MAKALAH
OLEH
1. Detia Aulia Oktarina 06012682226003
2. Paningkas Suci Noviana 06012682226002
2
6. Bagaimana pembahasan pengumpulan data?
7. Bagaimana pembahasan tentang analisis data?
8. Bagaimana pembahasan penarikan simpulan?
9. Bagaimana contoh analisis tesis penelitian kuantitatif?
1.3 Tujuan
3
PEMBAHASAN
4
2.1.2 Prosedur Penelitian Kuantitatif
1) Identifikasi permasalahan
2) Studi literatur.
3) Pengembangan kerangka konsep
4) Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian.
5) Pengembangan disain penelitian.
6) Teknik sampling.
7) Pengumpulan dan kuantifikasi data.
8) Analisis data.
9) Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.
1. Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang biasanya dilakukan untuk
mengetahui secara lebih detail tentang sebuah permasalahan, topik, atau fokus
penelitian. Biasanya, penelitian ini dilakukan ketika ruang lingkup penelitian
tidak jelas atau terlalu luas. Penelitian ini biasanya dilakukan sebagai bentuk
penelitian pendahuluan yang lebih terstruktur untuk menguji berbagai konsep dan
definisi yang belum pasti. Pada penelitian eksplorasi, hasil penelitian yang
diperoleh berupa tujuan, rumusan masalah, desain pengambilan sampel atau
metodologi yang lebih baik untuk penelitian selanjutnya.
2. Penelitian Konklusif
Penelitian konklusif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan kesimpulan berdasalkan tujuan masalah. Penelitian konklusif dibagi
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
5
1) Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriftif adalah penelitian yang membahas data deskriftif dari
suatu populasi yang diteliti dan tidak bertujuan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat antar variabel. Ini juga menjadi salah satu keterbatasan penelitian
deskriptif karena tidak dapat menentukan variabel yang mempengaruhi atau
memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Biasanya penelitian
deskriptif digunakan untuk menjelaskan suatu pristiwa atau peristiwa yang
membutuhkan data yang akurat.
Penelitian deskriftif terbagi menjadi lima jenis, yaitu:
a. Studi kasus, jenis penelitian deskriptif di mana seseorang menggambarkan
data dari suatu kondisi, fenomena, atau peristiwa. Contohnya penyajian
kasus seorang pasien kanker di suatu kota.
b. Rangkaian studi kasus, jenis penelitian yang fokus dalam membandingakan
beberapa kasus dengan objek penelitian tanpa bermaksud untuk menentukan
hubungan sebab. Contohnya hubungan antara penderita penyakit tumor
dengan konsumsi makanan yang mengandung bahan kimia.
d. Studi longitudinal, studi terhadap objek yang sama tetapi secara terus
menerus dipelajari hingga lebih dari 1 titik waktu. Studi longitudinal dibagi
menjadi tiga jenis yaitu studi trend, studi kohort, dan studi panel. (1) Studi
tren adalah pengulangan studi cross-sectional dimana serangkaian
pertanyaan diajukan kepada kelompok orang atau populasi yang berbeda
pada waktu yang berbeda. Objek utama dalam penelitian ini adalah
pertanyaan atau variabel yang akan diteliti. (2) Studi kelompok adalah studi
yang mempelajari perubahan pada kelompok yang sama dari waktu ke
waktu. Dalam penelitian ini variabel diukur pada awal penelitian, kemudian
diukur kembali pada waktu yang telah ditentukan terutama pada akhir masa
penelitian. Objek utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana karakteristik objek penelitian berubah dari waktu ke waktu. (3)
Studi panel adalah studi yang mempelajari sekelompok objek atau populasi
6
di mana pertanyaan yang sama terus ditanyakan untuk jangka waktu
tertentu. Objek utama dalam penelitian ini adalah bagaimana objek
penelitian berubah dari waktu ke waktu.
7
dalam penelitian. Apakah penelitian mengikuti mekanisme yang alamiah atau sudah
diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan keluaran yang lebih baik. Penelitian
berdasarkan deret waktu merupakan contoh paling sederhana dalam penelitian ini.
Misalnya bagaimana dampak perubahan tinggi tanaman sebelum dan sesudah diberi
pupuk. Kita bisa mengukur tinggi tanaman tersebut dalam jangka waktu 1 bulan.
Apakah pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman?
8
tindakan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. M. Nazir mengatakan bahwa
variabel adalah suatu konsep yang memiliki nilai yang berbeda-beda.
Variabel adalah gejala atau topik penelitian yang bervariasi, misalnya:
1) Variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan)
2) Variabel pekerjaan (guru, petani, pedagang).
Variabel penelitian dapat dipahami sebagai atribut yang mencerminkan
pemahaman atau membangun pemahaman dan memiliki nilai. Misalnya tinggi
badan, mengapa dianggap sebagai variabel? karena memiliki nilai dan ada perbedaan
ketinggian antara keduanya. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan dalam contoh
berikut:
Masalah banyaknya kosakata dalam buku teks membuat siswa kesulitan
dalam mengerjakan, sehingga jumlah kosakata dan ukuran kemampuan siswa dapat
diambil sebagai variabel. Jadi, konsep yang penting dalam penelitian adalah variabel
penelitian. Oleh karena itu dapat didefinisikan bahwa variabel objek penelitian
adalah variabel. Hal ini menyebabkan variabel yang dapat dibagi menjadi dua atau
lebih kelompok.
9
tidak diperhitungkan. Pada umumnya peneliti sering menggunakan variabel
kontrol dalam jenis penelitian komparatif ini.
Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Sandjaja dan Albertus yang memisahkan
variabel-variabel sebagai berikut:
a) Variabel Bebas; disebut dengan variabel independent yaitu variabel yang
diduga sebagai penyebab timbulnya variabel lain dan biasanya variabel ini
dimanipulasi, diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
variabel lain.
b) Variabel Tergantung; variabel dependent merupakan variabel yang timbul
karena sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas.
Dalam sebuah penelitian variabel tergantung diamati dan diukur untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas.
c) Variabel Moderator; disebut juga dengan variabel bebas kedua yaitu variabel
yang dipilih, diukur, diamati dan dimanipulasi oleh peneliti karena diduga
ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
d) Variabel Kontrol; Variabel kontrol yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti
untuk menetralkan pengaruhnya terhadap variabel tergantung.
e) Variabel Antara; atau intervening variabel adalah faktor yang secara teoritik
mempengaruhi hubungan variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel ini
juga dapat diukur dan diamati, namun pengaruhnya dapat disimpulkan dari
hubungan yang ada antara variabel bebas dan variabel tergantung.
10
Sifat yang melekat pada variabel ini yaitu adanya penggolongan, urutan atau
ranking dan satuan pengukuran. Misalnya prestasi belajar, penghasilan dan
sikap yang dinyatakan dalam skor.
d) Variabel Ratio adalah variabel dalam kuantifikasinya terdapat nol mutlak.
Sifat variabel ratio yaitu adanya penggolongan, ranking, satuan pengukuran
dan nol mutlak.
11
peneliti. Di dalam paradigma itu sendiri ada yang menolak metode tertentu, tetapi
ada juga yang menerimanya.
Denzin dan Lincoln mendefinisikan paradigma sebagai sistem kepercayaan
mendasar yang didasarkan pada asumsi ontologis, epistemologis, dan metodologis.
Paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat keyakinan mendasar (atau
metafisika) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip utama atau pertama.
(Paradigma adalah sistem kepercayaan fundamental yang didasarkan pada asumsi
ontologis, epistemologis, dan metodologis. Paradigma dapat dipandang sebagai
seperangkat keyakinan fundamental (atau fisik, yaitu, metafisik) yang merupakan
prinsip fundamental atau inti). Sementara itu, Guba menemukan bahwa paradigma
dapat dicirikan dengan menjawab tiga pertanyaan mendasar, yaitu pertanyaan
ontologi, epistomologi, dan metodologi.
Dasar pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Filosofi positivisme mengatakan bahwa
tindakan manusia diwujudkan sebagai fenomena sosial yang disebut fakta sosial.
Fakta-fakta sosial ini harus ditelaah secara objektif, yaitu dengan memandangnya
sebagai “benda”, sebagai objek dalam ilmu-ilmu alam. Hal ini dilakukan melalui
observasi atau observasi terhadap fakta sosial untuk melihat kecenderungannya dan
menghubungkannya dengan fakta sosial lainnya sehingga dapat diketahui
kecenderungan dari fakta sosial tersebut. Analisis membutuhkan penggunaan data
kuantitatif yang validitasnya dapat dipertimbangkan untuk mencapai akurasi data
dan akurasi menggunakan model hubungan variabel independen dan variabel
dependen. Dalam buku lain, Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif
berfokus pada gejala yang memiliki ciri khusus dalam kehidupan manusia, yang
disebut variabel. Sifat hubungan antar variabel dianalisis menggunakan teori
objektif. Karena subjek penelitian kuantitatif adalah gejala, jumlah fenomena yang
terjadi dalam kehidupan manusia tidak terbatas, dan kemungkinan variasi dan
hierarki juga terbatas, informasi statistik juga diperlukan. Statistik penelitian
kuantitatif berguna untuk mengklasifikasikan dan menyederhanakan variasi dan
hierarki yang ada dengan akurasi terukur, serta untuk menganalisis data yang
dikumpulkan.
Jelas dari uraian Suparlan bahwa ada perbedaan mendasar antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Untuk penjelasan lebih detail mengenai perbedaan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif, pandangan Cresswell (1994), Denzi & Lincoln
12
(1994), Guba & Lincoln (1994), dan Moustyan (1995) disajikan dalam Neuman
sebagai berikut.
a) Gaya kuantitatif
Mengukur fakta objektif
Fokus pada variabel
Keandalan adalah kunci
Konteks independen
Banyak kasus
Analisis statistik
Peneliti telah diberhentikan
b) Gaya kualitatif
Membangun realitas sosial, makna budaya
Fokus pada proses interaktif, peristiwa
Keaslian adalah kunci
Nilai hadir dan eksplisit
Situasional-terbatas
Beberapa kasus
Analisis tematik
2.4. Definisi Operasional
Definisi operasional mengacu pada variabel operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti melakukan pengamatan atau
pengukuran yang cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pendefinisian variabel
operasional menggambarkan atau mendeskripsikan variabel penelitian sedemikian
rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak multitafsir) dan terukur
(observable atau terukur). Definisi operasional didefinisikan berdasarkan parameter
yang digunakan sebagai pengukuran dalam penelitian. Metode pengukuran adalah
metode dimana variabel dapat diukur dan sifat-sifatnya ditentukan sehingga definisi
fungsional memberikan penjelasan:
1) Nama variabel
2) Definisi variabel berdasarkan konsep/tujuan penelitian.
3) Ukuran/kategori hasil
4) Skala pengukuran.
13
Definisi operasional mendefinisikan variabel yang diamati dalam proses
dimana variabel diukur. Definisi fungsional adalah transformasi konsep menjadi
konstruksi, di mana kata-kata menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati, diuji, dan dikendalikan oleh orang lain.
Operasionalisasi variabel adalah proses transformasi definisi nominal
menjadi definisi fungsional. Misalnya, pengertian disiplin secara nominal adalah
“kepatuhan seseorang terhadap peraturan yang ditetapkan oleh organisasi”. Definisi
Operasionalnya:
Datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00, pergi ke pasar apel setiap tanggal
17, tidak merokok di tempat-tempat yang dilarang merokok, meminta izin kepada
pihak yang berwajib saat keluar kantor cuti pada jam kerja, dll. Definisi operasional
tidak boleh memiliki arti lain selain definisi nominal. Oleh karena itu, sebelum
membuat definisi operasional, terlebih dahulu peneliti harus membuat definisi
nominal variabel penelitian. Definisi nominal variabel penelitian harus dinyatakan
dengan jelas dalam kerangka kerja. Definisi nominal dapat diturunkan dari berbagai
pendapat para ahli yang sebenarnya banyak berbicara dan menulis tentang variabel
yang dipelajarinya. Jika variabelnya adalah “peran kepala desa”, maka peneliti harus
menyelidiki konsep “peran kepala desa”. Apa perannya? Peneliti tidak bisa hanya
menyajikan satu atau dua pendapat. Semakin banyak pendapat ahli dikutip, semakin
besar kemungkinan arti definisi nominal variabel penelitian itu benar.
Untuk mempermudah, langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mencari
definisi nominal variabel penelitian adalah dengan melihat kamus umum. Jika
variabel berasal dari kata asing, mis. Inggris, kamus bahasa Inggris digunakan. Baru
setelah itu mereka secara khusus mencari buku-buku yang membahas tentang konsep
penelitian atau variabelnya. Jika buku yang dibacanya sangat tebal sehingga sulit
baginya untuk menemukan kata yang dicari, gunakan indeks buku tersebut. Dengan
indeks, peneliti dapat dengan mudah menemukan nomor halaman yang membahas
kata tersebut.
15
1) Validitas logis yang diperoleh dengan sangat hati-hati agar instrumen secara
logis mencapai validitas yang diinginkan,
2) Validitas empiris, yaitu validitas pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa dalam
penyusunan alat penelitian, informasi yang diperoleh untuk penelitian harus
memiliki kebenaran yang terukur dan konsistensi kebenaran tentang objeknya. Hal
ini untuk memastikan adanya relevansi yang optimal antara hipotesis dengan
kenyataan yang diperoleh melalui pengalaman, sehingga validitas penelitian dapat
diterima secara logis oleh nalar.
Penyusunan alat penelitian dilakukan setelah peneliti benar-benar memahami
apa saja variabel penelitiannya. Pemahaman peneliti tentang variabel dan hubungan
antar variabel memfasilitasi definisi dan pengembangan alat penelitian yang tersedia
bagi peneliti. Setelah memahami variabel, peneliti dapat menyusun alat yang dapat
dideskripsikan berupa subvariabel, indikator, deskriptor dan pertanyaan serta angket
dalam suatu daftar atau pedoman observasi yang sesuai. Oleh karena itu instrumen
penelitian menjadi penting untuk menjaga mutu dan kualitas penelitian.
16
2.6.1 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian kuantitatif harus direncanakan. Hal-hal
yang perlu peneliti persiapkan dalam tahap pengumpulan data adalah sebagai
berikut.
a) Buat rencana studi
Rencana penelitian mencakup hal-hal yang perlu dilakukan, kapan dan
tenggat waktu apa yang dipenuhi, dan lain sebagainya.
b) Persiapan administrasi
Persiapan administrasi yang dilakukan antara lain menyiapkan surat
menyurat, pengurusan izin penelitian, menyiapkan pertemuan, menyiapkan
alat penelitian, dan lain sebagainya.
c) Organisasi kelompok penelitian
Organisasi ini untuk penelitian kolektif, organisasi semacam itu tidak
diperlukan untuk penelitian individu.
d) Penyusunan anggaran penelitian
Penganggaran untuk penelitian individu tidak wajib karena semua
pengeluaran dikoordinasikan langsung dengan biaya Anda sendiri. Namun
untuk penelitian kolektif yang membutuhkan donor dari pihak lain, harus
dibuatkan rencana anggaran.
e) Lembaga donor
Organisasi donor ini terbagi menjadi dua yaitu lembaga donor pemerintah
dan non pemerintah.
f) Eksperimen dan review alat penelitian
Alat penelitian yang membutuhkan eksperimen adalah jenis kuesioner.
Meskipun tidak perlu mencoba jenis wawancara, observasi, wawancara,
dokumenter dan lain-lain. Karena instrumen ini selalu bersama peneliti.
g) Perwakilan Penjualan dan Asisten
Asisten ini biasanya dibutuhkan dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan
pada populasi yang sangat besar. Oleh karena itu peneliti membutuhkan
bantuan orang lain.
h) Dapatkan informasi dari lapangan
Setelah semua persiapan penelitian di atas selesai, pengumpulan data dapat
dimulai. Beberapa ahli mengatakan bahwa ketika sebuah penelitian telah
mencapai pengumpulan data, penelitian tersebut 80 persen selesai.
17
Adapun etika dalam pengumpulan data yang harus peneliti terapkan adalah:
Pertama di atas segalanya, harus dimungkinkan untuk memastikan bahwa privasi dan
kerahasiaan responden adalah tanggung jawab peneliti. Kedua, tujuan penelitian
harus dijelaskan kepada subjek penelitian. Ketiga, tidak meminta informasi pribadi
yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Keempat, jika responden tidak setuju
atau tidak berminat memberikan jawaban, hal ini harus dihormati. Kelima, tidak
boleh ada bias dalam melaporkan data yang dikumpulkan selama penelitian.
18
berbagai fenomena, informasi atau kondisi tempat penelitian sesuai dengan ruang
lingkup penelitian. Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan keadaan
tersebut, pengertian pengumpulan data juga diartikan sebagai suatu proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kuantitatif.
Kuesioner (kuesioner), wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data
dapat dilakukan di lingkungan yang berbeda, dari sumber yang berbeda, dan dengan
cara yang berbeda. Mengenai lingkungan, data dapat dikumpulkan di lingkungan
alam, di laboratorium dengan menggunakan metode eksperimen, di rumah responden
yang berbeda, dll. Dalam hal sumber data, sumber primer dan sekunder dapat
digunakan dalam pengumpulan data. Sumber primer adalah sumber data yang
memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, mis. B. orang atau dokumen lain. Selain itu, ditinjau dari metode atau teknik
pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan
menggunakan wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.
a) Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti dan juga
ketika ingin mengetahui masalah lebih dalam dari responden dan jumlah responden
sedikit. Sugiyono menjelaskan bahwa asumsi yang harus dimiliki peneliti ketika
menggunakan teknik wawancara maupun kuesioner adalah sebagai berikut:
a) Sebaliknya, sasaran (responden) adalah orang yang paling mengenal dirinya
sendiri.
b) Apa yang dikatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
c) Bahwa interpretasi subjek terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti sesuai
dengan maksud peneliti.
b) Daftar pertanyaan (Kuisioner)
Kuesioner adalah instrumen teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efektif ketika peneliti
memiliki pemahaman yang jelas tentang variabel yang diukur dan apa yang
19
diharapkan dari responden. Iskandar mengungkapkan beberapa prinsip penulisan
angket, yaitu sebagai berikut:
a) Isi dan tujuan dari pertanyaan, yaitu. apakah isi pertanyaan merupakan
bentuk pengukuran atau bukan. Jika berupa pengukuran maka harus berhati-
hati dalam mengajukan pertanyaan, setiap pertanyaan harus memiliki skala
pengukuran, dan jumlah item harus cukup untuk mengukur variabel yang
sedang dipelajari.
b) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan pada saat penulisan
kuesioner, harus disesuaikan dengan kemampuan bahasa responden.
c) Jenis dan format pertanyaan, jenis pertanyaan kuesioner dapat terbuka atau
tertutup (terstruktur dan tidak terstruktur dalam wawancara) dan dapat
digunakan dalam bentuk kalimat positif dan negatif.
d) Pertanyaan yang jelas
e) Jangan menanyakan apa yang telah dilupakan
f) Pertanyaan tidak mengarahkan, jadi cobalah untuk tidak mengarahkan hanya
pada jawaban yang baik atau buruk.
g) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam kuesioner tidak boleh terlalu panjang
sehingga responden bosan saat mengisinya.
h) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam kuesioner dimulai dari umum ke
khusus atau dari mudah ke sulit.
c) Observasi
Observasi adalah pengalaman dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala
yang terjadi pada objek yang diperiksa. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh
observer agar pelaksanaannya efektif:
a) Informasi yang cukup tentang objek yang diamati.
b) Pemahaman yang komprehensif tentang tujuan penelitian.
c) Memelihara catatan komprehensif
d) Cari tahu metode dan alat yang digunakan untuk menyimpan informasi
e) Keterampilan menggunakan metode dan alat observasi.
20
observasi tidak hanya tentang mengumpulkan, tetapi juga tentang melihat dan
kemudian mengevaluasinya dalam skala multi level. Misalnya mengamati reaksi
pemirsa televisi, tidak hanya mengamati reaksi tersebut, tetapi juga mengevaluasi
apakah reaksi tersebut sangat buruk atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.
21
Tahapan atau langkah-langkah pengolahan data dalam jenis penelitian kuantitatif
adalah:
a) Memeriksa (Editing)
Pada tahap ini, informasi yang dikumpulkan dalam daftar pertanyaan atau
pernyataan baik dari kuesioner maupun wawancara harus dibaca kembali.
Editing adalah proses pengecekan data yang terkumpul, meliputi
kelengkapan isian, keterbatasan penulisan, kejelasan jawaban, pentingnya
jawaban, konsistensi satuan data yang digunakan, dsb.
b) Alokasi tanda kode (coding)
Pada akhir tahap pengolahan, informasi jawaban responden harus dienkripsi
untuk memudahkan analisis data. Hal ini sangat penting, apalagi jika
pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer. Pengkodean data
dapat dilakukan dengan melihat jawaban atas pertanyaan yang ada pada
kuesioner. Deskripsi ini membentuk dasar dari definisi. Pengkodean berarti
memberikan kode pada setiap kumpulan data yang dikumpulkan
menggunakan instrumen penelitian.
22
Interpretasi merupakan penjelasan rinci tentang arti dan makna materi yang
dipaparkan. Interpretasi memiliki dua aspek, yaitu:
a) Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, maksudnya
menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penelitian sebelumnya.
b) Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menjelaskan.
Kedudukan interpretasi dalam rangkaian proses analisis data penelitian sangat
urgen. Interpretasi harus dilakukan dengan cermat, sebab kualitas analisis sangat
tergantung dari kualitas interpretasi yang dibuat peneliti terhadap data.
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang:
Guru yang diasumsikan” sebagai agen pembelajaran (agent of
instruction) tentu saja merupakan faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, untuk itu diperlukan adanya prinsip-prinsip
pembelajaran yang harus dipedomani setiap guru (Al Rasyidin :2012).
23
Siswa sebagai makhluk sosial, punya kemampuan memanfaatkan
sistem komunikasi untuk mengekspresikan diri, mengadopsi budaya,
beretika, bertukar ide dan mengorganisasikan diri, mereka merupakan bagian
dari struktur sosial yang kompleks, terlibat dalam kerjasama, sekaligus
mengembangkan normanorma sosial, serta bersama sama membentuk dasar-
dasar kehidupan bermasyarakat (Sudarwan Danim: 2013).
Menurut Masganti Sit (2012) di antara langkah yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan sikap sosial siswa yaitu:
1. Melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
akan mendorong siswa untuk menghargai kemampuan orang lain dan
bersabar dengan sikap orang lain.
2. Melaksanakan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif
akan mengembangkan sikap membantu dan saling berbagi dalam
pembelajaran, siswa yang lebih pintar bersedia membantu temannya
yang belum memahami materi yang dibahas.
Slavin dalam Wina Sanjaya mengemukakan dua alasan mengapa
pembelajaran kooperatif dianjurkan untuk digunakan, yaitu, Pertama,
beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat
meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan dari orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Yang kedua,
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan
masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua
alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
Untuk keperluan itulah, Peneliti sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian di MTs. Negeri Hamparan Perak khususnya kelas VIII pada mata
pelajaran Fikih materi haji dan umrah disebabkan karena materi haji dan
umrah ada di kelas VIII (studi kasus Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Strategi Jigsaw dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Fikih Materi
Haji Di Kelas VIII MTs. Negeri Hamparan Perak)
B. Rumusan Masalah:
24
1) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan hasil belajar siswa yang
diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori?
2) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi
dan motivasi rendah yang diajar dengan pembelajaran kooperatif strategi
Jigsaw?
3) Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi
dan motivasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran
ekspositori?
4) Adakah interaksi antara pengaruh strategi pembelajaran dan motivasi
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih materi haji dan
umrah?
C. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar siswa yang yang diajar dengan pembelajaran
kooperatif strategi jigsaw dan hasil belajar siswa yang diajar dengan
strategi pe mbelajaran ekspositori.
2. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
motivasi rendah yang diajar dengan pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw.
3. Perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
motivasi rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori.
4. Ada atau tidak interaksi antara pengaruh strategi pembelajaran dan
motivasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih materi
haji dan umrah
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat membawa nilai guna dan memberikan
manfaat yang positif bagi dunia pendidikan, antara lain:
a) Manfaat teoritis
1. Mengembangkan khasanah keilmuan tentang strategi pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru dan calon guru dalam hal
mengembangkan strategi yang lebih bervariasi.
25
3. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil
belajar khususnya pelajaran Fikih materi haji dan umrah.
4. Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau
strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran fikih.
5. Hasil penelitian ini nantinya bermanfaat bagi guru untuk dapat lebih
meningkatkan kualitas pengajarannya dan untuk dapat berinteraksi
dengan lebih baik dengan siswa. Di samping itu, melalui penelitian ini
diharapkan para guru dapat lebih termotivasi untuk terus belajar
meningkatkan kemampuan mengajarnya, salah satunya dengan
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
b) Manfaat praktis
1. Sumbangan pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan
lembagalembaga pendidikan dalam menjawab dinamika kebutuhan
siswa.
2. Sebagai umpan balik bagi guru fikih dalam upaya meningkatkan
kemampuan pengetahuan siswa melalui penerapan strategi
pembelajaran yang tepat.
3. Bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran fikih khusunya pada tingkat madrasah.
4. Bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran.
5. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi guru dalam hal memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran fikih di tingkat MTs
khususnya materi haji dan umrah.
6. Sebagai bahan kajian dan referensi untuk menambah wawasan bagi
peneliti berikutnya yang akan melakukan kajian yang berhubungan
dengan pembelajaran strategi jigsaw.
A. Kajian Teoritis
1. Strategi Pembelajaran Kooperatif
a. Hakikat Strategi Pembelajaran Kooperatif
26
Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan
dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kalau dikaitkan
dengan pembelajaran atau belajar mengajar, maka strategi bisa diartikan sebagai pola
umum kegiatan antara guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah di gariskan (Ngalimun: 2014).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogeny (Abdul Majid:
2014).
27
achievement division (STAD) dan Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Laila Ngindana Zulfa (2010), dengan judul: Eksperimentasi Metode
Cooperative Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran Fikih Pada Kelas VIII Di
MTs.N Karawang Demak, berkesimpulan 1) Hasil penerapan metode
Cooperative teknik Jigsaw dalam pembelajaran Fikih pada kelas VIII di
Mts.N Karawang Demak lebih meningkatkan kreatif siswa pada setiap
pertemuan. 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Fikih
dengan menggunakan Cooperative teknik Jigsaw pada kelompok eksperimen
dan metode konvensional pada kelompok kontrol.
C. Kerangka Berpikir
Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan motivasi belajar siswa
membuka kesempatan kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi,
karena diberi peluang berpikir, berpendapat, berkomunikasi sehingga terjadi
kolaborasi antara strategi dan motivasi belajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka diduga terdapat interaksi antara
pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan motivasi belajar siswa dalam
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
28
Penelitian ini dilakukan di MTs. Negeri Hamparan Perak yang
beralamat di Jalan Mesjid No.60 Dusun IV Desa Kota Rantang Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas VIII pada semester genap
(dua), dimulai bulan Maret sampai dengan Juni 2016, tahun pelajaran 2015/
2016, disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh kepala madrasah.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs.N
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 142 siswa yang
terdiri 4 kelas dengan rincian : kelas VIII.a berjumlah 36 siswa, kelas VIII.b
berjumlah 36 siswa, kelas VIII.c berjumlah 35 siswa, kelas VIII.d berjumlah
35 siswa.
2. Sampel
Pengambilan sampel ini dibuat dengan menggunakan teknik undian
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menuliskan nama kelas pada lembar kertas kecil dan digulung.
2. Memasukkan gulungan kertas kecil tersebut dalam kotak untuk
diundi.
3. Melakukan pencabutaan pertama satu buah gulungan kertas yang
ditentukan sebagai kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan
strategi jigsaw .
4. Melakukan pencabutan kedua yaitu satu buah gulungan kertas yang
ditentukan sebagai kelas ekspositori.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah Quasi Experimental Design (Eksperimental
Semu) Dalam desain ini membandingkan dua kelompok eksperimental
maupun kelompok kontrol, kendati kelompok tersebut dipilih dan
ditempatkan tanpa melalui randomisasi, karena kelas yang akan digunakan
untuk ekspriment telah terbentuk sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain
faktorial 2 x 2. Dalam desain ini masing-masing variabel bebas
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) sisi, yaitu pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw (A1) dan ekspositori (A2). Sedangkan variabel atributnya di
29
klasifikasikan dalam dua kecenderungan motivasi belajar tinggi (B1) dan
motivasi belajar rendah (B2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar siswa (Y).
E. Pengontrolan Perlakuan
Tujuannya untuk memperkecil pengaruh terhadap validitas, baik
validitas internal maupun validitas eksternal. Dalam penelitian ini
pengontrolnya adalah:
1. Validitas Internal Adalah hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen.
1. Validitas internal meliputi:
a) Pengaruh kehilangan peserta eksperimen dikontrol dengan tidak
adanya siswa yang absen selama pelaksanaan penelitian. Absensi
dilakukan dengan ketat.
b) Pengaruh instrumen. Instrumen yang dipergunakan memiliki
tingkat validitas dan realibilitas yang tinggi dengan memenuhi
standar. Sebelum dipergunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk
mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya.
c) Pengaruh kontaminasi antar kelas eksperimen dikontrol dengan
tidak mengatakan apa-apa terhadap peserta penelitian, tidak
membahas kemungkinan yang dapat diperoleh sebagai hasil
penelitian.
d) Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan tidak menyertakan
siswa yang memiliki skor ekstrim.
e) Pengaruh pemilihan objek yang berbeda dikontrol dengan
membuat pasangan siswa yang memiliki pengetahuan yang relatif
sama pada kelompok yang berbeda.
2. Validitas Eksternal
a) Validitas populasi, dikontrol dengan cara mengambil sampel sesuai
karakteristik populasi, melakukan pemilihan sampel secara cluster
random sampling, dan menentukan pembelajaran dengan pemb
30
elajaran kooperatif strategi jigsaw dan strategi pembelajaran
ekspositori
b) Validitas ekologi,dikontrol dengan tujuan menghindari pengaruh
reaksi prosedur penelitian, yaitu pengontrolan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan penggeneralisasian hasil penelitian kepada
kondisi hasil e ksperimen ,memberlakukan kelas sama seperti
peristiwa sehari hari, memberi kan perla kuan dalam situasi dan
kondisi yang sesuai dengan keadaan sehari-hari
32
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil
penelitian yang membukitkan beberapa hipotesis penelitian.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji
dan umrah yang menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw
dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fikih materi haji dan umrah siswa memiliki
motivasi tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji
dan umrah yang diajarkan dengan strategi jigsaw dan memiliki motivasi
tinggi dengan yang memiliki motivasi rendah
4. Terdapat perbedaan hasil belajar fikih materi haji dan umrah siswa yang
diajarkan dengan strategi ekspositori dan memiliki motivasi rendah dengan
yang memiliki motivasi tinggi.
C. Keterbatasan Penelitian
Berbagai kelemahan yang dirasakan sebagai keterbatasan selama melakukan
penelitian mi antara lain:
1. Pelaksanaan rancangan pembelajaran sering terkendala masalah alokasi
waktu yang disediakan untuk setiap tahapan strategi pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa dengan strategi
yang diterapkan sehingga butuh waktu yang lebih lama bagi guru untuk
menerapkan setiap aktivitas yang telah dirancang.
2. Jumlah siswa yang cukup banyak disetiap kelas eksperimen membuat guru
sulit untuk memantau setiap aktivitas siswa dan memastikan semua siswa
melakukan instruksi sesuai dengan keinginan guru.
3. Pembelajaran strategi jigsaw merupakan strategi yang belum pernah
diterapkan di kelas sampel, sehingga butuh waktu untuk membiasakan siswa
dengan berbagai perubahan aktivitas kelas yang berbeda dan biasanya.
4. Fasilitas sekolah belum memadai, sehingga dalam penerapan strategi
pembelajaran belum maksimal. Perlu kreativitas guru untuk mencari altematif
cara sehingga tetap dapat mengakomodasikan setiap pendekatan dalam
strategi pembelajaran yang di rancang.
33
BAB V Kesimpulan, Implikasi dan Saran
A. Kesimpulan
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah yang
menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw berbeda dengan hasil
belajar yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. Hasil belajar
siswa menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw lebih baik dari
hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi ekspositori dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,86 dan hasil belajar strategi ekspositori
memperoleh nilai rata-rata sebesar 76,97.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah yang
menggunakan pembelajaran kooperatif strategi jigsaw dan memiliki motivasi
tinggi berbeda dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi rendah.
hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw memiliki motivasi tinggi sebesar 84,40 dan motivasi rendah sebesar
75,31, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif strategi
jigsaw sangat baik untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi,
sehingga berpengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
3. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan strategi ekspositori dan memiliki
motivasi rendah berbeda dengan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi
tinggi. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah
siswa yang menggunakan strategi ekspositori memiliki motivasi rendah
sebesar 76,37 dan merniliki motivasi tinggi sebesar 75,58, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran ekspositori baik bagi siswa yang memiliki
motivasi belajar rendah, karena guru yang terus aktif membelajarkan siswa.
4. Terjadi interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah.
Hasil pengujian anava diperoleh nilai fh = 5,63 dan nilai kritik ft = 3,98
dengan dk (1,68) pada taraf α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa fh = 5,63
> ft = 3,98 sehingga terdapat interaksi antara penggunaan strategi
pembelajaran dan motivasi belajar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fikih materi haji dan umrah.
B. Implikasi
Pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik siswa, terbukti rnernberi
pengaruh terhadap perolehan hasil belajar. Guru yang menempatkan motivasi
34
belajar siswa sebagai salah satu karakteristik siswa, perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Bagi guru bidang studi fikih hendaknya perlu mengetahui terlebih dahulu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, sebagai
bahan apersepsi materi pembelajaran dapat diterima dengan baik dan
bermakna.
2. Proses pembelajaran hendaknya dirancang dengan memberikan kebebasan
kepada siswa untuk rnengembangkan aspek kognitif yang dimilikinya dan
dapat memperkaya pengalaman belajar yang dapat merangsang motivasi dan
kreativitas siswa.
3. Guru perlu mengetahui karateristik siswa seperti sikap belajar yang dimiliki
siswa sebagai salah faktor turut mernpengaruhi hasil belajar, dengan
demikian guru harus memiliki kreativitas dalam merancang strategi
pembelajaran yang dapat mengakomodasi sikap belajar siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan keterbatasan penelitian, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan kepada guru fikih
MTs.Negeri Hamparan Perak untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengajar, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
keterampilan mengajar sehingga guru mampu lebih optimal melaksanakan
tugas mengajar.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, kepada guru fikih MTs.Negeri
Hamparan Perak perlu memperhatikan karakteristik materi pelajaran yang
akan di sampaikan kepada siswa agar dapat disesuaikan antara materi
pelajaran dengan strategi pembelajaran yang akan digunakan sehingga
materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa.
35
PENUTUP
Beberapa poin penting dapat ditarik sebagai kesimpulan dari studi yang disajikan,
yaitu:
1) Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu dalam beberapa
bentuk yang peneliti definisikan untuk mempelajarinya dengan cara yang
memberikan informasi dari mana kesimpulan ditarik.
2) Variabel dapat dibedakan berdasarkan hubungan antar variabel, proses
kuantifikasi variabel, fungsi, dan sifat variabel.
3) Dalam penelitian pemodelan kuantitatif: 1) Mengukur fakta yang objektif, 2)
Terfokus pada variabel-variabel, 3) Reliabilitas merupakan kunci, 4) Bersifat
bebas nilai, 5) Tidak tergantung pada konteks, 6) Terdiri atas kasus atau
subjek yang banyak, 7) Menggunakan analisis statistik, dan 8) Peneliti tidak
terlibat.
4) Dalam definisi operasional, variabel operasional didefinisikan berdasarkan
sifat-sifat yang diamati, sehingga peneliti dapat melakukan pengamatan atau
pengukuran yang cermat terhadap suatu objek atau fenomena sedemikian
rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak multitafsir) dan
terukur (observable atau terukur).
5) Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan berbagai macam
informasi dalam penelitian yang diolah secara kuantitatif dan disusun secara
sistematis.
6) Sumber data dibagi menjadi dua bagian, yaitu. H. Data Primer dan Data
Sekunder. Data primer merupakan informasi yang peneliti peroleh secara
langsung (tangan pertama), sedangkan data sekunder merupakan informasi
yang peneliti peroleh dari sumber yang ada.
36
DAFTAR PUSTAKA
38