Anda di halaman 1dari 17

SELF MANAGEMENT

OSTEOARTHRITIS
TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN KRONIS

OLEH KELOMPOK 3 :
Kelas B SAP Keperawatan
1) Sirila Ngesti Purnani (185070209111011)
2) Chairunnisa Permata Sari (185070209111012)
3) Ika Wahyuni Puji L (185070209111013)
4) Kharisma Hadi (185070209111014)
5) Maria Rosari Tjeme (185070209111015)
6) Jeferson Margasaputra M (185070209111029)
7) Muhammad Syaifulloh M (185070209111036)
8) Zakiya Isnaini Fitri (185070209111037)
9) Lina Anggraeni (185070209111038)
10) Haris Petriano (185070209111039)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN PROGRAM ALIH JENJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kronis dan juga
untuk teman mahasiswa keperawatan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini
terutama Dosen Mata Kuliah Keperawatan Kronis yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Malang, 25 Oktober 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3
A. Osteoarthritis ................................................................................................. 3
B. Self Management ........................................................................................... 3
C. Tahapan dalam Self Management ................................................................. 4
BAB III Aplikasi Self Management Pasien Osteoarthritis ....................................... 5
A. Deskripsi Kasus ............................................................................................... 5
B. Komponen Self Management yang Efektif..................................................... 6
1. Problem Assessment ...................................................................................... 6
2. Planning/Goals ............................................................................................... 8
3. Strategi Management .................................................................................... 9
4. Monitoring ..................................................................................................... 11
5. Tim Multidispilin............................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 13
Kesimpulan............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthritis adalah sekelompok kondisi yang melibatkan satu atau lebih sendi
dalam tubuh. Ada lebih dari seratus tipe. Dua yang utama adalah rheumatoid
arthritis dan osteoarthritis. Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistem
kekebalan tubuh, yang dapat mempengaruhi anak-anak maupun orang dewasa.
Dapat berkembang sangat cepat menyebabkan pembengkakan dan kerusakan
pada sendi, dan dapat mempengaruhi seluruh tubuh termasuk organ internal.
Arthritis adalah peradangan pada sendi dan dapat merubah posisi tulang
dengan disertai pembengkakan, sakit, kekakuan dan dapat menyebabkan
pergerakan terbatas (Barnet, 2007). Jenis arthritis yaitu Reumatoid Arthritis.
Reumatoid Arthritis dapat kambuh apabila klien tidak menjaga pola hidupnya
seperti : stres, tidak berolahraga, terpapar udara dingin, dan tidak menjaga
makanmakanan yang sehat (Mayer et al, 2007).
Kasus Arthritis di dunia semakin meningkat prevalensinya terutama di
kawasan Afrika dan Asia. Pada tahun 2004 di Amerika penyakit musculoskeletal
dan diantaranya arthritis menjadi penyakit tertinggi. Arthritis menyebabkan
kematian selama periode 20 tahun terakhir dengan penyebab yang mendasari
arthritis dan kondisi rematik lainnya (arthritis and other rheumatic conditions
(AORC)) (CDC, 2012). Di Indonesia arthritis merupakan penyakit tertinggi sebagai
penyakit gangguan sendi dikalangan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan
Indonesia menjadi negara tertinggi yang memiliki kasus penyakit sendi dibanding
negara Asia lain. Prevalensi Arthritis di Indonesia menurut Riskesdas (2013)
merupakan penyakit sendi berdasarkan tenaga kesehatan di Indonesia yaitu 11,9
% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7 % untuk kategori penyakit tidak
menular. Angka ini didominasi klien perempuan untuk usia serangan 30 tahun
keatas.
Artritis adalah penyakit autoimun kronik yang menyebabkan persendian
mengalami nyeri, peradangan, sehingga terjadi pembengkakan dan dapat
menyebabkan deformitas sendi yang progresif, menyebabkan kecacatan
atau disabilitas bahkan dapat menyebabkan kematian (Candra, 2009). Untuk itu

1
dibutuhkan self-management yang tepat agar menurunkan angka kecacatan dan
penurunan produktivitas serta menurunkan permasalahan pelayanan kesehatan.

Osteoartritis merupakan suatu penyakit sendi degeneratif, dimana sendi


yang terkena biasanya adalah sendi besar dan unilateral. Prevalensi kejadian
osteoartritis di Indonesia antara 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita, dimana
kejadian ini meningkat dengan pertambahan usia. Osteoartritis lebih sering
terjadi idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya meskipun ada juga yang
bersifat sekunder seperti karena trauma, infeksi, kelainan neurologi ataupun
metabolik. Keluhan yang dirasakan pasien osteoartritis biasanya adalah nyeri
pada sendi yang terkena terutama setelah dilakukan pembebanan pada sendi
tersebut. Terapi pada osteoartritis biasanya simptomatik, yaitu berupa
pengendalian faktor resiko, fisioterapi dan farmakologis.
Salah satu untuk menurunkan angka kekambuhan yaitu dengan
memodifikasi gaya hidup agar mencegah kekambuhan klien dengan gejala
arthritis. Program yang dapat dilakukan untuk menangani angka kekambuhan dan
sudah terbukti yaitu self-management arthritis. Sebagai tenaga kesehatan,
perawat berperan penting dan perlu menerapkan program ini agar angka
disabilitas klien dapat dikurangi, terutama lansia karena mengalami penurunan
fungsi tubuh dan dapat meningkatkan angka kualitas hidup lebih baik.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan aplikasi self-
management pada klien osteoarthritis.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum. Cukup sering
pada orang yang memiliki nyeri sendi, X-ray dari sendi masalah tidak
menunjukkan tanda-tanda radang sendi. Kebalikannya juga benar. Banyak orang,
yang memiliki sendi yang menunjukkan tanda-tanda X-ray OA, tidak mengalami
rasa sakit. Jadi, bisa sulit untuk memutuskan di mana nyeri sendi berakhir dan OA
dimulai. Karena itu, dokter sering menggunakan istilah 'nyeri sendi kronis pada
orang yang lebih tua', atau 'nyeri sendi' untuk jangka pendek, daripada OA. Dalam
buku panduan ini baik istilah 'nyeri sendi' dan OA akan digunakan, dan akan
berarti hal yang sama.
Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang
dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma
pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik.
Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matriks yang
berakibat kerusakan struktur dan fungsi kartilago artikular, diikuti oleh reaksi
perbaikan dan remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang
ini, degenerasi permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan
kecepatan degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi.
Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor –
faktor resiko, latihan intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada fase
lanjut sering diperlukan pembedahan.

B. Self manajemen
Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management
merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat
tersebut senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti
mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya,
mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan
mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi. Self management
diperlukan bagi seseorang agar mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang

3
berkualitas dan bermanfaat dalam menjalani kehidupannya. Self management
juga membantu orang-orang untuk mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-
hal positif dan dapat mengatur dirinya ke arah yang lebih baik dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.

Self management dan self-regulated merupakan istilah yang sering


dijumpai dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan.
menurut Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk
mengatur dan mengelola dirinya. Sedangkan menurut Zimmerman (Woolfolk,
2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana
seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan
perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan.
Dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk
selfregulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka
individu tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu
memanajemen dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya.

C. Tahapan dalam self-manajemen


1. Mengkaji masalah atau mengidentifikasi masalah
2. Membuat Planing
3. Management Strategis
4. Monitoring
5. Multidisiplin Tim

4
BAB III
APLIKASI SELF MANAGEMENT PASIEN OSTEOARTHRITIS

A. Deskripsi Kasus
Pasien MD, laki-laki 56 tahun. Pasien datang ke rumah sakit diantar
keluarganya dari luar kota dengan keluhan utama nyeri pada lutut kiri sejak 6
bulan yang lalu, semakin memberat sejak ada bengkak dilututnya 2 hari sebelum
datang ke rumah sakit. Nyeri dirasakan pasien seperti berdenyut dan ditusuk –
tusuk, tidak menghilang setelah lutut pasien dikompres, makin memberat saat
melipat dan menggerakkan, sedikit berkurang dengan istirahat. Bengkak dan kaku
juga tampak di kedua kaki dan pasien baru saja menyadari hal tersebut, pasien
susah menggerakkan kakinya sehingga aktivitas sehari-hari terganggu. Pasien
masih bisa berjalan secara pelan-pelan, merasakan kaku pada lutut kirinya sejak
2 hari sebelum datang ke RS, kadang pasien juga merasakan gemertak ketika coba
lututnya coba digerakkan.
Sebelumnya pasien juga sering merasakan nyeri pada sendi jempol kaki.
Nyeri tersebut dirasakan pasien sudah sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dikatakan
pasien hilang timbul dan dirasakan memberat setelah mengkonsumsi kacang –
kacangan dan melinjo. Pasien tinggal sendiri di rumahnya dan jauh dari fasilitas
layanan kesehatan. Pasien mengaku mengkonsumsi obat yang dibeli secara bebas
di apotek untuk meredakan keluhan bengkak dan nyeri pada lututnya, hanya saja
pasien lupa nama obatnya. Pasien mengatakan dulunya sejak muda pasien
terbiasa berolahraga, akan tetapi beberapa tahun belakangan pasien jarang
berolahraga. Pasien biasa melakukan pekerjaannya dengan bersepeda ataupun
berjalan kaki. Pasien termasuk golongan ekonomi menengah kebawah.
Hasil pengkajian :

5
KU BB : 50kg, KU baik, kesadaran compos mentis
TTV Tensi 130/90 mmHg, nadi 80x/mnt, pernafasan 22x/mnt, suhu axila 36,5°C.
Status lokalis pemeriksaan ekstremitas didapatkan edema pada genu sinistra, pitting (+),
kemerahan (+), tofus lateral ankle dextra (+), massa pada suprapatella sinistra (+)
ukuran 3 cm x 2 cm, benjolan mobile, permukan rata, undulasi (+), nyeri tekan (+)
pada inspeksi.
Palpasi teraba hangat pada genu S (+), nyeri tekan genu sinistra (+), nyeri tekan pada
massa pada suprapatella sinistra (+), ukuran 3x4, permukaan rata, mobile.
Auskultasi krepitasi (+) pada genu sinistra
Radiologi foto genu A/P lateral tampak gambaran osteofit pada genu sinistra,
dengan kesan : osteoartritis genu kiri, foto femur tidak tampak adanya kelainan.
Cairan sendi warna kuning, bekuan positif, Kristal eritrosi dan darah negatif. Jumlah sel 8-10.
Diagnosa Medis osteoartritis genu sinistra functional class II
dengan suspek abses suprapatella

B. Komponen Self-Manajemen yang efektif


Pasien dengan kasus osteoarthritis seringkali mengalami kegagalan
dalam pengelolaan dan pengobatan oleh karena banyak faktor yang
mempengaruhi salah satunya adalah proses perjalanan penyakit yang lama serta
manifestasi yang beragam timbul perlahan namun pasti. Untuk mencapai
pengelolaan dan pengobatan yang maksimal perlu adanya penerapan Self-
Manajemen terhadap pasien dengan osteoarthritis.
Penerapan Self-manajemen yang efektif terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1. Problem assesment.
Dalam komponen ini ada beberapa tahap yang harus ditempuh :
a. Identifikasi masalah :
1) Selama ini (± 3th) Pasien mengelola sendiri nyeri dan
penyakitnya tanpa berobat dan periksa ke pelayanan
kesehatan.
2) Pengkajian penyebab masalah : pasien tinggal sendiri di
rumahnya, jauh dari fasilitas kesehatan, golongan ekonomi
menengah ke bawah dan kurangnya informasi dan
pengetahuan tentang penyakitnya.

6
b. Identifikasi dampak penyakit
1) Gejala penyakit dan kekambuhan akan bertambah parah
2) Manifestasi klinis yang meluas, gangguan fungsi sendi dan
otot
3) Terjadi kontraktur atau sampai dengan atrofi otot
4) Gangguan berjalan dan gangguan fungsi lain yang
menyulitkan aktivitas
c. Identifikasi tanda-tanda dan gejala penyakit secara spesifik
1) Nyeri seperti berdenyut dan ditusuk – tusuk, makin
memberat saat melipat dan menggerakkan, sedikit
berkurang dengan istirahat.
2) Bengkak dan kaku di kedua kaki, nyeri di sendi jempol
3) Pasien juga merasakan gemertak ketika coba lututnya coba
digerakkan
4) Nyeri dirasakan memberat setelah mengkonsumsi kacang –
kacangan dan melinjo.
d. Faktor yang mengancam pola peningkatan kesehatan (gaya
hidup)
1) Jauh dari fasilitas layanan kesehatan
2) Kebiasaan berolahraga yang tidak lagi dilakukan
3) Kebiasaan makan makanan yang kurang tepat
4) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
e. Tentukan kekuatan dan hambatan untuk meningkatkan kapasitas
dalam mengelola diri sendiri
1) Kekuatan dari luar : layanan asuransi kesehatan (BPJS),
layanan rumah sakit beserta dokter ahli dalam bidangnya,
ketersediaan obat osteoarthritis, layanan fisioterapi masuk
dalam BPJS.
2) Kekuatan dari dalam : motivasi untuk sembuh dibuktikan
pasien sering mengkonsumsi obat untuk mengatasi nyeri
meskipun hanya obat bebas dari apotik.
3) Hambatan dari luar : jarak fasilitas kesehatan yang jauh dari
rumah, keluarga/kerabat tinggal di lain kota, kegiatan

7
kunjungan dari layanan kesehatan yang minimal
4) Hambatan dari dalam diri sendiri : kurang pemahaman dan
pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, merasa
masalah selesai saat nyeri teratasi dengan minum obat
sesaat yang dibeli sendiri dari apotik.

2. Planning / goals
Perencaan disusun dengan pendekatan patien center atau semua tujuan
akhir adalah berfokus pada pasien. Perencanaan bertujuan untuk dapat
menggabungkan dan memperkuat potensi pasien dalam mengelola sakitnya
sehingga terbentuk koordinasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Planning / goals harus SMART : Spesific, Measurable, Achievable, Realistic dan
Timely.
Sasaran perencanaan dan goals yang disusun meliputi :
a. Pasien : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien tentang
penyakitnya, memberi paparan kemungkinan dampak yang terjadi apabila
penyakitnya tidak tertangani dengan baik serta memberi motivasi dan
melibatkan pasien dalam setiap tahap intervensi.
b. Keluarga : memberikan motivasi untuk dapat terlibat dalam proses
pengelolaan penyakit pasien secara mandiri, memberikan informasi dan
pemahaman tentang penyakit serta dampak terberat yang mungkin terjadi
apabila pasien tidak ditangani secara baik dan menyeluruh.
Langkah-langkah perencanaan :
a. Tujuan spesifik : pasien dan keluarga memahami kondisi sesungguhnya
penyakit yang diderita
b. Prioritas : pasien termotivasi untuk datang ke layanan kesehatan, merubah
pola hidup (diit, aktivitas dan gaya hidup) keluarga termotivasi untuk
mendampingi pasien dalam setiap tahap intervensi
c. Outcome : pasien rutin kontrol tepat waktu, pasien mampu adaptasi dengan
nyerinya, mampu beraktivitas secara bertahap, tidak terjadi kontraktur dan
atrofi otot.
d. Kerangka waktu : 3-4 kali pertemuan
e. Internvensi

8
Mengelola dan mengobati nyeri sendi dengan langkah berikut :
1) Aktivitas fisik untuk meredakan nyeri sendi dan meningkatkan mobilitas
(pemilihan aktivitas yang cocok, hal-hal yang membantu pasien dapat
tetap aktif secara fisik, ha-hal yang menghalangi dalam beraktivitas)
2) Penggunaan alas kaki yang terbaik, cocok dan nyaman
3) Menggunakan tekhnik penghangat untuk mengurangi nyeri dan dingin
untuk menghilangkan bengkak
4) Pengendalian berat badan
5) Menggunakan tekhnik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri
6) Pemilihan menu, apakah bisa mengkonsumsi glucosamine dan
chondroitin ?
7) Penggunaan perban elastis, collar dan knee strap untuk membantu
relaksasi sendi
8) Melatih ketrampilan dalam manajemen diri
f. Dokumentasi setiap perencanaan agar dapat menjadi acuan dalam mencapai
target dan tujuan secara terperinci.

3. Strategi manajemen
Strategi yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, ketersediaan sumber
daya, kualitas sumber daya dan tingkat kemampuan manajemen diri pasien.
Penggunaan teknik untuk meningkatkan kepercayaan diri pada kemampuan
mereka sangatlah penting, terlebih pada pasien yang aktif.
Dalam Self-manajemen dapat diberikan intervensi dalam berbagai kategori, yaitu:
a. Self-manajemen edukasi (pendidikan dan informasi)
b. Intervensi untuk membangun ketrampilan dan merubah perilaku
c. Penyedia dukungan / petugas kesehatan
d. Tindak lanjut terus menerus
e. Perubahan lingkungan

9
Intervensi self-manajemen pasien OA
Edukasi Self- Perubahan Petugas Tindak lanjut Perubahan
manajemen perilaku kesehatan lingkungan
Target 1. Ada 1. Perubahan Kolaborasi 1. Srategi 1. Pola diit dan
perubahan komunikasi aktivitas antar tim menangani pemilihan
perilaku dengan dokter 2. Penggunaan kesehatan, nyeri menu
ahli, konsultasi alas kaki yang meningkatkan 2. minum 2. mengontrol
rutin dan terbaik, cocok efikasi diri obat berat
merencanakan dan nyaman teratur badan.
pengobatan 3. Menggunakan 3. kontrol ke 3. Penggunaan
lanjut. tekhnik pelayanan perban
2. Menggunakan penghangat kesehatan elastis,
tekhnik untuk tepat collar dan
distraksi dan mengurangi waktu knee strap
relaksasi untuk nyeri dan
mengurangi dingin untuk
nyeri menghilangkan
3. Melatih bengkak
ketrampilan
dalam
manajemen
diri
Seting 1. Rumah sakit Komunitas Rumah sakit, Rumah Komunitas
tempat 2. klinik praktek klinik dokter
dokter ahli praktek
3. komunitas
Target Pasien terdiagnosa Masyarakat umum, Dokter ahli Pasien dengan Masyarakat
audien OA, teman dan pasien dengan OA OA OA umum, pasien
kerabat/keuarga dengan OA
Metode Individu, Individu, kelompok Kelompok Telepon, -
kelompok kecil, kecil, diskusi secara kecil internet
diskusi secara online
online

10
Petugas : Dokter ahli dan Ahli kebugaran Penyuluh Petugas non Lembaga
perawat terlatih,fisioterapis kesehatan medis komunitas OA

4. Monitoring
Beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam kegiatan monitoring self-
manajemen ini adalah :
a. Fisiologis
1) Kemampuan pasien mengendalikan nyeri atau beradaptasi dengan nyeri
2) Kemampuan mengoptimalkan fungsi gerak sendi
3) Mencegah terjadinya komplikasi
b. Penilaian klinis dapat dilakukan dengan pendekatan holistic pasien osteoarthritis
sehingga didapatkan penilaian secara keseluruhan dari kondisi pasien secara
sistematis.
1) Bio : nyeri muskulo lain, penyakit kronik penyerta
2) Psiko :, kenyamanan, interaksi emosional
3) Social : pekerjaan dan interaksi intelektual
4) Spiritual : persepsi tentang sakitnya, pemahaman tentang OA
c. Langkah kualitas hidup untuk mengukur peningkatan kualitas fungsional
1) Mengurangi keterbatasan aktivitas sehari-hari, ketergantungan kepada orang
lain dan meningkatkan kualitas hidup
2) Kemampuan menghambat progresivitas penyakit

5. Tim multidisiplin
Setelah pasien terdiagnosa osteoarthritis, pertama dokter akan mendiagnosa
jenis nyeri sendi dan memutuskan apakah ini adalah masalah jenis OA yang dapat
dikelola dalam praktik umum, atau sesuatu yang perlu penyelidikan lebih lanjut oleh
seorang spesialis. Jika yang pertama, maka dokter umum dapat mendiskusikan hal-
hal yang dapat dilakukan pasien untuk membantu mempertahankan kemandiriannya,
mencegah masalah sendi mereka memburuk dan mengelola rasa sakit.
Jika rasa sakit adalah masalah utama, maka dokter mungkin akan meresepkan
obat penghilang rasa sakit, tetapi ini bukan satu-satunya cara mengelola rasa sakit.

11
Pasien juga akan diberi tahu bagaimana kondisi lain yang mungkin dapat
mempengaruhi nyeri sendi dan perawatannya.
Selanjutnya dokter dapat merujuk ke terapis lain di tim perawatan kesehatan primer
a. Fisioterapis : terampil dalam mendiagnosa dan mengatasi kaku sendi dan nyeri
b. Ahli terapi okupasi (OT): menangani permasalahan sendi tangan
c. Ahli penyakit kaki (ahli chiropoda) : menangani permasalahan sendi kaki
d. Ahli diet : membantu mengatur pola makan dan diit
e. Ahli kebugaran : untuk kegiatan olahraga dan aktivitas lain
f. Perawat klinis : follow up rangkaian pengobatan dan penyuluhan kesehatan
g. Dokter ahli bedah orthopedi : bila perlu dilakukan pembedahan
h. Dokter spesialis arthritis : rujukan untuk sejumlah kecil orang yang masalah
persendiannya menyebabkan rasa sakit dan cacat yang parah, dan tidak
menanggapi pengobatan.
i. Dokter spesialis lain apabila pasien diketahui mempunyai penyakit penyerta.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Osteoartritis merupakan penyakit artritis kronis paling banyak ditemui


dengan berbagai faktor risiko, karena itu peranan tenaga kesehatan dan layanan
kesehatan sangat penting khususnya dalam sistim kesehatan nasional, untuk
pencegahan, deteksi dini dan penatalaksanaan penyakit kronik secara umum, dan
khususnya dalam penatalaksanaan OA. Karena itu rekomendasi penatalaksanaan
OA sangat diperlukan untuk memudahkan koordinasi yang meliputi multidisiplin,
monitoring, dengan patient centre care yang bersifat kontinyu/terus menerus,
komprehensif dan konsisten, sehingga penatalaksanaan nyeri OA kronik dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.
Diperlukan strategi yang komprehensif untuk mengelola pasien dengan
osteoarthritis yang merupakan penyakit dengan progresivitas lambat dengan
etiologi yang tidak diketahui. Dengan intervensi self-manajemen diharapkan
pasien dapat menunjukkan progress yang baik dalam mengatasi nyeri,
mempertahankan atau meningkatkan fungsi gerak sendi, mengurangi aktivitas
fisik, meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup terkait osteoarthritis.
Prinsip intervensi dalam self-manajemen yang efektif menggunakan
pendekatan yang berpusat pada pasien, berkontribusi dan mendorong pasien
untuk selalu mengikuti proses penatalaksanaan osteoarthritis. Keterlibatan
berbagai pihak juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam self-
manajemen ini. Untuk itu kolaborasi dan kerjasama yang baik dituntut agar
proses berjalan sesuai target perncanaan dan mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Teresa Brady, Strategi to support Self management in osteoarthritis, Five categories of


Intervention, Including Education, American Journal of Nursing, 112, April, 2014

Diagnosa dan penatalaksanaan osteoarthritis, rekomendasi IRA untuk diagnosa dan


penatalaksanaan osteoarthritis, diunduh pada tgl. 23 oktober 2018

A guide for people with osteoarthritis, Keela University, Arthritis Research UK, 2014
Diunduh pada tgl, 22 Oktober 2018

Putu Imayati, Laporan kasus osteoarthritis, SMF Ilmu penyakit Dalam FK. Univ. Udayana,
RS. Sanglah, 2011

Asrul Ismail, Ika Puspitasari, Evaluasi Kualitas Hidup penderita osteoarthritis di RSUP. Dr.
Sardjito, Fak. Kedokteran UGM, 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai