Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 1:

1. Sidnan 43010180090
2. Raul Hidayat 43010200024
3. Dewi Wulandari 43010200033
4. Ni’mah Latifatul Laila 43010200045
5. Nabila Warapalupi 43010200067
6. Titik Handayani 43010200068
7. Syafi Aziz 43010200081
8. Muhammad Shohib 43010200143
9. Afrah Wiji Waras C. 43010200174
10. Andy Akbar F. 43010200188

METODE PENELITIAN STUDI KASUS

A. Pengertian Metode Penelitian Studi Kasus


Menurut Creswell, studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu sistem yang
terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui
pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang
“kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat
sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu
individu.1 Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti
menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program,
even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara
terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
selama periode tertentu.
Menurut Creswell, pendekatan studi kasus lebih disukai untuk penelitian
kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan detail suatu

1
John W. Creswell, Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions
(London: SAGE Publications, 1998), Hal. 61.

1
metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus.2 Oleh karena itu penelitian
studi kasus membutuhkan waktu lama yang berbeda dengan disiplin ilmu-ilmu
lainnya.
B. Ciri-Ciri Metode Penelitian Studi Kasus
Berdasarkan pendapat Yin, VanWynsberghe dan Khan, dan Creswell dalam
Samoke (2013) secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat
dijelaskan sebagai berikut3:
1. Menempatkan objek penelitian sebagai kasus
2. Memandang khasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
3. Dilakukan dalam keadaan sebenarnya
4. Menggunakan berbagai sumber data
5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian

Menurut Mulyana (2001:201) Studi kasus periset berupaya secara seksama dan
dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variable mengenai suatu kasus
khusus. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seseorang individu, suatu
kelompok atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap
dan mendalam mengenai objek yang diteliti. Karena itu, studi khasus mempunyai
ciri-ciri4:
1. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau
fenomena tertentu.
2. Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskriptif detail dari topik yang diteliti.
3. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memehami apa yang sedang
diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru yang merupakan tujuan dari
studi kasus.
4. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian
menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.

2
Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation (London: SAGE
Publications, 1991), Hal. 23.
3
Sri Wahyuningsih, Metode Penelitian Studi Kasus (Madura: UTM Press, 2013), Hal. 29-36.
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakatra Timur: Prenada Media, 2014),
Hal. 66.

2
C. Tujuan Metode Penelitian Studi Kasus
Robert berpendapat bahwa menggunakan studi kasus untuk tujuan penelitian
adalah salah satu metode yang paling menantang dalam studi Ilmu Sosial. Studi kasus
lebih disukai dalam memeriksa kontemporer/sementara, tetapi perilaku relevan tidak
dapat dimanipulasi.5
Metode ini mengandalkan banyak tekhnik dalam sejarah, tetapi ditambah dengan
dua sumber bukti yaitu observasi langsung objek yang dipelajari dan wawancara yang
berkaitan dengan kejadian. Kelebihan dari metode studi kasus adalah kemampuan
untuk mengelola berbagai varian bukti (dokumen, artefak, wawancara, dan
observasi). Metode studi kasus sangat sesuai untuk menjawab pertanyaan
“bagaimana/how” dan “mengapa/why”. Bromley, Platt, dan Stake menyatakan bahwa
pendekatan studi kasus secara langsung berhubungan secara nyata dengan kasus
individu. Studi kasus berusaha sedekat mungkin dengan subjek yang diteliti, sebagian
dilakukan dengan observasi langsung di keadaan natural, dan sebagian lagi lewat
faktor subjektif (perasaan, pikiran, dan keinginan).
D. Ruang Lingkup Studi Kasus (The Scope of a Case Study)
Studi kasus merupakan studi intensif yang rinci tentang satu unit realitas yang
menekankan pada faktor-faktor yang berkontribusi mengenai keberhasilanatau
kegagalannya. Studi kasus suatu analisis perinci yang di lakukan terhadap seseorang
atau kelompok, baik sebagai model psikiatri, psikologi ataupun sosial. Studi kasus
yang si maksud dalam buku ini ialah kegiatan ialah di lakukan secara cermat tentang
beberapa unit sosial individu atau insiden untuk menentukan faktor- faktor untuk
menentukan keberhasilan atau kegagalannya.6
Riset studi kasus memungkinakan mengumpulkan informasi yang detail,
mencangkup dimensi- dimensi sebuah kasus tertentu atau kasus kecil, dalam rentang
yang luas. studi kasus yang baik menyoroti berbagai faktor yang mengatur
komunikasi dalam situasi tertentu. melukiskan keunikannya, sekligus namun tidak

5
Robert K. Yin, Case Study Research: Design and Methods, Vol.5., 2009.
6
Nuriman, Memahami Metodologi Studi Kasus, Grounded Theory, Dan Mixed-Method (Jakarta:
Kencana, 2021), Hal. 25.

3
selalu menawarkan pemahaman- pemahaman mendalam yang mempunyai relevansi
yang luas.
Sampai pada taraf tertentu, hal ini di jelaskan melalui kecenderungan para periset
hubungan masyarakat dan komunikasi pemasaran pada survei- survei kuantitatif,
faktanya istilah studi kasus tidaklah digunakan secara konsisten, didak di batasi
semata- mata pada konteks riset. dalam praktik- praktik konsultasi hubungan
masyarakat dan biro iklan, contohnya yang di sebut sebagai " studi kasus" tersusun
atas praktik- ptaktik atau kampanye yang memenangkan penghargaan dan sebagai
ajang promo sebagai bisnis baru. dalam dunia pendidikan studi kasus di gunakan
sebagai alat pengajaran untuk merangsang diakusi dan debat akhirnya kami juga
mencermati bahwa penelitian lain kami pun menggunakan istilah "studi kasus" secara
tidak konsisten. menerapkan tak hanya bagi menerapan riset, tetapi juga sebagai
contoh data yang berbeda misalnya kasus negatif.7
E. Variations With In Case Studies as a Research Method
1. Metode Pengumpulan Data
Metode merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan, sedangkan penelitian merupakan sarana untuk mencari kebenaran. Pada
dasarnya penelitian adalah upaya mengumpulkan data yang nantinya akan
dianalisis, dalam penelitian ini, penulis memilih metode yang efektif untuk tujuan
mendeksripsikan gambar atau fenomena-fenomena yang ada. Baik fenomena
alamiah maupun hasil dari rekayasa.
2. Tenik Pengumpulan
Data prosedur penelitian kualitatif tidak terlalu menekan pada desain awal
yang sudah dirumuskan. Artinya desain pada penelitian kualitatif ini akan
berkembang mengikuti setting yang nantinya akan di teliti. Dalam penelitian
kualitatif biasanya digunakan pengumpulan data dan juga sampel pada data.
Penelitian kualitatif memfokuskan penelitian dengan upaya untuk
memahami perilaku pedagogik, persepsi, dan sikap dari sasaran penelitian. Jadi

7
Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations
Dan Marketing Communications (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2001), Hal. 163.

4
pengumpulan data dilakukan oleh si peneliti sendiri. Peneliti terjun langsung ke
lapangan untuk mencari sejumlah informasi yang dibutuhkan dan berkenaan
dengan pengetahuan guru.
3. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat
data yang sudah ada berupa biodata dan juga rencana pelaksanaan. Demikian luas
dan cepat perkembangan ilmu dokumentasi di tataran internasional. Harus diakui
bahwa ilmu dokumentasi belum (untuk tidak mengatakan TIDAK) berkembang
di Indonesia. Dokumentasi dianggap hanya masalah teknis catat-mencatat atau
rekam-merekam pada setiap bidang kegiatan. Dapat dikatakan bahwa
dokumentasi yang diajarkan terbatas pada “bagaimana mengerjakan” atau “how
to do” dan belum mempertanyakan “mengapa mengerjakan” atau “why to do”.
Jika posisi ilmu dokumentasi yang adalah studi tentang dokumen saya lukiskan
dalam diagram berikut, muncul pertanyaan: “Apa, mengapa, dan bagaimana para
akademisi dan praktisi menjawabnya?”
4. Observasi (Pengamatan)
Observasi digunakan untuk mendapatkan data berupa dokumen, dalam
sarana dan juga prasarana. Dalam melakukan observasi data yang diperoleh akan
dikaitkan dengan dua hal yang penting yakni informasi misalnya: bagaimana cara
meneliti, sesuai atau tidaknya alat yang digunakan pada konteks.
5. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian mengunakan bentuk
wawancara tidak berstruktur dan bersifat lebih informal. Pertanyaan biasanya
berupa pandangan, sikap dan juga keyakinan, objek dan juga subjek yang
biasanya diajukan secara bebas.8
F. Desain Studi Kasus (Design Case Study)
Rancangan penelitian adalah logika yang menghubungkan data yang akan
dikumpulkan (dan kesimpulan yang akan ditarik) dengan pertanyaan awal penelitian.

8
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta Timur: Prenada Media, 2014).

5
Di dalam pengembangan desain studi kasus perlu mengembangkan empat kondisi
yang berkaitan dengan kualitas desain.
1. Membangun validitas, menetapkan langkah-langkah operasional yang benar
untuk konsep yang sedang dipelajari.
2. Validitas internal (hanya untuk studi kasus penjelasan atau kausal saja, dan bukan
untuk studi deskriptif atau eksplorasi), menetapkan hubungan kausal, di mana
kondisi tertentu ditunjukkan mengarah ke kondisi lain, yang dibedakan dari
hubungan palsu.
3. Validitas eksternal, menetapkan domain tempat temuan studi dapat digeneralisasi.
4. Reliabilitas, menunjukkan bahwa operasi studi seperti data prosedur,
pengumpulan dapat diulang dengan hasil yang sama.

Di dalam studi kasus ini, terdapat lima komponen desain penelitian yang sangat
penting :
1. Pertanyaan penelitian, pertanyaan ini meliputi pertanyaan 5W + 1H (Apa, siapa,
kapan, di mana, mengapa dan bagaimana), yang mampu memberikan petunjuk
penting mengenai strategi penelitian yang paling relevan untuk digunakan.
2. Proposisi (Jika ada), setiap proposisi mengarahkan perhatian pada sesuatu yang
harus dikaji dalam ruang lingkup kajian.
3. Unit-unit analisis, berkaitan dengan masalah mendasar dalam mendefinisikan apa
itu “kasus”, yaitu masalah yang telah menjangkit banyak peneliti pada awal studi
kasus.
4. Logika yang menghubungkan data dengan proposisi, komponen ini memberi
pertanda langkah-langkah analisis data dalam penelitian studi kasus, dan desain
penelitian harus meletakkan dasar yang kuat untuk analisis ini.
5. Kriteria untuk menginterpretasikan temuan, menggambarkan masalah dalam
menangani temuan penelitian.

Karakteristik umum desain penelitian ini berfungsi sebagai latar belakang untuk
mempertimbangkan desain khusus untuk studi kasus. Empat jenis desain yang
dihasilkan untuk studi kasus adalah kasus tunggal (holistic - tipe 1), desain kasus

6
tunggal (tertanam – type 2), desain kasus ganda (holistic – type 3), desain kasus
ganda (tertanam – type 4).9
G. Preparing to Collect Case Study Evidence: What You Need to Do Before Starling
to Collect Case Study Data
1. The Case Study Investigator: Desires Skills
a. Having a Firm Grasp of The Issue Being Studied
Setiap penyelidik studi kasus harus memahami masalah teoretis atau
kebijakan karena penilaian analitik harus dilakukan selama fase pengumpulan
data. bahwa pengumpulan data studi kasus tidak lebih merupakan masalah
pencatatan data secara mekanis, seperti pada beberapa jenis penelitian lainnya.
pada gilirannya harus didasarkan pada bukti konvergen dari saksi dan bukti
fisik.
b. Avoiding Blas
Untuk menguji toleransi anda sendiri terhadap temuan yang bertentangan,
laporkan temuan awal anda mungkin saat masih dalam tahap pengumpulan
data kepada dua atau tiga rekan kritis.Kolega harus menawarkan penjelasan
dan saran alternatif untuk pengumpulan data.
2. Preparation and Training for a Specific Case Study
a. Human Subjects Protection
Sebagai bagian dari perlindungan, anda bertanggung jawab untuk
melakukan studi kasus dengan perhatian dan kepekaan khusus, yaitu :
1) Mendapatkan persetujuan dari semua orang yang mungkin menjadi
bagian dari studi kasus anda.
2) Melindungi mereka yang berpartisipasi dalam studi anda dari bahaya
apapun, termasuk menghindari penggunaan penipuan apa pun dalam studi
anda.
3) Mesebagai akibat dari partisipasi mereka, mlindungi privasi dan
sehingga, mereka tidak akan ditempatkan pada posisi yang tidak
diinginkan.

9
Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods, Third Edit, 2002, Hal. 21.

7
4) Mengambil tindakan pencegahan khusus yang mungkin diperlukan untuk
melindungi kelompok rentan.
3. Case Study Training as a Seminar Experience
Setelah anda mulai mengumpulkan data, anda harus menganggap diri anda
sebagai penyelidik independen yang tidak mengandalkan formula kaku untuk
memandu penyelidikan anda. Anda harus dapat membuat keputusan cerdas
selama proses pengumpulan data.
4. The Case Study Protocol
a. Tata cara menghubungi informan kunci dan membuat pengaturan kerja
lapangan;
b. Bahasa eksplisit dan pengingat untuk menerapkan dan menegakkan aturan
untuk melindungi subyek manusia;
c. Rangkaian pertanyaan yang mendetail, atau agenda mental yang harus dibahas
selama pengumpulan data, termasuk saran tentang sumber data yang relevan;
d. Garis besar awal untuk laporan studi kasus terakhir.
5. Screening The Candidate “Cases” for Your Case Study
Pemilihan kasus harus didasarkan pada alasan substansif yang jelas, jika
tidak kuat. Apapun alasannya, calon kasus harus disaring terlebih dahulu, dan
anda perlu mengantisipasi ini sebagai langkah dalam rencana kerja anda.Proses
penyaringan akan melibatkan pengumpulan data yang cukup untuk memutuskan
apakah suatu kasus memenuhi kriteria yang telah anda tetapkan sebelumnya.
6. The Pilot Case Study
Studi percontohan digunakan untuk menilai kata-kata dari pertanyaan
yang dikembangkan untuk instrumen yang dibahas di atas dan membantu
mengembangkan klarifikasi yang lebih baik juga jika diperlukan. Sehubungan
dengan logistik, studi kasus percontohan sangat membantu dalam
mengidentifikasi urutan terbaik untuk melengkapi berbagai metode pengumpulan
data.10
7. Summary

10
C. H. Dale E. Yeatts, High-Performing Self-Managed Work Teams, 1997.

8
Proses pemecahan masalah itu kompleks dan menempatkan tuntutan
signifikan pada pihak desainer untuk secara strategis menggunakan alat dan teknik
yang tepat. Serta banyaknya bahan yang saling bertentangan dan informasi desain
yang perlu dipertimbangkan, ketidakpastian data adalah salah satu masalah utama
yang menghambat pengambilan keputusan.11
H. Enam Sumber Bukti (Six Sources of Evidence)
Terdapat enam sumber bukti yang dapat digunakan dalam pengumpulan data studi
kasus, yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi
partisipan, serta perangkat fisik. Berikut penjelasan mengenai enam sumber bukti.
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber bukti yang relevan untuk setiap topik
studi kasus. Dalam studi kasus, mengutamakan penggunaan dokumen yang
mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Pertama,
pemverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi
yang disinggung dalam wawancara dengan menggunakan dokumen. Namun, jika
bukti dokumenter tidak mendukung, maka dapat menjadi alasan bagi peneliti
untuk meneliti lebih lanjut topik yang bersangkutan. Kedua, dokumen dapat
menspesifikasi dan mendukung informasi yang berasal dari sumber-sumber lain.
Ketiga, dengan adanya dokumen, maka inferensi dapat dibuat.
2. Rekaman Arsip
Rekaman arsip dapat merupakan hal yang relevan dalam banyak studi
kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus, rekaman arsip bisa digunakan bersamaan
dengan sumber-sumber informasi lain. Namun, kegunaan rekaman arsip berbeda-
beda di setiap studi kasus. Tidak seperti bukti dokumenter yang sudah pasti
relevan untuk setiap topik studi kasus. Rekaman arsip menjadi sangat penting
pada beberapa penelitian, sehingga dianggap relevan dan bisa menjadi objek
perolehan serta analisis yang luas. Namun, rekaman arsip mungkin hanya sepintas
relevansinya pada penelitian lainnya.

11
K. L. Ali Jahan, Multi-Criteria Decision Analysis for Supporting The Selection of Engineering
(Amsterdam: Elsevier, 2016).

9
3. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting
dalam studi kasus. Wawancara memiliki beberapa bentuk tipe, yaitu: Tipe open-
ended. Tipe ini adalah tipe yang paling umum, di mana peneliti diperbolehkan
bertanya pada responden kunci mengenai fakta-fakta suatu peristiwa disamping
opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Keberhasilan studi kasus seringkali
dipengaruhi oleh responden kunci. Tidak hanya memberikan keterangan, mereka
juga bisa memberikan saran mengenai sumber-sumber bukti lain yang
mendukung serta akses ke sumber yang bersangkutan.
Tipe yang kedua yakni wawancara yang terfokus pada durasi wawancara.
Di mana responden diwawancara dalam waktu yang singkat, misalnya satu jam.
Tujuan pokok wawancara ini sekedar guna mendukung fakta-fakta tertentu. Tipe
wawancara yang ketiga membutuhkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terstruktur sesuai dengan survei. Dapat disimpulkan bahwa wawancara ialah
sumber bukti yang esensial bagi studi kasus, karena umumnya studi kasus
berkaitan dengan kemanusiaan.
4. Observasi Langsung
Peneliti berpeluang melakukan observasi langsung ketika membuat
kunjungan lapangan terhadap situs studi kasus. Kondisi lingkungan sosial yang
relevan akan tersedia jika fenomena yang diminati dirasa tidak asli historis.
Observasi berfungsi sebagai sumber bukti lain dalam studi kasus serta sebagai
informasi tambahan mengenai topik yang akan diteliti.
5. Observasi Partisipan
Observasi partisipan ialah bentuk observasi di mana peneliti tidak hanya
berperan sebagai pengamat pasif, melainkan juga berperan di berbagai situasi
tertentu serta berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti. Dalam
beberapa topik, observasi partisipan digunakan untuk mengumpulkan data yang
tidak dapat diperoleh dari sumber bukti lainnya. Keuntungan berbeda lainnya
ialah peneliti dapat memperoleh informasi melalui sudut pandang ”orang dalam”
pada studi kasus tersebut.

10
6. Perangkat Fisik
Perangkat fisik atau kultural merupakan sumber bukti yang terakhir,
berupa peralatan teknologi, pekerjaan seni, alat atau instrumen, serta beberapa
bukti fisik lainnya. Relevansi dari penggunaan perangkat fisik dalam studi kasus
dinilai kurang potensial. Namun, perangkat fisik dapat dianggap komponen
penting dalam keseluruhan kasus yang bersangkutan apabila relevan.

Berdasarkan penjelasan ke enam sumber bukti di atas, dapat disimpulkan bahwa,


prosedur pengumpulan setiap jenis buktinya harus diyakini telah menggunakan
sumber secara tepat melalui pengembangan dan dikuasai secara mandiri. Karena,
tidak semua sumber akan relevan untuk semua studi kasus.12
I. Tiga Prinsip Pengumpulan Data (Three Principles of Data Collection)
1. Menggunakan Multisumber Bukti
Penggunaan sumber secara terisolasi bisa jadi merupakan fungsi dari cara
bilamana sumber-sumber tersebut bisa dipahami, seakan-akan peneliti harus
memilih satu sumber yang paling tepat atau yang paling dikuasai oleh peneliti.
Sebab, dalam peristiwa tertentu peneliti mengungkapkan desain penelitiannya
baik dengan mengidentifikasi personal yang harus diselidiki maupun pemilihan
sumber bukti tunggal lainnya, seperti wawancara sebagai fokus dari upaya
pengumpulan data tersebut.
a. Rasional Penggunaan Multisumber Bukti. Kekuatan utama pengumpulan data
studi kasus adalah kemampuannya untuk menggunakan banyak bukti.
Kemampuan untuk menggunakan banyak bukti jauh lebih unggul daripada
strategi penelitian lain seperti eksperimen, survei, atau histori.
b. Tuntutan Penggunaan Multisumber Bukti. Setiap peneliti harus mengetahui
bagaimana melakukan segala macam teknik pengumpulan data. Peneliti yang
serius harus mencari cara lain untuk mendapatkan pelatihan dan praktik yang
diperlukan. Setiap peneliti studi kasus harus berpengalaman dalam teknik

12
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain Dan Metode, Terj. M. Dzauji Mudzakir, Ed. Revisi (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 111-118.

11
pengumpulan data sehingga banyak bukti yang dapat digunakan dalam studi
kasus.
2. Menciptakan Data Dasar Studi Kasus
Prinsip kedua menyangkut mengorganisasikan dan mendokumentasikan
data yang dikumpulkan. Strategi studi kasus harus banyak belajar dari praktik
yang digunakan oleh strategi yang lain, di mana dokumen biasanya terdiri dari
dua perangkat terpisah, yaitu: data atau bukti dasar dan laporan peneliti, apakah
dalam bentuk artikel, laporan, atau buku.
a. Catatan studi kasus.
Catatan adalah bagian terpenting dari informasi latar belakang. Catatan ini
dapat mengambil bentuk yang berbeda. Rekaman dapat berupa wawancara,
observasi, atau analisis rekaman oleh peneliti. Catatan studi kasus harus
disimpan sehingga siapa pun, termasuk penyidik sendiri, dapat
mengungkapkan kembali secara efektif mereka dari orang lain. Satu-satunya
ciri penting dari suatu arsip adalah bahwa arsip itu merupakan bahan yang
terorganisasi, terklasifikasi, lengkap, dan dapat diakses untuk kebutuhan
selanjutnya.
b. Dokumen studi kasus
Beberapa dokumen terkait studi kasus dikumpulkan selama penelitian.
Satu-satunya ciri unik dari dokumen tersebut adalah kecenderungan
membutuhkan ruang penyimpanan yang memadai. Dokumen tersebut dapat
berisi berbagai permintaan informasi dasar yang diajukan penyidik.
c. Bahan-Bahan Tabulasi
Studi kasus dapat terdiri dari bahan tabulasi yang dikumpulkan dari situasi
yang diteliti atau yang disiapkan oleh tim peneliti itu sendiri. Materi tersebut
juga harus diatur dan disimpan untuk digunakan nanti. Materi dapat berisi data
penelitian dan data kuantitatif lainnya. Materi tabulasi, baik dari survei, total
tabulasi, atau data arsip, dapat dilacak dengan cara yang sama seperti strategi
penelitian lainnya.
d. Narasi

12
Bentuk narasi tertentu juga dapat dianggap sebagai bagian formal dari
laporan akhir studi kasus. Hal ini tercermin dalam aplikasi khusus yang perlu
dilakukan lebih sering untuk membuat peneliti studi kasus dapat menyusun
jawaban terbuka terhadap pertanyaan yang terdapat dalam protokol studi
kasus yang bersangkutan. Tujuan utama dari jawaban terbuka adalah untuk
mendokumentasikan hubungan antara bukti spesifik dan berbagai pertanyaan
studi kasus menggunakan catatan kaki dan kutipan. Karakteristiknya adalah
bahwa jawaban itu terkait dengan bukti spesifik yang berkaitan dengan
pertanyaan studi kasus yang relevan.
3. Memelihara Rangkaian Bukti
Prinsip lain yang harus diikuti untuk meningkatkan reliabilitas data studi
kasus adalah preservasi bukti. Prinsip-prinsip ini didasarkan pada konsep yang
serupa dengan studi kriminologis. Tujuan dari prinsip ini untuk memungkinkan
pengamat yang lebih luas, seperti pembaca studi kasus untuk melacak asal bukti
dari pertanyaan penelitian awal hingga kesimpulan dari studi kasus tersebut. Jika
tujuan tercapai, studi kasus mengarah pada masalah metodologis dalam
menentukan validitas konstruk dan dengan demikian meningkatkan kualitas kasus
secara keseluruhan.13
J. Teknik Analisis (Analityc Techniques)
Teknik analisis merupakan teknik yang penting untuk dipelajari seorang peneliti
dalam menganalisis penelitian mereka yang menggunakan teknik analisis data studi
kasus. Dengan minimnya pemahaman tentang bagaimana studi kasusnya akan
dianalisis, maka hal ini menyebabkan penelitian bisa macet pada tahap analisis data.
Oleh karena itu, peneliti harus mempunyai pemahaman lebih tentang analisis teknik
data studi kasus. Supaya dalam proses pengerjaan bagian analisis berjalan dengan
baik. Terdapat tiga teknik analisis yang bisa menentukan bagaimana langkah-langkah
teknik analisis akan digunakan, yaitu ; penjodohan pola, pembuatan penjelasan dan

13
Ibid, Hal. 118-130.

13
analisis deret waktu.14 Berikut penjelasannya tentang bentuk-bentuk analisis
dominan:
1. Penjodohan Pola
Analisis studi kasus merupakan salah satu strategi yang paling disenangi
dalam penggunaan logika penjodohan pola. Terdapat dua pola yaitu pola yang
didasarkan atas empiri dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola ini sama
maka hasilnya dapat digunakan untuk menguatkan validitas internal studi kasus.
Jika studi kasus yang akan digunakan eksploratoris, maka polanya mungkin akan
berkaitan dengan variabel dependen atau independen. Sedangkan jika studi
kasusnya deskriptif maka penjodohan pola akan relevan dengan variabel yang
spesifik sebelum pengumpulan data. Jenis-jenis penjodohan pola:
a. Variabel-variabel Nonequivalen Sebagai Pola , merupakan pola variabel
dependen yang berasal dari salah satu desain penelitian kuasi eksperimen
potensial. Menurut desain ini, suatu eksperimen atau kuasi eksperimen bisa
mempunyai banyak variabel dependen seperti keanekaragaman hasil.
b. Eksplanasi Tandingan sebagai Pola , merupakan pola variabel independen.
Karakteristik penting dalam eksplanasi tandingan ini yaitu, jika eksplanasi
valin maka yang lain tidak valid. Artinya, dengan adanya variabel independen
dengan sebuah penjelasan maka dapat memunculkan variabel-variabel
independen lain yang diprediksi oleh penjelasan tandingan.
c. Pola-pola yang Lebih Sederhana, variabel dependen dan indipenden dapat
diaplikasikan pada pola yang lebih sederhana dengan mempunyai jenis
minimal variabel baik dari dependen maupun independen.
2. Pembuatan Eksplanasi
Strategi analisis ini merupakan tipe khusus penjodohan pola tetapi
prosedurnya lebih sulit. Tujuannya adalah menganalisis data studi kasus dengan
cara membuat eksplanasi tentang kasus yang akan dibahas. Prosedur ini bagian
dari proses pengembangan hipotesis untuk mengembangkan gagasan-gagasan
untuk penelitian selanjutnya. Jenis-jenis pembuatan eksplanasi:

14
Ibid, Hal. 113.

14
a. Unsur-unsur Eksplanasi. Eksplanasi = "menjelaskan" suatu fenomena. Pada
studi-studi sebelumnya, pembuatan eksplanasi biasanya dilakukan dalam
bentuk naratif karena studi-studi kasus yang baik adalah yang eksplanasinya
mencerminkan beberapa proposisi yang signifikan secara teoritis.
b. Hakikat Perulangan dalam Pembuatan Eksplanasi. Dalam pembuatan
eksplanasi dibutuhkan uji bukti studi kasus , proposisi-proposisi teoritis yang
diperbaiki selanjutnya dari bukti tersebut akan diteliti sekali lagi dari
prespektif baru dalam bentuk perulangan. Adapun karakteristik yang perlu
diperhatikan bahwa eksplanasi akhir merupakan hasil dari serangkaian
perulangan yaitu ; membuat suatu pernyataan teoritis/proposisi awal tentang
kebijakan atau perilaku sosial, membandingkan temuan-temuan kasus awal
dengan pernyataan/proposisi, memperbaiki pernyataan/proposisi,
membandingkan rincian kasus lain dal rangka perbaikan, memperbaiki lagi
pernyataan/proposisi, membandingkan perbaikan dengan fakta dari kasus
sebelumnya, dan mengulangi proses pengulangan ini sebanyak mungkin jika
diperlukan.
c. Persoalan-persoalan Potensial dalam Pengembangan Eksplanasi. Untuk
mengurangi persoalan potensial dalam pengembangan eksplanasi ini perlu
adanya kehati-hatian dan pengamanan penggunaan berkas studi kasus (data
yang harus dikumpulkan), penetapan datadasar pada setiap kasus (menyimpan
keseluruhan data yang telah dikumpulkan) dan serangkaian bukti lainnya.
3. Analisis Deret Waktu
Analisis deret waktu dilakukan dalam eksperimen dan kuasi eksperimen.
Contoh deret waktu pemakaian ganja. Dengan hipotesis deret waktu dari paling
sedikit tiga keadaan yaitu; diawali dari merokok ganja, lanjut dengan merasakan
dampaknya, dan diteruskan dengan menikmati dampak pemakaian ganja tersebut.
Jenis-jenis analisis deret waktu :
a. Deret Waktu Sederhana. Pada deret waktu sederhana hanya ada variabel
tunggal yaitu dependen atau independen.

15
b. Deret Waktu yang Kompleks. Pada deret waktu kompleks mempunyai
variabel ganda.
c. Kronologis. Kronologis merupakan teknik yang sering digunakan dalam studi
kasus sebagai bentuk dari analisis deret waktu. Urutan kronologis berfokus
langsung dengan kasus utamanya. Kronologis mencakup beberapa tipe
variabel dan tidak terbatas pada variabel tunggal maupun ganda.
d. Kondisi-kondisi untuk Analisis Deret Waktu. Tujuan daripada deret waktu
yang terpenting dari studi kasus dalam tetap meneliti sesuai dengan
pertanyaan "bagaimana" dan "mengapa" yang relevan dengan peristiwa nyata
bukan hanya sekedar observasi kecenderungan waktu saja. Untuk
mendapatkan hasil yang spesifik perlu mengumpulkan data yang relevan
terlebih dahulu lalu dianalisis secara tepat.

Jadi, kesimpulannya adalah terdapat tiga langkah teknik analisis studi kasus.
Pertama, Penjodohan Pola yaitu melakukan penjodohan pola yang sesuai antara pola
pikir dan hasil wawancara dari keseluruhan data yang sudah diperoleh. Kedua,
Ekplanasi yaitu menjelaskan keseluruhan dari data yang diperoleh. Ketiga, Deret
Waktu yaitu bisa digunakan bisa tidak sesuai dengan penelitiannya. Jika,
pembahasan dalam penelitiannya menggunakan proses maka menggunakan deret
waktu. Proses disini yang dimaksud misalnya membahas dari evaluasi sampai
dengan evaluasi sesuatu.15

15
Ibid, Hal. 140-158.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ali Jahan, K. L. Multi-Criteria Decision Analysis for Supporting The Selection of
Engineering. Amsterdam: Elsevier, 2016.
Christine Daymon dan Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public
Relations Dan Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2001.
Dale E. Yeatts, C. H. High-Performing Self-Managed Work Teams, 1997.
John W. Creswell. Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five
Traditions. London: SAGE Publications, 1998.
Michael Quinn Patton. How to Use Qualitative Methods in Evaluation. London: SAGE
Publications, 1991.
Nuriman. Memahami Metodologi Studi Kasus, Grounded Theory, Dan Mixed-Method.
Jakarta: Kencana, 2021.
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakatra Timur: Prenada Media,
2014.
Robert K. Yin. Case Study Research: Design and Methods. Vol.5., 2009.
———. Case Study Research Design and Methods. Third Edit., 2002.
———. Studi Kasus Desain Dan Metode, Terj. M. Dzauji Mudzakir. Ed. Revisi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Sri Wahyuningsih. Metode Penelitian Studi Kasus. Madura: UTM Press, 2013.

17

Anda mungkin juga menyukai