Disusun Oleh :
Kelas 6C
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat dan
karunia-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Grounded Theory” dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya halangan. Tujuan
dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Analisis Data Kualitatif. Untuk itu kami sangat mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu
Dr. Ai Siti Farida, S.E., M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Analisis Data Kualitatif,
dan teman-teman yang telah memberi dukungan selama proses penyusunan makalah ini.
Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. Definisi Teori Penelitian...............................................................................................................7
B. Definisi Grounded Theory............................................................................................................7
C. Sejarah Grounded Theory...........................................................................................................10
E. Manfaat Grounded Theory..........................................................................................................14
F. Prinsip Grounded Theory............................................................................................................16
G. Ciri-Ciri Grounded Theory.........................................................................................................20
H. Sumber Dan Asumsi Grounded Theory......................................................................................27
I. Kelebihan dan Kekurangan Grounded Theory.............................................................................28
J. Langkah-Langkah Merumuskan Grounded Theory......................................................................29
BAB III...............................................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................................32
A. Kesimpulan.................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah
metode penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Setiap penelitian bermaksud untuk menemukan atau
mengembangkan pengetahuan. Pengetahuan itu adakalanya berupa teori, yang merupakan
penjelasan terhadap gejala-gejala, dan adakalanya berupa knowledge yang merupakan
konsep-konsep atau pola- pola regulasi yang terdapat di alam ini. Selain itu, penelitian juga
bermaksud untuk menemukan pengetahuan yang berupa strategi-strategi untuk pemecahan
suatu masalah. Pada dasarnya penelitian kualitatif dapat digunakan untuk ketiga maksud
tersebut (Bahar, 2011).
Penelitian kualitatif berangkat dari suatu komitmen untuk memperoleh data secara
alamiah: peneliti beranggapan bahwa pemerolehan pengetahuan secara sistematik harus
berada dalam suasana alamiah ketimbang dalam suasana artifisial atau buatan seperti
eksperiman (Marshall dan Rossman (1989).
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan. Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data yang
sarat dengan konteks, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu teori.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, secara umum tujuan penelitian kualitatif
4
adalah untuk “menemukan”. Menemukan berarti sebelumnya belum pernah ada atau belum
diketahui. Bisa dikatakan bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari
fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat
ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih
bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan teori-teori sosial. Dengan
metode kualitatif, maka peneliti dapat menemukan pemahaman yang luas dan mendalam
terhadap situasi sosial yang kompleks, memahami interaksi dalam situasi sosial tersebut
sehingga dapat ditemukan hipotesis, pola hubungan yang akhirnya dapat dikembangkan
menjadi teori.
Kajian teori merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang harus
dilakukan oleh peneliti. Penyusunan kajian teori menjadi dasar pertimbangan dalam
penentuan langkahlangkah penelitian. Seorang peneliti harus memiliki kesadaran yang tinggi
perihal penyusunan kajian teori yang baik dan benar. Tidak sedikit peneliti mula khususnya
mahasiswa tingkat akhir yang terhenti proses penelitiannya dikarenakan tidak memahami
cara mendapatkan teori yang mendukung topik penelitiannya. Faktor lainnya adalah peneliti
tersebut tidak memiliki referensi yang cukup sehingga dasar pijakan risetnya menjadi rapuh.
Proses penentuan teori yang sesuai dengan topik peneliti membutuhkan kecakapan khusus
dari penelitinya. Seorang peneliti akan kesulitan menyusun kajian teori manakala peneliti
tidak menguasai topik penelitian yang sedang dilakukannya, begitupun sebaliknya peneliti
akan relatif lancar dalam proses penyusunan kajian teori manakala dirinya paham betul
terhadap topik-topik risetnya. Faktor lainnya adalah kecakapan dalam mencari rujukan yang
relevan dengan kebutuhan risetnya. Penyusunan kajian teori dilakukan sejak awal penelitian
dilakukan, tepatnya sejak peneliti dapat mengidetifikasi topik penelitiannya. Setelah topik
penelitian teridentifikasi maka peneliti dapat berkungjung ke perpustakaan maupun mencari
secara online dalam perpustakaan digital sumber-sumber rujukan yang dibutuhkan. Saat ini
proses pencapaian rujukan secara digital lebih mudah dibandingkan dengan perpustakaan
tradisional. Dengan menggunakan akses internet maka peneliti dapat mencari dan
menemukan semua rujukan yang dibutuhkan untuk mendukung topik risetnya.
Creswell (1997) menguraikan dengan rincian perbedaan dan persamaan kelima
pendekatatan penelitian kualitatif tersebut berdasarkan tradisi penemuannya; kerangka
filosofis dan teoritis; fokus studi; teknik pengumpulan data; analisis data dan representasi;
penulisan laporan; standar kualitas dan verifikasi; serta penarikan kesimpulan. Dengan
5
penjelasan perbedaan pada kelima pendekatan penelitian kualitatif yang lebih rinci tersebut.
Pendekatan dimaksud yaitu Grounded Thoery (GT).
Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu
sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang
ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki
pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data
yang dikumpulkannya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa teori dapat berupa konsep,
defisini, proposisi tentang suatu variabel yang dapat dikaji, dikembangkan oleh peneliti. Teori
berupa sebuah penjelasan atau hal yang menjelaskan tentang sebuah system yang
mendiskusikan bagaimana sebuah fenomena terjadi dan mengapa fenomena itu terjadinya
demikian (Christensen, Johnson, Turner, & Christensen, 2011; Johnson & Christensen, 2019,
2019). Teori mengandung arti yang penting, apabila teori tersebut dapat melukiskan,
menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada (Monks, F. J., & Knoers, A. M. P. Siti
Rahayu., 1999). Teori membutuhkan konstruksi agar mengandung makna yang utuh dan
mendalam.
Grounded Theory atau teori dasar merupakan salah satu pendekatan dalam jenis
penelitian kualitatif. Grounded Theory dapat pula dikatakan penemuan teori baru atau teori
7
dasar hal tersebut dikarenakan dalam penelitian peneliti tidak menggunakan teori sebagai
dasar penelitian melainkan melakukan penelitian untuk menemukan teori baru. Grounded
theory memiliki titik berat pada riset kualitatif. Riset yang mengaplikasikan grounded theory
disebut penelitian grounded. Penelitian grounded merupakan sebuah metodologi riset atau
bias juga dipahami sebagai sebuah pendekatan penelitian dimana data lapangan menjadi
sumber formulasi teori. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan teori yang muncul
kemudian, disaat atau setelah data lapangan dikumpulkan.
Glasser dan Strauss (1967) mendefinisikan grounded theory sebagai sebuah metode
penelitian induktif terhadap wilayah yang belum begitu diketahui. Penelitian ini mencoba
membangun sebuah pengetahuan dari awal yang berbasis pada data di lapangan. Dalam
prakteknya metode ini tidak hanya digunakan untuk meneliti wilayahwilayah yang belum
begitu diketahui tetapi juga seringkali digunakan untuk mengkritisi atau melawan teori-teori
yang telah ada sebelumnya. Grounded theory berangkat dari keprihatinan akan terbatasnya
metode penelitian untuk meneliti objek-objek kajian yang belum begitu banyak diteliti
sehingga belum banyak teori yang dimiliki. Terlebih dalam perkembangan ilmu pengetahuan
yang didominasi paham positivisme dan metode kuantitatif. Oleh karena itu Strauss &
Glasser (1967) mcnciptakan metode ini untuk menjawab tantangan tersebut.
Grounded theory merupakan suatu metode riset yang berupaya untuk
mengembangkan teori tersembunyi di balik data dimana data ini dikumpulkan dan dianalisis
secara sistematis (Martin dan Turner, 1986). Grounded theory menurut Martin dan Turner
(1986) adalah
"A grounded Theory is one of that is inductively derived from the study of
phenomenon it represents. That is, it is discovered, developed, and
provisionally verified through systematic data collection, analysis of
data pertaining to that phenomenon. Therefore, data collection, analysis,
and theory stand in reciprocal relationship with each other. One does
not begin with a theory, then prove it. Rather one begins with an area of
study and what is relevant to that area as allowed to emerge."
Dimana grounded theory sebagai suatu teori yang diturunkan dari data yang secara
sistematis dikumpulkan dan dinalisis melalui suatu proses pehelitian. Perbedaan antara
metoda penelitian grounded theory dengan metoda penelitian lain, khususnya adalah pada
pendekatan filosifis pengelrnbangan teori, yaitu yang menyarankan adanya hubungan
kontinyu antara pengumpuldn data dan analisis data (Adebayo, 2004). Salah satu kekuatan
dari gronded theory adalah sifat komprehensif dari perspektif yang dapat diperoleh oleh
peneliti. Dengan cara langsung terjun ke dalam fenbmena sosial dan melakukah observasi
secara lengkap, agar peneliti dapat mengembangkan pengertian yang mendalam dan lengkap.
Grounded theory ini merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus memberi jalan keluar
dari "stagnasi teori" dalam ilmu-ilmu sosial, dengan menitik beratkan sosiologi. Ungkapan
grounded theory merujuk pada teori yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan data.
Bila dilakukan dengan baik, maka teori yang dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan
data tadi. Grounded theory berguna dalam situasi-situasi ketika sedikit sekali yang diketahui
9
tentang topik atau fenomena tertentu, atau ketika diperlukan pendekatan baru untuk latar-latar
yang sudah dikenal. Pada umumnya, tujuan grounded theory adalah membangun teori baru,
walaupun seringjuga digunakan untuk memperluas atau memodifikasi teori yang ada.
Sebagai contoh, peneliti bisa mengembangkan grounded theory peneliti sendiri, atau
grounded peneliti lain dengan meninjau kembali data yang sama dengan pertanyaan dan
interprestasi yang berbeda.
Secara umum menurut Payne (2010) grounded theory dapat digunakan untuk situasi
sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian yang belum banyak diketahui
2. Belum ada teori yang menjelaskan keadaaan yang terjadi
3. Peneliti ingin membandingkan/menantang teori yang sudah ada
4. Peneliti ingin mencari tahu pemahaman, persepsi dan pengalaman partisipan
5. Peneilitian ini bertujuan membagun suatu teori yang baru
Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney glaser dan
Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The
Discovery of Grounded Theory" 0967), Theoilical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis
for Social Scienfisfs (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded
Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat
sehingga memenuhi kriteria metode ilmiah. Pendekatan grounded theory atau yang kemudian
dikenal dengan grounded research merupakan sebuah metode yang tergolong baru dalam
ilmu sosial. Metode ini pertama kali dikenalkan pada cabang ilmu sosiologi oleh Glasser dan
Strauss dalam bukunya berjudul The Discovery of Grounded Theory pada tahun 1967.
Metode ini kemudian lebih lanjut dikembangkan oleh Strauss dan Corbin (1990), Channaz
(1995); Chlarke (2005 dan Schlegel (2010). Secara kronologis perkembangan grounded teori
dapat dilihat pada deskripsi table 1.
10
1987 Strauss 1987 Qualitative analysis for
social scientists
1990 Strauss and Corbin 1990 ‘Basics of qualitative
research: Grounded theory
procedures and techniques
1992 Glaser 1992 Basics of grounded theory
analysis
1994 Straussand Corbin 1994 ‘Grounded theory
methodology: An overview'
in Handbook of qualitative
research (lst Edition)
1995 Channaz 1995 ‘Grounded theory' in
Rethinking methods in
psychology
1998 (Strauss and Corbin 1998) Basics of qualitative
research: Grounded themy
procedures and techniques
(2nd Edition)
2000 (Charmaz 2000) 'Grounded theory:
Objectivist and
constructivist methods' in
Handbook of Qualitative
research (2nd Edition)
2005 (Clarke 2005) Situational analysis:
Grounded theory after the
postmodern turn
2006 (Charmaz 2006) Constructing grounded
theory A practical guide
through qualitative analysis
Tabel.1: Perkembangan Grounded Theory
Penelitian Grounded Theory merupakan disain penelitian kualitatif yang
memungkinkan peneliti untuk membentuk konstruk dan membangun teori dari data yang
langsung dikumpulkan oleh peneliti bukan dari teori yang telah ada (Adebayo,2004). Seperti
11
telah disebutkan di muka, penelitian Grounded Theory pertama kali diperkenalkan oleh
Barney & Anselm Strauss ini pada tahun 1967 (Cresswell, 1998)- Penelitian ini dilakukan
jika peneliti melakukan observasi atau berpartisipasi dalam perilaku sosial dan mencoba
untuk mengerti perilaku tersebut (Babbie, 1992). Penelitian Grounded Theory memberikan
peneliti suatu kemampuan untuk menurunkan teori dalam konteks data' yang dikumpulkan.
Strauss & Corbin (1990) mendeskripsikan grounded theory sebagai suatu teori yang
diturunkan dari data yang secara sistematis dikumpulkan dan dinalisis melalui suatu proses
pehelitian.
Pada awalnya Strauss menyatakan bahwa GT hanya dapat dikembangkan oleh para
sosiolog profesional. Namun, beberapa sepuluh tahun kemudian, Glaser (2010) memperluas
posisi penerapan GT untuk pedoman desertasi pada ilmu politik, kesejahteraan sosial,
pendidikan, pendidikan kesehatan, sosiologi pendidikan, kesehatan masyarakat, bisnis dan
administrasi, keperawatan perencanaan kota dan perencanaan wilayah, serta antropologi. GT
tidak lagi terbatas pada bidang-bidang sosiologi, tetapi, bisa untuk bidang-bidang ilmu sosial
lainnya termasuk pendidikan (Noeng, 2000; Sudira, 2009)
Perbedaan antara metoda penelitian grounded theory dengan metoda penblitian lain,
khususnya adalah pada pendekatan filosifis pengelrnbangan teori, yaitu yang menyarankan
adanya hubungan kontinyu antara pengumpuldn data dan analisis data (Adebayo, 2004).
Salah satu kekuatan' dari gronded theory adalah sifat komprehensif dari perspektif yang dapat
diperoleh oleh peneliti. Dengan cara langsung terjun ke dalam fenbmena sosial dan
melakukah observasi secara lengkap, agar peneliti dapat mengembangkan pengertian yang
mendalam dan lengkap.
12
hasil wawancara, melakukan beberapa kali kunjungan ke lapangan, mengembangkan dan
menghubungkan berbagai katagori informasi, dan kemudian selanjutnya dapat menuliskan
proposisi teoritis atau hipotesis atau menampilkan gambaran visual dan teori (Creswell,
1998). Strauss dan Corbin (1994) menyatakan bahwa teori merupakan suatu hubungan dua
atau lebih variabel yang dapat dipertanggung-jawabkan (reasonable) diantara konsep-konsep
dan atau sekumpulan konsep-konsep yang saling berkaitan. Teori yang dikembangkan oleh
peneliti dinyatakan pada akhir suatu penelitian dan dapat dinyatakan dalam bentuk
pernyataan yang bersifat naratif (Strauss & Corbin,1990); atau gambaran visual (Morrow &
Smith, 1995); atau suatu serial hipotesa dan/atau juga proposisi (Cresswell & Brown, 1992).
Responden dan partisipan yang diwawancarainya dipilih secara teoritis dan sistematis
sesuai dengan tujuan penelitian (purposiveness) untuk membantu peneliti dalam membentuk
teori sebaik mengkin. Berapa banyak atau berapa kali seorang peneliti harus turun ka
lapangan sangatlah tergantung dari apakah katagori informasi/data yang diperoleh telah
mencapai saturasi atau belum, dan apakah tori telah dielaborasi dengan seluruh
kompleksitasnya.
Salah satu tujuan dari metode grounded theory adalah untuk merumuskan suatu teori
yang didasarkan pada gagasan konseptual. Di samping itu mencoba untuk memverifikasi
teori yang dihasilkan dengan membandingkan data yang dikonseptualisasikan pada tingkat
yang berbeda abstraksi, dan perbandingan ini berisi langkah-langkah deduktif. Tujuan lain
dari metode grounded theory adalah untuk menemukan perhatian utama para peneliti dan
bagaimana mereka terus mencoba untuk menyelesaikan risetnya (Strauss dan Corbin, 1990).
13
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan dari metode grounded theory dalam riset kualitatif adalah
teoritisasi data, yaitu sebagai suatu metode penyusunan teori yang berfokus pada tindakan
atau interaksi sehingga sesuai digunakan dalam riset keperilakuan. Riset kualitatif dengan
metode grounded theory dimulai dari data untuk mencapai suatu teori dan bukan dimulai dari
teori atau untuk menguji suatu teori, sehingga dalam riset grounded theory ini diperlukan
adanya berbagai prosedur atau langkah sistematis dan terencana dengan baik.
Karena grounded theory bergantung pada data yang dikumpulkan untuk menentukan
hasil akhir, temuan terkait erat dengan data tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan
penelitian lain yang lebih mengandalkan kerangka penelitian eksternal atau teori yang lebih
jauh dihapus dari data.
Teori dasar adalah metode penelitian induktif yang kuat untuk menemukan teori baru.
Anda tidak masuk dengan hipotesis yang terbentuk sebelumnya tentang hasil, dan tidak
peduli dengan validasi atau deskripsi. Sebaliknya, Anda mengizinkan data yang Anda
kumpulkan untuk memandu analisis dan pembuatan teori Anda, yang mengarah pada
penemuan baru.
Proses grounded theory menjelaskan strategi khusus untuk analisis yang bisa sangat
membantu. Meskipun grounded theory adalah metodologi yang sangat terbuka, strategi
analisis memungkinkan Anda untuk tetap terstruktur dan analitis dalam proses penemuan
Anda.
14
Pengumpulan dan analisis data disederhanakan
Pengumpulan dan analisis data terjalin erat. Saat Anda mengumpulkan data, Anda
menganalisisnya, dan saat Anda belajar dari analisis, Anda terus mengumpulkan lebih banyak
data. Ini membantu memastikan bahwa data yang Anda kumpulkan cukup untuk menjelaskan
temuan yang muncul dari analisis.
Karena pengumpulan dan analisis data terjalin erat, Anda benar-benar mengikuti apa
yang muncul dari data itu sendiri. Ini memberikan penyangga yang hebat terhadap konfirmasi
keyakinan yang terbentuk sebelumnya tentang topik Anda.
Parsimony mengacu pada heuristik sering digunakan dalam ilmu yang menunjukkan
bahwa ketika ada hipotesis bersaing yang membuat prediksi yang sama, hipotesis yang
bergantung pada asumsi paling sedikit lebih disukai. Grounded theory bertujuan untuk
memberikan penjelasan praktis dan sederhana tentang fenomena kompleks dengan mencoba
menghubungkan fenomena tersebut dengan konstruksi abstrak dan menghipotesiskan
hubungan di antara konstruksi tersebut.
Metode teori grounded telah mendapatkan tempat mereka sebagai penelitian sosial
dan telah mempengaruhi peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan profesi.
1. Perumusan Masalah
Pemilihan dan perumusan masalah merupakan pusat terpenting dari suatu penelitian
ilmiah. Dengan memasukkan semua batasan dalam perumusan masalah, masalah tersebut
memungkinkan peneliti untuk mengarahkan penyelidikan secara efektif dengan menunjukkan
jalan ke pemecahan itu sendiri. Dalam pengertian nyata, masalah adalah separuh dari
pemecahan.
2. Deteksi Fenomena
16
Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia yang kita lihat
untuk dijelaskan. Yang lebih menarik, keteraturan penting yang dapat dibedakan ini kadang-
kadang disebut “efek”. Fenomena meliputi suatu cakupan ontologis yang bervariasi yang
meliputi objek, keadaan, proses dan peristiwa, serta ciri-ciri lain yang sulit digolongkan.
Menurut Gleser dan Strauss, grounded theory dikatakan muncul secara induktif dari
sumber data sesuai dengan metode “constant comparison” atau perbandingan tetap. Sebagai
suatu metode penemuan, metode perbandingan tetap merupakan campuran pengodean
sistematis, analisis data, dan prosedur sampling teoritis yang memungkinkan peneliti
membuat penafsiran pengertian dari sebagian besar pola yang berbeda dalam data dengan
pengembangan ide-ide teoritis pada level abstraksi yang lebih tinggi, daripada deskripsi data
awal.
4. Pengembangan Teori
Gleser dan Strauss memegang suatu perspektif dinamis pada konstruksi teori. Ini jelas
dari klaim mereka bahwa strategi analisis komparatif untuk pnurunan teori meletakkan suatu
tekanan yang kuat pada teori sebagai proses; yaitu, teori sebagai satu kesatuan yang pernah
berkembang, bukan sebagai suatu produk yang sempurna.
Gleser dan Strauss menjelaskan bahwa ada yang lebih pada penilaian teori daripada
pengujian untuk kecukupan empiris. Kejelasan, konsistensi, sifat hemat, kepadatan, ruang
lingkup, pengintegrasian, cocok untuk data, kemampuan menjelaskan, bersifat prediksi, harga
heuristik, dan aplikasi semua itu disinggung sebagai kriteria penilaian yang bersangkutan.
Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan kelengkapan suatu penelitian
dibandingkan perhitungan naratif penelitian tersebut, maka rekonstruksi filosofis metode
merupakan konstruksi yang menguntungkan.
1) Pertanyaan penelitian
17
2) Pengumpulan dan analisa datasecra terus menerus
3) Melakukan proses sampling hingga membangun teori
4) Membangun kategori data dari data empiris
5) Mengembangkan teori pada setiap langkah pengumpulan dan analisa data
6) Melakukan “memo writing” sebagai cara untuk meningkatkan teori
Haig, 2004 (dalam Emzir, 2011: 196) mengemukakan beberapa prinsip grounded theory
yaitu ;
Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada
tahap awal adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam
bentuk pertanyaan. Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam GT adalah; (1)
berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (2) mengungkap secara tegas
tentang obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (3) berorientasi pada proses
dan tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada GT; “Bagaimanakah novel detektif Inggris
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?” Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah ini bermaksud untuk; (1) mengenali secara tepat dan mendalam proses penerjemahan
sebuah novel detektif Inggris ke dalam bahasa Indonesia, (2) obyek formal penelitian adalah
penterjemah yang sedang menerjemahkan sebuah novel detektif Inggris ke dalam bahasa
Indonesia; sedangkan obyek materialnya adalah metode yang dilakukan oleh penterjemah itu
dalam menyelesaikan penerjemahan novel dimaksud, dan (3) orientasi utama yang disoroti
adalah tahapan dan teknik-teknik penterjemahan yang dipilih.
2. Deteksi Fenomena
18
Fenomena stabil secara relative, cirri umum yang muncul dari dunia yang kita lihat
untuk dijelaskan. Fenomena meliputi cakupan ontologism yang bervariasi yang meliputi
objek, keadaan, proses, dan peristiwa, serta cirri-ciri lain yang sulit digolongkan. Oleh karena
itu, lebih baik mendiskripsikan fenomena dalam istilah perannya sebagai objek khusus
pejelasan dan prediksi.
Penurunan teori dalam grounded theory menurut Strauss dan Glaser, bahwa grounded
theory muncul secara induktif dari sumber data sesuai dengan metode perbandingan tetap
(constant comparison). Kemudian Strauss dan Glaser juga mengkritisi teori Logico deductive
theorizing yaitu metode hipoteka-deduktif (pengambilan teori atau hipotesis dan mengujinya
secara tidak langsung dengan memperoleh konsekuensinya yang merupakan ketersediaan
mereka menguji langsung secara empiris) bahwa pertama, teori deduktivisme melebih-
lebihkan dalam penempatan pengujian teori dalam ilmu pengetahuan, dan kedua, penalaran
induktif dapat membentuk perumusan ide-ide teoritis.
4. Pengembangan teori
5. Penilaian Theory
Dalam penilaian ini, aliran empirisme yang dominan tentang penilaian teori dicirikan
dalam pertunjukan hipotetiko deduktif normal, dimana teori ditaksir kecukupan empirisnya
dengan memastikan apakah prediksi tesnya dibuktikan oleh data yang relevan. Sedangkan
Glaser & Strauss tidak menyatakan perhitungan yang tepat menyangkut hakikat dan tempat
pengujian teori dalam ilmu social, mereka menjelaskan bahwa ada yang lebih pada penilaian
teori dari pada pengujian untuk kecukupan empiris.
1. Tujuan pendekatan data tanpa kerangka yang pasti tetapi dengan melihat hal-hal yang
belum pasti. Secara teoritis, GT tidak sejalan dengan pengembangan pengetahuan secara
idealistik (yaitu menentukan kerangka konsep yang jelas kemudian membuktikan hipotesis
atau teori yang ada dalam praktik melalui riset), tetapi GT menghasilkan teori atau konsep
pada fenomena yang diteliti setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan. Hal ini
menolak pendapat bahwa ilmu pengetahuan ditemukan dan tidak dapat dibantah dengan
aturan-aturan tertentu.
20
Dalam penelitian GT, proses merujuk pada urutan tindakan-tindakan dan interaksi
antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan sebuah topik, seperti
pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam bahasa Indonesia. Dalam topik seperti ini,
berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan yang dilakukan pada partisipan,
peneliti GT dapat mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-tindakan dan interaksi antar
manusia, seperti interaksi antara penerbit dan penterjemah pada saat negoisasi, tindakan-
tindakan yang dilakukan penterjemah selama proses pengalihbahasaan, dan sebagainya.
Aspek-paspek yang diisolasi ini disebut kategori-kategori, yang digunakan sebagai tema-tema
informasi dasar dalam rangka memahami suatu proses.
b. Theoretical sampling
Dalam GT, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi,
melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik merupakan pengambilan
sampel yang dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang
terbukti berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun.
Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat,
dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti
21
sedang meneliti “tingginya kecenderungan penerbitan novel-novel horror terjemahan”,
penikmat (pembaca) novel-novel horor merupakan kandidat yang paling sesuai untuk
diwawancarai. Penterjemah, penerbit, dan kritisi sastra memang dapat dijadikan sumber
informasi yang relevan, namun peran mereka tidak begitu sentral karena penerbitan bahan
bacaan sangat ditentukan oleh konsumen (pembaca).
Paparan ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya yang di sampel dalam penelitian
GT bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang
berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Akan tetapi, karena fenomena itu
melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut
disampel dalam perses pengumpulan atau penggalian fenomena. Subyek-subyek yang diteliti
secara berproses ditentukan di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara
penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam GT diarahkan
dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola
penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data; (a)
penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c) penyampelan
pembeda.
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori
sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
22
kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya data, peneliti memilih satu
kategori inti sebagai basis penulisan teori.
Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan kategori inti (Strauss and Corbin,
dalam Creswell, 2008: 444).
a) It must be central; that is, all other major categories can relate to it.
b) It must appear frequently in the data. This mean that within all or almost all cases,
there are indicators pointing to the concept.
c) The explanation that evolves by relating the categories is logical and consistent, there
is no forcing of data.
d) The name or phrase used to describe the central category should be sufficiently
abstract.
e) As the concept is refined, the theory grows in depth and explanatory power.
f) When conditions vary, the explanation still holds, although the way in which a
phenomenon is expressed might look somewhat different.
Dalam penelitian GT, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan atau
pemahaman yang abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik substantif yang
didasarkan pada data. Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu mengidentifikasi kategori inti
dan kategori-kategori proses yang menjelaskannya. Karena teori ini dilandaskan
pada fenomena yang spesifik, teori ini tidak dapat diaplikasikan digeneralisasikan
secara meluas pada fenomena lain. Oleh karena itu, Charmaz (dalam Creswell, 2008:
446) mengatakan teori ini bersifat “middle range”, ditarik dari beberapa individual
atau sumber data dan memberi penjelasan yang akurat hanya pada sebuah topik
yang substantif.
f. Memos
1. Data Utama Bersumber dari Pernyataan Informan Sumber data yang dijadikan dasar untuk
teoritisasi adalah data yang berasal dari informan. Pernyataan langsung dari informan
dianalisis dengan analisis coding agar menghasilkan teoritisasi yang bermakna. Sedangkan
sumber data dari pengamatan dan data sekunder lainnya berfungsi untuk mempertajam
analisis yang ada agar memudahkan peneliti dalam proses teoritisasi data. Jumlah informan
yang ideal untuk dijadikan sumber data, menurut Creswell (2007) adalah antara 20 sampai
dengan 60 informan. Sedangkan menurut Glaser, sebagai penemu grounded theory, ia tidak
mensyaratkan berapa jumlah informan yang ideal, namun ia membatasi bahwa ketika data
yang diperoleh sudah jenuh atau tidak ada lagi data baru, maka jumlah tersebut sudah
memenuhi syarat untuk dijadikan sumber data dalam penelitian grounded theory. Seperti
pada penelitian kualitatif lainnya, sumber data dipilih dengan purposive sampling, artinya
bahwa informan tersebut dipilih karena adanya tujuan tertentu, namun ada sedikit perbedaan
yang tidak ada pada pendekatan lainnya, yaitu adanya theoritical sampling (penyampelan
teoritis). Yang dimaksud penyampelan teoritis dalam konteks ini adalah bahwa setelah
peneltii melakukan pengumpulan dan analisis data secara terintegrasi ia akan menggali lagi
data apa yang diperlukan selanjutnya, di mana dan dari siapa data tersebut bisa digali dengan
tujuan untuk membangun teori.
2. Meneliti Proses Aksi dan Interaksi penelitian ini meneliti sebuah proses, aksi dan interaksi
yang melibatkan beberapa individu di dalamnya. Misalkan anda mau meneliti tentang
jiwa enterpreneurship tim sepak bola, maka anda harus mengamati langsung dan menggali
informasi tentang proses pelatihan anggota tim berikut model dan cara pelatihannya, figur
pelatih, interaksi antara pelatih dengan anggota, interaksi antar anggota tim, masalah yang
terjadi di dalam anggota akibat proses interaksi dan sikap serta perilaku anggota menanggapi
kondisi yang ada. Contoh yang lain, jika anda ingin menggali proses adopsi anak, maka anda
perlu mengamati dan menggali informasi tentang prosedur pengadopsian anak, persepsi
pengadopsi tentang anak yang akan diadopsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
24
pengadopsi terhadap keputusan adopsi. Anda juga perlu menggali informasi tentang motivasi
pengadopsi, proses keputusan pemilihan karakter anak yang sesuai, sikap dan perilaku anak
ketika akan diadopsi dan sikap dan perilaku petugas dalam sebuah yayasan yang selama ini
merawat anak yang akan diadopsi. Karenanya, dalam grounded theory peristiwa atau
fenomena yang akan anda gali sedang berlangsung. Ketika sebuah peristiwa usai, dan anda
ingin meneliti peristiwa tersebut, maka pendekatan yang akan anda gunakan tidak lagi
grounded theory, namun memakai pendekatan yang lain.
25
sudah menunjukkan rumusan teori yang dihasilkan dari penelitian dengan pendekatan
grounded theory karena sudah lebih dari dua proposisi.
Yang dikemukakan oleh Strauss dan Corbin tentang gounded theory, dapat ditarik
kesimpulan tentang ciri-ciri gerounded theory yakni (Hussin, 2014):
a) Grounded theory dimulai dari data tentang suatu fenomena, buka suatu hasil teori
yang sudah ada,
b) Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan secara
deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada kajian kuantitatif.
c) Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4
(empat) kriteria iaitu: sesuai (fit), difahami (understanding), generalisasi umum
(generality), pengawasan (controll), juga diperlukan dimilikinya kepekaan (theoretical
sensitivity) dari si penyelidik. Kepekaan teori adalah kualiti peribadi si penyelidik
yang mempunyai pengetahuan yang mendalam sesuai bidang yang diteliti,
mempunyai pengalaman penyelidikan dalam bidang yang relevan. Dengan
pengetahuan dan pengalamannya tersebut si penyelidik akan mampu memberi makna
terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat dan
didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si penyelidik mampu menyusun
kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah dilakukan. Setelah
dibandingkan dengan teori-teori lain boleh disusun teori baru.
d) Kemampuan penyelidik untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi oleh
kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan kajian dari bidang yang relevan dan
banyaknya sastera yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si penyelidik
26
mempunyai maklumat yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian
dan peristiwaperistiwa dalam fenomena yang diteliti.
27
f. Grounded theory yang direkonstruksi. Sama halnya konstruksi suatu makalah yang
merupakan kelengkapan suatu penelitian dibandingkan perhitungan naratif penelitian
tersebut, maka rekonstruksi filosofis metode merupakan konstruksi yang
menguntungkan.
Pertama, topik dan konsep yang dieksplorasi harus sesuai dengan konteks yang
diteliti.
Kedua, peneliti harus mempertahankan sikap skeptisisme berdasarkan latar belakang
peneliti dan menerapkan konteks tertentu yang bebas dari asumsi apriori.
Ketiga, hasil pengumpulan data dan hasil analisis berupa kategori konseptual dan
keterkaitan yang dikembangkan berdasarkan alurnya serta menghubungkan konsep
yang dihasilkan dari observasi para peneliti di lapangan sehingga dapat
mencerminkan dinamika konteks yang ada (Locke, 2001).
Denzin & Lincoln (1994) menanggapi pendapat yang menyatakan bahwa grounded
theory hanya didasarkan pada konsep modernisme dan objektivis, sebagai pendekatan yang
hanya menerapkan teori berdasarkan pada teori terdahulu, sehingga relevansinya terbatas.
Charmaz (2000) dan Denzin & Lincoln (1994) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis
memberikan sumbangsih yang besar terhadap pengembangan grounded theory, berupa
pendekatan yang berupaya memahami cara subjek membangun realitas secara sosial.
Charmaz (2000) berpendapat bahwa teknik pengkodean dan pengkategorian merupakan
bagian inti dari metodologi grounded theory, sehingga menghasilkan teori yang sensitif
terhadap fakta karena peneliti menjadi bagian dari objek yang diteliti. Charmaz percaya
28
bahwa pendekatan grounded theory dapat menghasilkan jenis teori interpretatif dengan
memprioritaskan substansi dan data dari informan untuk kepentingan analitik dan
metodologis.
Kualitas grounded theory seperti penelitian lain, selain ditentukan dengan validitas,
reliabilitas dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori
dihasilkan serta beralasan empiris dari temuan atau teori yang dihasilkan. Proses grounded
theory selama ini dituduh kelewat kompleks dan membingungkan, banyak orang yang
kesulitan mempraktikannya, kecuali dalam kondisi yang longgar, tidak kaku dan tidak terlalu
spesifikasi.
Ada tiga aspek yang membedakan grounded theory dengan pendekatan penelitian
kualitatif lainnya, yakni:
(1) Peneliti mengikuti prosesdur analisis sistematik dalam sebagian besar pendekatan.
Grounded theory lebih terstruktur dalam proses pengumpulan data dan analisisnya,
disbanding model riset kualitatif lain. Meski strateginya sama (misalnya analisis
tematik terhadap transkrip wawancara, observasi dan dokumen tertulis);
(2) Peneliti memasuki proses riset dengan membawa sedikit mungkin asumsi. Ini berarti
menjauhkan diri dari teori yang sudah ada; dan
(3) Peneliti tidak semata-mata bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan, tetapi juga
mengkonseptualisasikan dan berupaya keras untuk menghasilkan dan mengembangkan
teori.
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian grounded
theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang
dikumpulkan. Paling tidak grounded theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku
29
yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk
menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas.
Prosedur riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri dari
beberapa tahap yang dilakukan secara simultan. Adapun tahapan tersebut dimulai dengan
tahap perumusan masalah sampai terakhir yaitu menyimpulkan atau penulisan laporan riset.
a. Tahap Perumusan Masalah
Substansi perumusan masalah dalam metode grounded theory bersifat umum
yaitu masih dalam bentuk pertanyaan yang memberikan kebebasan dalam menggali
berbagai fenomena secara luas maupun secara spesifik, namun belum sampai pada
penegasan atas variabel apa saja yang berhubungan dengan ruang lingkup
permasalahan dan variabel yang apa saja yang tidak berhubungan. Tipe hubungan
antar variabelnya juga tidak perlu dieksplisitkan dalam pembuatan rumusan
masalahnya.
Perumusan masalah dalam riset grounded theory disusun secara bertahap.
Rumusan masalah pada tahap awal sebelum dilakukan pengumpulan data adalah
bersifat lebih luas atau umum dengan maksud rumusan masalah tersebut digunakan
sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data. Setelah data yang bersifat
umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan masalahnya semakin dipersempit dan
lebih berfokus pada sifat data yang dikumpulkan dengan maksud sebagai pedoman
dalam menyusun teori.
b. Tahap penggunaan kajian teoritis
Riset kualitatif dengan metode grounded theory tidak bertujuan untuk menguji
kebenaran suatu teori dan tidak terpengaruh oleh kajian literatur, juga tidak bertumpu
pada berbagai variabel yang berasal dari suatu teori, karena akan dapat menghambat
adanya pengembangan rumusan teori baru. Peneliti dalam riset yang menggunakan
metode grounded theory belum memiliki pengetahuan mengenai objek yang akan
ditelitinya termasuk jenis data dan berbagai variabel yang kemungkinan akan
ditemukan.
Peneliti betul-betul terjun ke lapangan dengan kepala kosong, dan apabila
pada saat peneliti merumus kan masalah maupun menyusun materi wawancara dalam
membangun rerangka berpikir menghadapi suatu kesulitan, maka untuk sementara si
30
peneliti dapat meminjam konsep-konsep yang digunakan oleh teori-teori sebelumnya
sampai ditemukannya konsep yang sebenarnya.
Tahap ini diadakan perbandingan teori yang muncul dari hasil riset dengan
teori yang ada dalam literatur. Dalam hal ini dilakukan kegiatan membandingkan
kerangka kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini
dimaksudkan untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas
internal maupun untuk meningkatkan validitas eksternal.
31
dan harus dilakukan secara bergantian. Tahap analisis data dalam metode grounded
theory ini dilakukan dalam bentuk pengkodean, yang merupakan proses penguraian
data, pembuatan konsep dan penyusunan kembali dengan cara yang baru.
e. Tahap penyimpulan atau penulisan laporan
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Grounded Theory (GT) merupakan metodologi penelitian kualitatif yang berakar pada
kontruktivisme, atau paradigma keilmuan yang mencoba mengkontruksi atau merekontruksi teori
atas suatu fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan pada data empirik. Pendekatan ini pertama
kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney glaser dan Anselm Strauss. Metode ini pertama kali
dikenalkan pada cabang ilmu sosiologi oleh Glasser dan Strauss dalam bukunya berjudul The
Discovery of Grounded Theory pada tahun 1967. Tujuan penelitian grounded theory adalah untuk
menghasilkan atau menemukan suatu teori, suatu skema analitis abstrak dari suatu fenomena yang
berhubungan dengan suatu situasi tertentu. Manfaat menggunakan grounded theory antara lain
validitas ekologis, penemuan fenomena baru, dan hemat. Pendekatan Grounded Theory harus
menggunakan prinsip sebagai berikut (1) Tujuan pendekatan data tanpa kerangka yang pasti tetapi
dengan melihat hal-hal yang belum pasti. Secara teoritis, (2) Tujuan pengembangan teori
dikembangkan sedekat mungkin dengan keadaan nyata, aplikasi dasar, dan pengalaman nyata.
Grounded theory memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai suatu pendekatan. Dari
penjelasan para peneliti yang terlibat, terkesan bahwa penggunaan metode grounded terlalu
memakan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan metodologinya yang
mengharuskan para peneliti untuk bersikap sangat teliti dan rajin. Hal yang spesifik yang
membedakan pengumpulan data pada penelitian grounded theory dari pendekatan kualitatif
lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Grounded theory memiliki beberapa
tahapan yaitu 1) tahap perumusan masalah, 2) tahap penggunaan kajian teoritis (bila perlu), 3)
tahap pengumpulan data dan penyampelan, 4) tahap analisis data, dan 5) tahap penyimpulan atau
penulisan laporan. Dalam prakteknya metode ini juga seringkali digunakan untuk mengkritisi
atau melawan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Hasil akhir dalam grounded teori adalah
dalam bentuk ditemukannya teori baru.
33
DAFTAR PUSTAKA
Surahman, E., Satrio, A., & Sofyan, H. (2020). Kajian Teori Dalam Penelitian. JKTP: Jurnal
Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 49–58.
https://doi.org/10.17977/um038v3i12019p049
Kosasih, A. (2018). Pendekatan Grounded Teori (Grounded Theory aprroach): Sebuah kajian
sejarah, teori, prinsip dan strategi metodenya. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Dosen UNINDRA, 5, 122–132.
Aulia, F., & Eka, L. F. (2018). METODOLOGI KUALITATIF “Grounded Theory.” Ilmiah
Akuntansi Dan Bisnis, 9(1), 1–19.
Madekhan, M. (2019). Posisi Dan Fungsi Teori Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Reforma,
7(2), 62. https://doi.org/10.30736/rfma.v7i2.78
http://bdksurabaya-kemenag.id/artikel/detil/422
https://dosen.perbanas.id/penelitian-kualitatif-pendekatan-grounded-theory/
https://media.neliti.com/media/publications/27618-ID-penelitian-grounded-theory-apakah-itu.pdf
34