duka, rindu anak-anak kita juga menjadi beban untukmu, juga perih dan sakit yang mengisi
kekosongan buat mereka.
Saat ini aku menulis di dinding yang semula vertikal. Ku terima kapal ini sebagai peti
matiku, kuterima laut ini sebagai kuburanku, kuterima takdir yang menghilangkan
keberadaanku tanpa jejak dikubur dalam gemuruh laut yang dingin, gelap, dan berbuih. Inilah
surat terakhir untukmu, kusertakan semua uang yang kudapat, kupercayakan surat dan uang
ini ke dalam botol whisky terakhirku., Tuhan semoga ombak dan alam masih mau berbelas
kasih untuk menyampaikan pesanku ini.
Yang tercinta maafkan aku.
Sementara itu di suatu lautan, pagi hari saat para nelayan pulang setelah melaut sejak
dini hari.
Hey kawan kau bisa membacakan ini untuk ku? Aku tidak yakin apa aku
membacanya dengan dengan benar. Ujar nelayan berkepala botak.
Mana, coba kulihat.
Si nelayan berjanggut mengambilnya, dia lalu mengerutkan keningnya. Barangkali
bahasa yang tertulis di sana asing baginya.
Jadi menurutmu apa itu, apa yang tertulis disana?
Aku pun tidak yakin, hey dari mana kau dapatkan ini?
Dari botol ini yang semula mengapung di laut, lihat ada uangnya juga, sungguh
menyenangkan, kurasa uang ini cukup untuk membeli sebuah kapal baru, dan sisanya
menjamin kita untuk dapat hidup senang sekitar lima tahun kedepan!
Si nelayan berjanggut melihat isi botol itu. Dia menyadari sesuatu
Kalau begitu kurasa ini bisa jadi surat wasiat.
Benar juga kau.
Hey sebaiknya kau kembalikan saja ke laut!
Hah?! Apa kau sudah gila? Untuk apa?
Tiba-tiba angin berhembus agak kencang. Dan ombak menjadi lebih mabuk. Seolaholah alam terpengaruh pada suasana hati kedua nelayan itu.
Mungkin saja itu berisi kutukan, sebab pesan dan uang itu kemungkinan ditujukan
untuk Mariam.
Kutukan? Mana mungkin, ini keberuntungan, lagi pula si Mariam itu tidak akan
pernah tahu.
Berikan itu padaku! Kita harus mengembalikannya dan menghormati wasiat itu serta
keinginan mereka yang mati di laut.
Baiklah, bagaimana jika beberapa lembar saja untukku, dan kau boleh mengambil
sejumlah yang aku ambil, lebih pun tidak mengapa, kau sendiri tahu bukan jika ikan akhirakhir ini sulit di dapat dan tidak banyak menguntungkan, untuk dimakan saja tidak cukup.
Tetap tidak bisa!
Aku tidak suka melakukannya, tapi kau tidak memberiku pilihan!
Si nelayan botak dengan lekas mengambil harpon. Dari kejauhan perahu mereka
dipenuhi camar yang terbang berkeliling.