PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
(Depkes RI, 2007). Rumah sakit sebagai suatu unit pelayanan medis tentunya tak lepas
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat atau setelah selesai dirawat
negara miskin dan yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih
menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2000
menunjukkan bahwa adanya infeksi nosokomial sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit di 14
negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik dengan Asia
rumah sakit, salah satunya adalah faktor lingkungan. Kualitas lingkungan di rumah sakit
menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Bakteri merupakan salah satu penyebab
dari berbagai infeksi yang ada di rumah sakit dan menyebabkan penyakit pada tubuh
manusia dan dapat hidup didalamnya. Pada umumnya mikroorganisme ini dapat
bertahan hidup disetiap tempat, dalam air, udara, tanah, makanan, lantai dan jaringan
Infeksi nosokomial berpotensi terjadi di semua rumah sakit, salah satunya adalah
Rumah Sakit Umum Puri Raharja Denpasar. Berdasarkan data awal, pemeriksaan bakteri
pada tiga ruang operasi dan satu Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum
Puri Raharja Denpasar melebihi nilai standar yakni pada Ruang Operasi 1 (20,77
CFU/m3); Ruang Operasi 2 (40,03 CFU/m3); Ruang Operasi 3 (25,47 CFU/m3); dan
CFU/m3 sedangkan pada ruang ICU adalah 200 CFU/m3. Penelitian di Ruang ICU RS
prevalensi infeksi nosokomial di Ruang ICU sehingga ada pengaruh yang cukup tinggi
antara bakteri pada udara terhadap kejadian infeksi nosokomial (Vinisia, 2010). Polusi
udara sebagai salah satu faktor terjadinya infeksi nosokomial dalam ruangan
bangunan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang masuk
ke ruangan seperti pada perawat. Sumber dan cara penularan yang paling banyak adalah
melalui tangan personil kesehatan (Patricia dan Potter, 2005). Infeksi nosokomial ini
tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi dapat juga mengenai seluruh personil rumah
karena perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung
dengan pasien di rumah sakit. Perawat juga bertanggung jawab menjaga keselamatan
pasien selama dirawat di rumah sakit, salah satunya mencegah pasien dari infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah
sakit, dapat juga terjadi pada para petugas rumah sakit. Berbagai prosedur penanganan
pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien
(Nurmantono, 2005). Di unit perawatan intensif aktifitas perawat tinggi dan cepat, hal ini
tindakan keperawatan (Patricia dan Potter, 2005). Salah satu tindakan invasif yang paling
sering dilakukan di rumah sakit adalah pemasangan infus. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Wayunah (2011) angka kejadian infeksi jarum infus pada rumah sakit
swasta dan pemerintah di Jakarta sebesar 38-73% dari total responden penelitian.
pengetahuan dan unsur sikap dalam memberikan pelayanan perawatan. Kedua unsur
keperawatan yang tercermin pada pelaksana tindakan keperawatan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Razi (2011) di RSUD Kota Langsa, Sumatra Utara menyatakan bahwa
kesehatan yang berada di lingkungan rumah sakit termasuk perawat. Salah satu strategi
yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah
Sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan melalui lima kegiatan pokok
pelindung diri (APD) diantaranya sarung tangan, masker dan topi, c) Mengelola alat
kesehatan bekas pakai, d) Mengelola jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
dan e) Mengelola limbah rumah sakit dan sanitasi ruangan (Depkes RI, 2007). Hasil
penelitian yang dilakukan Fuadi (2009) menemukan bahwa kurang dari 50% perawat
yang ada di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh yang memiliki pengetahuan, sikap
serta pengawasan yang baik. Hasil penelitian lain di Jakarta menunjukan bahwa di
Rumah Sakit Cipto Mangkusumo (2002) penyebab dari terjadinya infeksi nosokomial
yaitu petugas tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yaitu
2011).
Perilaku petugas kesehatan khususnya perawat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi upaya pencegahan infeksi nosokomial. Salah satu perilaku yang mampu
mencegah infeksi nosokomial termasuk meminimalisir jumlah bakteri yang ada di udara
medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit dimaksudkan untuk tujuan
perawatan atau penyembuhan pasien. Tetapi, apabila tindakan tersebut dilakukan tidak
sesuai prosedur universal precaution maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit
infeksi baik bagi pasien lain atau bahkan petugas itu sendiri (Depkes RI, 2008).
Penelitian terkait infeksi nosokomial pernah dilakukan di Bali khususnya di
Denpasar yaitu dilakukan oleh Paramitha (2014) di Rumah Sakit Dharma Yadnya
infeksi nosokomial perawat di rumah sakit tersebut. Selain itu, penelitian tentang infeksi
nosokomial belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Puri Raharja karena
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dari bulan Agustus 2014. Survei
pendahuluan menunjukan bahwa dari delapan perawat di ruang rawat inap yang
diwawancarai, hanya tiga orang yang mengetahui universal precaution dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial. Selain itu dari hasil pengamatan awal, terdapat
beberapa perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan tidak
mengganti sarung tangan setelah melakukan tindakan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan dan perilaku perawat
Berdasarkan latar belakang dan fakta diatas, dapat dirumuskan masalah bahwa
jumlah bakteri pada tiga Ruang Operasi dan satu Ruang ICU Rumah Sakit Umum Puri
Rumah Sakit, sehingga memiliki risiko sebagai tempat penularan penyakit yang dapat
menimbulkan infeksi nosokomial. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut
1.4 Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku
perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Puri Raharja
Denpasar.
Denpasar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan khususnya pada Rumah
Sakit Umum Puri Raharja Denpasar dalam menentukan kebijakan yang berhubungan
keilmuwan khususnya mengenai infeksi nosokomial di RSU Puri Raharja Denpasar serta
peneliti dapat mengetahui langsung kenyataan yang terjadi melalui penelitian ini.
Ruang lingkup penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang