Anda di halaman 1dari 80

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA


DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

(Skripsi)

Oleh

ADI BAGUS SETIAWAN


15320083P

Diajukan guna melengkapi sebagai Syarat


dalam mencapai Gelar Sarjana strata satu (SI)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018
ii

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA


DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN
RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

(Skripsi)

Disusun Oleh:

Nama : Adi Bagus Setiawan


NPM : 15320083P
Program studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Pembimbing I : Teguh Pribadi, S.Kep., Ns., MSN
Pembimbing II : Hi. Yansuri, S.Kp.,M.Kep

Diajukan guna melengkapi sebagai Syarat


dalam mencapai Gelar Sarjana strata satu (SI)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018
iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Adi Bagus Setiawan


NPM : 15320083P

Judul Skripsi : HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN


JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA
PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan, apabila proposal ini disetujui maka saya
akan melanjutkan proses penelitian dan penulisan skripsi dengan menyatakan
bahwa:

1. Bahwa dalam tulisan ini adalah tulisan saya dan saya bertanggung jawab
penuh atas segala isi yang ada di dalamnya.

2. Bahwa dalam skripsi ini nantinya tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan saya, jika suatu saat diketahui bahwa saya melanggar
apa yang telah dibuat tersebut diatas, maka saya siap untuk mendapatkan sanksi
dan siap melepas gelar kesarjanaan yang saya dapatkan.

Bandar Lampung, Agustus 2018

Adi Bagus Setiawan


ii
iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai sivitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tangan


dibawah ini:

Nama : Adi Bagus Setiawan


NPM : 15320083P
Fakultas : Kedokteran
Jenis karya ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-Exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN


DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas


Royalti/Noneksklusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandar Lampung


Pada Tanggal : Agustus 2018

Yang menyatakan

Adi Bagus Setiawan

iii
v

iv
vi

v
vii

BIODATA

Nama : Adi Bagus Setiawan


NPM : 15320083P
Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 13 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tenku Cik Ditiro Gg. Melati III Rt/Rw 016/002
Kemiling Bandar Lampung
Riwayat Pendidikan
1. TK Beringin Raya Bandar Lampung Lulus Tahun 1996.
2. SD Negeri 2 Beringin Raya Bandar Lampung Lulus Tahun 2002.
3. SMP Negeri 13 Bandar Lampung Lulus Tahun 2005.
4. SMA Persada Bandar Lampung Lulus Tahun 2008.
5. Poltekkes Tanjung Karang Prodi Keperawatan Kota Bumi Lulus Tahun
2013.
6. Diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati
Bandar Lampung Tahun 2015.

vi
viii

ABSTRACT

KNOWLEDGE RELATIONSHIP ABOUT SOUL DISORDERS


WITH FAMILY SUPPORT IN PATIENTS OF LAMPUNG
PROVINCE IN 2018

By:

Adi Bagus Setiawan *)

Introduction: According to the World Health Organization (WHO), mental


disorders account for 13% of overall diseases and are likely to grow to 25% by
2030, mental disorders are also associated with suicide, more than 90% of one
million suicides annually due to mental disorders).
Purpose: Know the relationship between knowledge about mental disorders and
family support from outpatients at the Lampung Province Regional Mental
Hospital in 2018.
Method: Type of quantitative research and analytical design with cross sectional
approach. Population in this study were all families of mental patients as many as
125 people, and a sample of 95 respondents with total sampling technique. The
statistical test used is the Chi Square Test.
Results: Family knowledge about the disorder, with a poor category of 53
respondents (55.8%). Family support from outpatients, with no support category
of 55 respondents (57.9%).
Conclusion: There is a relationship between knowledge about mental disorders
and family support. The results of the analysis were obtained (p-value 0.001 <α
0.05). It is expected that families can provide optimal support to patients, family
support in the form of attention, understanding, support or feelings of love and
affection from the family or the closest people so that the healing process of
people with mental disorders goes well.

Keywords: Knowledge, Family Support, Mental Disorders


Literature: 20 (2009-2016)

*) Nursing Science Program Faculty of Medicine, University of Malahayati

vii
ix

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN


DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

Oleh:

Adi Bagus Setiawan*)

Pendahuluan: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan jiwa


mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% pada tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan
dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya
akibat gangguan jiwa).
Tujuan: Diketahui hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan
dukungan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2018.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dan rancangan analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populapesi dalam penelitian ini seluruh keluarga pasien gangguan
jiwa sebanyak 125 orang, dan sampel sebanyak 95 responden dengan teknik total
Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square.
Hasil Penelitian: Pengetahuan keluarga tentang gangguan, dengan kategori
kurang baik sebanyak 53 responden (55,8%). Dukungan keluarga dari pasien
rawat jalan, dengan kategori tidak mendukung sebanyak 55 responden (57,9%).
Kesimpulan: Ada hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan
dukungan keluarga. Hasil analisis diperoleh (p-value 0,001 < α 0,05). Diharapkan
keluarga dapat memberikan dukungan yang optimal kepada pasien, dukungan
keluarga berupa perhatian, pengertian, dukungan atau perasaan cinta dan kasih
sayang dari keluarga atau orang-orang terdekat sehingga proses penyembuhan
penderita gangguan jiwa berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Gangguan Jiwa


Kepustakaan : 20 (2009-2016)

*) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

viii
x

MOTTO

َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ُه َو فى‬
ِ‫سبِ ْي ِل هللا‬ ِ َ‫َمنْ َخ َر َج فِى طَل‬

„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟

(HR.Turmudzi)

ix
xi

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini…

Ayahanda Dan Ibunda Tercinta Yang Telah Membesarkan, Mendidik,


Selalu Mendo‟akan Keberhasilanku dan Memberikan Semangatku
Untuk Berjuang Baik Secara Moril Maupun Spiritual Untuk
Kelanjutan Dan Keberhasilan Studyku..

IstriKu Tercinta Sebagai Tanda Terima Kasih Untuk Semua


Pencapaian Dalam Kebersamaan Kita dan Selalu Memberikan
Dukungan, Mendo‟akan Dan Menantikan Keberhasilanku

Untuk Buah hatiku yang selalu ada untukku

Keluarga Besarku Yang Terus Membuatku Bersemangat Dan Selalu


Mendoakan Ku Terima Kasih Atas Semuanya..

Temen-Teman Satu Almamater Yang Tidak Dapat Di Sebutkan Satu


Persatu Yang Telah Memberikan Semangat Dan Motivasi..
`

Dan terakhir untuk semua pihak yang telah membantu


dalam penyusunan skripsi ini, penulis ucapkan banyak terima kasih...

x
xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul ”
hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dari
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018”:
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan berbagai
pihak, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih
kepada yang terhormat :

1. Dr. Muhamad Kadafi. SH., MH selaku Rektor Universitas Malahayati Bandar


Lampung.
2. Toni Prasetyo. dr., Sp. PD. FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati Bandar Lampung.
3. Andoko. S. Kep. Ns., M. Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Malahayati Bandar Lampung.
4. Teguh Pribadi, S.Kep., Ns., MSN. Kes selaku Pembimbing 1.
5. Hi. Yansuri, S.Kp., M.Kep selaku Pembimbing II.
6. Rahma Elliya, S.Kp., M.Kes selaku Penguji.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2018

Penulis

Adi Bagus Setiawan

xi
xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................v
HALAMAN BIODATA................................................................................. ...........vi
ABSTRACT ...............................................................................................................vii
ABSTRAK .................................................................................................................viii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ix
PERSEMBAHAN ......................................................................................................x
KATA PENGANTAR ...............................................................................................xi
DAFTAR ISI ..............................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Gangguan Jiwa ............................................................................................... 7
1.2 Pengetahuan ................................................................................................... 13
1.3 Keluarga ......................................................................................................... 17
1.4 Dukungan Keluarga ...................................................................................... 20
1.5 Peneltitian Terkait .......................................................................................... 24
1.6 Kerangka Teori .............................................................................................. 25
1.7 Kerangka Konsep ........................................................................................... 25
1.8 Hipotesis ....................................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis penelitian ............................................................................................... 27
3.2 Subyek penelitian ........................................................................................... 27
3.4.1. Populasi ................................................................................................ 27
3.4.2. Sampel.................................................................................................. 27
3.3 Waktu dan tempat penelitian.......................................................................... 29
3.4 Rancangan penelitian ..................................................................................... 29
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 29
3.6 Defenisi operasional variabel ......................................................................... 29
3.7 Alat ukur ........................................................................................................ 30
3.8 Pengumpulan dan pengolahan Data ............................................................... 33
3.9 Analisa Data ................................................................................................... 35

xii
xiv

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 36
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 39
4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 46

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ....................................................................................................... 47
5.2 Saran .............................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48


LAMPIRAN. ......................................................................................................... 50

xiii
xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Judul Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ ... 25

Gambar 2.2. Kerangka Konsep ........................................................................ ... 25

xiv
xvi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel

3.1 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 30

4.1 Karakteristik Usia Responden (Keluarga pasien) Di Rumah Sakit


Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018............................................... 36

4.2 Karakteristik Pendidikan Responden (Keluarga pasien) Di Rumah


Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018 ..................................... 36

4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Rawat Jalan


di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018 ..................... 37

4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa


di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018 ..................... 37

4.5 Analisa Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Dengan


dukungan Keluarga Dari Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018............................................... 38

xv
xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Balasan Izin Pra Survei ......................................................... 51

Lampiran 2. Surat Balasan Izin Penelitian ......................................................... 52

Lampiran 3.Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ..................................... 53

Lampiran 4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ...................................... 54

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian .................... 56

Lampiran 6. Lembar Kuesioner .......................................................................... 57

Lampiran 7. Analisa Data Univariat Dan Bivariat ...................................................61

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan individu yang ditandai

dengan terjadinya gangguan pada pola pikir, perasaan, mood, kemampuan

interaksi serta kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga gangguan

jiwa dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang tercermin dari pola pikiran,

perasaan serta perilaku individu yang terganggu dan mempengaruhi interaksi

sosial individu, kumpulan gejala tersebut menyebabkan individu mengalami

ketidakmampuan atau peningkatan secara signifikan risiko untuk kematian, sakit

dan mempengaruhi fungsi kehidupan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO), gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan

kemungkinan akan berkembang menjadi 25% pada tahun 2030, gangguan jiwa

juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh

diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa (Kusumo., Damayanti., & Ardinata.

2015).

Hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2013 Prevalensi gangguan mental

emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi

ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan di Provinsi

Lampung sebesar 1,2% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

1
2

Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh

terganggunya kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk.

Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham,

gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh, misalnya

agresivitas atau katatonik. Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis

dan salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Prevalansi skizofrenia di

Indonesia sebesar 1,7% sedangkan di Provinsi Lampung sebesar 0,8%

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Dalam beberapa kasus, Skizofrenia menyerang manusia usia muda antara

15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas.

Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun

tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita Skizofrenia sebanyak 1% dari

jumlah manusia yang ada dibumi (Yosep, 2013).

Beberapa penderita skizofrenia mengalami gangguan seumur hidup, tapi

banyak juga bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut.

Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat,

dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dan

lingkungannya. Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa

yang disebut Skizofrenia kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter sebagai

manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, dan tidak

memiliki kepekaaan tentang perasaannya sendiri (Yosep, 2013).


3

Pasien skizofrenia membutuhkan dukungan keluarga yang mampu

memberikan perawatan secara optimal. Tetapi keluarga sebagai sistem pendukung

utama sering mengalami beban yang tidak ringan dalam memberikan perawatan

selama pasien dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali ke rumah. Beban

tersebut yaitu beban finansial dalam biaya perawatan, beban mental dalam

menghadapi perilaku pasien, dan beban sosial terutama menghadapi stigma dari

masyarakat tentang anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.

Dampak dari beban yang dirasakan keluarga akan mempengaruhi kemampuan

keluarga dalam merawat pasien. Jika keluarga terbebani kemungkinan keluarga

tidak mampu merawat pasien dengan baik (Keliat, 2013).

Kunjungan gangguan jiwa sarana pelayanan kesehatan rujukan selama

tahun 2010-2015 berfluktuasi dimana salah satu penyebabnya adalah tidak semua

RS menyampaikan data pelayanan kesehatan jiwa di RS. Capaian ini belum

mencapai target yang diharapkan, dimana capaian pelayanan gangguan jiwa di RS

tahun 2015 sebesar 0,31% dari total kunjungan (rawat inap dan rawat jalan) ke RS

(swasta dan pemerintah) (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2016).

Berdasarkan hasil pre survei yang dilakukan di RSJ Daerah Provinsi

Lampung angka kunjungan rawat jalan tahun 2017 di RSJ Provinsi Lampung

sebanyak 1045 pasien gangguan jiwa. Jumlah masalah perilaku kekerasan di

ruangan cendrawasih pada bulan januari tahun 2018 sebesar 30%, isolasi sosial

sebesar 25%, halusinasi, 9,2% HDR, 11,5% waham, 13,3% defisit perawatan diri

11% (Data Rekam Medik RS Jiwa Provinsi Lampung, 2018).


4

Hasil wawancara terhadap 10 keluarga yang memiliki keluarga dengan

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung pada Tahun 2017

diketahui 70% diantaranya keluarga tidak mengerti tentang gangguan jiwa dan

pengobatan pasien gangguan jiwa. Keluarga jarang mengajak pasien untuk

komunikasi dan keluarga menjauhi pasien dengan alasan malu dengan tetangga

dan lingkungan dikarenakan keadaan pasien. Berdasarkan hal tersebut peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang

gangguan jiwa dengan dukungan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut: ”Apakah ada hubungan pengetahuan

tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga pada pasien rawat jalan di

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung Tahun 2018?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan

keluarga pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun

2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018.


5

b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien rawat jalan di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018.

c. Diketahui hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan

keluarga pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung

Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam ilmu keperawatan Jiwa dalam perencanaan program

peningkatan kesehatan. Bagi pihak pelaksana dan pengelola pelayanan

kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien,

memberikan informasi yang akurat pada keluarga dengan dengan gangguan

jiwa.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan

di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung dalam menentukan kebijakan-kebijakan

serta memberikan masukan bagi perawat untuk meningkatkan perannya dalam

perawatan khususnya yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa.


6

1.4.3 Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi informasi dalam meningkatkan pengetahuan

bagi penelitian selanjutnya tentang pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan

dukungan keluarga, dan sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian

yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5 Ruang lingkup

Jenis penelitian kuantitatif dan rancangan analitik dengan pendekatan

cross sectional, mengenai hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan

dukungan keluarga, dengan subjek penelitian adalah keluarga pasien gangguan

jiwa yang berobat rawat jalan, penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada Bulan Agustus 2018.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan jiwa

2.1.1 Pengertian

Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental yang meliputi emosi,

pikiran, prilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tarik diri dan

persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di masyarakat (Nasir & Muhith,

2011).

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association dalam DSM

IV-TR (2000 dalam Townsend, 2009) adalah sindroma perilaku yang secara

klinik bermakna atau sindroma psikologis atau pola yang dihubungkan dengan

kejadian distress pada seseorang atau ketidakmampuan atau peningkatan secara

signifikan resiko untuk kematian, sakit, ketidakmampuan atau hilang rasa bebas

(Lelono, 2015).

2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor (Yosep,

2013) yaitu :

a. Faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis

b. Faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif

c. Faktor sosio-budaya (sosiogenik) atau sosiokultural

7
8

2.1.3 Tanda-tanda Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,

perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah,

tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.

b. Gangguan kognisi pada persepsi seperti merasa mendengar

(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar,

naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak

mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada, hanya muncul dari

dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia

rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu

atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.

c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah

membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi,

mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan tidak rapi.

d. Gangguan emosi : klien merasa gembira yang berlebihan (euforia). Klien

merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan

Bung Karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak

berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.


9

2.1.4 Klasifikasi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa yang sering ditemukan pada masyarakat adalah (Nasir &

Muhith, 2011) :

a. Skizofrenia

Skizofrenia (Schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi

otak. Bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia (Schizophrenia)

merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu

meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan

faktor genetik (Yosep. 2013).

b. Depresi

Menurut Purwaningsih (2010). Depresi adalah suatu gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan

dan berkepanjangan. Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat

dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang

hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan. Depresi

merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek

dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai

dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan

yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai

realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain (Yosep, 2013).
10

c. Cemas

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan

yang mengancam keutuhan serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan

dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa

takut, fobia tertentu. Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan,

kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri,

kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Nursalam, 2014).

d. Penyalahgunaan Narkoba dan HIV/AIDS

Pengungkapan kasus narkoba di Indonesia per tahunnya meningkat

dengan rata-rata 28.9%. Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 1.365.000

pecandu narkoba (survey BNN). Meningkatnya jumlah pecandu narkoba

meningkat pula penderita penyakit HIV/AIDS. Meski berbagai upaya telah

dilakukan, penyakit yang belum ditemukan obatnya ini belum dapat

dikendalikan dengan baik.

e. Bunuh Diri

Kasus bunuh diri di Indonesia meningkat seiring terjadinya kasus

ekonomi yang menjerat kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan yang lebih

mengkhawatirkan adalah adanya pergeseran usia pelaku bunuh diri. Dahulu,

pelaku bunuh diri adalah usia dewasa, jarang sekali pada anak usia 12 tahun

yang melakukan bunuh diri (Nasir & Muhith, 2011).


11

f. Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian

(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-

orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa

gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak

tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan

kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,

kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau

obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian

antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian in adequate.

g. Gangguan Mental Organik

Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang

disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan

fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang

terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang

terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,

tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak

dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang

menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya.

Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada

berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut

dan menahun.
12

h. Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi

badaniah. Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan

sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang

dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat

disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena

biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga

gangguan psikofisiologik.

i. Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang

terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya

keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat

kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,

motorik dan sosial.

j. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja

Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam

asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau

mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling

memengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat

kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya.

Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat

mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat


13

mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena

lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu

dapat dipengaruhi atau dicegah.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui

panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2014).

2.2.2 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam

domain kognitif yaitu :

a. Mengetahui/Tahu (Know)

Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah.


14

b. Pemahaman (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek

atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh,

menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Penerapan/Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru.


15

Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan

antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi dan

sebagainya.

2.2.3 Cara mengukur pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki seseorang dibagi menjadi 2

(dua) tingkatan, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika mempunyai > 50%

pengetahuan.

b. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan tidak baik jika seseorang mempunyai

≤ 50% pengetahuan (Budiman, 2013).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman (2013), pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


16

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

b. Informasi/ media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi.


17

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.3 Keluarga

2.3.1 Pengertian

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan

langsung pada setiap keadaan klien. Umunya, keluarga meminta bantuan tenaga

kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu asuhan

keperawatan yang berfokus langsung kepada keluarga bukan hanya memulihkan

klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan

keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut (Yosep, 2013).

Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup secara bersamaan yang di

ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang berineraksi satu sama

lain dan semua mempunyai peran masing- masing dalam keluarga tersebut

(Mubarak, 2013).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama-

sama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2015).

Menurut Yosep (2013) Perawat membantu keluarga agar dapat/mampu

melakukan lima tugas kesehatan :

a. Mengenal masalah kesehatan

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan


18

c. Memberi perawatan pada anggota sehat

d. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat

e. Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat

2.3.2 Fungsi Keluarga

Menurut Suprajitno (2015) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Fungsi afektif (the affective function)

Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi ini untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialication and social

placement function).

Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic function)

Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu,

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.


19

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi (Suprajitno, 2015).

2.3.3 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan, meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila

menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Mubarak, 2013).

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh

keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau

bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta

bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga (Mubarak, 2013).


20

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,

tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga

sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah

yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga

(Mubarak, 2013).

2.4 Dukungan keluarga

2.4.1 Pengertian

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan

tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya

(Cohen & Syme, 1996 ; Prasetyawati, 2011).

Sedangkan menurut Friedman, Bowden & Jones (2010) mengatakan

bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.


21

2.4.2 Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, Bowden &

Jones, 2010) yaitu:

a. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping

yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga

merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara

tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif

individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide

atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang

lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat

membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi

alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang

positif.

b. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau

jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya

bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang,

membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan

transportasi, menjaga dan merawat saat sakit


22

c. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan

nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh

seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan

tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi

individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar

dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga

dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi

perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional

memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami

depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian

sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan

emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan

semangat.

2.4.3 Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses

kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Sikap keluarga bermanfaat

untuk perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan. Apabila

sikap semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan sangat berkurang
23

atau bahkan tidak akan menemui hasil. Salah satu kendala dalam upaya

penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah pengetahuan masyarakat dan

keluarga. Keluarga dan masyarakat menganggap gangguan jiwa adalah penyakit

yang memalukan dan membawa aib bagi keluarga. Upaya pengobatan pasien

gangguan jiwa dibawa berobat ke dukun atau paranormal. Tindakan keluarga

dalam menangani pasien gangguan jiwa ini diakibatkan oleh kurangnya

pengetahuan keluarga mengenai gangguan jiwa. Jika pengetahuan yang dimiliki

lebih baik, maka penanganan dilakukan secara medis. Pengetahuan yang dimiliki

keluarga mengenai penyakit gangguan jiwa dapat berasal dari berbagai sumber.

Selain dari latar belakang pendidikan secara formal, informasi lain dapat berasal

dari koran, televisi, majalah kesehatan, ataupun responden mendapat informasi

kesehatan dari tenaga kesehatan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi

pengetahuan responden tentang gangguan jiwa (Hawari, 2009).

Banyak faktor yang memicu terjadinya kekambuhan yaitu faktor

lingkungan, keluarga, penyakit fisik, maupun faktor dari dalam individu itu

sendiri. Lingkungan dan keluarga mempunyai andil yang besar dalam mencegah

terjadinya kekambuhan pada penderita dengan gangguan jiwa, oleh karena itu

pemahaman keluarga mengenai kondisi penderita serta kesediaan keluarga dan

lingkungan menerima penderita apa adanya dan memperlakukannya secara

manusiawi dan wajar merupakan hal yang mendasar dalam mencegah

kekambuhan penderita. Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam

proses kesembuhan klien yang mengalami gangguan jiwa. Sikap keluarga

bermanfaat untuk perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa


24

gangguan. Apabila sikap semacam ini tidak ada, maka keberhasilan

penyembuhan sangat berkurang atau bahkan tidak akan menemui hasil.

Pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa adalah

pemahaman responden tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa

diperoleh dari sumber informasi ataupun dari pengalaman yang mereka dapatkan

di lingkungan mereka. Ketika responden mendapati orang disekitar mereka

mengalami gangguan jiwa, maka akan terdapat pembicaraan-pembicaraan di

masyarakat tentang orang tersebut, baik mengapa ia mengalami gangguan jiwa,

bagimana terjadinya, penyebabnya apa dan lain sebagainya. Ketika responden

memperoleh informasi tersebut, maka responden akan menganalisisnya dan

menjadikannya menjadi pengetahuan tentang ganguan jiwa (Kusumaningtyas,

2017).

2.5 Penelitian terkait

Peneltiian yang dilakukan Muntiaroh., Hidayati., Meikawati (2013)

mengenai hubungan pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dengan dukungan

keluarga di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hasil

penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dengan kategori pengetahuan

kurang baik sebanyak (78,9%), sebagian besar dengan kategori harga diri rendah

sebanyak (67,7%). Ada hubungan pengetahuan keluarga tentang skizofrenia

dengan dukungan keluarga, diperoleh nilai p-value (0,001).


25

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Dukungan Keluarga
1. Membuat suatu keadaan dimana
anggota keluarga dapat melihat bahaya
terhadap diri klien dan aktivitasnya.
Faktor yang mempengaruhi 2. Tidak merasa takut dan mampu
pengetahuan bersikap terbuka
3. Membanntu anggota bagaimana
memandang orang lain
a. Pendidikan 4. Bertanya dan memberikan informasi tak
b. Informasi/ media massa berbelit, memudahkan dalam memberi
dan menerima informasi yang
c. Sosial, Budaya dan Ekonomi memudahkan bagi anggota keluarga
d. Lingkungan untuk melakukannya.
5. Membangun self esteem
e. Pengalaman 6. Menurunkan ancaman dengan latar
f. Usia belakang aturan atau interaksi
7. Menurunkan ancaman dengan struktur
(Budiman, 2013) pembahsan yang sistematis
8. Pendidikan ulang anggota untuk
bertangung jawab

(Yosep, 2013)

Sumber : Yosep (2013), Budiman (2013).

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi atau kaitan

antara konsep satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo. 2012). Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Pengetahuan Keluarga Dukungan Keluarga


Tentang Gangguan Jiwa
26

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari sebuah masalah

penelitian, pernyataan tersebut harus diuji apakah benar atau salah (Suyanto,

2011). Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan

keluarga pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung

Tahun 2018.
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

yaitu jenis penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan

tersebut bisa terjadi kemudian melakukan analisis hubungannya (Riyanto, 2011).

Pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi pengetahuan

keluarga tentang gangguan jiwa serta apakah ada hubungan (variabel independen)

terhadap (variabel dependen) dukungan keluarga.

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini seluruh keluarga yang

memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang berobat rawat

jalan di Poly Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada bulan Agustus

Tahun 2018 sebanyak 125 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel

yang diambil dalam penelitian ini eluruh keluarga yang memiliki anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang berobat rawat jalan di Poly

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada bulan Agustus Tahun 2018

27
28

yang berobat rawat jalan dengan rata-rata kunjungan perhari sebanyak 125

orang.

Penetapan jumlah sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N
n=
1 + N (d 2 )

125
n=
1 + 125 (0,052 )

n = 95 orang.

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar 0,05)

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 95

responden.

3.2.3 Teknik sampling

Pengambilan sampel menggunakan teknik total Sampling, yaitu sampel

diambil dari keseluruhan total populasi.

3.2.4 Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi :

1. Dapat berkomunikasi secara baik

2. Bersedia menjadi responden.


29

3. Keluarga Pasien gangguan jiwa yang berobat rawat jalan di RS. Jiwa

Daerah Provinsi Lampung.

4. Terlibat dalam perawatan klien sehari-hari dan tinggal satu rumah.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung pada bulan Agustus Tahun 2018.

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan analitik dengan pendekatan cross

sectional, yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko

(independen) dan faktor efek (dependen) dimana pengukuran variabel bebas dan

variabel terikat sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2011). Penelitian ini

untuk mengetahui hubungan (variabel independen) pengetahuan keluarga tentang

gangguan jiwa dan (variabel dependen) dukungan keluarga.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel Mengandung Pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel

bebas (Independent) pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dan variabel

terikat (Dependent) dukungan keluarga.


30

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan

diteliti secara operasional dilapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang akan

diteliti serta untuk pengembangan instrumen (Riyanto, 2011).

Tabel 3.1
Definisi operasional variabel
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Ukur ukur
Pengetahuan Pengetahuan adalah Mengisi Kuesioner 0. Kurang baik : Ordinal
segala sesuatu yang kuesioner ≤50%
diketahui dan pertanyaan
merupakan hasil “tahu” yang dijawab
pada responden tentang benar
gangguan jiwa, meliputi:
1. Baik : > 50%
1. Pengertian pertanyaan
2. Jenis gangguan jiwa yang dijawab
3. Tanda gangguan jiwa benar.

(Budiman, 2013)

Dukungan Peran keluarga dalam Kuesioner Test 0. Tidak Ordinal


keluarga dalam mengembangkan dan mendukung
merawat meningkatkan jika skor ≤
kemampuan keluarga mean (49,36).
dalam mengatasi
masalah kesehatan 1. Mendukung
keluarga tersebut jika skor >
Dengan indikator: mean (49,36).
a. Dukungan Penilaian
b. Dukungan (Riyanto, 2011)
Instrumental
c. Dukungan
Informasional
d. Dukungan Emosional
31

3.7 Alat ukur

3.7.1 Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data

berupa Kuesioner dimana daftar pertanyaan di isi secara langsung oleh

responden yang ingin di minta pendapat (Riyanto, 2011). Lembar kuesioner

untuk mengukur variabel pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa terdiri

dari 15 pertanyaan, variabel dukungan keluarga terdiri dari 20 pertanyaan.

Selanjutnya kuesioner dukungan keluarga diambil dari kuesioner telah

diteliti oleh Rozi (2014) terdiri dari 20 pernyataan dengan 4 domain yaitu :

dukungan emosional (5 item), dukungan penghargaan (5 item), dukungan

instrumental (5 item) dan dukungan informasi (5 item) dengan menggunakan

pilihan jawaban yakni “Ya” dengan “Tidak”.

a. Dukungan keluarga dalam merawat dikategorikan menjadi :

1. Tidak mendukung jika skor jawaban ≤ skor mean (49,36).

2. Mendukung jika skor jawaban > skor mean (49,36).

b. Pengetahuan dikategorikan menjadi :

1. Kurang baik ≤ 50% pertanyaan yang dijawab benar.

2. Baik jika > 50% pertanyaan yang dijawab benar.


32

3.7.2 Uji validitas dan reliabilitas

a. Validitas

Uji validitas alat pengumpul data (kuesioner) dilakukan dengan

menggunakan pearson product moment (r). Menurut (Budiman, 2013) hasil

uji validitas adalah semua item pernyataan kuesioner adalah valid jika r

hitung > r table. Pada tabel product moment dengan sampel 30 serta alpha 5%

adalah, 0,361. Berdasarkan hasil uji kuesioner pengetahuan, dari pertanyaan

(P1 s/d P15) r hitung lebih besar dari r table (rentang nilai 0,684 s/d 0,970),

sehingga dapat dipastikan seluruh pertanyaan valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keadaan yang menyatakan bahwa instrument cukup

dipercaya untuk dapat dinyatakan sebagai alat penguumpul data, dalam

penelitian ini pertanyaan yang sudah valid di uji dengan rumus alpha

cronbach. Dasar pengambilan keputusan adalah reliable jika r alpha >

konstanta (0,6) (Budiman, 2013). Berdasarkan hasil uji kuesioner

pengetahuan diperoleh nilai alpha=0,979 dapat disimpulkan seluruh

pertanyaan valid dan reliable sehingga dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data penelitian.


33

3.8 Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.8.1 Pengumpulan data

a. Metode pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui:

a) Karakteristik responden (umur, jenis kelamin) diperoleh dengan

melakukan wawancara langsung.

b) Data pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan

keluarga pasien rawat jalan diperoleh menggunakan lembar

kuesioner yang telah ditentukan.

2. Data Sekunder

a) Meliputi data rekam medik pasien gangguan jiwa, dan gambaran

umum Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

b. Prosedur pengumpulan data penulis menempuh langkah-langkah :

1. Langkah persiapan

Persiapan sebelum melakukan penelitian ini meliputi :

a) Mengurus izin kepada pemimpin tempat penelitian.

b) Melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui jumlah pasien

rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

c) Menyusun lembar kuesioner.

d) Memperbanyak lembar kuesioner.


34

2. Langkah-langkah pelaksanaan

a) Menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Lampung.

b) Setelah mendapat izin kemudian penulis melakukan penelitian

dengan membagikan kuesioner kepada responden yang telah

ditetapkan.

c) Peneliti mengumpulkan data dengan cara responden yang bersedia

menjadi responden mengisi lembar persetujuan (informed consent).

d) Setelah responden setuju responden mengisi lembar kuesioner.

3. Langkah akhir

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan di analisis

data dirumuskan kesimpulan penelitian.

3.8.2 Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2013) Pengolahan data dilakukan dengan langkah

langkah sebagai berikut :

a. Editing

Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang

diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak. dalam

hal ini editing meliputi kelengkapan dan kesalahan dalam pengisian

pertanyaan yang telah diberikan pada responden.

b. Skoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil lembar

observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil kuesioner dapat diberikan

skor. Pada variabel pengetahuan responden. Jawaban benar diberi skor (1) dan
35

jawaban salah diberi skor (0). Pada variabel dukungan keluarga jawaban tidak

pernah diberi skor (1), jarang (2), sering (3) dan selalu diberi skor (4).

c. Procesing

Prosesing Proses pengetikan data dari koesioner ke Program komputer

agar dapat dianalisis. Tahapan prosesing pada penelitian ini menggunakan

bantuan program komputer.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang di entri

kedalam Program komputer agar tidak terdapat kesalahan.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini menyajikan persentase

pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis hubungan pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dengan

dukungan keluarga, dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan

derajat kepercayaan 95% dan alpha (α) 5%, dimana data-data yang sudah diedit

diberi kode dan ditabulasikan kemudian dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan komputerisasi. Jika p value ≤ 0,05, artinya ada hubungan

bermakna secara statistik atau Ha diterima dan jika p value > 0,05 tidak ada

hubungan secara statistik atau Ha di tolak. Selain itu ditampilkan juga nilai Odds

Ratio (OR) dari masing-masing variabel untuk melihat faktor resiko atau derajat

hubungan (Dahlan, 2011).


36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik

a. Usia

Tabel. 4.1
Karakteristik Usia Responden (Keluarga pasien) Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018
Usia Frekuensi Persentase
20-30 tahun 12 12,64
31-40 tahun 40 42,10
41-50 tahun 43 45,26
Jumlah 95 100,00

Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa usia responden

(keluarga pasien) yang mengantar pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2018, sebagian besar adalah usia 41-50 tahun

sebanyak 43 responden (45,26%).

b. Pendidikan

Tabel. 4.2
Karakteristik Pendidikan Responden (Keluarga pasien) Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 28 29,47
SMP 35 36,85
SMA 32 33,68
Jumlah 95 100,00

Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat diketahui bahwa sebagian besar

pendidikan responden (keluarga pasien) di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung Tahun 2018, adalah SMP sebanyak 35 responden (36,85%).


36
37

4.1.2 Analisa Univariat

a. Dukungan keluarga

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi dukungan Keluarga pada Pasien Rawat Jalan
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018

Dukungan keluarga Frekuensi Persentase (%)


Tidak mendukung 55 57,9

Mendukung 40 42,1
Jumlah 95 100,00

Berdasarkan tabel 4.3 maka dapat diketahui bahwa dukungan keluarga

dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun

2018, dengan kategori dukungan keluarga tidak mendukung sebanyak 55

responden (57,9%).

b. Pengetahuan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Gangguan Jiwa
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 53 55,8

Baik 42 44,2
Jumlah 95 100,00

Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa pengetahuan

keluarga tentang gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung Tahun 2018, dengan kategori kurang baik sebanyak 53 responden

(55,8%).
38

4.1.3 Analisa Data Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga

Tabel 4.5
Analisa Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Dengan dukungan
Keluarga Dari Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2018
Dukungan keluarga
Tidak Total p- OR
Pengetahuan Mendukung
mendukung value (95% CI)
n % n % N %
Kurang baik 39 73,6 14 26,4 53 100
Baik 16 38,1 26 61,9 42 100 0,001 4,527
55 57,9 40 42,1 95 100 (1,892-10,829)
Total

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari 53 responden dengan

kategori pengetahuan kurang baik dan dukungan keluarga tidak mendukung

terdapat 39 responden (73,6%), dan dengan kategori dukungan keluarga

mendukung sebanyak 14 responden (26,4%), sedangkan dari 42 responden

dengan kategori pengetahuan baik dan dukungan keluarga tidak mendukung

sebanyak 16 responden (38,1%) dan dengan kategori dukungan keluarga

mendukung sebanyak 26 responden (61,9%). Hasil uji statistik p value =

0,001 lebih kecil dari nilai alpha (   0,05) , sehingga terdapat hubungan

pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan keluarga keluarga dari

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun

2018. Hasil analisis diperoleh nilai OR: 4,527. Artinya responden dengan

pengetahuan kurang baik memiliki peluang sebesar 4,527 kali dukungan

keluarga tidak mendukung dibandingkan dengan responden dengan

pengetahuan baik.
39

4.2 Pembahasan

4.2.1 Univariat

a. Dukungan keluarga

Berdasarkan hasil dari pengolahan data maka dapat diketahui bahwa

dukungan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2018, dengan kategori dukungan keluarga tidak

mendukung sebanyak 55 responden (57,9%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Yosep (2013) yang

menerangkan bahwa keluarga merupakan sistem pendukung utama yang

memberi perawatan langsung pada setiap keadaan klien. Umunya, keluarga

meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi

merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus langsung

kepada keluarga bukan hanya memulihkan klien tetapi bertujuan

untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut.

Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan Friedman,

Bowden & Jones (2010) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah sikap,

tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Dari hasil kuesioner penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga

yang tidak mendukung diantaranya keluarga tidak memberikan masukan agar

selalu sabar dalam menghadapi penyakit yang saudara derita, Keluarga tidak
40

mengajak pasien untuk rutin berobat atau kontrol ke rumah sakit, Keluarga

tidak mendapingi pasien saat berobat atau kontrol, Keluarga tidak

memberikan pujian saat pasien rutin minum obat dan Keluarga tidak

mengajak pasien untuk melaksanakan kegiatan ibadah.

Tujuan terapi keluarga merupakan suatu konteks dimana individu

memulai hubungan interpersonal sehingga dapat berperan penting terhadap

kesembuhan penyakit anggota keluarganya. Keluarga mempengaruhi nilai,

kepercayaan, sikap, motivasi dan perilaku. Keluarga dapat memberikan rasa

kasih sayang, rasa aman, rasa dimiliki, dan menyiapkan peran dewasa

individu di dalam masyarakat. Oleh karena itu keterlibatan keluarga dalam

perawatan sangat menguntungkan proses pemulihan klien (Yosep, 2013).

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,

tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga

sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah

yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Memodifikasi

lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Mubarak, 2013).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Suryaningrum & Wardani (2013) mengenai hubungan kemampuan keluarga

merawat pasien dengan motivasi untuk sembuh pada pasien jiwa di Poliklinik
41

Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Sebagian besar dukungan keluarga

dengan kategori tidak mendukung (55,5%).

Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa kurangnya

dukungan keluarga dalam merawat pasien dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya keluarga masih kurang memiliki informasi-informasi yang

adekuat tentang skizofrenia, perjalanan penyakitnya dan bagaimana

tatalaksana untuk mengupayakan rehabilitasi bagi pasien. Pengetahuan

keluarga mempunyai peran yang penting dalam mencegah kekambuhan

pasien gangguan jiwa, pengetahuan keluarga yang baik dapat memberikan

solusi dari masalah yang ada, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau

umpan balik tentang apa yang dilakukan. Keluarga merupakan orang terdekat

dengan pasien yang dapat mengingatkan pasien untuk teratur minum obat

serta membawa pasien untuk konsultasi yang teratur kerumah sakit untuk

mencegah kekambuhan pada pasien.

Untuk itu dibutuhkan oleh pasien gangguan jiwa adalah dukungan

keluarga berupa perhatian, pengertian, dukungan atau perasaan cinta dan

kasih sayang dari keluarga atau orang-orang terdekat sehingga proses

penyembuhan penderita gangguan jiwa berjalan dengan baik.

b. Pengetahuan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data maka dapat diketahui bahwa

pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2018, dengan kategori kurang baik sebanyak 53

responden (55,8%).
42

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

Notoatmodjo (2014). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior).

Pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa adalah

pemahaman responden tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa

diperoleh dari sumber informasi ataupun dari pengalaman yang mereka

dapatkan di lingkungan mereka. Ketika responden mendapati orang disekitar

mereka mengalami gangguan jiwa, maka akan terdapat pembicaraan-

pembicaraan di masyarakat tentang orang tersebut, baik mengapa ia

mengalami gangguan jiwa, bagimana terjadinya, penyebabnya apa dan lain

sebagainya. Ketika responden memperoleh informasi tersebut, maka

responden akan menganalisisnya dan menjadikannya menjadi pengetahuan

tentang ganguan jiwa (Kusumaningtyas, 2017).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Muntiaroh., Hidayati., Meikawati (2013) mengenai hubungan pengetahuan

keluarga tentang skizofrenia dengan dukungan keluarga keluarga di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hasil penelitian

menunjukan bahwa sebagian besar dengan kategori pengetahuan kurang baik

sebanyak (78,9%).
43

Dari hasil kuesioner penelitian diketahui bahwa pengetahuan keluarga

yang kurang baik diantaranya keluarga tidak mengerti tentang pengertian

gangguan jiwa, tanda dan gejala serta serta pencegahan gangguan jiwa.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa kurangnya baiknya

pengetahuan keluarga dipengaruhi beberapa faktor diantaranya keluarga

masih kurang memiliki informasi-informasi yang adekuat tentang gangguan

jiwa. Untuk itu disarankan agar aktif dalam mencari informasi dan lebih

meningkatkan pengetahuan agar lebih mengetahui tentang gangguan jiwa,

sehingga diharapkan lebih meningkatnya pengetahuan dalam pencegahan

gangguan jiwa pada keluarga.

4.2.2 Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga

Hasil uji statistik p value = 0,001 lebih kecil dari nilai alpha (

  0,05) , sehingga terdapat hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa

dengan dukungan keluarga pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Lampung Tahun 2018. Hasil analisis diperoleh nilai OR:

4,527. Artinya responden dengan pengetahuan kurang baik memiliki peluang

sebesar 4,527 kali mengalami dukungan keluarga rendah dibandingkan

dengan responden dengan pengetahuan baik.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Keliat (2013) Pasien

skizofrenia membutuhkan dukungan keluarga yang mampu memberikan

perawatan secara optimal. Tetapi keluarga sebagai sistem pendukung utama

sering mengalami beban yang tidak ringan dalam memberikan perawatan


44

selama pasien dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali ke rumah.

Beban tersebut yaitu beban finansial dalam biaya perawatan, beban mental

dalam menghadapi perilaku pasien, dan beban sosial terutama menghadapi

stigma dari masyarakat tentang anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa. Dampak dari beban yang dirasakan keluarga akan

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat pasien. Jika keluarga

terbebani kemungkinan keluarga tidak mampu merawat pasien dengan baik.

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi

perawatan langsung pada setiap keadaan klien. Umunya, keluarga meminta

bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh

karena itu asuhan keperawatan yang berfokus langsung kepada keluarga

bukan hanya memulihkan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan

keluarga tersebut (Yosep, 2013).

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila

menyadari perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Mubarak, 2013).


45

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Muntiaroh., Hidayati., Meikawati (2013) mengenai hubungan pengetahuan

keluarga tentang skizofrenia dengan dukungan keluarga keluarga di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan keluarga tentang skizofrenia

dengan dukungan keluarga, diperoleh nilai p-value (0,001).

Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa dari 53 responden dengan

kategori pengetahuan kurang baik dan dengan kategori dukungan keluarga

mendukung sebanyak 14 responden (26,4%). Hal ini dikarenakan faktor

lingkungan sosial tempat tinggal menerima keluarga yang mengalami

gangguan jiwa serta mendukung kesembuhan pasien. Serta dipengaruhi faktor

pendidikan, diketahui responden dengan pendidikan tinggi (SMA) sebanyak

(33,68%).

Sedangkan dari 42 responden dengan kategori pengetahuan baik dan

dukungan keluarga tidak mendukung sebanyak 16 responden (38,1%). Hal ini

dikarenakan faktor lingkungan yang kurang mendukung seperti adanya

stigma dari masyarakat, hal ini juga dipengaruhi usia responden, diketahui

responden dengan usia 20-30 tahun sebanyak (12,64%) hal ini mempengaruhi

pola fikir seseorang dimana usia tua seseorang mampu berfikir dengan baik.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa pengetahuan

bukan merupakan faktor utama terjadinya harga diri rendah pada keluarga

yang memiliki pasien dengan gangguan jiwa, tetapi pengetahuan

mempunyai hubungan positif terjadinya harga diri rendah pada keluarga


46

yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Untuk itu

disarankan keluarga mencari informasi baik pada tenaga kesehatan, majalah

serta buku kesehatan mengenai pencegahan serta pengobatan pasien yang

memiliki masalah gangguan jiwa.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan

keterbatasan, di antaranya sebagai berikut :

4.3.1 Pada saat penelitian pasien tidak diantar/didampingi oleh keluarga.

4.3.2 Pengambilan data yang belum dilakukan secara menyeluruh untuk

mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden.

4.3.3 Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut

pengamatan peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti

terhadap pernyataan yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap

jawaban kuesioner.

4.3.4 Penelitian ini hanya mengambil sampel sebanyak 95 responden, sehingga

hasilnya belum dapat digeneralisasikan pada kelompok subyek dengan

jumlah yang besar. Sedikitnya jumlah sampel yang diambil karena

keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.


47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

4.4 Simpulan

4.4.1 Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2018, dengan kategori kurang baik sebanyak 53

responden (55,8%).

4.4.2 Dukungan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2018, dengan kategori dukungan keluarga tidak

mendukung sebanyak 55 responden (57,9%).

4.4.3 Ada hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan dukungan

keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung Tahun 2018. Hasil analisis diperoleh (p-value 0,001 < α 0,05).

5.1 Saran

5.1.1 Keluarga Yang Memiliki Pasien Gangguan Jiwa

Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan yang optimal kepada

pasien, dukungan keluarga berupa perhatian, pengertian, dukungan atau perasaan

cinta dan kasih sayang dari keluarga atau orang-orang terdekat sehingga proses

penyembuhan penderita gangguan jiwa berjalan dengan baik. Keluarga yang

memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa harus memiliki dukungan

keluarga yang baik agar keluarga mampu menjalankan fungsi keluarga dan tugas

keluarga di bidang kesehatan dengan baik.

47
48

5.1.2 Petugas Kesehatan

Disarankan petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan,

perawat perlu melibatkan peran keluarga serta memberikan informasi-informasi

tentang gangguan jiwa dan cara-cara penanganannya kepada keluarga. Serta

memberikan dukungan kepada pasien gangguan jiwa dan juga meningkatkan

pelayanan keperawatan jiwa.

5.1.3 Peneliti lain

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan

pengembangan penelitian berikutnya dengan menambah variabel dan untuk

melanjutkan penelitian yang berbeda.


49

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, MS (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2016). Profil Kesehatan Lampung: Bandar


Lampung.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.

Kusumo, S, Damayanti, R &Ardinata. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Pusat penelitian dan penerbitan LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden
Intan: Lampung.

Mubarak, W, I, Santoso, B, A, Rosikin, K & Patonah, S. (2013). Buku Ajar Ilmu


Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga.
Jogjakarta : Sagung Seto.

Nasir. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan VI). Jakarta:


Penerbit PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Purwaningsih. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Dilengkapi Terapi Modalitas


Dan Standar Operating Procedure (SOP). Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Saam. (2012). Psikologi Keperawatan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.


50

Suprajitno. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik,


Jakarta : EGC

Suryaningrum. (2013). Hubungan Beban Dengan Kemampuan Keluarga Merawat


Pasien Perilaku Kekerasan Di Poliklinik Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 1, No. 2, November 2013; 148-
155.
150
Suyanto. (2011). Metodelogi Dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.


51
52
53
54

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK


(UNTUK MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ADI BAGUS SETIAWAN

Institusi :

Alamat :

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Malahayati Bandar Lampung, pada kesempatan ini, saya akan
melakukan penelitian tentang” Hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa
dengan dukungan keluarga dari pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2018”. Penelitian ini membutuhkan sebanyak 95 subjek
penelitian.

A. Kesukarelaan mengikuti penelitian


Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila
anda sudah memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri
setiap saat tanpa mengganggu proses hubungan dengan peneliti.

B. Prosedur penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk anda simpan
dan satu untuk peneliti. Prosedur penelitian ini adalah : Anda diminta untuk
mengisi kuesioner dengan lengkap selama kurang lebih 10-15 menit, adapun
kuesionernya sebagai berikut.
1. Data demografi (usia, jenis kelamin dan pendidikan)
2. Kuesioner pengetahuan dan dukungan keluarga.
55

C. Kewajiban subjek penelitian


Sebagai subjek penelitian anda berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas bila ada yang belum jelas anda
dipersilakan bertanya kepada peneliti.

D. Resiko penelitian
Tidak ada efek samping dan risiko dalam penelitian ini.

E. Manfaat
Anda akan mendapatkan informasi tentang pengetahuan tentang gangguan jiwa
dan dukungan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan
jiwa.

F. Kerahasiaan
Tidak ada informasi pribadi akan disertakan pada kuesioner. Data kuesioner
dikembalikan secara anonim dan tanggapan elektronik tidak dapat dilacak
kepengirim.

G. Kompensasi
Penelitian ini tidak menyediakan dana. Sehingga responden dalam penelitian
ini tidak mendapatkan kompensasi berupa materi (uang/barang).

H. Informasi tambahan
Jika ada hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan penelitian ini maka
responden diperbolehkan bertanya kepada peneliti secara langsung atau dapat
menghubungi No. telp (081279365642). Atau dapat menghubungi petugas RS
Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

Bandar Lampung, Agustus 2018


Peneliti

Adi Bagus Setiawan


56

PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ……………………………………………………………
Umur : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Semua penjelasan mengenai keikutsertaan dalam penelitian ini telah
disampaikan kepada saya dan telah saya pahami dengan sejelas-jelasnya.
Bila memerlukan penjelasan lebih lanjut, saya dapat menanyakan kepada
mahasiswa bersangkutan di nomor telepon yang tertera
2. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
peneltian ini
3. Apabila pernyataan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman atau
berakibat negatif bagi diri saya, maka saya berhak untuk menghentikan
atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi
4. Saya mengerti bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan
dirahasiakan. Kerahasiaan ini dijamin secara legal
5. Semua berkas yang yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya
dipergunakan untuk pengolahan data bila penelitian sudah selesai akan
dimusnahkan
6. Dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan dalam penelitian ini.

Bandar Lampung, Agustus 2018

Reponden

(………………..)
Nama terang
57

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN


DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018

No. Responden : .........


A. Identitas Responden :
1. Inisial : ...................................
2. Umur : ...................................
3. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki ( )
b. Perempuan ( )

B. Pendidikan
1. Lulus SD ( )
2. Lulus SLTP ( )
3. Lulus SLTA ( )
4. Lulus PT ( )

C. Variabel dukungan keluarga


Petunjuk pengisian
Berilah tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan harapan anda.
Alaternaif jawaban yang disediakana adalah :
SS = Selalu
Sr = Sering
J = Jarang
TP = Tidak Pernah

No Pertanyaan TP J SR SS
1 Keluarga menyiapkan kamar tidur yang sesuai (layak)
2 Keluarga menciptakan suasana yang tentang dan
nyaman di dalam rumah
3 Keluarga memberikan kebebasan kepada saudara untuk
memilih menu makanan yang anda sukai keluarga saya
mengalami ganguan jiwa
58

4 Keluarga menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan saat


saudara sakit
5 Keluarga selalu siap saat saudara membutuhkan bantuan
mendengarkan keluhan
6 Keluarga bersedia mengantarkan saudara saat harus
melakukan pemeriksaan kesehatan
7 Keluarga selalu mengingatkan untuk selalu minum obat
8 Keluarga menyarankan bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar
9 Keluarga mengingatkan saudara untuk melakukan
pekerjaan sehari hari (menyapu,cuci piring)
10 Keluarga menyampaikan bahwa penyakit yang saudara
derita adalah sebagai ujian
11 Keluarga memberikan masukan agar selalu sabar dalam
menghadapi penyakit yang saudara derita
12 Keluarga menganjurkan untuk mengungkapkan
perasaannya
13 Keluarga mengajak pasien untuk rutin berobat atau
kontrol ke rumah sakit
14 Keluarga mendengarkan keluh kesah pasien
15 Keluarga memberikan dukungan saat pasien merasa
putus asa
16 Keluarga mengajak pasien untuk melaksanakan kegiatan
ibadah
17 Keluarga mengajak pasien untuk beraktivitas
18 Keluarga mendapingi pasien saat berobat atau kontrol
19 Keluarga mengingatkan pasien untuk minum obat
20 Keluarga memberikan pujian saat pasien rutin minum
obat
59

D. Variabel Pengetahuan
No Pertanyaan Benar Salah
1 Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental
yang meliputi emosi, pikiran, prilaku, perasaan, dan
persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di
masyarakat
2 Orang dengan gangguan jiwa (skizofrenia) akan merasa
bingung dan tidak tenang
3 Seseorang yang menderita gangguan jiwa (skizofrenia)
mempunyai ciri sering merasa putus asa
4 Seseorang yang menderita gangguan jiwa (skizofrenia)
sering mendengar suara-suara dan bayangan yang tanpa
ada wujudnya, hal ini disebut halusinasi
5 Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai
dengan perubahan tingkah laku yang aneh adanya
waham dan mengalami halusinasi panca indera.
6 Gangguan jiwa bisa disebabkan oleh faktor
keturunan dari orang tua yang memiliki riwayat
gangguan jiwa
7 Gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak disadari dan
timbul dengan sendirinya.
8 Salah satu tanda orang dengan gangguan jiwa
(skizofrenia) yaitu tidak mau tau dengan urusan disekitar
dan bersifat pasif
9 Orang dengan ganggguan jiwa (skizofrenia) mempunyai
komunikasi yang kurang kepada orang lain
10 Gangguan jiwa depresi adalah gangguan pada alam
perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
tidak bergairah, perasaan tidak berguna dan putus asa
11 Klien merasa gembira yang berlebihan (euforia). Klien
merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha,
orang kaya, adalah tanda gangguan emosi
60

12 Menghardik halusinasi adalah salah satu cara untuk


mengontrol halusinasi
13 Keluarga membiarkan apabila melihat pasien
mengalami kekambuhan
14 Salah satu penyebab masalah gangguan jiwa adalah
karena pengalaman yang tidak menyenangkan
15 Apabila ada pasien marah-marah tanpa sebab, yang
dilakukan adalah menganjurkan pasien memukul bantal
61

ANALISA DATA

Frequency Table

Statistics
Mean_dukungan keluarga
N Valid 95
Missing 0
Mean 49.3579
Median 46.0000

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 53 55.8 55.8 55.8
Baik 42 44.2 44.2 100.0
Total 95 100.0 100.0

Dukungan keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mendukung 55 57.9 57.9 57.9
Mendukung 40 42.1 42.1 100.0
Total 95 100.0 100.0
62

Crosstabs

pengetahuan * dukungan keluarga Crosstabulation

harga diri
Tidak
mendukung mendukung Total
pengetahuan kurang baik Count 39 14 53
Expected Count 30.7 22.3 53.0
% within
73.6% 26.4% 100.0%
pengetahuan
baik Count 16 26 42
Expected Count 24.3 17.7 42.0
% within
38.1% 61.9% 100.0%
pengetahuan
Total Count 55 40 95
Expected Count 55.0 40.0 95.0
% within
57.9% 42.1% 100.0%
pengetahuan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.107a 1 .001
b
Continuity Correction 10.695 1 .001
Likelihood Ratio 12.300 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.979 1 .001
Association
N of Valid Casesb 95
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,68.
b. Computed only for a 2x2 table
63

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. Tb Sig.
Interval by Pearson's R
.357 .097 3.686 .000c
Interval
Ordinal by Spearman
.357 .097 3.686 .000c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 95
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan (kurang
4.527 1.892 10.829
baik / baik)
For cohort dukungan keluarga =
1.932 1.272 2.934
tidak mendukung
For cohort harga diri = mendukung .427 .257 .709
N of Valid Cases 95

Anda mungkin juga menyukai