Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL OBSERVASI

SETTING PENDIDIKAN

Kecemasan Mahasiswa pada Presentasi Kuliah Psikologi dan Posmodernisme


melalui Pesan Nonverbal

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum pada Mata Kuliah


Psikodiagnostik II Observasi

Dosen Pembimbing:
Siti Solihah, S.Psi

Disusun Oleh
Mochamad Faris Dzulfiqar
1404558

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

I.

TUJUAN
Observasi dilakukan untuk mengamati bentuk pesan nonverbal yang
meliputi penggunaan gesture, postur, ekspresi wajah, dan penggunaan ruang
sosial, melalui interaksi antaranggota. Fungsi pesan nonverbal, dapat
digunakan untuk mendeskripsikan dan menilai penampilan para panelis yang
memberi

presentasi.

Pengamatan

dilakukan

pada

mahasiswa

yang

menyampaikan materi presentasi dan moderator. Observasi akan dilakukan


pada kelas mata kuliah psikologi dan posmodernisme di ruang 3.10 pukul
10:20 hingga 11:50.
Metode observasi dilakukan secara partisipan yang mana observer
mengikuti perkuliahan tersebut. Alat bantu observasi terdiri atas format
checklist yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak indikator
kecemasan yang ditampilkan observee, dan catatan anekdot sebagai
pelengkap kegiatan observasi.

II. LANDASAN TEORI


A. Pengertian Kecemasan dan Komunikasi Nonverbal
Dalam mendefinisikan kecemasan, Freud (1933/1964) menjelaskan
bahwa

kecemasan

merupakan

situasi

afektif

yang

dirasa

tidak

menyenangkan yang oleh diikuti sensasi fisik yang memperingatkan


seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini
biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu terasa.
Komunikasi nonverbal sering dikatakan sebagai perilaku nonverbal
atau bahasa tubuh. Ini adalah cara menyampaikan informasi, seperti katakata. Namun, kata-kata tersebut disampaikan melalui ekspresi wajah,
gerakan tubuh (haptics), sentuhan, gerakan fisik (kinesics), postur, pakaian
dan aksesoris pada tubuh, intonasi, dan volume suara seseorang (Burgoon,
1994).

B. Fungsi Pesan Nonverbal


Mark L. Knapp (1972: 9-12) menyebut lima fungsi pesan nonverbal: (1)
Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya, isyarat penolakan yang ditunjukan dengan menggelengkan kepala
berkali-kali, (2) Substitusi, menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya,
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk, (3) Kontradiksi,
menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan
verbal. Misalnya, seorang pegawai memuji prestasi seorang rekan kerjanya
dengan mencibirkan bibir, Hebat, kau memang hebat, (4) komplemen,
melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka
yang menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan katakata; (5) aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya, mengungkapkan suatu perasaan diiringi dengan hentakan tangan
ke permukaan meja. Knapp membahas fungsi pesan nonverbal dalam
hubungannya dengan pesan verbal.

Dale G Leathers (1967), menyatakan alasan fungsi pesan nonverbal


menjadi penting sebagai berikut.

Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menemukan makna dalam

komunikasi nonverbal.
Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan

nonverbal ketimbang pesan verbal.


Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif

bebas dan penipuan, distorsi, dan kerancuan.


Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang
sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang

memperjelas maksud dan makna pesan.


Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien

dibandingkan dengan pesan verbal.


Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.

C. Klasifikasi Pesan Nonverbal


Dalam kaitannya atara fungsi pesan nonverbal dan tujuan dari proposal
ini, perlu diketahui pesan nonverbal apa saja yang dapat terjadi dalam
interaksi. Berikut ini klasifikasi pesan nonverbal menurut beberapa ahli.
Duncan menyebutkan enam jenis pesan nonverbal:

Kinesik atau gerak tubuh.


Paralinguistik atau suara.
Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
Olfaksi atau penciuman.
Sensitifitas kulit.
Faktor artifaktual.
Sedangkan pendapat lain dari Scheflen menyebutkan dengan istilah lain;

kinestik, sentuhan (tactile), bau-bauan, teritorial, proksemik, dan artifaktual.


Dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat Psikologi Komunikasi, penulis
mengembangkan

klasifikasi

dari

Leathers

untuk

digunakan

dalam

pembahasannya. Dalam buku tersebut, Rakhmat membagi pesan nonverbal


pada tiga kelompok besar; pesan nonverbal visual yang meliputi kinesik,

proksemik, dan artifaktual; pesan nonverbal auditif yang di sini hanya terdiri
atas satu macam saja, yaitu pesan paralinguistik; dan pesan nonverbal
nonvisual nonauditif, artinya tidak berupa kata-kata, tidak terlihat, dan tidak
terdengar, dan meliputi sentuhan dan penciuman. Dibawah ini klasifikasi
terperinci mengenai pesan nonverbal menurut Leather berdasarkan buku
Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2012: 285), yang mengelompokan pesan
nonverbal ke dalam 3 kelompok sebagai berikut.

Pesan nonverbal auditif


Dengan dimensi pesan paralinguistik yang meliputi beberapa indikator
antara lain, nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.
Pesan nonverbal visual
Dengan dimensi yang terdiri atas pesan kinesik, proksemik, dan
artifaktual. Masing-masing dimensi memiliki indikator sebagai berikut:

Pesan kinesik memiliki indikator berupa, pesan fasial (ekspresi


wajah), pesan gestural (gerakan badan yang bermakna), dan pesan

postural.
Pesan proksemik memiliki indikator berupa, hubungan antara
pengaturan jarak dengan skala relasi.
Skala Relasi
Akrab
Personal
Sosial
Publik

Fase Dekat
0 - 6
18 - 30
4 - 7
12 - 25

Fase Jauh
6 - 18
30 - 4
7 - 12
25 atau lebih

Pesan Artifaktual memiliki indikator berupa aksesoris, pakaian, dan


benda-benda yang terlibat dalam penyampaian komunikasi.

Pesan nonverbal nonauditif dan nonvisual.


Dengan dimensi yang terdiri atas pesan sentuhan dan bebauan,
sedangkan untuk indikatornya berupa berbagai sentuhan yang terlibat
dalam interaksi antarpribadi yang memiliki makna, dan bebauan yang
menjadi indikator merupakan bebauan yang menimbulkan reaksi
dalam berkomunikasi dan memiliki makna dengan hubungannya pada
subjek yang saling berinteraksi. Akan tetapi, karena menyadari bahwa
dalam observasi ini dilakukan dalam setting presentasi, yang mana

observer tidak dapat mengetahui dengan pasti kesan yang didapat dari
adanya bebauan oleh subjek pada subjek lainnya, maka dengan ini
memutuskan bahwa hanya dimensi sentuhan yang dilibatkan dalam
mengamati tingkah laku.

III.

TINGKAH LAKU YANG DIHARAPKAN TAMPIL


1. Dimensi Pesan Paralinguistik
a) Nada, indikator terdiri atas:
Nada bicara yang monoton.
Nada bicara yang terbata-bata.

b) Volume suara, indikator terdiri atas:


Volume suara tinggi.
Volume suara rendah.
2. Dimensi Pesan Kinesik
a) Pesan fasial dengan indikator berupa:
Tidak terdapat kontak mata dengan audien.
Pelupuk mata bagian atas dinaikan.
Bibir yang terkatup.
Bibir yang ditarik kedalam seakan menghilang.
Mulut menganga.
Terdapat kerutan di dahi.
b)

Pesan gestural dengan indikator berupa:


Tangan gemetar.
Perilaku menggaruk kepala.
Menepuk dahi.
Menyilangkan tangan.
Memegang mulut.
Memegang hidung
Menggosok mata.
Menggosok telinga.

c)

Pesan postural dengan indikator berupa:


Tubuh yang tertarik ke belakang.
Dagu di tarik ke belakang.
Penarikan bahu ke atas ketika duduk.
Bahu tertarik ke depan.
Bahu nampak tertekan.

3. Dimensi Pesan Nonauditif dan nonvisual


Menepuk punggung.
Mencolek lengan.
Meletakan tangan di bahu rekan.
Memainkan alat tulis saat menyampaikan gagasan.

IV.

LEMBAR REKAMAN OBSERVASI

(Dilampirkan).

V.

KRITERIA PENILAIAN
Metode observasi yang digunakan adalah Checklist, dengan fokus pada

perhitungan perilaku pesan nonverbal yang muncul pada mahasiswa yang


sedang presentasi. Setiap indikator perilaku nonverbal yang muncul akan diberi
tanda silang pada format checklist selama kegiatan perkuliahan berlangsung.
Kecemasan dapat diukur dengan seberapa banyak tanda silang pada masingmasing indikator. Dengan ketentuan lebih dari 70% dari keseluruhan indikator
pada format checklists, maka dapat dinyatakan terdapat kecemasan pada
observee. Berikut ini bentuk perhitungannya.
Kecemasan= 27/27 * 100%

Daftar Pustaka
Feist, Jess. (2014). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Helina. (2011). Mengenali Komunikasi Non-Verbal. Bandung: Pustaka Cendikia.
Kumar, Vijaya. (2013). Bahasa Tubuh. Platinum
Navarro, Joe. (2014). Cara Cepat Membaca Bahasa Tubuh. Jakarta: Penerbit
Change
Rakhmat, Jalaluddin. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai