pertanyaan yang sama terus ditanyakan untuk jangka waktu
tertentu. Objek utama dalam penelitian ini adalah bagaimana objek
penelitian berubah dari waktu ke waktu.

e. Penelitian perubahan retrospektif, penelitian yang bertujuan untuk


membandingkan kasus dengan karakteristik tertentu dari subjek penelitian
tanpa bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Misalnya
penelitian pada pasien diabetes dengan jumlah gula yang dikonsumsi setiap
hari. Studi ini disebut studi kasus kontrol karena penelitian ini berfokus
pada kondisi yang dapat mengakibatkan subjek tersebut menjadi kasus.

2) Penelitian Sebab-Akibat (Kausalitas)

Penelitian sebab-akibat (kausalitas) merupakan jenis penelitian yang


bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Dalam penelitian
ini kita harus menentukan variabel mana yang menjadi penyebab dan mana yang
merupakan variabel penyebab. Hubungan sebab akibat ini akan muncul dan dideteksi
dalam proses statistik itu sendiri. Biasanya variabel kausal disebut sebagai variabel
independen dan variabel efek sebagai variabel dependen. Pada dasarnya penelitian
sebab akibat merupakan jenis penelitian yang cukup sulit dilakukan. Hal ini
disebabkan sulitnya menentukan hubungan sebab akibat antar variabel yang telah
ditentukan. Bisa jadi terdapat berbagai faktor dan variabel lain yang tidak dapat
diukur sehingga membuat hubungan antar variabel tidak dapat dijelaskan. Dalam
penelitian yang berkaitan dengan psikologi, perilaku, atau persepsi, banyak sekali
faktor psikologis yang mungkin tidak disadari oleh responden sehingga memberikan
jawaban yang bias.

Ada dua jenis penelitian sebab akibat (kausalitas):


a. Studi Eksperimental
Studi eksperimental adalah studi yang dilakukan dalam bentuk kontrak
kelompok dan kelompok eksperimen. Setiap sampel diberikan perlakuan acak ke
dalam kelompok. Seorang peneliti dapat melakukan percobaan dengan memanipulasi
semua variabel independen secara spesifik dengan tujuan untuk mengetahui apa yang
akan terjadi pada variabel dependen tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
memantau dan mengontrol semua faktor yang mungkin mempengaruhi hasil
eksperimen. Peneliti juga bebas menentukan berbagai hal terkait situasi dan kondisi

7
dalam penelitian. Apakah penelitian mengikuti mekanisme yang alamiah atau sudah
diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan keluaran yang lebih baik. Penelitian
berdasarkan deret waktu merupakan contoh paling sederhana dalam penelitian ini.
Misalnya bagaimana dampak perubahan tinggi tanaman sebelum dan sesudah diberi
pupuk. Kita bisa mengukur tinggi tanaman tersebut dalam jangka waktu 1 bulan.
Apakah pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman?

b.Studi Kuasi Eksperimental


Studi kuasi eksperimental adalah penelitian yang memiliki karakteristik mirip
dengan penelitian eksperimental karena melibatkan beberapa variabel yang
diintervensi ketika seorang peneliti tidak memiliki atau tidak memiliki kendali penuh
atas eksperimen tersebut. Studi ini sering digunakan dalam berbagai studi kedokteran
atau kedokteran dimana sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk memiliki
kontrol penuh atas populasi. Studi kuasi eksperimental adalah jenis penelitian
kuantitatif yang dirancang untuk menjelaskan atau memperjelas mengapa suatu
peristiwa atau fenomena terjadi. Tujuan utama dari penelitian kuasi itu sendiri adalah
untuk menilai hubungan sebab akibat. Desain studi kuasi eksperimental
dikembangkan untuk mengkaji hubungan kausalitas dimana kondisi yang tidak
memungkinkan atau sulit memiliki kendali penuh atas subjek penelitian.

2.2 Variabel Penelitian Kuantitatif

2.2.1 Pengertian Variabel Penelitian


Variabel penelitian sangat penting dalam penelitian karena variabel
dimaksudkan sebagai dasar untuk membuat instrumen dan metode pengumpulan
data, serta sebagai alat untuk menguji hipotesis. Oleh karena itu, variabel harus dapat
diamati dan diukur. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu dalam
beberapa bentuk yang peneliti definisikan untuk dipelajari guna memperoleh
informasi yang dapat ditarik kesimpulannya.
Arikunto menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah subjek penelitian
yaitu. apa yang menjadi fokus penelitian. Ibnu Hajar mendefinisikan variabel seperti
objek pengamatan atau fenomena untuk dipelajari. Sementara itu, Sutrisno Hadi
menjelaskan bahwa variabel adalah segala keadaan, faktor, keadaan, perlakuan atau

8
tindakan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. M. Nazir mengatakan bahwa
variabel adalah suatu konsep yang memiliki nilai yang berbeda-beda.
Variabel adalah gejala atau topik penelitian yang bervariasi, misalnya:
1) Variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
2) Variabel pekerjaan (guru, petani, pedagang).
Variabel penelitian dapat dipahami sebagai atribut yang mencerminkan
pemahaman atau membangun pemahaman dan memiliki nilai. Misalnya tinggi
badan, mengapa dianggap sebagai variabel? karena memiliki nilai dan ada perbedaan
ketinggian antara keduanya. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan dalam contoh
berikut:
Masalah banyaknya kosakata dalam buku teks membuat siswa kesulitan
dalam mengerjakan, sehingga jumlah kosakata dan ukuran kemampuan siswa dapat
diambil sebagai variabel. Jadi, konsep yang penting dalam penelitian adalah variabel
penelitian. Oleh karena itu dapat didefinisikan bahwa variabel objek penelitian
adalah variabel. Hal ini menyebabkan variabel yang dapat dibagi menjadi dua atau
lebih kelompok.

2.2.2 Macam-macam Variabel Penelitian

Dalam hubungan antar variabel, variabel dalam penelitian dapat dibedakan


menjadi variabel bebas, variabel terikat, variabel pemoderasi dan variabel kontrol.
Variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Variabel independen disebut juga variabel bebas, yaitu variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan perubahan atau variabel terikat.
b) Variabel dependen disebut variabel bebas, jadi variabel yang dipengaruhi
atau akibat akibat adanya variabel bebas.
c) Variabel moderasi; Variabel moderasi juga dikenal sebagai variabel
independen kedua, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan dependen.
d) Variabel Intervensi; Variabel teoritis yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan dependen menjadi hubungan tidak langsung yang
tidak dapat diamati dan diukur.
e) Variabel kontrol; Variabel yang dapat dikontrol sehingga pengaruh variabel
independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang

9
tidak diperhitungkan. Pada umumnya peneliti sering menggunakan variabel
kontrol dalam jenis penelitian komparatif ini.

Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Sandjaja dan Albertus yang memisahkan
variabel-variabel sebagai berikut:
a) Variabel Bebas; disebut dengan variabel independent yaitu variabel yang
diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain dan biasanya variabel ini
dimanipulasi, diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
variabel lain.
b) Variabel Tergantung; variabel dependent merupakan variabel yang timbul
karena sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas.
Dalam sebuah penelitian variabel tergantung diamati dan diukur untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas.
c) Variabel Moderator; disebut juga dengan variabel bebas kedua yaitu variabel
yang dipilih, diukur, diamati dan dimanipulasi oleh peneliti karena diduga
ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
d) Variabel Kontrol; Variabel kontrol yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti
untuk menetralkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung.
e) Variabel Antara; atau intervening variabel adalah faktor yang secara teoritik
mempengaruhi hubungan variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel ini
juga dapat diukur dan diamati, namun pengaruhnya dapat disimpulkan dari
hubungan yang ada antara variabel bebas dan variabel tergantung.

Budiyono berpendapat berbeda dari perspektif proses kuantifikasi, variabel dibagi


menjadi variabel nominal, variabel ordinal, variabel interval dan variabel
proporsional.
a) Variabel Nominal adalah variabel yang di tetapkan berdasar atas proses
penggolongan. Misalnya: jenis kelamin (dipilah dalam pria dan wanita), jenis
pekerjaan (dipilah dalam PNS dan swasta) dan lain-lain.
b) Variabel Ordinal adalah variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang
dalam atribut tertentu. misalnya ranking mahasiswa dalam suatu mata kuliah
(dipilah dalam ranking tinggi, sedang dan rendah).
c) Variabel Interval adalah variabel yang dihasilkan dari suatu pengukuran di
mana pengukuran itu di asumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama.

10
Sifat yang melekat pada variabel ini yaitu adanya penggolongan, urutan atau
ranking dan satuan pengukuran. Misalnya prestasi belajar, penghasilan dan
sikap yang dinyatakan dalam skor.
d) Variabel Ratio adalah variabel dalam kuantifikasinya terdapat nol mutlak.
Sifat variabel ratio yaitu adanya penggolongan, ranking, satuan pengukuran
dan nol mutlak.

Lebih lanjut Budiyono menyatakan bahwa menurut fungsinya, variabel


dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sering disebut
dengan variabel independen atau variabel penyebab. Variabel terikat dipikirkan
sebagai variabel yang keadaannya tergantung (terikat) kepada variabel bebas.
Arikunto membedakan variabel menjadi variabel kuantitatif dan variabel
kualitatif. Variabel kuantitatif dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: menjadi
variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continuous).
a) Variabel Diskrit; disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik
karena hanya diategorikan dalam 2 jawaban yang berlawanan yaitu “ya” dan
“tidak”.
b) Variabel Kontinum; dipisahkan dalam 3 variabel kecil yaitu varibel ordinal,
interval, dan rasio.
Lebih lanjut Arikunto mengungkapkan bahwa variabel penelitian ditinjau
dari sifatnya dibedakan menjadi 2 yaitu:
a) Variabel Statis; variabel yang tidak dapat dirubah keberadaannya seperti jenis
kelamin, tempat tinggal, dan lain-lain.
b) Variabel Dinamis; variabel yang dapat dirubah keberadaannya, berupa
pegubahan, peningkatan, atau penurunan. Misalnya, kedisiplinan, motivasi
kepedulian, dan lain-lain.

2.3 Macam-macam Paradigma Penelitian


Paradigma mengacu pada model penelitian dan alat, instrumen, dan prosedur
khusus yang diterima secara umum untuk penelitian disipliner. Paradigma penelitian
memiliki akar filosofis, yaitu peneliti secara sadar atau tidak sadar mengikuti
paradigma dan membentuk pemikirannya ke arah pendekatan umum. Artinya,
masalah penelitian dapat diatasi dengan berbagai pendekatan yang ditentukan oleh

11
peneliti. Di dalam paradigma itu sendiri ada yang menolak metode tertentu, tetapi
ada juga yang menerimanya.
Denzin dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai sistem kepercayaan
mendasar yang didasarkan pada asumsi ontologis, epistemologis, dan metodologis.
Paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat keyakinan mendasar (atau
metafisika) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip utama atau pertama.
(Paradigma adalah sistem kepercayaan fundamental yang didasarkan pada asumsi
ontologis, epistemologis, dan metodologis. Paradigma dapat dipandang sebagai
seperangkat keyakinan fundamental (atau fisik, yaitu, metafisik) yang merupakan
prinsip fundamental atau inti). Sementara itu, Guba menemukan bahwa paradigma
dapat dicirikan dengan menjawab tiga pertanyaan mendasar, yaitu pertanyaan
ontologi, epistomologi, dan metodologi.
Dasar pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Filosofi positivisme mengatakan bahwa
tindakan manusia diwujudkan sebagai fenomena sosial yang disebut fakta sosial.
Fakta-fakta sosial ini harus ditelaah secara objektif, yaitu dengan memandangnya
sebagai “benda”, sebagai objek dalam ilmu-ilmu alam. Hal ini dilakukan melalui
observasi atau observasi terhadap fakta sosial untuk melihat kecenderungannya dan
menghubungkannya dengan fakta sosial lainnya sehingga dapat diketahui
kecenderungan dari fakta sosial tersebut. Analisis membutuhkan penggunaan data
kuantitatif yang validitasnya dapat dipertimbangkan untuk mencapai akurasi data
dan akurasi menggunakan model hubungan variabel independen dan variabel
dependen. Dalam buku lain, Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif
berfokus pada gejala yang memiliki ciri khusus dalam kehidupan manusia, yang
disebut variabel. Sifat hubungan antar variabel dianalisis menggunakan teori
objektif. Karena subjek penelitian kuantitatif adalah gejala, jumlah fenomena yang
terjadi dalam kehidupan manusia tidak terbatas, dan kemungkinan variasi dan
hierarki juga terbatas, informasi statistik juga diperlukan. Statistik penelitian
kuantitatif berguna untuk mengklasifikasikan dan menyederhanakan variasi dan
hierarki yang ada dengan akurasi terukur, serta untuk menganalisis data yang
dikumpulkan.
Jelas dari uraian Suparlan bahwa ada perbedaan mendasar antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Untuk penjelasan lebih detail mengenai perbedaan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif, pandangan Cresswell (1994), Denzi & Lincoln
12
(1994), Guba & Lincoln (1994), dan Moustyan (1995) disajikan dalam Neuman
sebagai berikut.
a) Gaya kuantitatif
 Mengukur fakta objektif
 Fokus pada variabel
 Keandalan adalah kunci
 Konteks independen
 Banyak kasus
 Analisis statistik
 Peneliti telah diberhentikan
b) Gaya kualitatif
 Membangun realitas sosial, makna budaya
 Fokus pada proses interaktif, peristiwa
 Keaslian adalah kunci
 Nilai hadir dan eksplisit
 Situasional-terbatas
 Beberapa kasus
 Analisis tematik
2.4. Definisi Operasional
Definisi operasional mengacu pada variabel operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti melakukan pengamatan atau
pengukuran yang cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pendefinisian variabel
operasional menggambarkan atau mendeskripsikan variabel penelitian sedemikian
rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak multitafsir) dan terukur
(observable atau terukur). Definisi operasional didefinisikan berdasarkan parameter
yang digunakan sebagai pengukuran dalam penelitian. Metode pengukuran adalah
metode dimana variabel dapat diukur dan sifat-sifatnya ditentukan sehingga definisi
fungsional memberikan penjelasan:
1) Nama variabel
2) Definisi variabel berdasarkan konsep/tujuan penelitian.
3) Ukuran/kategori hasil
4) Skala pengukuran.

13
Definisi operasional mendefinisikan variabel yang diamati dalam proses
dimana variabel diukur. Definisi fungsional adalah transformasi konsep menjadi
konstruksi, di mana kata-kata menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati, diuji, dan dikendalikan oleh orang lain.
Operasionalisasi variabel adalah proses transformasi definisi nominal
menjadi definisi fungsional. Misalnya, pengertian disiplin secara nominal adalah
“kepatuhan seseorang terhadap peraturan yang ditetapkan oleh organisasi”. Definisi
Operasionalnya:
Datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00, pergi ke pasar apel setiap tanggal
17, tidak merokok di tempat-tempat yang dilarang merokok, meminta izin kepada
pihak yang berwajib saat keluar kantor cuti pada jam kerja, dll. Definisi operasional
tidak boleh memiliki arti lain selain definisi nominal. Oleh karena itu, sebelum
membuat definisi operasional, terlebih dahulu peneliti harus membuat definisi
nominal variabel penelitian. Definisi nominal variabel penelitian harus dinyatakan
dengan jelas dalam kerangka kerja. Definisi nominal dapat diturunkan dari berbagai
pendapat para ahli yang sebenarnya banyak berbicara dan menulis tentang variabel
yang dipelajarinya. Jika variabelnya adalah “peran kepala desa”, maka peneliti harus
menyelidiki konsep “peran kepala desa”. Apa perannya? Peneliti tidak bisa hanya
menyajikan satu atau dua pendapat. Semakin banyak pendapat ahli dikutip, semakin
besar kemungkinan arti definisi nominal variabel penelitian itu benar.
Untuk mempermudah, langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mencari
definisi nominal variabel penelitian adalah dengan melihat kamus umum. Jika
variabel berasal dari kata asing, mis. Inggris, kamus bahasa Inggris digunakan. Baru
setelah itu mereka secara khusus mencari buku-buku yang membahas tentang konsep
penelitian atau variabelnya. Jika buku yang dibacanya sangat tebal sehingga sulit
baginya untuk menemukan kata yang dicari, gunakan indeks buku tersebut. Dengan
indeks, peneliti dapat dengan mudah menemukan nomor halaman yang membahas
kata tersebut.

2.5 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya


Instrumen memainkan peran penting dalam penelitian. Kualitas penelitian
sangat dipengaruhi oleh alat penelitian yang digunakan, karena validitas dan
validitas informasi yang dihasilkan dalam penelitian ditentukan sesuai tidaknya alat
penelitian. Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
14
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Informasi diperlukan untuk menguji
hipotesis yang disajikan dalam penelitian.
Untuk mengumpulkan bahan penelitian, kita bisa menggunakan instrumen
yang ada maupun instrumen yang kita bangun sendiri. Penggunaan alat yang telah
tersedia adalah alat yang telah didefinisikan atau dibakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang variabel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, jika
instrumen standar untuk beberapa variabel penelitian belum tersedia, peneliti dapat
mengembangkan sendiri instrumen yang akan digunakan oleh peneliti selama
penelitian.
Suryabrata mendefinisikan instrumen penelitian sebagai media perekam yang
biasanya bersifat kuantitatif. Arikunto mendefinisikan bahwa alat penelitian adalah
alat yang peneliti pilih dan gunakan dalam kegiatan pengumpulannya dengan cara
yang membuat kegiatan itu sistematis dan lebih mudah. Sementara itu, Ibnu Hajar
mencatat bahwa instrumen survei adalah alat ukur yang digunakan untuk
memperoleh informasi kuantitatif tentang karakteristik dan variabel objektif.
Dari uraian beberapa ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang diolah secara kuantitatif dan tersusun secara sistematis dalam
penelitian.
Instrumen pengumpulan data penelitian harus memperhatikan validitas dan
reliabilitas, karena data yang baik adalah data yang valid dan reliabel. Sukidi dkk.
(2010:100) berpendapat bahwa alat ukur yang valid adalah yang mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur, misalnya penggaris adalah alat yang valid untuk
mengukur tinggi badan, bukan berat badan. Sedangkan instrumen reliabel adalah alat
yang secara konsisten (tepat/akurat) mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa instrumen yang sekarang ini memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Pengukuran menggunakan alat ukur lain sebagai prediktor,
2) Adanya standarisasi kelompok tertentu untuk menjadikan observasi sebagai
kriteria,
3) Ada atau tidaknya kesepakatan antara hasil prediksi dengan hasil kriteria
yang diperiksa.
Setyosari berpendapat bahwa validitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

15
1) Validitas logis yang diperoleh dengan sangat hati-hati agar instrumen secara
logis mencapai validitas yang diinginkan,
2) Validitas empiris, yaitu validitas pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa dalam
penyusunan alat penelitian, informasi yang diperoleh untuk penelitian harus
memiliki kebenaran yang terukur dan konsistensi kebenaran tentang objeknya. Hal
ini untuk memastikan adanya relevansi yang optimal antara hipotesis dengan
kenyataan yang diperoleh melalui pengalaman, sehingga validitas penelitian dapat
diterima secara logis oleh nalar.
Penyusunan alat penelitian dilakukan setelah peneliti benar-benar memahami
apa saja variabel penelitiannya. Pemahaman peneliti tentang variabel dan hubungan
antar variabel memfasilitasi definisi dan pengembangan alat penelitian yang tersedia
bagi peneliti. Setelah memahami variabel, peneliti dapat menyusun alat yang dapat
dideskripsikan berupa subvariabel, indikator, deskriptor dan pertanyaan serta angket
dalam suatu daftar atau pedoman observasi yang sesuai. Oleh karena itu instrumen
penelitian menjadi penting untuk menjaga mutu dan kualitas penelitian.

2.6 Data Sumber Penelitian


Pemilihan masalah pada penelitian, salah satu pertimbangannya adalah
ketersediaan sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanatory
(menjelaskan, menjelaskan) karena mempelajari tentang orang (object society),
sedangkan penelitian kualitatif cenderung memahami fenomena atau gejala sosial
(understand) karena mempelajari tentang orang (society). sebagai subyek.
Sumber data dibagi menjadi dua bidang, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan informasi yang peneliti peroleh secara langsung (tangan
pertama), sedangkan data sekunder merupakan informasi yang peneliti peroleh dari
sumber yang ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus dan panel, atau data hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan informan. Contoh data sekunder adalah catatan perusahaan atau
catatan kehadiran, gaji, laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan, laporan
pemerintah, informasi dari majalah, dan lain sebagainya.

16
2.6.1 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian kuantitatif harus direncanakan. Hal-hal
yang perlu peneliti persiapkan dalam tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
a) Buat rencana studi
Rencana penelitian mencakup hal-hal yang perlu dilakukan, kapan dan
tenggat waktu apa yang dipenuhi, dan lain sebagainya.
b) Persiapan administrasi
Persiapan administrasi yang dilakukan antara lain menyiapkan surat
menyurat, pengurusan izin penelitian, menyiapkan pertemuan, menyiapkan
alat penelitian, dan lain sebagainya.
c) Organisasi kelompok penelitian
Organisasi ini untuk penelitian kolektif, organisasi semacam itu tidak
diperlukan untuk penelitian individu.
d) Penyusunan anggaran penelitian
Penganggaran untuk penelitian individu tidak wajib karena semua
pengeluaran dikoordinasikan langsung dengan biaya Anda sendiri. Namun
untuk penelitian kolektif yang membutuhkan donor dari pihak lain, harus
dibuatkan rencana anggaran.
e) Lembaga donor
Organisasi donor ini terbagi menjadi dua yaitu lembaga donor pemerintah
dan non pemerintah.
f) Eksperimen dan review alat penelitian
Alat penelitian yang membutuhkan eksperimen adalah jenis kuesioner.
Meskipun tidak perlu mencoba jenis wawancara, observasi, wawancara,
dokumenter dan lain-lain. Karena instrumen ini selalu bersama peneliti.
g) Perwakilan Penjualan dan Asisten
Asisten ini biasanya dibutuhkan dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan
pada populasi yang sangat besar. Oleh karena itu peneliti membutuhkan
bantuan orang lain.
h) Dapatkan informasi dari lapangan
Setelah semua persiapan penelitian di atas selesai, pengumpulan data dapat
dimulai. Beberapa ahli mengatakan bahwa ketika sebuah penelitian telah
mencapai pengumpulan data, penelitian tersebut 80 persen selesai.
17
Adapun etika dalam pengumpulan data yang harus peneliti terapkan adalah:
Pertama di atas segalanya, harus dimungkinkan untuk memastikan bahwa privasi dan
kerahasiaan responden adalah tanggung jawab peneliti. Kedua, tujuan penelitian
harus dijelaskan kepada subjek penelitian. Ketiga, tidak meminta informasi pribadi
yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Keempat, jika responden tidak setuju
atau tidak berminat memberikan jawaban, hal ini harus dihormati. Kelima, tidak
boleh ada bias dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama penelitian.

2.6.2 Metode Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat peneliti
gunakan untuk mengumpulkan data. Teknik untuk menunjukkan kata yang abstrak
dan tidak terkandung dalam objek, tetapi hanya dapat dilihat dalam penggunaannya:
Kuesioner, wawancara, observasi, penelitian (tes), dokumentasi dan lain-lain.
Peneliti dapat menggunakan salah satu atau kombinasi metode tergantung pada
masalah yang dihadapi atau dipelajari. Metode pengumpulan data merupakan
langkah yang paling penting dalam proses penelitian karena tujuan utama penelitian
adalah untuk memperoleh informasi. Disini diperlukan metode pengumpulan data
yang mana teknik pengumpulan data yang paling cocok untuk mendapatkan data
yang valid dan reliabel. Kualitas bahan penelitian terutama dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu kualitas alat penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian mengacu pada validitas dan reliabilitas alat, dan kualitas pengumpulan
data mengacu pada ketepatan metode pengumpulan data. Oleh karena itu, suatu
instrumen yang diuji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat memberikan data
yang valid atau reliabel jika instrumen tersebut tidak digunakan dengan baik dalam
pengumpulan data. Untuk mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif diuraikan dalam pembahasan berikut ini.
Dalam penelitian, tahap pengumpulan data merupakan tahap yang sangat
krusial dalam perjalanan dan hasil penelitian yang dilakukan. Kesalahan dalam
pengumpulan data dalam suatu penelitian secara langsung mempengaruhi proses dan
hasil penelitian.
Pada dasarnya pengumpulan data merupakan kegiatan yang menggunakan
metode dan instrumen yang telah ditetapkan validitas dan reliabilitasnya serta
diverifikasi. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai suatu proses atau
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk menemukan atau mengumpulkan

18
berbagai fenomena, informasi atau kondisi tempat penelitian sesuai dengan ruang
lingkup penelitian. Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan keadaan
tersebut, pengertian pengumpulan data juga diartikan sebagai suatu proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kuantitatif.
Kuesioner (kuesioner), wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data
dapat dilakukan di lingkungan yang berbeda, dari sumber yang berbeda, dan dengan
cara yang berbeda. Mengenai lingkungan, data dapat dikumpulkan di lingkungan
alam, di laboratorium dengan menggunakan metode eksperimen, di rumah responden
yang berbeda, dll. Dalam hal sumber data, sumber primer dan sekunder dapat
digunakan dalam pengumpulan data. Sumber primer adalah sumber data yang
memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, mis. B. orang atau dokumen lain. Selain itu, ditinjau dari metode atau teknik
pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan
menggunakan wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.

a) Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti dan juga
ketika ingin mengetahui masalah lebih dalam dari responden dan jumlah responden
sedikit. Sugiyono menjelaskan bahwa asumsi yang harus dimiliki peneliti ketika
menggunakan teknik wawancara maupun kuesioner adalah sebagai berikut:
a) Sebaliknya, sasaran (responden) adalah orang yang paling mengenal dirinya
sendiri.
b) Apa yang dikatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
c) Bahwa interpretasi subjek terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti sesuai
dengan maksud peneliti.
b) Daftar pertanyaan (Kuisioner)
Kuesioner adalah instrumen teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efektif ketika peneliti
memiliki pemahaman yang jelas tentang variabel yang diukur dan apa yang

19
diharapkan dari responden. Iskandar mengungkapkan beberapa prinsip penulisan
angket, yaitu sebagai berikut:

a) Isi dan tujuan dari pertanyaan, yaitu. apakah isi pertanyaan merupakan
bentuk pengukuran atau bukan. Jika berupa pengukuran maka harus berhati-
hati dalam mengajukan pertanyaan, setiap pertanyaan harus memiliki skala
pengukuran, dan jumlah item harus cukup untuk mengukur variabel yang
sedang dipelajari.
b) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan pada saat penulisan
kuesioner, harus disesuaikan dengan kemampuan bahasa responden.
c) Jenis dan format pertanyaan, jenis pertanyaan kuesioner dapat terbuka atau
tertutup (terstruktur dan tidak terstruktur dalam wawancara) dan dapat
digunakan dalam bentuk kalimat positif dan negatif.
d) Pertanyaan yang jelas
e) Jangan menanyakan apa yang telah dilupakan
f) Pertanyaan tidak mengarahkan, jadi cobalah untuk tidak mengarahkan hanya
pada jawaban yang baik atau buruk.
g) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam kuesioner tidak boleh terlalu panjang
sehingga responden bosan saat mengisinya.
h) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam kuesioner dimulai dari umum ke
khusus atau dari mudah ke sulit.
c) Observasi
Observasi adalah pengalaman dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala
yang terjadi pada objek yang diperiksa. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh
observer agar pelaksanaannya efektif:
a) Informasi yang cukup tentang objek yang diamati.
b) Pemahaman yang komprehensif tentang tujuan penelitian.
c) Memelihara catatan komprehensif
d) Cari tahu metode dan alat yang digunakan untuk menyimpan informasi
e) Keterampilan menggunakan metode dan alat observasi.

Saat menggunakan observasi, paling efektif untuk melengkapinya dengan


format atau observasi kosong sebagai alat pandang. Dalam hal ini, formatnya
dirangkai, yang mencakup elemen dari peristiwa atau perilaku yang dijelaskan.
Peneliti berpengalaman telah mendapatkan indikasi bahwa pengumpulan data

20
observasi tidak hanya tentang mengumpulkan, tetapi juga tentang melihat dan
kemudian mengevaluasinya dalam skala multi level. Misalnya mengamati reaksi
pemirsa televisi, tidak hanya mengamati reaksi tersebut, tetapi juga mengevaluasi
apakah reaksi tersebut sangat buruk atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2.7 Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dalam penelitian merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah karena pengolahan data dapat memberikan arti dan
kepentingan yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang
dikumpulkan harus dibagi menjadi kelompok-kelompok, diklasifikasikan,
dimanipulasi sedemikian rupa sehingga bermakna.
Setelah informasi diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok dan
hubungan yang ada dianalisis, interpretasi dan makna juga harus dibuat. Pengolahan
data secara sederhana diartikan sebagai proses menafsirkan data lapangan sesuai
dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian. Misalnya dalam penelitian kuantitatif,
atau dengan mengolah statistik inferensial atau statistik deskriptif. Dalam penelitian
kuantitatif, angka yang diperoleh melalui instrumen pengumpulan data harus diolah
secara kuantitatif.
Analisis penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
kuantitatif deskriptif dan/atau analisis kuantitatif inferensial. Seperti namanya,
analisis deskriptif adalah analisis yang hanya menggambarkan keadaan gejala, yang
direkam dengan bantuan alat pengukur dan kemudian diproses. Hasil pengolahan
tersebut kemudian disajikan dalam bentuk angka untuk memberikan gambaran
bahwa maknanya lebih mudah dipahami oleh siapa saja yang membutuhkan
informasi tentang gejala yang diamati.
Statistik deskriptif adalah statistik yang tujuannya adalah untuk mengatur
data numerik untuk memberikan deskripsi yang terorganisir, ringkas dan jelas
tentang suatu fenomena, peristiwa atau situasi sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk ditarik makna atau makna tertentu.
Statistik inferensial memiliki tujuan yang lebih luas karena tidak hanya
menggambarkan fenomena tetapi juga dapat digeneralisasikan untuk populasi yang
lebih luas. Penggunaan statistik inferensial membutuhkan persyaratan yang ketat
dalam menentukan sampel yang representatif.

21
Tahapan atau langkah-langkah pengolahan data dalam jenis penelitian kuantitatif
adalah:
a) Memeriksa (Editing)
Pada tahap ini, informasi yang dikumpulkan dalam daftar pertanyaan atau
pernyataan baik dari kuesioner maupun wawancara harus dibaca kembali.
Editing adalah proses pengecekan data yang terkumpul, meliputi
kelengkapan isian, keterbatasan penulisan, kejelasan jawaban, pentingnya
jawaban, konsistensi satuan data yang digunakan, dsb.
b) Alokasi tanda kode (coding)
Pada akhir tahap pengolahan, informasi jawaban responden harus dienkripsi
untuk memudahkan analisis data. Hal ini sangat penting, apalagi jika
pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer. Pengkodean data
dapat dilakukan dengan melihat jawaban atas pertanyaan yang ada pada
kuesioner. Deskripsi ini membentuk dasar dari definisi. Pengkodean berarti
memberikan kode pada setiap kumpulan data yang dikumpulkan
menggunakan instrumen penelitian.

c) Tabulasi Data (Tabulasi)


Tabulasi data adalah proses penyajian data dengan memasukkan data ke
dalam tabel atau daftar agar lebih mudah diamati dan dianalisis. Tabel data
dapat menggambarkan hasil penelitian karena data yang diperoleh dari
lapangan disusun dan dirangkum dalam tabel yang mudah dipahami.
Perlakuan statistik sederhana dapat disajikan dalam bentuk tabel dengan
frekuensi relatif berupa persentase, mean, median dan modus. Dapat pula
menyajikan dalam bentuk tabel silang. Kegunaan tabel silang antara lain:
a) Menganalisis hubungan antar variabel.
b) Mengelola data untuk keperluan statistik
c) Manipulasi variabel tertentu untuk menganalisis ada tidaknya hubungan
tertentu.
d) Memeriksa kesalahan dalam kode atau respons perangkat.
d) Interpretasi Data
Setelah data yang terkumpul diolah dan dianalisis statistik, harus
diinterpretasikan atau ditafsirkan agar penarikan kesimpulan lebih mudah dilakukan.

22
Interpretasi merupakan penjelasan rinci tentang arti dan makna materi yang
dipaparkan. Interpretasi memiliki dua aspek, yaitu:
a) Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, maksudnya
menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penelitian sebelumnya.
b) Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menjelaskan.
Kedudukan interpretasi dalam rangkaian proses analisis data penelitian sangat
urgen. Interpretasi harus dilakukan dengan cermat, sebab kualitas analisis sangat
tergantung dari kualitas interpretasi yang dibuat peneliti terhadap data.

2.8 Penarikan Kesimpulan


Menarik kesimpulan bagi peneliti membutuhkan kehati-hatian khusus.
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, peneliti membuat generalisasi dan
kesimpulan tentang hasil penelitian. Generalisasi mengacu pada pembentukan
pemikiran peneliti berdasarkan interpretasi data. Dalam penelitian yang dapat
digeneralisasikan, harus mengacu pada teori di balik penelitian.
Kesimpulan pada hakekatnya merupakan jawaban atas masalah yang telah
ditetapkan di awal penelitian, sehingga idealnya kesimpulan penelitian disesuaikan
dengan masalah yang diajukan. Dapat juga dikatakan bahwa kesimpulan adalah
jawaban dari masalah.

2.9 Analisis Tesis

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Strategi Jigsaw dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Fikih Materi Haji di Kelas VIII MTs. Negeri
Hamparan Perak.

Oleh: Suriono Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sumatera


Utara Medan

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang:
Guru yang diasumsikan” sebagai agen pembelajaran (agent of
instruction) tentu saja merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, untuk itu diperlukan adanya prinsip-prinsip
pembelajaran yang harus dipedomani setiap guru (Al Rasyidin :2012).

23
Siswa sebagai makhluk sosial, punya kemampuan memanfaatkan
sistem komunikasi untuk mengekspresikan diri, mengadopsi budaya,
beretika, bertukar ide dan mengorganisasikan diri, mereka merupakan bagian
dari struktur sosial yang kompleks, terlibat dalam kerjasama, sekaligus
mengembangkan normanorma sosial, serta bersama sama membentuk dasar-
dasar kehidupan bermasyarakat (Sudarwan Danim: 2013).
Menurut Masganti Sit (2012) di antara langkah yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan sikap sosial siswa yaitu:
1. Melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
akan mendorong siswa untuk menghargai kemampuan orang lain dan
bersabar dengan sikap orang lain.
2. Melaksanakan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif
akan mengembangkan sikap membantu dan saling berbagi dalam
pembelajaran, siswa yang lebih pintar bersedia membantu temannya
yang belum memahami materi yang dibahas.
Slavin dalam Wina Sanjaya mengemukakan dua alasan mengapa
pembelajaran kooperatif dianjurkan untuk digunakan, yaitu, Pertama,
beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan dari orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Yang kedua,
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan
masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua
alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Untuk keperluan itulah, Peneliti sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian di MTs. Negeri Hamparan Perak khususnya kelas VIII pada mata
pelajaran Fikih materi haji dan umrah disebabkan karena materi haji dan
umrah ada di kelas VIII (studi kasus Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Strategi Jigsaw dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Fikih Materi
Haji Di Kelas VIII MTs. Negeri Hamparan Perak)
B. Rumusan Masalah:

24
1) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan hasil belajar siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori?
2) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi
dan motivasi rendah yang diajar dengan pembelajaran kooperatif strategi
Jigsaw?
3) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi
dan motivasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran
ekspositori?
4) Adakah interaksi antara pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih materi haji dan
umrah?
C. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar siswa yang yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif strategi jigsaw dan hasil belajar siswa yang diajar dengan
strategi pe mbelajaran ekspositori.
2. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
motivasi rendah yang diajar dengan pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw.
3. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
motivasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori.
4. Ada atau tidak interaksi antara pengaruh strategi pembelajaran dan
motivasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih materi
haji dan umrah
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat membawa nilai guna dan memberikan
manfaat yang positif bagi dunia pendidikan, antara lain:
a) Manfaat teoritis
1. Mengembangkan khasanah keilmuan tentang strategi pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru dalam hal
mengembangkan strategi yang lebih bervariasi.

25
3. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil
belajar khususnya pelajaran Fikih materi haji dan umrah.
4. Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau
strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran fikih.
5. Hasil penelitian ini nantinya bermanfaat bagi guru untuk dapat lebih
meningkatkan kualitas pengajarannya dan untuk dapat berinteraksi
dengan lebih baik dengan siswa. Di samping itu, melalui penelitian ini
diharapkan para guru dapat lebih termotivasi untuk terus belajar
meningkatkan kemampuan mengajarnya, salah satunya dengan
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
b) Manfaat praktis
1. Sumbangan pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan
lembagalembaga pendidikan dalam menjawab dinamika kebutuhan
siswa.
2. Sebagai umpan balik bagi guru fikih dalam upaya meningkatkan
kemampuan pengetahuan siswa melalui penerapan strategi
pembelajaran yang tepat.
3. Bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran fikih khusunya pada tingkat madrasah.
4. Bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran.
5. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi guru dalam hal memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran fikih di tingkat MTs
khususnya materi haji dan umrah.
6. Sebagai bahan kajian dan referensi untuk menambah wawasan bagi
peneliti berikutnya yang akan melakukan kajian yang berhubungan
dengan pembelajaran strategi jigsaw.

Bab II Kajian Teoritis, Kerangka Berpikir dan Hipotesis

A. Kajian Teoritis
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif
a. Hakikat Strategi Pembelajaran Kooperatif

26
Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan
dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kalau dikaitkan
dengan pembelajaran atau belajar mengajar, maka strategi bisa diartikan sebagai pola
umum kegiatan antara guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah di gariskan (Ngalimun: 2014).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny (Abdul Majid:
2014).

b. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan
kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi ada juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif (Wina Sanjaya: 2011).

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif


Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu :
a) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
b) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
c) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
d) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Berikut penelitian terdahulu yang menerapkan strategi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw yaitu:
1. Fullu Azka (2005), dengan judul: Keefektifan Strategi Pembelajaran Tipe
STAD dan Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Teorema Phythagoras Pada Siswa Kelas II Semester 1 SMP N 10 Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005. Kesimpulan penelitian tersebut secara umum
adalah penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe student team

27
achievement division (STAD) dan Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Laila Ngindana Zulfa (2010), dengan judul: Eksperimentasi Metode
Cooperative Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran Fikih Pada Kelas VIII Di
MTs.N Karawang Demak, berkesimpulan 1) Hasil penerapan metode
Cooperative teknik Jigsaw dalam pembelajaran Fikih pada kelas VIII di
Mts.N Karawang Demak lebih meningkatkan kreatif siswa pada setiap
pertemuan. 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Fikih
dengan menggunakan Cooperative teknik Jigsaw pada kelompok eksperimen
dan metode konvensional pada kelompok kontrol.

C. Kerangka Berpikir
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan motivasi belajar siswa
membuka kesempatan kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi,
karena diberi peluang berpikir, berpendapat, berkomunikasi sehingga terjadi
kolaborasi antara strategi dan motivasi belajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat interaksi antara
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan motivasi belajar siswa dalam
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Bab III Metodelogi Penelitian


A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif strategi jigsaw dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Fikih
materi haji dan umrah di kelas VIII MTs. Negeri Hamparan Perak
TP.2015/2016.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen
didefenisikan “ sebagai penelitian yang menguji secara langsung pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain dan menguji hubungan sebab-akibat.”1
Penelitian eksperimen menghasilkan bukti yang dianggap paling baik
mengenai hubungan sebab akibat yang dihipotesiskan.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

28
Penelitian ini dilakukan di MTs. Negeri Hamparan Perak yang
beralamat di Jalan Mesjid No.60 Dusun IV Desa Kota Rantang Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas VIII pada semester genap
(dua), dimulai bulan Maret sampai dengan Juni 2016, tahun pelajaran 2015/
2016, disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh kepala madrasah.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs.N
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 142 siswa yang
terdiri 4 kelas dengan rincian : kelas VIII.a berjumlah 36 siswa, kelas VIII.b
berjumlah 36 siswa, kelas VIII.c berjumlah 35 siswa, kelas VIII.d berjumlah
35 siswa.
2. Sampel
Pengambilan sampel ini dibuat dengan menggunakan teknik undian
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menuliskan nama kelas pada lembar kertas kecil dan digulung.
2. Memasukkan gulungan kertas kecil tersebut dalam kotak untuk
diundi.
3. Melakukan pencabutaan pertama satu buah gulungan kertas yang
ditentukan sebagai kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan
strategi jigsaw .
4. Melakukan pencabutan kedua yaitu satu buah gulungan kertas yang
ditentukan sebagai kelas ekspositori.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah Quasi Experimental Design (Eksperimental
Semu) Dalam desain ini membandingkan dua kelompok eksperimental
maupun kelompok kontrol, kendati kelompok tersebut dipilih dan
ditempatkan tanpa melalui randomisasi, karena kelas yang akan digunakan
untuk ekspriment telah terbentuk sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2. Dalam desain ini masing-masing variabel bebas
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) sisi, yaitu pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw (A1) dan ekspositori (A2). Sedangkan variabel atributnya di
29
klasifikasikan dalam dua kecenderungan motivasi belajar tinggi (B1) dan
motivasi belajar rendah (B2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar siswa (Y).

E. Pengontrolan Perlakuan
Tujuannya untuk memperkecil pengaruh terhadap validitas, baik
validitas internal maupun validitas eksternal. Dalam penelitian ini
pengontrolnya adalah:
1. Validitas Internal Adalah hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen.
1. Validitas internal meliputi:
a) Pengaruh kehilangan peserta eksperimen dikontrol dengan tidak
adanya siswa yang absen selama pelaksanaan penelitian. Absensi
dilakukan dengan ketat.
b) Pengaruh instrumen. Instrumen yang dipergunakan memiliki
tingkat validitas dan realibilitas yang tinggi dengan memenuhi
standar. Sebelum dipergunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya.
c) Pengaruh kontaminasi antar kelas eksperimen dikontrol dengan
tidak mengatakan apa-apa terhadap peserta penelitian, tidak
membahas kemungkinan yang dapat diperoleh sebagai hasil
penelitian.
d) Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan tidak menyertakan
siswa yang memiliki skor ekstrim.
e) Pengaruh pemilihan objek yang berbeda dikontrol dengan
membuat pasangan siswa yang memiliki pengetahuan yang relatif
sama pada kelompok yang berbeda.
2. Validitas Eksternal
a) Validitas populasi, dikontrol dengan cara mengambil sampel sesuai
karakteristik populasi, melakukan pemilihan sampel secara cluster
random sampling, dan menentukan pembelajaran dengan pemb

30
elajaran kooperatif strategi jigsaw dan strategi pembelajaran
ekspositori
b) Validitas ekologi,dikontrol dengan tujuan menghindari pengaruh
reaksi prosedur penelitian, yaitu pengontrolan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan penggeneralisasian hasil penelitian kepada
kondisi hasil e ksperimen ,memberlakukan kelas sama seperti
peristiwa sehari hari, memberi kan perla kuan dalam situasi dan
kondisi yang sesuai dengan keadaan sehari-hari

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Deskripsi Data Penelitian
1. Hasil belajar Fikih Materi Haji Menggunakan Pembelajaran Strategi
Jigsaw
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian diketahui bahwa hasil
belajar Fikih Materi Haji siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif
strategi jigsaw diperoleh skor tertinggi 95, skor terendah 58, nilai ratarata 79,86,
nilai modus 81,50, median 73,86, varians 75,31 dan standar deviasi 8,68.
Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 11 orang atau 30,56% berada pada skor rata-
rata hasil belajar dan sebanyak 15 orang atau 41,67% berada di atas skor ratarata
hasil belajar dan sebanyak 10 orang atau 27,78% berada di bawah rata-rata skor
hasil belajar.

2. Hasil Belajar Fikih Materi Haji dan Umrah Menggunakan Strategi


Pembelajaran Ekspositori.
Dari data penelitian yang diproleh diketahui bahwa skor tes hasil belajar
fikih materi haji siwa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi ekspositori
skor tertinggi 89 dan skor terendah 61, nilai rata-rata 76,97, nilai modus 80,50,
median 73,83, varians 52,11, dan standar deviasi 7,22. Berdasarkan nilai rata-rata
diketahui bahwa 9 orang atau 25,00% berada pada skor rata-rata hasil belajar,
sebanyak 12 orang atau 33,33% berada di atas skor rata-rata hasil belajar dan
sebanyak 15 orang atau 41,67% berada di bawah rata-rata skor hasil belajar.
3. Hasil Belajar Siswa Memiliki Motivasi Tinggi
Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes hasil belajar
siswa yang memiliki motivasi tinggi, skor tertinggi 95, skor terendah 63, nilai rata-
31
rata adalah 79,99, nilai modus 80,50, median 75,00, varians 58,33, dan standar
deviasi 7,64. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 9 orang atau 24, 32% berada
pada skor rata-rata hasil belajar, sebanyak 14 orang atau 37,84% berada di atas skor
rata-rata hasil belajar dan sebanyak 14 orang atau 37,84% berada di bawah rata-rata
skor hasil belajar.
4. Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Motivasi Rendah
Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes hasil belajar
siswa yang memiliki motivasi rendah, skor tertinggi 89, skor terendah 58, nilai
rata-rata adalah 75,84, nilai modus 77,50, median 70,31, varians 71,13, dan standar
deviasi 8,43. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 8 orang atau 22, 86% berada
pada skor rata-rata hasil belajar, sebanyak 14 orang atau 40,00% berada di atas skor
rata-rata hasil belajar dan sebanyak 13 orang atau 37,14% berada di bawah rata-rata
skor hasil belajar.
5. Hasil Belajar Siswa Yang Memiliki Motivasi Tinggi dengan Menggunakan
Pembelajaran Kooperatif Strategi Jigsaw
Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes hasil belajar
Fikih Materi Haji siswa yang memiliki motivasi tinggi yang menggunakan
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw skor tertinggi 95, skor terendah 68, nilai
rata-rata adalah 84,40, nilai modus 88,50, median 80,17, varians 51,42, dan standar
deviasi 7,17. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 6 orang atau 30,00% berada pada
skor rata-rata hasil belajar, sebanyak 6 orang atau 30,00% berada di atas skor rata-
rata hasil belajar dan sebanyak 8 orang atau 40,00% berada di bawah rata-rata skor
hasil belajar.
6. Hasil Belajar Fikih Materi Haji Siswa Yang Memiliki Motivasi Rendah
dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Strategi Jigsaw
Dari data penelitian yang diperoleh diketahui bahwa skor tes hasil belajar
Fikih Materi Haji siswa yang memiliki motivasi rendah yang menggunakan
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw skor tertinggi 89, skor terendah 58, nilai
rata-rata adalah 75,31, nilai modus 81,50, median 71,90, varians 73,05, dan standar
deviasi 8,55. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui 5 orang atau 31,25% berada pada
skor rata-rata hasil belajar, sebanyak 5 orang atau 31,25% berada di atas skor rata-
rata hasil belajar dan sebanyak 6 orang atau 37,50% berada di bawah rata-rata skor
hasil belajar.

32
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil
penelitian yang membukitkan beberapa hipotesis penelitian.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji
dan umrah yang menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw
dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fikih materi haji dan umrah siswa memiliki
motivasi tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji
dan umrah yang diajarkan dengan strategi jigsaw dan memiliki motivasi
tinggi dengan yang memiliki motivasi rendah
4. Terdapat perbedaan hasil belajar fikih materi haji dan umrah siswa yang
diajarkan dengan strategi ekspositori dan memiliki motivasi rendah dengan
yang memiliki motivasi tinggi.

C. Keterbatasan Penelitian
Berbagai kelemahan yang dirasakan sebagai keterbatasan selama melakukan
penelitian mi antara lain:
1. Pelaksanaan rancangan pembelajaran sering terkendala masalah alokasi
waktu yang disediakan untuk setiap tahapan strategi pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa dengan strategi
yang diterapkan sehingga butuh waktu yang lebih lama bagi guru untuk
menerapkan setiap aktivitas yang telah dirancang.
2. Jumlah siswa yang cukup banyak disetiap kelas eksperimen membuat guru
sulit untuk memantau setiap aktivitas siswa dan memastikan semua siswa
melakukan instruksi sesuai dengan keinginan guru.
3. Pembelajaran strategi jigsaw merupakan strategi yang belum pernah
diterapkan di kelas sampel, sehingga butuh waktu untuk membiasakan siswa
dengan berbagai perubahan aktivitas kelas yang berbeda dan biasanya.
4. Fasilitas sekolah belum memadai, sehingga dalam penerapan strategi
pembelajaran belum maksimal. Perlu kreativitas guru untuk mencari altematif
cara sehingga tetap dapat mengakomodasikan setiap pendekatan dalam
strategi pembelajaran yang di rancang.

33
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran
A. Kesimpulan
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah yang
menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw berbeda dengan hasil
belajar yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Hasil belajar
siswa menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi ekspositori dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,86 dan hasil belajar strategi ekspositori
memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,97.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah yang
menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan memiliki motivasi
tinggi berbeda dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah.
hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw memiliki motivasi tinggi sebesar 84,40 dan motivasi rendah sebesar
75,31, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw sangat baik untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi,
sehingga berpengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
3. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori dan memiliki
motivasi rendah berbeda dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi
tinggi. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah
siswa yang menggunakan strategi ekspositori memiliki motivasi rendah
sebesar 76,37 dan merniliki motivasi tinggi sebesar 75,58, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran ekspositori baik bagi siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah, karena guru yang terus aktif membelajarkan siswa.
4. Terjadi interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah.
Hasil pengujian anava diperoleh nilai fh = 5,63 dan nilai kritik ft = 3,98
dengan dk (1,68) pada taraf α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa fh = 5,63
> ft = 3,98 sehingga terdapat interaksi antara penggunaan strategi
pembelajaran dan motivasi belajar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah.
B. Implikasi
Pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik siswa, terbukti rnernberi
pengaruh terhadap perolehan hasil belajar. Guru yang menempatkan motivasi
34
belajar siswa sebagai salah satu karakteristik siswa, perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Bagi guru bidang studi fikih hendaknya perlu mengetahui terlebih dahulu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sebagai
bahan apersepsi materi pembelajaran dapat diterima dengan baik dan
bermakna.
2. Proses pembelajaran hendaknya dirancang dengan memberikan kebebasan
kepada siswa untuk rnengembangkan aspek kognitif yang dimilikinya dan
dapat memperkaya pengalaman belajar yang dapat merangsang motivasi dan
kreativitas siswa.
3. Guru perlu mengetahui karateristik siswa seperti sikap belajar yang dimiliki
siswa sebagai salah faktor turut mernpengaruhi hasil belajar, dengan
demikian guru harus memiliki kreativitas dalam merancang strategi
pembelajaran yang dapat mengakomodasi sikap belajar siswa.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan keterbatasan penelitian, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan kepada guru fikih
MTs.Negeri Hamparan Perak untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengajar, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
keterampilan mengajar sehingga guru mampu lebih optimal melaksanakan
tugas mengajar.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, kepada guru fikih MTs.Negeri
Hamparan Perak perlu memperhatikan karakteristik materi pelajaran yang
akan di sampaikan kepada siswa agar dapat disesuaikan antara materi
pelajaran dengan strategi pembelajaran yang akan digunakan sehingga
materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa.

35
PENUTUP

Beberapa poin penting dapat ditarik sebagai kesimpulan dari studi yang disajikan,
yaitu:
1) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu dalam beberapa
bentuk yang peneliti definisikan untuk mempelajarinya dengan cara yang
memberikan informasi dari mana kesimpulan ditarik.
2) Variabel dapat dibedakan berdasarkan hubungan antar variabel, proses
kuantifikasi variabel, fungsi, dan sifat variabel.
3) Dalam penelitian pemodelan kuantitatif: 1) Mengukur fakta yang objektif, 2)
Terfokus pada variabel-variabel, 3) Reliabilitas merupakan kunci, 4) Bersifat
bebas nilai, 5) Tidak tergantung pada konteks, 6) Terdiri atas kasus atau
subjek yang banyak, 7) Menggunakan analisis statistik, dan 8) Peneliti tidak
terlibat.
4) Dalam definisi operasional, variabel operasional didefinisikan berdasarkan
sifat-sifat yang diamati, sehingga peneliti dapat melakukan pengamatan atau
pengukuran yang cermat terhadap suatu objek atau fenomena sedemikian
rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak multitafsir) dan
terukur (observable atau terukur).
5) Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan berbagai macam
informasi dalam penelitian yang diolah secara kuantitatif dan disusun secara
sistematis.
6) Sumber data dibagi menjadi dua bagian, yaitu. H. Data Primer dan Data
Sekunder. Data primer merupakan informasi yang peneliti peroleh secara
langsung (tangan pertama), sedangkan data sekunder merupakan informasi
yang peneliti peroleh dari sumber yang ada.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.


Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta, 2006.
Budiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University
Press, 2003.
Denzin dan Lincoln. ed. Hand Book of Qualitative Research. London: Sage
Publication Thousand Oaks, 1994.
Guba, Egon. The Paradigm of Dialog. London: Sage Publication Thousand Oaks,
1990.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1994.
Hajar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan.
Jakarta: Grafindo Persada, 1999.
Hidayat, A. Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data.
Surabaya: Salemba, 2007.
Jewel, L.N. dan Siegel Marc, Psikologi Industri/Organisasi Modern, diterjemahkan
oleh A. Hadyana Pudjaatmaka dan Maetasari. Jakarta: Archan, 1998.
Koentrjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Mustafa, Hasan. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
1997.
Nasir, Moh. Metode Penelitian. Cet. IV; Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.
Neuman, W.L. Social Research Methods; Qualitative and Quantitative Approaches.
Boston: Pearson Education Inc, 1997.
Sandjaja, B. dan Albertus. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2006.
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan. Jakarta :
Prenada Media Group, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta, 2012.
Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ujung Pandang: Unhas, 1997.
Suharttono, Suparlan. Konsep Dasar Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ujung Pandang:
Program Pascasarjana UNHAS, 1997.
Sukidin. dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Insan Cendekia,
2010.
37
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2008.

38

Anda mungkin juga menyukai