Oleh Kelompok 2 :
Rosa Auliya I. H. (P17211181002)
Novi Noorachmanda (P17211181007)
Melyan Dwi Al Gafar (P17211181015)
Ratna Widya Nur Agami (P17211183049)
Sinna Sherina F (P17211183051)
Gilang Nuryahya B.M ( P17211183058)
C. Pra Interaksi
1. Persiapan alat dan bahan
a. Alat : crayon, pensil warna, cat air, buku gambar, canvas
2. Persiapan Lingkungan
a. Desain lingkungan di ruang konsultasi anak (banyak mainan anak)
b. Atur lingkungan aman dan libatkan ibu untuk rasa aman anak
3. Pembagian peran
a. Perawat : Sinna
b. Anak : Rosa
c. Ibu : Novi
d. Suami : Gilang
e. Psikiater : Ratna
f. Resepsionis + narrator : Gafar
D. Pengembangan scenario
1. Fase orientasi
2. Fase kerja
3. Fase terminasi
SP Komunikasi
Pagi itu seorang ibu dan anak mendatangi klinik psikologi anak dengan keluhan sang
anak sering terbangun dan menangis saat tidur, sulit untuk mengutarakan apa yang dirasakan
dan saat ditanya selalu diam. Sang ibu menceritakan bahwa di rumah ibu dan ayahnya juga
sering bertengkar hingga memukul di depan sang anak.
Fase orientasi
Resepsionis : “Selamat pagi ibu, ada yang bisa saya bantu?”
Ibu : “Selamat pagi, Hari ini ada jadwal konsultasi khusus anak ya?”
Resepsionis : “Ada ibu, dengan dr. Ratna dan perawat Sinna”
Ibu : “Iya, atas nama anak saya ya…Rosa Auliya”
Resepsionis : “Baik bu, ini nomor antriannya silahkan ditunggu”
Ibu : “Terimakasih”
10 menit kemudian
Perawat : “Ananda Rosa Auliya silahkan masuk”
Ibu : “Baik sus”
Perawat : “Selamat pagi bu. Halo Adek Rosa Auliya yaa. Sebelumnya perkenalkan nama
saya Perawat Sinna,
Ibu : “Halo suster Sinna, tuh disapa sama suster adek”
Perawat : "Ibu, disini saya akan melakukan pengkajian awal untuk mengetahui kondisi
anak ibu agar pertemuan selanjutnya dr. Ratna dan dibantu oleh saya
melakukan terapi yang sesuai untuk anak ibu"
Ibu : " Baik sus"
Perawat : " Adek bagaimana kabarnya?"
anak : (hanya diam)
Perawat : “Adeknya masih malu-malu ya sepertinya hehehe. Adek mau mainan boneka?”
Anak : (mengangguk)
Perawat : “Sebentar ya suster ambilkan”
Perawat : “Ini mainannya dek Rosa hehe.
“ Jadi bagaimana bu, ada yang bisa saya bantu?”
Ibu : “Begini sus, akhir-akhir ini Rosa lebih sering murung di kamarnya apalagi kalau
ayahnya pulang kantor, makan juga sulit sus, terus Rosa ini suka tiba-tiba
terbangun dan menangis gitu. Saya khawatir sama keadaan anak saya.”
Perawat : “oh seperti itu ya bu”
“adek Rosa, boleh suster bicara sebentar?”
Anak : “iya sus”
Perawat : "Adek kenapa kelihatan murung? Adek boleh cerita ke suster mengenai apa
yang adek rasakan"
Anak : "ga papa"
Perawat : “Apakah di sekolah ada yang mengganggu adek?"
Anak : “Tidak, aku suka bermain dengan teman-teman”
Perawat : “Kalau di rumah dek Rosa mainnya sama siapa?”
Anak : “bunda”
Perawat : “Kalau sama ayah?”
Anak : “sama bunda aja”
Perawat : "Kenapa kok gak main sama ayah?”
Anak : “Ayah jahat, aku ga suka main sama ayah"
Ibu : “Sus, bisa bicara sebentar?”
Perawat : “Iya ibu silahkan”
Ibu : “Jadi begini sus, sebenarnya di rumah itu saya dan suami sering adu argument,
ya namanya rumah tangga pasti ada saja masalahnya. Namun di sini, saya
menyadari kalau seharusnya kami tidak bertengkar di depan ditto.
Saya berfikir hal itu yang menyebabkan Rosa seperti saat ini”
Perawat : “Apakah ketika ibu dan suami bertengkar, suami ibu juga pernah memukul ibu
di depan Rosa?”
Ibu : “Iya sus, beberapa kali”
Perawat : “Oh baik bu, kalau begitu…kita jadwalkan untuk pertemuan selanjutnya ya.
Nanti kita gunakan art therapy atau terapi menggambar untuk mengetahui
apa yang sebenarnya dirasakan oleh adek Rosa, untuk pertemuan selanjutnya
saya harap suami ibu juga bisa hadir,dan untuk harinya bisa dijadwalkan pada
hari senin, pukul 08.00 pagi”
Ibu : “Baik sus terimakasih ya”
Fase Kerja
Pada hari Senin di terapi ke 2
Psikiater : “Selamat pagi dek Rosa, selamat pagi ibu dan bapak. Perkenalkan saya dr. Ratna
dan ini rekan saya perawat Sinna, adek masih inget kan?”
Anak : "Iya"
Psikiater : Adek bagaimana kabarnya?
Anak : “Baik sus”
Psikiater : “Nah, untuk saat ini kita akan mulai terapinya yaa.”
“dekRosa suka menggambar?”
Anak : “Suka”
Perawat : “Nah, ini ada alat menggambar dan mewarnai. Adek Rosa sekarang silahkan
menggambar ya nanti bisa diwarnai. Terserah adek mau menggambar apa
ya”
Anak : “menggambar rumah boleh?”
Perawat : “Boleh sekalii”
Psikiater : "Adik disini dulu ya sama suster Sinna, dokter mau bicara dulu sama ayah dan
bunda dulu boleh?”
Anak : "Boleh, tapi jangan lama-lama ya"
~(ditempat terpisah psikiater berbicara dengan bapak dan ibu)
Psikiater :"Selamat pagi bapak, ibu. Perkenalkan saya dokter Ratna"
Bapak : "Pagi dok"
Psikiater : "Sebelumnya saya sudah dengar dari perawat Sinna mengenai pertemuan
sebelumnya"
Ibu : "Iya dok, lalu bagaimana?"
Psikiater : "Dari yang saya dengar apakah benar bapak dan ibu suka bertengkat didepan
adek Rosa?”
Ibu : “Iya dok namanya juga rumah tangga pasti ada ajah masalah”
Bapak : “Kalau boleh jujur saya ini orangnya agak keras dok, agak susah buat nahan
emosi dan kalau sudah marah selalu melampiaskan ke orang lain”
Psikiater : “Apakah bapak sadar tindakan bapak yang melakukan kekerasan di depan anak
bapak itu baik?”
Bapak : “Tentu saja saya tahu itu tidak baik dok, lalu saya harus bagaimana?”
Psikiater : “Tentu saja wajar jika dalam rumah tangga pasti ada masalah, tetapi bapak dan
ibu harus menyelesaikannya secara baik-baik tanpa adanya kekerasan,
terlebih lagi jangan didepan anak-anak karena hal itu aan membuat mereka
takut”
Bapak : “Baik dok, saya akan mencoba agar hal itu tidak terulang lagi”
~(anak dan perawat datang)
Anak : “Bunda, adek udah selesai menggambar, mau lihat gak”
ibu : (melihat gambar anak)
Psikiater : “Bagaimana perasaanya adek Rosa setelah menggambar”
Anak : “Senang, aku suka menggambar”
Psikiater : “AdekRosa, dokter boleh liat ga gambarannya”
Anak :” Iya boleh”
Psikiater : “Ibu, bapak setelah saya lihat gambar adek Rosa dominan bewarna gelap ya dan
itu menunjukan jika adek Rosa mengalami depresi”
Bapak : “Apakah benar dok?”
Psikiater : “Jika bapak lihat disini warna rumah berwarna coklat, warna coklat
mengindikasikan kebutuhan akan rasa aman yang diperoleh dalam relasi
terdekat, misalnya keluarga, dan jika bapak lihat lagi bapak
menggunakan pakaian yang cenderung bewarna hitam yang mewakili
kekecewaan, dan untuk ibu sendiri bewarna kuning yang bermakna
mewakili sesuatu yang lebih baik”
Perawat : “Bisa dilihat juga posisi bapak yang sedikit berjauhan dari mereka yang bisa
diartikan jika adanya ketidak nyamanan”
Bapak : “Saya tidak menyangka dampak dari apa yang saya lakukan seburuk ini, lalu apa
yang harus saya lakukan agar Rosa tidak depresi lagi”
Perawat : “Bapak sebisa mungkin harus mengatur emosi bapak, terlebih lagi jika ada anak
bapak disekitar bapak, karena hal itu akan membuat anak menjadi trauma
dan depresi”
Psikiater : “Benar sekali, dan juga bapak dan ibu harus memperlihatkan kasih sayang bapak
ke adek Rosa”
Ibu : “Baik dok”
Psikiater : “Baik jika begitu kita sudahi pertemuan hari ini dan akan kita lanjutkan lagi pada
pertemuan selanjutnya”
Ibu : “Baik dok, teimakasih”
Fase Terminasi
Setelah dilakukan Art Therapy selama 2 minggu, keadaan Rosa mulai membaik, Hasil
gambar Rosa sekarang jauh lebih cerah dari sebelumnya
Psikiater : “Perkembangan adek Rosa sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana
sekarang perasaannya adek?”
Anak : “Senang sekali, kemarin juga aku sama ayah dan bunda pergi jalan-jalan ke
kebun binatang”
Perawat : “Wah senangnya, kalau begitu adek Rosa ga boleh sedih dan murung lagi ya
karena ayah dan bunda sayang sekali sama dek Rosa”
Anak : “Iya sus”
Bapak : “Makasih ya dok,sus, saya sekarang jadi lebih dekat dengan keluar saya”
Psikiater : “Baik bapak,ibu, adek Rosa sudah usai pertemuan kita hari ini, saya harap
kedepannya adek Rosa bisa lebih baik lagi”
Anak : “Iya dok terimakasih”