Patofisiologi Mellitus
B. Fmjm
C. Ncm
D. Ncnc
E. Cmnc
F. Indikasi dan Persyaratan Terapi Aktivitas Kelompok
Indikasi :
Klien Psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan
Klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit / kematian.
Klien dengan masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Klien dengan gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya
Kontra indikasi :
Waham
Depresi berat
Sosio / Psikopat
Sedang menjalani terapi lain
Tidak ada harapan sembuh
Pembosan
Metoda dan Media Metoda :
Terapi Deduktif
Inspirasi Represif
Analitik
Aktifitas
Psikodarma
Sosiodrama
Media :
Permainan
Aktifitas
Bahan / Alat, DLL.
Persyaratan Jumlah Anggota :
Menurut Wartono : 7 – 8 orang, minimal 4 orang
Menurut Caplan : 7 – 9 Orang
Umumnya tidak lebih dari 10 orang Klien
Di rawat di Rumah Sakit Jiwa dengan observasi yang jelas
Pada proses rehabilitasi : ada target kelompok dan target individu
Terapis :
Memiliki pendidikan MN ( Psychiatrik Nursing ) atau
Memiliki pendidikan S1 atau BSN dengan pengalaman 2 tahun.
Memiliki sertifikat.
Target pada kelompok
Perlu ada rating scale yang diterapkan pada sebelum, selama dan setelah terapi
Komposisi Terapis
Leader
Co. leader
Fasilitator
Observer
B. Tahap Psikodrama
Ada tiga tahap yang penting dalam psikodrama:
1. Tahap pelaksanaan, dimana subjek memerankan khayalan-khayalannya.
2. Tahap penggantian, dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan orang-orang
yang dikhayalkan subjek.
3. Tahap penjernihan, dimana diadakan pengalihan dari kontak individu-individu
pengganti ke kontak dengan individu-individu di mana subjek memiliki kesempatan
menyesuaikan diri dengan mereka dalam kehidupan yang nyata.
C. Komponen Psikodrama
Terdapat komponen dalam psikodrama menurut Yeni Hesti (2017);
1) Panggung permainan (Stage):
Tempat untuk beraksi atau tempat sebagai permainan psikodrama
berlangsung, yaitu didepan kelas, dengan tempat yang luas untuk member
ruang gerak bagi pemeran dalam permaian psikodrma.
Tempat tiruan harus merupakan tiruan atau paling tidak secara simbolis
mewakili adegan-adegan yang diuraikan klien.
2) Pemimpin Psikodrama:
Dalam psikodrama yang menjadi pemimpin kelompok adalah konselor atau
terapis, pemimpin kelompok bisa dikatakan sebagai sutradara.
Peranan pemimpin kelompok ini sebagai fasilitas, procedure dan
pengamat/penganalisis. - Pemimpin kelompok memiliki sifat kreatif, berani.
Tugas dari pemimpin kelompok ini adalah membantu pemegang peran utama,
merencanakan pelaksanaan, mengamati dengan cermat perilaku pemain utama
selama psikodrama berlangsung, membantu klien mengungkapkan perasaan
secara bebas dan membuat interpretasi.
3) Pemeran Utama (Protaginist) :
Peran utama (protagonist) disini sebagai subjek utama dalam pemeran
psikodrama, memiliki sifat yang spontan dalam memainkan dramanya.
Tugas dari pemain utama ini adalah memainkan kembali kegiatan penting
yang dialami waktu lampau, sekarang, dan situasi yang diperkirakan akan
terjadi, menentukan kejadian atau masalah yang akan dimainkan, melakukan
peran secara spontan, memilih dan mengejar pemain lain yan terpilih terhadap
peran apa yang dimainkan berdasarkan masalah protagonist.
4) Pemeran Pembantu (Auxilliaries) :
Pemeran pembantu sebagai objek lain atau orang lain yang berarti dalam
permainan tersebut bisa pula disebut sebagai actor.
Fungsi pemeran pembantu untuk menggambarkan peranan-peranan tertentu
yang mempunyai hubungan dekat dengan protagonist dalam kehidupan
sebenarnya.
5) Penonton (Audience):
Yang menjadi penonton (audience) yaitu anggota-anggota kelompok yang
tidak menjadi pemeran utama atau pemeran pembantu.
Memiliki tugas memberikan dukungan/feedback - Penonton juga membantu
peran utama (protagonist) dalam memahami akibat perilaku protagonist.
D. Teknik Psikodrama
Teknik yang dipakai dalam psikodrama bergantung pada banyak variabel.
Variabel penting yang mempengaruhi penggunaan teknik adalah situasi protagonist,
keterampilan direktur, kemampuan perolehan aktor, besarnya audiens (penonton), tujuan
sesi, fase pelaksanaan psikodrama. 3 Proses psikodrama pada umumnya berlangsung
melalui tiga fase, yaitu :
a. Fase pemanasan, fase ini ditandai dengan penentuan direktur yang siap memimpin
kelompok dan anggota siap dipimpin. Proses ini melibatkan aktivitas verbal dan
nonverbal. Fase ini harus mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk pada fase tindakan.
b. Fase tindakan, fase ini melibatkan tindakan yang jelas kepedulian- kepedulian
protaganist. Hal terpenting dalam fase ini adalah bahwa protagonist mengekspresikan
emosi-emosi tertekan dan menemukan cara baru yang efektif untuk bertindak.
c. Fase integrasi, fase ini melibatkan diskusi dan penutupan (closure). Umpan balik
sangat penting dari setiap anggota dan protagonist agar tindakan yang jelas (enactment)
perubahan dan integrasi tercipta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah psikoterapi yang dilakukan pada
sekelompok klien dengan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau
petugas kesehatan jiwa yang terlatih. TAK umumnya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan uji realitas, membentuk sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis,
meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku
defensive, dan membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif.
Terapi ini diindikasikan untuk klien psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan,
klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit / kematian, dll. Adapun salah satu
bentuk TAK ialah psikodrama.
Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok yang dikembangkan oleh
J.L. Moreno pada tahun 1946, dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran
emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari
psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau kelompok pasien untuk mengatasi
masalah pribadi dengan menggunakan permainan drama. Lewat cara-cara ini pasien
dibantu untuk mengungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan
bersalah, dan kesedihan. Seperti yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno,
psikodrama menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya
pasien memainkan peran di alam khayal, sehingga merasa bebas mengungkapkan sikap
yang terpendam dan motivasi yang kuat. Ketika peran dimainkan, implikasi realistic dan
tingkah lakunya yang dramatis menjadi jelas.
B. Saran
Diharapkan bagi setiap mahasiswa khususnya di Jurusan Keperawatan memahami
makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai
aplikasi terapi aktivitas kelompok (psikodrama) guna untuk meningkatkan mutu kualitas
perawatan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, S.P. (2017). Teknik psikodrama dalam mengembangkan kontrol diri siswa. Jurnal Fokus
Konseling, 3(2), 123-137.
Siregar, T.S. (2015). Efektivitas metode psikodrama dalam meningkatkan kemampuan bermain
drama oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Stabat. Jurnal Edukasi Kultura, 2(2), 115-126.
Wati, N.I., Budiono, A.N., & Mutakin, F. (2018). Bimbingan konseling dengan