Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari kasus, sudah sering digunakan dalam ranah bidang


kesehatan, psikologi, organisasi, dan bidang lain untuk menunjukkan hal-hal
penting dari kasus yang dipelajari. Studi kasus digunakan untuk memberikan
pemahaman akan sesuatu yang menarik perhatian, proses sosial yang terjadi,
peristiwa konkret, atau pengalaman orang yang menjadi latar dari sebuah
kasus. Sebuah studi kasus diharapkan dapat menangkap kompleksitas satu
kasus dan metodologi ini semakin berkembang dalam ilmu-ilmu sosial,
termasuk dalam bidang yang berorientasi pada praktik seperti studi
lingkungan, pendidikan, maupun bisnis.

Studi kasus (case study) berciri kualitatif namun sebagian lagi tidak.
Misalnya studi kasus penyakit pada kedokteran, rekam medis lebih bercorak
kuantitatif daripada kualitatif. Sebagai pendekatan, kunci penelitian studi
kasus memungkinkan untuk menyelidiki suatu peristiwa, situasi, atau kondisi
sosial tertentu dan untuk memberikan wawasan dalam proses yang
menjelaskan bagaimana peristiwa atau situasi tertentu terjadi. Lebih lanjut
Hodgetts & Stolte menjelaskan bahwa studi kasus individu, kelompok,
komunitas membantu untuk menunjukkan hal-hal penting yang menjadi
perhatian, proses sosial masyarakat dalam peristiwa yang konkret,
pengalaman pemangku kepentingan. Kasus dapat mengilustrasikan bagaimana
masalah dapat diatasi melalui penelitian.

B. Batasan Pembahasan

Mengingat begitu pentingnya metode studi kasus dalam kajian metodologi


penelitian, maka pada kesempatan ini, pemakalah akan membahas Topik Studi

1
Kasus yang dibagi kedalam beberapa sub topik : 1) Pengertian Studi Kasus, 2)
Proses Identifikasi Kasus, 3) Nilai Intrinsik dan instrumentasi pada kasus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Kasus

Penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk


mempelajari secara intensif mengenai unit-unit sosial tertentu, yang meliputi
individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.1 Studi kasus merupakan salah satu
jenis strategi dalam penelitian qualitative. Menurut John W. Creswell Studi kasus
merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok
individu.Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Penelitian kasus atau
studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.Ditinjau dari
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang
sangat sempit.Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih
mendalam

Penelitian studi kasus ini kita akan membawa peneliti terlibat dalam
penelitian yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh terhadap
perilaku individu.2 Di samping itu studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti
memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga,
sekolah dan berbagai bentuk unit sosial lainnya.

1
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Surabaya: Penerbit SIC, 2002), hlm. 24
2
Abdul Azis, S.R., Memahami Fenomena Sosial melalui Studi Kasus; kumpulan Materi
Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: BMPTS Wilayah VII, 1988), 2

3
Studi kasus juga berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau suatu
peristiwa tertentu secara mendalam.3 Pendapat ini didukung oleh Yin yang
menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi yang dipilih untuk menjawab
pertanyaan how dan why, jika fokus penelitian berusaha menela’ah fenomena
kontemporer (masa kini) dalam kehidupan nyata.4

Menurut Depdikbud studi kasus adalah suatu studi atau analisa yang
komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat mengenai
gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku
menyimpang baik individu maupun kelompok”. Sedangakan menurut Wibowo
menjelaskan bahwa “studi kasus adalah suatu teknik untuk mempelajari
keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan untuk
mencapai penyesuaian diri yang lebih baik”. Studi kasus pada intinya adalah
meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan
yang dijadikan unit analisis, dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari penjabaran definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Studi


Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada
tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk
memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya,
peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang
aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah
lewat.

3
Bogdan dan Taylor, Introduction to Qualitatif Research Methods: Aphenomenologikal
approach to the social sciences, (New York: John Willy & Sons, 1982), hlm. 58
4
R.K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode , Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2002), hlm. 25

4
B. Proses Identifkasi Kasus

Menurut Suryabrata bahwa identifikasi kasus dapat ditentukan melalui5:

1. Bacaan yang berisi laporan hasil penelitian. Hal ini bisa dimanfaatkan karena
pada bagian akhir dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut.
2. Diskusi, seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya. Pada kegiatan tersebut
pembicara sering melontarkan masalah yang disampaikan secara logis dan
profesional sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian
3. Pernyataan pemegang otoritas seperti Mendiknas, Gubernur, Bupati, dan
pihak lain yang sering melontarkan masalah yang dihadapi pemerintah.
4. Pengamatan sepintas seperti mengadakan studi komparatif ke sekolah-
sekolah.
5. Pengalaman pribadi yang dikaitkan dengan kehidupan lprofesional seperti
pendidikan.
6. Perasaan intuitif seperti setelah bangun tidur atau setelah beristirahat.

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih kasus adalah sebagai


berikut :

1. Kasus merupkan sesuatu yang berguna untuk dipecahkan


2. Dukungan teori dari sumber-sumber yang tersedia, berupa referensi, buku
dan jurnal-jurnal
3. Menarik untuk dipecahkan (suatu kasus menjadi tidak menarik bagi
seseorang, mungkin karena terlalu sulit, memerlukan waktu yang terlalu
lama, terlalu luas, terlalu sederhana, tidak berhuungan dengan keahlian atau
spesialisasi yang dipelajari.
5
Suryabrata, Sumadi. Metodologi penelitian. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13

5
4. Sedapat mungkin menghasilkan suatu yang baru
5. Data yang dibutuhkan cukup relevan dan tidak sulit untuk didapatkan.

Lewat Studi Kasus sebuah peristiwa akan terangkat ke permukaan


hingga akhirnya menjadi pengetahuan publik. Diakui bahwa ada tiga
persoalan yang memang tidak mudah dalam melakukan Studi Kasus, yaitu;

1. Bagaimana cara menentukan kasus yang akan diangkat sehingga


dianggap berbobot secara akademik,
2. Bagaimana menentukan data yang relevan untuk dikumpulkan,
3. Apa yang harus dilakukan setelah data terkumpul.

Semakin peneliti dapat memilih kasus atau bahan kajian secara


spesifik dan unik, dan diyakini sebagai sebuah sistem yang tidak berdiri
sendiri, maka semakin besar pula manfaat Studi Kasus bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Yunus menggambarkan objek yang diteliti dalam penelitian Studi Kasus


hanya mencitrakan dirinya sendiri secara mendalam/detail/lengkap untuk
memperoleh gambaran yang utuh dari objek (wholeness) dalam artian bahwa
data yang dikumpulkan dalam studi dipelajari sebagai suatu keseluruhan, utuh
yang terintegrasi6. Itu sebabnya penelitian Studi Kasus bersifat eksploratif. Sifat
objek kajian yang sangat khusus menjadi bahan pertimbangan utama peneliti
untuk mengelaborasinya dengan cara mengeksplorasi secara mendalam.
Peneliti tidak hanya memahami kasus dari luarnya saja, tetapi juga dari
dalam sebagai entitas yang utuh dan detail. Itu sebabnya salah satu teknik
pengumpulan datanya melalui wawancara mendalam. Untuk memahami lebih

6
Hadi, Sabari Yunus, Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 264

6
jauh tentang subjek, peneliti Studi Kasus juga dapat memperoleh data melalui
riwayat hidupnya.

C. Nilai Intrinsik dan Instrumentasi Pada Kasus

Menggunakan istilah “Studi Kasus” artinya ialah peneliti ingin menggali


informasi apa yang akhirnya bisa dipelajari atau ditarik dari sebuah kasus, baik
kasus tunggal maupun jamak. Stake menyebutnya “what can be learned
from a single case?7 Agar sebuah kasus bisa digali maknanya peneliti harus
pandai-pandai memilah dan memilih kasus macam apa yang layak diangkat
menjadi tema penelitian. Bobot kualitas kasus harus menjadi pertimbangan
utama. Dengan demikian, tidak semua persoalan atau kasus baik pada
tingkat perorangan, kelompok atau lembaga bisa dijadikan bahan kajian
Studi Kasus. Begitu juga tidak setiap pertanyaan bisa diangkat menjadi
pertanyaan penelitian (research questions). Ada syarat-syarat tertentu,
sebagaimana dijelaskan di muka, agar sebuah peristiwa layak diangkat
menjadi “kasus” penelitian Studi Kasus. Begitu juga ada syarat-syarat tertentu
agar sebuah pertanyaan bisa diangkat menjadi pertanyaan penelitian.

Salah satu hal penting untuk dipertimbangkan dalam memilih kasus ialah
peneliti yakin bahwa dari kasus tersebut akan dapat diperoleh pengetahuan
lebih lanjut dan mendalam secara ilmiah. Dalam hal ini Studi Kasus
disebut sebagai Instrumental Case Study. Selain itu, Studi Kasus bisa
dipakai untuk memenuhi minat pribadi karena ketertarikannya pada suatu
persoalan tertentu, dan tidak untuk membangun teori tertentu. Misalnya, tentang
kenakalan remaja, penyalahgunaan obat, fenomena single parents, dan
sebagainya. Studi semacam ini disebut sebagai Studi Kasus Intrinsik ( Intrinsic

7
Mudjia, Rahardjo, M.Si, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep Dan Prosedurnya
( Malang, Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017), hlm. 15

7
Case Study). Di negara maju, Studi Kasus Intrinsik lazim digunakan oleh para
profesional atau anggota masyarakat biasa karena rasa ingin tahunya
terhadap suatu persoalan yang mereka hadapi secara lebih mendalam, lebih-
lebih jika persoalan tersebut menjadi isu hangat di masyaraka.

Menururt Lincoln dan Guba penggunaan studi kasus sebagai suatu metode
penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.


2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dan responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi
penilaian atau transferabilitas.8

8
Mulyana, Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosda, 2004), hlm. 201

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan
secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan
aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau
organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa
tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus
adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan
sesuatu yang sudah lewat.

Identifikasi kasus dapat ditentukan melalui bebrapa cara :

a. Bacaan yang berisi laporan hasil penelitian


b. Diskusi, seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan sepintas.
e. Pengalaman pribadi yang dikaitkan dengan kehidupan profesional
seperti pendidikan.
f. Perasaan intuitif seperti setelah bangun tidur atau setelah beristirahat.

Anda mungkin juga menyukai