PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial atau saat ini sering disebut Healthcare
menjadi isu yang menarik untuk diteliti, terutama tentang upaya pencegahan
infeksi tersebut.
infeksi yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang terjadi
sistem surveilans infeksi nosokomial yang baik dan belum melaporkan data atau
tidak memiliki data yang representatif, oleh karena itu prevalensi HAIs di negara-
terjadi juga pada tenaga kesehatan ataupun tenaga medis di pelayanan. Infeksi
tidak terlepas dari peran mikroorganisme patogen berupa virus dan bakteri (The
Pencegahan Penyakit (CDC, 2003). Penyakit yang ditularkan oleh virus seperti
danMeasles
Hepatitis C, 66000 kasus Hepatitis B dan 1000 kasus HIV akibat tertusuk jarum
yang terjadi pada tenaga kesehatan diseluruh dunia (Pruss dkk, 2005).
2012).
infeksi perseratus pasien, di ruang NICU 2,7 infeksi perseratus pasien. Kejadian
infeksi yang paling sering terjadi pada kedua ruang rawat tersebut adalah
gram positif.
Di rumah sakit Ciptomangunkusumo Jakarta berdasarkan surveillance
Insiden infeksi nosokomial pada tahun 1999 adalah 1,1%, tahun 2000 0,9%,
surveillance ini juga didapatkan jenis infeksi meliputi infeksi kateter, luka
hingga 28.800 USD untuk setiap pasien (Ruben dkk, 1999). Dampak HAIs
mengakibatkan Length of Stay (LOS) yang menjadi lebih panjang 1-6 hari
(Griffiths, 2008), peneliti lain mendapatkan LOS yang lebih lama hingga 18.2
hari (Chen dkk, 2005). Peningkatan lama waktu perawatan (LOS) berdampak
kejadian yang dilaporkan, 53% terjadi kejadian yang tidak diinginkan (KTD),
45% kejadian nyaris cedera dan 2% tidak termasuk KTD ataupun kejadian
nyaris cedera. Laporan secara umum menunjukkan sedikit atau tidak ada
Aarabi dkk pada tahun 2008 menyatakan hanya 33,9% dari 250 tenaga
Amerika yang dilakukan oleh Akdukman, dkk pada tahun 1999 didapatkan
dan keluarga serta lingkungan luar melalui aturan-aturan yang mengikat (JCI
dirawat di RS, 32% diantaranya dapat dicegah. Sekitar 5-10% infeksi ini
darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal
infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah
infeksi berupa phlebitis pada tahun 2017 semester I sebesar 2,75% dan
oleh Tim KKPRS, dan hasil wawancara mengatakan masih ada beberapa
pada pengurangan resiko infeksi, terlihat dari masih ada perawat saat
melakukan tindakan keperawatan ada yang tidak menggunkan sarung
melakukan tindakan.
terhadap kejadian infeksi nosokomial di ruang rawat inap umum RSUD. RAA.
Soewondo Pati
B. Rumusan Masalah
APD terhadap kejadian infeksi nosokomial diruang rawat inap umum RSUD.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pemakaian APD.
D. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap umum RSUD. RAA.
Soewondo Pati. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu satu
bulan dan berfokus pada masalah motivasi dan kepatuhan perawat
dalam pemakaian APD. Peneliti melakukan observasi dan wawancara
langsung dengan perawat di ruang rawat inap umum (ruang Gading)
RSUD. RAA. Soewondo Pati.
E. Manfaat Penelitian
a. Rumah Sakit
b. Peneliti
d. Peneliti berikutnya.
e. Institusi pendidikan
kenyataan di lapangan.
F. Keaslian Penelitian