Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam

kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat komplek,

terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, banyak terdapat alat

teknologi, berbagai macam profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan

pasien selama 24 jam secara terus menerus, dimana keberagaman dan kerutinan

pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi kejadian tidak

diharapkan yang mengancam keselamatan pasien (patient safety) (Kemenkes RI,

2017).

Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections)

yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama

perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika

masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam

rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada

petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di

fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

Penularan HAIs dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu

pasien kesatu pasien lainnya atau infeksi diri sendiri dimana kuman sudah ada

pada pasien, kemudian melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat dan

ditempat yang baru menyebabkan infeksi (self infection atau auto infection).

Tidak hanya pasien rawat yang dapat tertular, tetapi juga seluruh personil rumah

1
2

sakit yang berhubungan dengan pasien, juga penunggu dan pengunjung pasien.

Infeksi ini dapat terbawa ketengah keluarganya masing-masing (Sudoyo, 2009).

Infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah infeksi yang didapat dirumah

sakit, infeksi yang timbul/terjadi sesudah 72 jam perawatan pada pasien rawat

inap. Infeksi yang terjadi pada pasien yang dirawat lebih lama dari masa inkubasi

suatu penyakit (Sabiston, 2013). Infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah

infeksi yang terjadi pada masa perawatan pasien di rumah sakit. Suatu infeksi

nosokomial dapat ditegakan apabila infeksi terjadi setelah pasien menjalani rawat

inap lebih dari tiga hari (Sjamsuhidajat, 2014).

Infeksi terkait pelayanan kesehatan lebih sering terjadi diruang rawat

intensif dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. Penelitian di Amerika Serikat

menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan terkena infeksi 5-8 kali

lebih tinggi. Pneumonia merupakan infeksi yang paling sering dijumpai. Angka

kematian karena pneumonia nosokomial sebesar 37%, di unit bedah infeksi luka

operasi dan infeksi luka bakar merupakan kejadian infeksi terkait pelayanan

kesehatan yang utama. Angka infeksi akan lebih tinggi bila dilakukan pada luka

bersih dan luka kotor dibanding pada luka opersi bersih. Infeksi dapat mencapai

79%. Peran peralatan bedah yang terkontaminasi, kualitas air bersih, dan

ketidakdisiplinan dalam melakukan tindakan aseptik dan antiseptik menyebabkan

infeksi terkait pelayanan kesehatan (Sudoyo, 2009).

Menurut WHO, infeksi nosokomial merupakan penyebab utama tingginya

angka kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian

setiap hari di dunia. Di Indonesia, dalam penelitian di 11 rumah sakit di Jakarta


3

pada menunjukkan 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial

sedangkan kasus infeksi nosokomial di Provinsi Lampung sebanyak 4,3%

(Kemenkes RI, 2017).

Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang paling penting saat ini

dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas kasus medical error yang

terjadi pada pasien diberbagai negara. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu

sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, meminimalkan

timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil. Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan

dengan pemberi pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada tindakan yang

membahayakan bagi pasien. Terjadinya insiden keselamatan pasien disuatu rumah

sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pasien, staf, dan pihak rumah

sakit. Dampak untuk rumah sakit sendiri yaitu menurunnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap rendahnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan yang

diberikan

Perilaku petugas kesehatan khususnya perawat merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan HAIs. Salah satu perilaku yang

mampu mencegah HAIs termasuk meminimalisir jumlah bakteri yang ada di udara

di rumah sakit adalah penerapan universal precaution. Tindakan medis yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit dimaksudkan untuk tujuan

perawatan atau penyembuhan pasien. Tetapi, apabila tindakan tersebut dilakukan

tidak sesuai prosedur maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi

baik bagi pasien lain atau bahkan petugas itu sendiri (Kemenkes RI, 2017).
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut: ” Bagaimanakah Kepatuhan Perawat

Dalam Menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pengurangan Resiko

Infeksi Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri di RSUD Pesawaran Kabupaten

Pesawaran Tahun 2018?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara mendalam tentang kepatuhan

perawat dalam menerapkan sasaran keselamatan pasien pada pengurangan resiko

infeksi dengan penggunaan alat pelindung diri (sarung tangan dan masker) di

RSUD Pesawaran Kabupaten Pesawaran Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kepatuhan perawat dalam menerapakan pelaksanaan

pengurangan resiko infeksi dengan penggunaan alat pelindung diri (sarung

tangan dan masker) di RSUD Pesawaran Kabupaten Pesawaran Tahun

2018.

b. Untuk mengetahui sarana yang mendukung pelaksanaan pengurangan

resiko infeksi dengan penggunaan alat pelindung diri (sarung tangan dan

masker) di RSUD Pesawaran Kabupaten Pesawaran Tahun 2018.


5

c. Untuk mengetahui hambatan perawat dalam penggunaan alat pelindung

diri (sarung tangan dan masker)di RSUD Pesawaran Kabupaten Pesawaran

Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam ilmu keperawatan dalam perencanaan program peningkatan

mutu pelayanan. Bagi pihak pelaksana dan pengelola pelayanan kesehatan

agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien,

memberikan informasi yang adekuat dan akurat.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan

di RSUD Pesawaran dalam menentukan kebijakan-kebijakan dan sebagai

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan serta dapat meningkatkan

wawasan petugas kesehatan dalam meningkatkan pencegahan infeksi

nosokomial.

1.4.3 Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Dengan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pengembangan

penelitian berikutnya untuk melanjutkan penelitian dalam konteks yang berbeda

dan lebih luas agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

kesejahteraan masyarakat.
6

1.5 Ruang Lingkup

Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, mengenai

hubungan pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial, dengan Informan utama adalah 5 perawat pelaksana, Informan

triangulasi sumber adalah kepala ruang dan 2 ketua tim ruang rawat inap

penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Pesawaran Kabupaten Pesawaran pada

Bulan Mei Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai