Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASERTIVITAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modifikasi Perilaku
Dosen pengampu : Dr. Juhanaini, M.Ed.

Disusun oleh :
1. Amirul Muttaqin (2010349)
2. Daffa Ervanza Asmara (2009777)
3. Dwi Rizqi Agustiyaningrum (2006148)
4. Sectiagany Rachmawati Iswanto (2009567)
5. Syakira Nurul Hidayah (2007695)

KELAS 2A
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi,
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Asertivitas” dengan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Modifikasi Perilaku. Selain itu makalah ini disusun bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca khususnya mengenai perilaku
asertif.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ibu
Dr. Juhanaini, M.Ed. selaku dosen Mata Kuliah Modifikasi Perilaku yang telah
memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang penulis tekuni.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pecinta ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, 28 Februari 2021

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Pengertian Asertivitas..............................................................6
2.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Asertivitas..................................7
2.2.1 Ciri-ciri asertivitas...............................................................................7
2.2.2 Karakteritik asertivitas.......................................................8
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas..............................10
2.4 Aspek Perilaku Asertif...........................................................12
2.5 Memodifikasi Perilaku Asertif pada Anak...........................14
2.6 Teknik Latihan Asertif..................................................................15
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................20
3.2 Saran........................................................................................20
Daftar Pustaka........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULIAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar terutama pada remaja yang mulai tertarik dengan
lingkungan sosial yang berada diluar keluarga. Menurut pendapat Muhammad
(2003) keuntungan yang di dapat dari berperilaku asertif yaitu dapat memenuhi
keinginan, kebutuhan dan perasaan individu agar dapat di mengerti dan dipahami
oleh orang lain, sehingga tidak ada pihak yang merasa di rugikan,yang paling
terpenting ialah bagaimana kita bisa memahami apa yang kita inginkan dan
mengungkapkannya tanpa menyinggung perasaan orang lain, dengan komunikasi
yang baik, akan mempermudah dalam berhubungan sosial . Ditambahkan menurut
Setiono dan Pramadi (dalam Sari, 2007) Perilaku asertif menjadi suatu cara yang
dapat dilakukan untuk menciptakan kemampuaan berkomunikasi serta
penyesuaian diri yang baik dan efektif terutama bagi remaja, hal tersebut
berkaitan dengan salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit yaitu
penyesuaian sosial.

Perilaku asertif akan berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harris


(Yessy, 2003) mengatakan bahwa kemampuan berperilaku asertif dipengaruhi
pengalaman masa kecil. Pengalaman tersebut berupa interaksi dengan orang tua
yang membentuk suatu pola respon yang menjadi dasar seseorang menghadapi
berbagai masalah setelah dewasa. Kualitas respon orang tua dengan anak akan
membentuk sebuah ikatan emosional antara anak dengan orang tua, yang sering
disebut dengan kelekatan (attachment). Kelekatan antara orang tua dan anak
sangat diperlukan oleh seseorang, bahkan ketika mereka telah tumbuh dewasa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis mengambil
rumusan makalah sebagai berikut.
1) Apa pengertian asertivitas ?
2) Bagaimana ciri ciri dan karakteristik perilaku asertivitas ?
3) Faktor apa saja yang mempengaruhi asertivitas ?
4) Apa saja aspek perilaku asertif ?
5) Bagaimana memodifikasi perilaku asertif pada anak ?
6) Apa itu asertive training ?
7) Bagaimana pola interaksinya ?
8) Apa saja jenis perilaku asertif ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang dibahas, maka tujuan yang ingin
dicapai penulis dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Modifikasi Prilaku.
2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asertivitas
atau perilaku asertif khususnya bagi penulis dan lebih luasnya bagi
pembaca.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.

1) Bagi penulis sendiri, penelitian ini menambah wawasan dan


pengetahuan sehingga peneliti dapat menjelaskan kepada pembaca
tentang asertivitas, ciri ciri dan karakteristik perilaku asertivitas,
faktor yang mempengaruhi asertivitas, aspek perilaku asertif,
memodifikasi perilaku asertif pada anak, asertive training, pola
interaksinya, dan jenis perilaku asertif.
2) Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini dapat menjadi
gambaran dan bahan rujukan untuk penelitian yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asertivitas
Kata asertif berasal dan bahasa Inggris yaitu "to assert" yang
berarti positif yaitu menyatakan sesuatu dengan terus terang atau tegas
serta bersikap positif (Fensterheim dan Baer dalam Syarani, 1995).
Menurut Mallot, dkk (Prabana, 1997), “to assert” artinya sebagai cara
menyatakan sesuatu dengan sopan mengenai hal-hal yang menyenangkan
maupun yang dirasa mengganggu atau kurang berkenan Sedangkan
menurut Ramus dan Nevid (Yogaryjantono,1991) "to assert" berarti
meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang akan
menambah penghargaan atau mengurangi aversi (rasa enggan).
Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertif behavior yang
mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakan dengan
sopan dan bermaksud untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar
melakukan apa yang dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain
disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan norma, tenang, dewasa,
dan masuk akal.
Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada
tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis,
1981). Atkinson (dalam Novalia & Dayakisni, 2013) menyatakan bahwa
menjadi asertif mensyaratkan apa hak-hak seseorang atau apa yang
diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya sekaligus tidak
melanggar hak orang lain.
Menurut Calhoun (1990) asertivitas berarti bertahan pada hak-hak
pribadi dan mengekspresikan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan
keyakinan secara langsung, lujur, dan tepat. Weaver (Susanto, 1997)
mengartikan asertivitas sebagai kemampuan untuk mengungkapkan apa
yang ada dalam pikiran dan perasaan dengan yakin dan mampu.
Menurut Willis dan Daisley (dalam Rosita, 2007) bahwa perilaku
asertif adalah perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap diri
sendiri dan orang lain. Menurut Jay (dalam Yasdiananda, 2013), perilaku
asertif merupakan kemampuan untuk mengomunikasikan apa yang
diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri
sendiri serta kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku
yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri,
dan teguh pendiriannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Bersikap
asertif meliputi tiga komponen dasar yaitu mampu mengungkapkan
perasaan (dapat menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat,
dan seksual); mampu mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara
terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan
bersikap tegas meskipun secara emosional sulit melakukan bahkan harus
mengorbankan sesuatu); dan mampu untuk mempertahankan hak-hak
pribadi (tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan
kita).
2.2 Ciri-Ciri dan Karakteristik Asertivitas
2.2.1 Ciri-ciri asertivitas
Beberapa ciri yang bisa dilihat dari seorang individu yang asertif
sebagaimana di kemukakan oleh Fensterheim dan Baer (dalam Sikone:
2006) antara lain: (1) Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik
melalui kata-kata maupun tindakan, (2) Dapat berkomunikasi secara
langsung dan terbuka, (3) Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri
suatu pembicaraan dengan baik, (4) Mampu menolak dan menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang
tidak beralasan dan cenderung bersifat negativ, (5) Mampu mengajukan
permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan (6)
Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat, (7) Memiliki sikap dan
pandangan yang aktif terhadap kehidupan, (8) Menerima keterbatasan
yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia
akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self
confidence).
Perilaku asertif menurut Steven dan Howard yang merupakan
ketegasan dan keberanian menyampaikan pendapat meliputi tiga
komponen dasar, yaitu (1) kemampuan mengungkapkan perasaan,
misalnya: untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat,
seksual; (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara
terbuka, misalnya: mampu menyuarakan pendapat, menyatakan
ketidaksetujuan dan bersikap teags, meskipun secara emosional sulit
melakukan ini bahkan sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu; (3)
kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi, tidak membiarkan
orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita. Orang yang asertif bukan
orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa
mengungkapkan perasaannya secara langsung tanpa bertindak agresif atau
melecehkan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri orang
yang memiliki perilaku asertif antara lain: mampu mengemukakan pikiran
dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan, dapat
berkomunikasi secara langsung dan terbuka, mampu memulai,
melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik, mampu
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat oranglain,
mampu membutuhkan, menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya
dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik
mungkin.
2.2.2 Karakteritik asertivitas
Karakteristik individu yang asertivitas menurut Sofyan (2009)
sebagai berikut
1. Mendorong individu untuk bersikap jujur terhadap dirinya dan jujur
pula dalam mengekspresikan perasaan Mengajarkan untuk
melakukan suatu penolakan dengan tetap memperhatikan dan
menghormati hak-hak orang lain
2. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain
3. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami
4. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang
lain
5. Mencari solusi bersama dan Keputusan
6. Menghargai diri sendui dan orang lain mengatasi konflik
7. Menyatakan perasaan pribadi, jujur, tetapi hati hati
8. Mendeskripsikan fakta bukan menilai serta tidak men-generalisasi
9. Menggunakan permulaan kata "saya dan bukan anda"

Albert & Emmons (2002) menyebutkan 10 karakteristik komponen dan


penilaku asertif Karakteristik komponen tersebut adalah

1. Kontak mata (eye contach)


Saat berbicara individu yang asertif menunjukkan kontak mata
dengan menatap langsung dengan lawan bicaranya sehingga akan
membantu dalam mengomunikasikan ketulusan menunjukkan
perhatian dan penghormatan kepada orang lain serta meningkatkan
kelangsungan pesan yang disampaikan
2. Sikap tubuh (body posture)
Sikap tubuh yang ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah
sikap tubuh yang aktif dan tegak. Sikap berdiri yang membungkuk
dan pasif menandakan kurangnya keasertifan seseorang
3. Jarak atau kontak fisik (distance atau physical contact)
Individu yang asertif mempunyai kemampuan dalam menjaga jarak
ketika berinteraksi dengan orang lain Kedekatan di antara orang-
arang yang terlibat pembicaraan akan memiliki dampak yang cukup
besar dalam komunikasi Akan tetapi apabila terlalu dekat mungkin
dapat menyinggung perasaan orang lain.
4. Isyarat (gesture)
Isyarat yang ditunjukkan oleh individu yang asertif dapat
menambah ketegasan, keterbukaan, kehangatan, rasa percaya diri
dan spontanitas dalam berkomunikasi dengan orang lain
5. Ekspresi wajah (facial expression)
Dalam berbicara dengan orang lain, individu yang asertif mampu
mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan atau hal apa yang
akan disampaikan
6. Nada, modulasi, volume suara (voice tone, inflection, volume)
Saat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal, individu
in der yang asertif menggunakan intonasi suara yang tepat.
7. Penetapan waktu (timing)
Individu yang asertif mampu menyatakan sesuatu kepada orang
lain secara tepat sesuai dengan waktu dan tempat
8. Mendengarkan (listening)
Individu yang asertif menipunyai kemampuan untuk
mendengarkan dengan seksama ketika lawan bicaranya sedang
berbicara, sehingga mampu menahan diri untuk tidak
mengekspresikan diri sesaat.
9. Pemikiran (thought)
Ada dua aspek dari pemikiran asertif, dimana merupakan ide bagus
jika bersikap asertif dan pemikiran jika berada dalam situasi yang
dan pemikira mengundang keasertifan.
10. Isi (content)
Individu yang asertif mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaan dengan memilih kalimat yang tepat dalam berkomunikasi
dengan orang lain.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Asertivitas


Perilaku Asertif terbentuk melalui lingkungan sosial pada masing-
masing individu karena lingkungan merupakan suatu hal yang paling dekat
dengan individu (Alberti & Emmons 1986). Adapun beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku asertif, yaitu:
1. Usia dan Jenis Kelamin
Usia merupakan salah satu faktor yang turut menentukan perilaku
asertif, perbedaan umur anak kecil,remaja, dan dewasa akan membentuk
perilaku asertif yang berbeda, semakin bertambahnya usia maka
pengalaman yang didapatkan akan semakin bertambah, inilah mengapa
usia menjadi faktor yang mempengaruhi prilaku asertif. Dan pada jenis
kelamin umumnya wanita lebih sulit untuk bertingkah asertif dalam
mengungkapkan sesuatu seperti perasaan dan pikiran dibandingkan
dengan pria. Dalam penelitian Septyadi (2004) menjelaskan bahwa
kemampuan asertif remaja putra lebih tinggi daripada remaja putri, itu
karena sifat laki-laki yang maskulin, kuat, kompetitif, ambisius, dan pria
diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tidak emosional.
2. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka seseorang itu
akan memiliki wawasan dan pikiran yang lebih luas. Karena hakikat dari
Pendidikan itu sendiri adalah untuk mengembangkan potensi dan cara
berpikir lebih dewasa.
3. Harga diri (self esteem)
Harga diri yang tinggi akan memiliki kekhawatiran sosial yang
rendah sehingga bisa mengungkapkan pendapatnya dan perasaan tanpa
merugikan dirinya maupun orang lain. Sebagai contoh mahasiswa yang
memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya tanpa takut dikritik..
4. Lingkungan dan situasi sosial
Perilaku asertif dapat juga terbentuk dalam lingkungan sosial
sekitarnya. Lingkungan sosial dapap terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Alberti dan Emmons (2002) bahwa keluarga
merupakan tempat pertama dan utama dalam segala Pendidikan bagi anak.
Lalu menurut Alberti dan Emmons (2002) mengenai lingkungan sekolah
merupakan Pendidikan formal yang diperlukan bagi anak, lalu
dipercayakan oleh orang tua kepada sekolah untuk perkembangan anak.
2.4 Aspek Perilaku Asertif
Adapun aspek-aspek dari perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons
(2002), berikut aspek-aspek perilaku asertif:
a. Kontak Mata
Saat berbicara individu yang asertif menunjukkan kontak mata
dengan menatap langsung lawan bicaranya, sehingga akan membantu
dalam mengomunikasikan ketulusan, menunjukkan perhatian dan
penghormatan kepada orang lain serta meningkatkan kelangsungan pesan
yang disampaikan.
b. Sikap Tubuh
Sikap tubuh yang ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah
sikap tubuh yang aktif dan tegak. Sikap berdiri yang membungkuk dan
pasif menandakan kurangnya keasertivan seseorang.
c. Jarak atau Kontak Fisik
Individu yang asertif mempunyai kemampuan dalam menjaga jarak
ketika berinteraksi dengan orang lain. Kedekatan di antara orang-orang
yang terlibat pembicaraan akan memiliki dampak yang cukup besar dalam
komunikasi. Akan tetapi apabila terlalu dekat mungkin dapat
menyinggung perasaan orang lain.
d. Isyarat
Isyarat yang ditunjukkan oleh individu yang asertif dapat
menambah ketegasan, keterbukaan, kehangatan, rasa percaya diri dan
spontanitas dalam berkomunikasi dengan orang lain.
e. Ekspresi Wajah
Dalam berbicara dengan orang lain, individu yang asertif mampu
mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan atau hal yang akan
disampaikan.
f. Nada, Modulasi, Volume suara
Saat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal, individu
yang asertif menggunakan intonasi suara yang tepat.
g. Penetapan Waktu
Individu yang asertif mampu menyatakan sesuatu kepada orang
lain secara tepat sesuai dengan waktu dan tempat.
h. Mendengarkan
Individu yang asertif mempunyai kemampuan untuk
mendengarkan dengan seksama ketika lawan bicaranya sedang berbicara,
sehingga mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan diri sesaat.
i. Isi
Individu yang asertif mampu mengekspresikan pikiran dan
perasaan dengan memilih kalimat yang tepat dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
Sedangkan menurut Kelly (dalam Hapsari,2012) aspek-aspek
asertif antara lain yaitu:
a. Permintaan yaitu kemampuan individu dalam mengemukakan
haknya sendiri, meminta pertolongan dan tanggungjawab orang
lain tentang suatu hal.
b. Penolakan yaitu kemampuan individu untuk menolak keinginan,
ajakan dan saran yang tidak sesuai dengan diri sendiri.
c. Pengekspresian diri yaitu kemampuan individu untuk berani
d. mengekspresikan perasaan dan pikiran secara tepat.
e. Pujian yaitu kemampuan individu dalam memberikan pujian atau
f. penghargaan secara tulus pada orang lain serta sikap individu yang
sewajarnya dalam menerima pujian dari orang lain.
g. Berperan dalam pembicaraan yaitu kemampuan individu untuk
memulai atau berinisiatif dalam pembiacaraan, ikut serta atau
terlibat sekaligus dapat mempertahankan pembicaraan.
Berdasarkan pernyataan diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa aspek perilaku asertif yang akan digunakan adalah menurut Alberti
dan Emmons (2002) meliputi: a) Kontak Mata : menunjukkan ketulusan
dan perhatian, b) Sikap Tubuh : menunjukkan keaktivan dan keasertivan,
c) Jarak atau Kontak Fisik : menjaga jarak saat berkomunikasi, d) Isyarat :
menunjukkan keterbukaan dan ketegasan, e) Ekspresi Wajah :
menunjukkan kesesuaian dengan pesan yang disampaikan, f) Nada,
Modulasi, Volume Suara : menunjukkan ungkapan pikiran dan perasaan
secara verbal, g) Penetapan Waktu : menunjukkan ketepatan waktu dan
tempat dengan pesan yang disampaikan, h) Mendengarkan : menunjukkan
kemampuan dalam menahan diri untuk tidak mengekpresikan diri sesaat,
dan i) Isi : menunjukkan ketepatan kalimat yang dipilih dalam
berkomunikasi.
2.5 Memodifikasi Perilaku Asertif pada Anak
John W. Santrock (2008:508) berpendapat bahwa perilaku asertif
adalah kemampuan mengungkapkan perasaan, meminta apa yang
seseorang inginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak mereka
inginkan.

Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap


dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan
kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi,
memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007).
Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku asertif
mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena
adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara
lain meliputi:
• Menyatakan hak-hak pribadi
• Berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut
• Melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan
• emosi.
Alberti & Emmons (1995) menyebutkan ada sepuluh kunci pokok yang
merupakan aspek-aspek yang harus ada pada setiap perilaku asertif yang
dimunculkan oleh seseorang. Kesepuluh kunci pokok tersebut adalah:
1. Pengungkapan diri
2. Penghormatan terhadap orang lain
3. Jujur
4. Langsung
5. Tidak membedakan, menguntungkan semua pihak
6. Verbal, termasuk isi pesan (perasaan, hak-hak, fakta, pendapat-
pendapat permintaan-permintaan, dan batasan-batasan)
7. Nonverbal, termasuk gaya dan pesan (kontak mata, suara, postur,
ekspresi muka, jarak, waktu, kelancaran, dan mendengarkan)
8. Bukan suatu yang universal
9. Bertanggung jawab secara social
10. Dipelajari, bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir.
Seseorang yang memiliki kecakapan hidup akan mampu
menghadapi problema hidup, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi hingga akhirnya mampu mengatasinya (Sujiono,
2009:89).
Perilaku asertif pada anak usia dini perlu diperhatikan, sehingga
dia dapat menemukan pengetahuan atau keterampilan bersosialisasi
dengan lebih optimal. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Farida di Yogyakarta, prilaku asertif walaupun bersifat alamiah, namun
dapat dipelajari dan dikembangkan (Farida, 2006:23) Optimalisasi tersebut
dapat tercipta jika anak memiliki motivasi untuk belajar dan strategi
pembelajaran yang tepat. Secara psikologis, anak sangat membutuhkan
dukungan dari orang dewasa di sekitarnya, oleh karena itu adanya contoh
sikap atau teladan dari guru dapat memotivasi anak untuk mengubah
perilaku yang diharapkan.

2.6 Teknik Latihan Asertif


1. Pengertian Teknik Latihan Asertif (Assertive training)

Latihan asertif (Assertive training) digunakan untuk melatih


individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri dalam
tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, mengungkapkan
afeksi dan respons positif lainnya.
Latihan asertif dapat di terapkan terutama pada situasi-situasi
interpersonal di mana individu mengalami kesulitan untuk menerima
kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang
layak dan benar.

Sedangkan Rees & Graham (1991) menyatakan bahwa inti dari


latihan asertif adalah penanaman kepercayaan bahwa asertif dapat
dilatihkan dan dikembangkan, memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan
yang mereka inginkan, saling mendukung, pengulangan perilaku asertif
dalam berbagai situasi, dan umpan balik bagi setiap peserta dari trainer
maupun peserta.

Menurut Albert (1977) (salah satu tokoh yang banyak menulis


mengenai perilaku asertif), latihan asertif (atau terapi perilaku
asertifasertive behavior therapy, atau latihan keterampilan sosial (social
skills training) adalah prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk
melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan,
sikap, harapan, pendapat, dan haknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik latihan asertif adalah teknik


yang dapat digunakan konselor pada klien yang mengalami kesulitan
untuk mengungkapkan perasaan yang dialaminya dan tidak memiliki
keberanian untuk mengemukakan pendapatnya.

2. Tujuan Teknik Latihan Asertif

Tujuan utama latihan asertif adalah untuk mengatasi kecemasan


yang dihadapi oleh seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil
oleh lingkungannya, meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur
terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta meningkatkan kehidupan
pribadi dan sosial agar lebih efektif.
Sedangkan menurut Fauzan (2010, Lutfifauzan.blogspot.com) terdapat
beberapa tujuan assertive training yaitu :

a. Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara


sehingga memantulkan kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang
lain;
b. Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa
menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu berperilaku
seperti apa yang diinginkan atau tidak;
c. Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara
sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaannya terhadap perasaan
dan hak orang lain;
d. Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan
mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi sosial;
e. Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa tujuan teknik latihan asertif adalah


untuk membuat siswa menjadi pribadi yang lebih terbuka dapat
mengekspresikan apa yang dirasakan serta tidak canggung atau malu lagi
jika harus mengemukakan pendapat atau jawaban bila sedang ditanya oleh
guru, dengan siswa lebih terbuka ia akan mampu mengatasi perilakunya
yang pasif ketika saat pembelajaran berlangsung.

3. Langkah-langkah Strategi Latihan Asertif


Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur bermain peran.
Kecakapan-kecakapan bergaul yang baru akan diperoleh sehingga
individu-individu diharapkan mampu belajar untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka.

Adapun langkah-langkah dalam strategi latihan asertif adalah sebagai


berikut:

a. Rasional strategi. Yaitu konselor memberikan rasional atau maksud


penggunaan strategi. Konselor memberikan overview tahapan-tahapan
implementasi strategi.
b. Identifikasi persoalan yang menimbulkan permasalahan. Konselor
meminta klien untuk menceritakan secara terbuka permasalahan yang
dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau dipikirkan pada saat
permasalahan timbul.
c. Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi
target. Konselor dan klien membedakan perilaku asertif dan perilaku
tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang diharapkan.
d. Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model
perilaku yang lebih baik. Klien bermain peran sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Konselor memberi umpan balik secara
verbal, pemberian model perilaku yang lebih baik, pemberian
penguatan positif dan penghargaan.
e. Melaksanakan latihan dan praktek. Klien mendemonstrasikan perilaku
yang asertif sesuai dengan target perilaku yang diharapkan.
f. Mengulang latihan Klien mengulang kembali latihan tanpa
pembimbing.
g. Tugas rumah dan tindak lanjut Konselor memberikan tugas rumah
pada klien, dan meminta klien mempraktekkan perilaku yang
diharapkan dan memeriksa perilaku target apakah sudah dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Manfaat Teknik Latihan Asertif
Latihan asertif menurut Corey (1991), bisa bermanfaat untuk
dipergunakan dalam menghadapi perilaku sebagai berikut :
a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung,
b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang
lain untuk mendahuluinya,
c. Memiliki kesulitan untuk menyatakan “tidak”,
d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons positif
lainnya,
e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan
pikiran-pikiran sendiri.
5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Latihan Asertif
A. Kelebihan pelatihan asertif akan tampak pada:
a. Pelaksanaannya yang cukup mudah.
b. Penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan seperti
relaksasi, ketika individu lelah dan jenuh ketika berlatih, kita dapat
melakukan relaksasi supaya menyegarkan individu kembali.
Pelatihannya juga bisa menggunakan teknik modeling, misalnya
konselor mencontohkan sikap asertif langsung di hadapan konseli.
Selain itu juga dapat dilakukan melalui kursi kosong, misalnya setelah
konseli hendak mengatakan apa yang hendak diutarakan, ia langsung
mengutarakannya di depan kursi yang seolah-olah dikursi itu ada
seseorang yang di maksud oleh konseli.
c. Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung
melalui perasaan dan sikapnya.
d. Di samping dilakukan secara perorangan pelatihan ini dapat dilakukan
secara kelompok. Melalui latihan-latihan tersebut individu diharapkan
mampu menghilangkan kecemasan- kecemasan yang ada pada dirinya,
mampu berpikir realistis terhadap konsekuensi atas keputusan yang
diambilnya serta yang paling penting adalah menerapkannya dalam
kehidupan ataupun situasi yang nyata.
B. Kelemahan pelatihan asertif akan tampak pada:
a. Meskipun sederhana namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit,
ini juga tergantung dari kemampuan individu itu sendiri.
b. Bagi konselor yang kurang dapat mengombinasikan dengan teknik
lainnya, pelatihan asertif ini kurang dapat berjalan dengan baik atau
bahkan membuat jenuh dan bosan konseli atau peserta, atau juga
membutuhkan waktu yang cukup lama.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan,


jujur, terbuka, dan penuh percaya diri, serta teguh pendiriannya tanpa
menggangu hak orang lain. Pada perilaku asertivitas ini juga memiliki ciri-ciri
dan karakteristik yang dilihat dan dirasakan oleh orang lain dari sikap yang
ditunjukan oleh anak yang memiliki perilaku asertiv. Usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, harga diri (self esteem), lingkungan dan situasi sosial
merupakan faktor yang mempengaruhi Asertivitas. Tentu dalam hal ini perlu
adanya modifikasi perilaku dan latihan asertiv yang dapat dilakukan untuk
memotivasi dan mengubah perilaku anak ke arah yang lebih di harapkan, dan
bisa menjadi pribadi yang lebih terbuka dan dapat mengekspresikan apa yang
di rasakan agar tidak pasif disaat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3.2 Saran

Setelah penulis mengkaji mengenai Anak dengan Hambatan Pendengaran,


penulis banyak mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta manfaat
bagi penulis. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
manfaat bagi pembaca. Penulis juga menghimbau bagi pembaca untuk tidak
bosan untuk menggali ilmu pengetahuan demi masa depan yang gemilang.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
Daftar Pustaka

Alberti & Emmons (1995). Asertywnosc. Your Perfect Right, 10th Edition.

Antonia, I. (2019). Kecenderungan dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi di
Kampus. [Daring]. Diakses dari
https://repository.usd.ac.id/32945/2/149114028_full.pdf

Arumsari, C. (2017). Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi Perilaku


Bullying. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice &
Research, 1(1). 31-39

Eugene Walker C, (1981), Clinical Procedures for Behavior Therapy, New Jersey:
Prentice Hall.

Farida. (2006), Efektivitas Pelatihan Asertivitas Untuk Peningkatan Kemampuan


Pemecahan Masalah Pada Siswa, Yogyakarta: Psikologi UGM.

Farida. (2006), Efektivitas Pelatihan Asertivitas Untuk Peningkatan Kemampuan


Pemecahan Masalah Pada Siswa, Yogyakarta: Psikologi UGM

Hidayah, M. (2016). Implementasi Teknik Latihan Asertif dalam Mengatasi


Perilaku Asertif. (Skripsi). Sekolah Sarjana. Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, Surabaya

Pratanti. (2007). Perilaku Asertif. Diakses tanggal 28 Februari 2021 di


Pengertian Perilaku Asertif Serta Ciri-Cirinya - BIMBINGAN
KONSELING.

Rahayu, Sri. (2018). Hubungan antara persepsi anak terhadap pola asuh permisif
indifferent orangtua dengan prilaku asertif pada remaja korban
bullying salah-satu SMa Daerah Istimewa Yogyakarta. (Skripsi).
Sekolah Sarjana, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta.
Susilo, A. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Asertif
Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiah Purwokerto
Angkatan 2014. (Skripsi). Program Studi Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai