DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
B. Teknik Meditasi
Untuk melakukan teknik meditasi yang baik dan benar, maka peserta meditasi
dianjurkan untuk mengikuti prosedur sikap tubuh yang kondusif. Pada umumnya,
terdapat empat jenis sikap tubuh yang dianjurkan, yaitu sebagai berikut :
a. Menggunakan Kursi
Posisi atau sikap tubuh ini adalah dengan cara duduk diatas sebuah kursi tanpa
bersandar (kaki dibiarkan mengarah ke lantai) dan meletakkan (menyatukan)
punggung telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri.
b. Posisi Bunga Teratai Terbuka
Posisi Bunga Teratai Terbuka adalah dengan sikap duduk bersila dan memasukkan
lekukan kaki kiri ke arah dalam lekukan kaki kanan. Pada posisi ini, sikap telapak
tangan sama dengan posisi sikap tubuh dengan menggunakan kursi (posisi a).
c. Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka
Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka hanya memiliki perbedaan sikap kaki
dibandingkan Sikap Bunga Teratai Terbuka. Pada posisi ini, sikap kaki serupa dengan
sikap kaki bersila pada umumnya, yaitu salah satu lekukan kaki berada dibawah
lekukan kaki lainnya. Sikap atau posisi tangan sama dengan psoisi lainnya.
d. Posisi Santai.
Posisi ini merupakan posisi yang lebih rileks dari posisi bunga teratai setengah
terbuka, yaitu salah satu lekukan kaki tidak dihimpit oleh lekukan kaki lainnya- salah
satu kaki dibiarkan berselonjor ke arah depan.
Empat posisi tubuh tersebut merupakan sikap tubuh yang kondusif untuk melakukan
meditasi yang baik dan benar. Meskipun meditasi dapat dilakukan kapanpun, dalam
bentuk atau posisi yang relatif bebas dan dimana saja, namun untuk mendapatkan hasil
yang maksimal maka sikap tubuh yang benar akan mempengaruhi hasil akhir yang
diinginkan tersebut.
Lebih dari itu, substansi meditasi adalah mengajarkan tentang bagaimana
memperkuat konsentrasi, kewaspadaan dan kebijaksanaan pikiran agar kesehatan dan
keharmonisan aspek psikis dapat tercipta. Kemudian kualitas pikiran harmonis ini yang
akan digunakan dan ditransfer kedalam tubuh untuk menciptakan kondisi tubuh yang
sehat pula (Merta Ada, 1999:3).
Luh Ketut Suryani (2001) mengatakan bahwa meditasi adalah suatu proses yang
dilakukan secara sadar dengan cara memusatkan perhatian yang banyak ini menjadi satu
perhatian sehingga atma, atau spirit, atau roh akan berfungsi dan mengambil alih fungsi
mental, atau pikiran, atau logika, dan memfungsikan tubuh semaksimum mungkin untuk
melaksanakan tugasnya dalam kehidupan di dunia ini (Suryani, 2001: 44). Menurut
Suryani, parameter berhasil melakukan latihan meditasi Pada dasarnya kecemasan
mempunyai fungsi yang positif dalam diri seseorang, antara lain sebagai kesiapan
bertindak menghadapi bahaya dan meningkatkan motivasi dalam kompetisi. Akan tetapi,
apabila intensitas kecemasan melebihi batas normal, maka muncullah apa yang disebut
anxiety disorders, yaitu gangguan kecemasan (neurosa) dalam diri individu. Secara
umum, bentuk-bentuk gangguan kecemasan dan gejala-gejalanya adalah sebagai berikut
(Supratiknya, 1995:34).
1. Phabic Disorders
Dikenal dengan istilah phobia, yaitu ketakutan yang tetap dan irrasional terhadap
objek, aktifitas atau situasi tertentu yang bagi orang normal tidak berbahaya.
Penderita menyadari bahwa ketakutannya tersebut irasional, akan tetapi ia tidak dapat
menghindar kecuali ia berusaha menjauhi sumber ketakutan tersebut. Beberapa
contoh phobia adalah:
a. Agoraphobia, adalah ketakutan pada situasi atau tempat umum yang tidak begitu
dikenal oleh penderita. Misalnya: di pasar, di jalan atau di tempat umum.
b. Social Phobia, adalah ketakutan yang irrasional pada situasi sosial.
Misalnya:takut berbicara,diperhatikan dan memperlihatkan diri pada orang lain.
c. Simple Phobia, adalah ketakutan selain pada tempat umum dan situasi sosial.
Misalnya: takut akan ketinggian, pada binatang tertentu. Contoh phobia terhadap
binatang, yaitu:
- Arachnophobia, adalah ketakutan pada laba-laba.
- Ornithophobia, adalah ketakutan pada hewan berbulu, misalnya burung,
kucing.
2. Generalized Anxiety Disorders
Merupakan gangguan kecemasan terhadap situasi umum. Simptom-simptom
gangguan kecemasan umum adalah sebagai berikut :
a. Ketegangan otot sehingga menjadi gemetar.
b. Sering tergesa-gesa
c. Mudah lelah
d. Mudah merasa tertekan
e. Merasa sakit
f. Jantung berdebar
g. Nafas tidak teratur
h. Diare
i. Sering buang air besar
j. Mulut kering
k. Mudah tersinggung
l. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan
3. Panic Disorders
Adalah individu yakin sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Gejala-gejalanya adalah
sebagai berikut :
a. Jantung berdebar
b. Kehabisan nafas
c. Berkeringat
d. Pusing
e. Tidak seimbang
4. Obsessive Compulsive Disorders
Yaitu perilaku abnormal berupa dorongan untuk melakukan suatu aktifitas tertentu
secara berulang-ulang karena obsesi yang tidak bisa ditahan (perfeksionis).
5. Post Traumatic Stress Disorders
Adalah gangguan stress setelah individu mengalami peristiwa/tragedi traumatis.
Penyebabnya antara lain adalah peperangan, kecelakaan pesawat, gempa bumi,
pemerkosaan. Simptomnya adalah sebagai berikut :
a. Reexperiencing The Traumatic Event
Mengalami kembali kejadian traumatic dalam ingatan. Misalnya berupa mimpi
buruk.
b. Avoidance
Menghindari aktifitas/situasi yang mengingatkan kembali pada kejadian
traumatis.
c. Reduce Responsiveness
Yaitu rendahnya respon terhadap dunia luar.
d. Increased Arousal, anxiety, guilt
Yaitu peningkatan kewaspadaan, merasa bersalah dan muncul kecemasan.
Berdasarkan sekelumit penjelasan tentang gangguan kecemasan tersebut, penulis
dapat menyimpulkan bahwa gangguan kecemasan merupakan suatu reaksi psikologis
individu yang merepresentasikan kondisi maladaptifnya terhadap suatu konflik. Reaksi
psikologis tersebut tampak pada perilaku-perilaku yang destruktif, seperti perasaan-
perasaan ketakutan yang luar biasa, sulit mengambil keputusan, pola pikir, dan perilaku
withdrawl.
Penjabaran di atas juga menyimpulkan bahwa simtom-simtom psikosomatis
termasuk bukti dari keterkaitan kecemasan dengan gangguan fisiologis. Hal itu tercermin
pada gejala-gejala jantung yang berdebar-debar, ketegangan otot, berkeringat, diare,
pusing dan hilangnya keseimbangan tubuh. Munculnya simtom-simtom tersebut, tentu
saja memerlukan suatu pendekatan psikologis yang dapat menangani reaksi-reaksi
psikofisis di atas agar terkendali dan lebih baik. Oleh karena itu, penulis berasumsi
bahwa aspek kecermatan dan profesionalisme seorang terapis sangat dibutuhkan dalam
mengidentifikasi jenis kecemasan, maupun penanganannya dengan menggunakan suatu
pendekatan atau metode psikologis yang relevan.
C. Metode-Metode yang Mempengaruhi Penurunan Tingkat Kecemasan
Seiring dengan penjelasan gangguan kecemasan pada bagian sebelumnya, maka
perlu kiranya untuk mendeskripsikan metode-metode atau pendekatan-pendekatan
psikologis yang dapat mempengaruhi penurunan tingkat kecemasan tersebut. Oleh karena
itu, berikut ini penulis menyajikan beberapa pendekatan psikologis yang dapat diangggap
representatif untuk menangani gangguan kecemasan.
1. Modifikasi Perilaku
Metode modifikasi perilaku merupakan suatu teknik psikoterapi kontemporer yang
menekankan pada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dengan cara
menggunakan teknik behavioral dan fungsi kognitif klien. Pada dasarnya, metode
modifikasi perilaku ini berorientasi pada perubahan cara pandang yang irasional dan
membiasakan jenis perilaku lainnya yang lebih efektif dalam menghadapi suatu
masalah. Untuk menggunakan jenis metode ini, terapis diharapkan agar menguasai
dasar-dasar asumsi teoritis dan teknik terapi behavioristik tentang pembiasaan
perilaku baru, serta mengubah cara pandang kognitif klien ke arah yang lebih baik.
Jadi, dengan aplikasi tersebut individu dapat lebih efektif untuk mengelola kecemasan
yang muncul dari dalam dirinya.
2. Positive Thinking
Pada dasarnya, metode positive thinking ini merupakan unsur parsial dari modifikasi
perilaku. Namun metode ini lebih berorientasi pada unsur kognitif individu yang
direkonstruksi untuk lebih rasional dan konstruktif dalam memandang suatu masalah.
Aplikasi metode positive thinking adalah bagaimana individu dapat lebih baik dan
sugestif dalam memandang suatu masalah, baik dalam menghadapi suatu masalah
maupun merumuskan solusinya secara bertanggung-jawab.
3. Assosiasi Bebas (Free Association)
Metode assosiasi bebas merupakan metode psikoterapi yang dikembangkan oleh
Sigmeund Freud (psikoanalisis). Pada metode ini, klien diminta untuk menceritakan
seluruh beban psikologis yang ia alami kepada psikolog atau terapis. Freud
beranggapan bahwa beban psikologis yang tidak terpecahkan dan direpres ke alam
asadar dalam rentang periode tertentu, mengakibatkan penimbunan masalah psikis
sehingga menimbulkan perilaku regresi pada saat individu tidak mampu lagi
mengendalikan keseimbangan psikologisnya. Pada saat itu, perilaku yang muncul
merupakan proyeksi regresif dari alam asadar. Oleh karena itu, individu harus
menuangkannya dalam bentuk konseling yang dibantu dengan stimulasi-stimulasi
dari konselor agar bentuk-bentuk abnormalitas dapat diketahui dengan pasti. Jadi,
prosedural teknik terapi asosiasi bebas ini dianggap dapat mengungkap kecemasan
dalam diri individu, khususnya tentang penyebab atau pembentuk neurotik dan
kesadaran klien tentang kecemasan yang dialaminya.
4. Terapi Realitas
Terapi realitas merupakan jenis metode atau pendekatan psikologis dari ahli
eksistensial-humanistik. Mereka berpandangan bahwa eksistensi manusia adalah
adanya kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya. Disamping itu, individu
tidak mungkin lari dari kebebasan menuju arah aktualisasi diri, sedangkan kebebasan
dan tanggung-jawab merupakan dua elemen yang integratif.
Menurut pandangan ahli eksistensial-humanistik kecemasan muncul sebagai
akibat kesadaran terhadap kebebasan dan tanggung-jawab tersebut dan kesadaran
akan keterbatasan individu yang dibatasi oleh peristiwa kematian yang tidak
terelakkan. Terapi realitas menekankan pada peningkatan kesadaran dan pemahaman
individu tentang eksistensi dan potensinya serta mengarahkan proses aktualisasi
individu secara bertanggung-jawab. Pada jenis metode ini, terapis diharapkan dapat
membangun hubungan friendship yang fleksibel dengan klien dan memberikan
kebebasan penuh kepada klien untuk merefleksikan keberadaannya. Aspek
fundamental dari proses terapi realita ini adalah mengelaborasi potensi klien kearah
aktualisasi diri dengan membangkitkan pemahaman dan insight yang substansial
tentang keberadaan kebebasan dan tanggung-jawab di masa sekarang dan masa yang
akan datang. Jadi, dengan pemahaman itu klien dapat menangani masalah-masalah
kecemasan yang timbul dalam proses menuju aktualisasi diri tersebut.
BAB II
SOLUSI & TARGET
2.1. Solusi
Solusi yang dialkukan adalah memberikan penyuluhan tentang “Pengaruh Meditasi
Terhadap Gangguan Kecemasan ” di Universitas Muhammadiyah Gorontalo agar
dapat memberikan pengetahuan dan antisipasi kepada masyarakat. dengan
terhadap bahaya menurunkan kecemasan.
2.2. Target
Target dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu:
1. Masyarakat dapat mengetahui cara menurunkan kecemasan.
2. Masyarakat dapat memahami cara meditasi
3. Publikasi jurnal pengabdian masyarakat
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pengertian gadget
2. Jenis-jenis gadget
3. Tanya jawab
D. Media
1. Music
2. Leflate
E. Pengorganisasian
1. Moderator : Mengendalikan jalannya penyuluhan
2. Pemateri : memaparkan materi
F. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN KEGIATAN
NO WAKTU METODE
PENYULUHAN PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan : 1. Menjawab Ceramah
1. Mengucap salam 2. Mendegarkan
2. Memperkenalkan diri 3. memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
5. Kontrak waktu
2. 15 menit Isi : 1. Menyimak Ceramah
Penyajian materi tentang : 2. Memperhatikan
1. Pengertian kesehatan
mental
2. Penyebab kesehatan
mental
3. Gejala kesehatan
mental
4. Factor resiko kesehatan
mental
5. Pencegahan kesehatan
mental
6. Pengobatan kesehatan
mental
3. 7 menit Evaluasi : 1. Masyarakat bertanya Ceramah
1. Menyimpulakan 2. Masyarakat dan Tanya
penyuluhan menjawab jawab
2. Menyampaikan secara pertanyaan
singkat materi
3. Memberikan
kesempatan
masyarakat bertanya
kepada penyuluh
4. Penyuluh menanyakan
kepada masyarakat
tentang materi yang
telah diberikan
4. 3 menit Penutup : 1. Mendegarkan Ceramah
1. Menyampaikan 2. Menjawab salam
kesimpulan
2. Mengucapkan terima
kasih atas perhatikan
masyarakat
3. Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
masyarakat
4. Mengucapkan salam
penutup.
G. Setting Tempat
2 2 2
Ket :
1. Penyuluh
2. Masyarakat
H. Evaluasi
1. Evaluasi Sruktur
a. Alat dan media sesuai rencana
b. Peran dan fungsi masing-masing sesuai yang direncanakan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan preplening sesuai alokasi waktu
b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal – hal yang diajukan oleh penyuluh
pada saat evaluasi
MATERI PENYULUHAN
PENGARUH MEDITASI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN
A. Pengertian Meditasi
Meditasi merupakan suatu teknik pelatihan pemusatan pikiran dan konsentrasi
untuk mewujudkan keseimbangan energi positif dan energi negatif dalam diri manusia
agar lebih waspada dan bijaksana (Merta Ada, 1999).
B. Teknik Meditasi
Untuk melakukan teknik meditasi yang baik dan benar, maka peserta meditasi
dianjurkan untuk mengikuti prosedur sikap tubuh yang kondusif. Pada umumnya,
terdapat empat jenis sikap tubuh yang dianjurkan, yaitu sebagai berikut :
e. Menggunakan Kursi
Posisi atau sikap tubuh ini adalah dengan cara duduk diatas sebuah kursi tanpa
bersandar (kaki dibiarkan mengarah ke lantai) dan meletakkan (menyatukan)
punggung telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri.
f. Posisi Bunga Teratai Terbuka
Posisi Bunga Teratai Terbuka adalah dengan sikap duduk bersila dan memasukkan
lekukan kaki kiri ke arah dalam lekukan kaki kanan. Pada posisi ini, sikap telapak
tangan sama dengan posisi sikap tubuh dengan menggunakan kursi (posisi a).
g. Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka
Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka hanya memiliki perbedaan sikap kaki
dibandingkan Sikap Bunga Teratai Terbuka. Pada posisi ini, sikap kaki serupa dengan
sikap kaki bersila pada umumnya, yaitu salah satu lekukan kaki berada dibawah
lekukan kaki lainnya. Sikap atau posisi tangan sama dengan psoisi lainnya.
h. Posisi Santai.
Posisi ini merupakan posisi yang lebih rileks dari posisi bunga teratai setengah
terbuka, yaitu salah satu lekukan kaki tidak dihimpit oleh lekukan kaki lainnya—
salah satu kaki dibiarkan berselonjor ke arah depan.
DAFTAR PUSTAKA