DI SUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Guided Imagery dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Guided Imagery. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kecemasan merupakan hal yang pernah dialami oleh setiap manusia.
Kecemasan sudah dinggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah
suatu perasaan yang sifatnya umum,dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. (Sutardjo Wiramihardja,2005:66).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang dalam waktu tertentu dalam
hidupnya. Kecemasan merupakan reaksi terhadap situasi yang sangat menekan hidup
seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari
berbagai gangguan emosi.( Savitri Ramaiah,2003:10).
Untuk mengurangi rasa cemas dapat dilakukan dengan terapi salah satunya Guide Imegery.
Guide Imegery sebagai sebuah teknik yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk
mempengaruhi pikiran,sering dikombinasi dengan latar belakang musik. Guide Imegery
adalah teknik untuk mengarahkan individu untuk berfokus dan berkhayal atau berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa atau
situasi yang dirasakan melalui indra. Saat berimajinasi individu dapat membayangkan
melihat sesuatu mendengar, merasakan, mencium, dan atau menyentuh sesuatu ( Snyder,
2006).
Istilah guided imagery merujuk pada berbagai teknik termasuk visualisasi sederhana,
saran yang menggunakan imaginasi langsung, metafora dan bercerita, eksplorasi fantasi dan
bermain “game”, penafsiran mimpi, gambar dan imajinasi yang aktif, dimana unsur unsur
ketidaksadaran dihadirkan untuk ditampilkan sebagai gambaran yang dapat berkomunikasi
dengan pikiran sadar ( Academic for Guide Imagery 2010 ).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagery merupakan teknik
untuk menuntun individu dalam membayangkan sensasi apa yang dilihat, dirasakan,
didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai atau pengalaman yang
menyenangkan untuk membawa respon fisik yang diinginkan (sebagai penguras stress,
kecemasan, dan nyeri).
Guided Imagery atau imajinasi terbimbing merupakan penciptaan kesan dalam pikiran klien,
dan dapat berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan
persepsi terhadap nyeri. Sehingga memiliki tujuan, yaitu:
1. Untuk memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan
semua indra ( visual, sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran ) sehingga
terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh dan jiwa.
2. Dapat mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu tubuh mengurangi
berbagai macam penyakit seperti depresi, asma, alergi.
3. Untuk mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala gejala yang menyertai stres.
4. Guided Imagery music dapat untuk menggali pengalaman pasien depresi.
C. Manfaat Guided Imagery
Guided Imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi sehingga manfaat dari teknik
ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam
teknik guided imagery berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif
yang dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit. Guided Imagery telah menjadi terapi standart untuk
mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak anak, dapat
juga untuk mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah
tidur, mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah ( Snvder, 2006).
Banyak sekali manfaat yang kita dapat dari menerapkan prosedur guided imagery,
berkut ini manfaat dari guided imagery menurut Townsend (1997):
1. Mengurangi stress dan kecemasan
2. Mengurangi nyeri
3. Mengurangi efek samping
4. Mengurangi tekanan darah tinggi
5. Mengurangi level gula darah
6. Mengurangi alergi dan gejala gangguan pernapasan
7. Mengurangi sakit kepala
8. Mengurangi biaya rumah sakit
9. Meningkatkan penyembuhan luka dan tulang
D. Dossey, et al (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis guided
imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan mengurangi rasa
nyeri, serta untuk mencapai ketenangan dan ketentraman. Guided imagery juga
membantu dalam pengobatan : seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung
kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. Selain itu guided imagery juga
digunakan untuk mereduksi nyeri luka bakar, sakit kepala migrain dan nyeri pasca
oprasi ( Brannon & Feist, 2000).
Indikasi dai guided imagery adalah semua pasien yang memiliki pikiran
negatif atau pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku (maladaptif). Misalnya:
over generalization, filter mental, stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria, loncatan
kesimpulan dan lain lain.
Guided imagery dapat disampaikan oleh seorng praktisi / pemandu, vidio atau
rekaman audio. Rekaman audio dalam guided imagery berisi panduan imajiansi atau
membayangkan hal hal yang mnyenangkan bagi anak terkait dengan tempat yang
menyenangkan misalnya pantai, aktifitas yang menyengkan bagi anak misalnya
makan ice cream. Melalui rekaman audio tersebut anak dipandi relaksasi menarik
nafas dalam dan pelan (Snyder, 2006). Relaksasi membuat pikiran lebih terbuka untuk
menerima informasi baru yang diberi. Untuk selanjutnya anak dipandu untuk
membayngkan hal yang paling menyenangkan dan membayangkan tiap detail hal
yang bisa dirasakan oleh semua indera. Anak dipandu untuk membayangkan apa yang
dapat dilihat, dirasakan, dibau, dipegang, atau disentuh. Rekaman audio ini apat
dimodifikasi dengan latar belakang musik relaksasi. Bersamaan dengan anak
dilakukan imajinasi terbimbing ini, prosedur pemasangan infus dilakukan.
1. Metode penelitian
Penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental design,yang mana desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-grup pretest-posttest. Pertama-tama
dilakukan tes awal (pre-test) untuk mengukur kecemasan siswa. Kemudian diberikan
teknik Guided Imagery. Diakhiri dengan pengukuran kembali (post-tes) dengan
kuesioner yang sama seperti yang digunakan pada test awal. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 28 siswa.
Tingkat kecemasan siswa diukur menggunakan kuesioner kecemasan,pengukuran
variabel dilakukan sebelum dan sesudah treatment. Analisis meliputi uji validasi dan
reabilitas,serta pengujian hipotesis menggunakan uji z,ini digunakan untuk mencari
pengaruh penggunaan teknik Guided Imagery terhadap tingkat kecemasan siswa
mengikuti aktivitas konseling kelompok.
2. Hasil dan pembahasan
Sesuai dengan tujuan yaitu untuk memengaruhi penggunaan teknik Guided
Imagery terhadap tingkat kecemasan siswa mengikuti aktivitas konseling
kelompok. Sempel diambil berdasarkan skor kuesioner kecemasan tinggi.
Penjabaran dari haril pre-test pada siswa populasi dapat dilihat pada tabel 1
tentang distribusi frekuensi pre-test tingkat kecemasan siswa mengikuti konseling
kelompok. Dimana dari 28 orang siswa yang diberikan kuesioner mendapatkan
hasil dengan kategori sangat rendah sebanyak 2 orang dengan presentase
7,14%,kategori rendah 7 orang dengan presentase 25 %,kategori sedang 12 orang
dengan presentase 42.86%,dan kategori tinggi 7 orang dengan presentase 25%.
Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat kecemasan siswa mengikuti
aktivitas konseling kelompok berada pada kategori sedang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR