Anda di halaman 1dari 9

Vol. III No.

2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

SIKAP PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


DALAM MERAWAT PASIEN TUBERCULOSA PARU DI RUANG RAWAT
INAP

(Nurse Attitude Of Personalprotective Equipment For Use In Treating Patients In The


Lungs Tuberculosa In Patients”)

Agus Mulyana,
Mariana Nuryati
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

ABSTRACT

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rentannya tenaga kesehatan dalam hal ini perawat
terhadap kemungkinan tertular penyakit dari pasien yang dirawatnya, begitupun
penularan penyakit terhadap pasien yang disebut infeksi nosokomial bukan hanya
kerugian dalam segi kesehatan akan tetapi akan menyebabkan panjangnya masa
perawatan pasien.Pemakaian APD yang baik sesuai aturan sangatlah penting dalam
upaya pencegahan penularan penyakit baik terhadap pasien maupun petugas kesehatan
itu sendiri, salah satunya TB paru yang sangat tinggi tingkat penularannya.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui sikap perawat terhadap penggunaan alat pelindung diri
(masker, sarung tangan, barrack short). Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan rumus purposive random
samplingdengan jumlah responden 37 perawat. Uji statistik menggunakan analisa
univariatdan hasil penelitian disajikan dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sikap perawat terhadap penggunaan APD sebagian besar tidak
mendukung. Kesimpulan nya bahwa sikap perawat terhadap penggunaan APD belum
dikatakan baik. Diharapkan kegiatan monitoring dan evaluasi lebih di tingkatkan
dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman dalam penggunaan alat
pelindung diri dalam merawat pasien dengan TB paru.
Kata Kunci : Sikap, Alat pelindung Diri

This study was motivated by the vulnerability of health workers in this case the nurse
to the possibility of contracting the disease from a patient under her care, as well as
transmission of the disease to the patient called nosocomial infections is not only a
loss in terms of health but will lead to long-term care patients, the use of Personal
Protective Equipment ( PPE ) is a good fit the rule is very important in the prevention
of disease transmission both to patients and health workers themselves, one of whom
lungs tuberculosa are very high transmission rates, this study aimed to determine the
attitudes of nurses towards the use of personal protective equipment (masks, gloves,
barrack short). The method used is descriptive method. Sampling using purposive
random sampling formula with the number of respondents 37 nurses. Statistical test
using univariate analysis and the results are presented with a frequency distribution.
The results showed that nurses attitude towards the use of PPE is largely supportive.
His conclusion that the nurses attitude towards the use of PPE is not said to be good.
Monitoring and evaluation activities are expected to be improved in order to increase
awareness and understanding in the use of personal protective equipment in treating
patients with lung tuberculosa.
Keywords: Attitudes, Personal Protective Equipment

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

1. Latar Belakang pada posisi pertama disusul China dan


Sistem pelayanan kesehatan Afrika, tidak heran bila Indonesia
terdiri dari beberapa unsur diantaranya peringkat ke 4 dunia karena banyak
petugas kesehatan. Petugas kesehatan faktor yang mendukung semakin
adalah salah satu yang memberikan banyaknya kasus TB di Indonesia.
pelayanan kesehatan yang paling Salah satu faktor yang menyebabkan
beresiko tinggi terinfeksi penyakit dari banyaknya kasus TB adalah belum
pasien yang dirawatnya yaitu Petugas maksimalnya usaha pencegahan
kesehatan yang kontak langsung penularan penyakit ini.
dengan pasien. WorldHealth Prevalensi penduduk Indonesia yang
Organization (WHO) mencatat kasus didiagnosa TB oleh tenaga kesehatan
infeksi nosokomial di dunia berupa tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda
penularan hepatitis B sebanyak 66.000 sekitar 0,4%. Lima provinsi dengan TB
kasus, hepatitis C 16.000 kasus, dan tertinggi adalah Jawa Barat, Papua,
1000kasus penularan HIV DKI Jakarta, Gorontalo dan Banten
(WHO,2004). Jumlah tenaga kesehatan (Kemenkes, 2013), dari data tersebut
yang terinfeksi berkisar antara 20% diketahui bahwa Jawa Barat adalah
sampai 60% dari semua kasus infeksi daerah dengan prevalensi TB tertinggi
di seluruh dunia (WHO,2005). Dari di Indonesia dengan persentase 0,7 %
data tersebut tenaga kesehatan sebagai (Kemenkes, 2013). Penyebaran
pelaksana sangat rentan untuk terpajan melalui udara ini memudahkan TB
penyakit menular dari pasien yang di untuk menular sehingga perawat yang
rawatnya. merawat pasien dengan TB paru harus
Kemenkes (2013) dalam hasil memiliki pengetahuan yang lebih
Riskesdas memaparkan tentang tentang penyakit TB terutama dalam
penyakit menular dikumpulkan terbatas hal pencegahan penularan.
pada beberapa penyakit, yaitu penyakit Hasyim (2005) dalam penelitiannya
yang ditularkan melalui udara, melalui menjelaskan bahwa tenaga medis RS
vektor,melalui makanan, melalui air mempunyai risiko terkena infeksi 2-3
dan penularan lainnya (diare dan kali lebih besar daripada medis yang
hepatitis). Salah satu penyakit yang berpraktik pribadi. Tenaga kesehatan
mudah untuk ditularkan yaitu terutama perawat beresiko tinggi
Tuberkulosa paru (TB). terinfeksi kuman ataupun tertular
Dalam jurnal tuberkulosa infeksi berbagai macam penyakit, karena
nosokomial yang dikeluarkan oleh perawat merupakan tenaga kesehatan
Pedoman Penanggulangan Tuberkulosa di garis terdepan yang 24 jam
berinteraksi dengan pasien dalam
Indonesia (PPTI), bahwa resiko
memberikan asuhan keperawatan
perawat yang tertular TB di pelayanan (WHO,2008). Tenaga kesehatan dalam
kesehatan sebanyak 0,7%-1,6% . hal ini khususnya petugas kesehatan
Tuberkulosis (TB) merupakan salah yang kontak langsung dengan pasien
satu penyakit yang menjadi perhatian mempunyai resiko yang lebih tinggi
dari setiap negara di dunia karena tertular penyakit dari pasien yang
merupakan salah satu penyakit dirawatnya (Lutfhi & Putro,2012).
menularyang prevalensinya makin Salah satu faktor seseorang lebih rentan
meningkat. tertular adalah faktor lamanya seorang
World Health Organisation (WHO) perawat tersebut kontak dengan sumber
memaparkan dalam Global Report penyakit ditambah dengan faktor
tahun 2013 bahwa TB di Indonesia internal dan ekternal yang
terbanyak ke 4 di dunia, Setelah India

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

memungkinkan terjadinya penularan (APD).Tujuan dari penggunaan APD


terhadap perawat. itu adalah untuk melindungi kulit dan
Angka kejadian infeksi yang tinggi selaput lendir tenaga kesehatan dari
pada tenaga kesehatan memerlukan pajanan semua cairan tubuh dari kontak
tindakan pencegahan. WHO (2007) langsung dengan pasien (
telah menetapkan pentingnya standar Depkes,2007). Penerapan APD dalam
precaution pada tenaga kesehatan standar precaution belum sepenuhnya
untuk mencegah terjadinya penyebaran di jalankan dengan baik oleh perawat.
infeksi. Standart precaution adalah Dalam penelitiannya Said (2008) di
praktek kerja yang diperlukan untuk RSUD Salewang Maros
mencapai tingkat minimal mengidentifikasi sebanyak 45,2%
pengendalian infeksi pada pasien dan perawat tidak menggunakan APD
juga melindungi petugas dalam tindakan yang dilakukannya.
kesehatan(WHO,2013). Penggunaan APD merupakan salah
Standar kewaspadaan infeksi satu hal penting yang harus dilakukan
menerangkan bahwa kejadian infeksi oleh perawat dalam setiap tindakan
nosokomial yang tinggi merupakan yang dilakukannya, meliputi
indikator pentingnya usaha pencegahan penggunaan APD atau personal
penularan penyakit menular, standart protective equipment (PPE) mencakup
precaution merupakan transformasi alat perlindungan kepala, wajah
dari universal precaution, suatu bentuk (mata,hidung dan mulut), alat
precaution pertama yang bertujuan perlindungan tangan, gaun pelindung
untuk mencegah infeksi nosokomial dan perlindungan kaki (WHO,2008),
(WHO,2007). Menetapkan tentang sementaraAPD yang digunakan di
pentingnya penerapan standar ruang rawat inap TB paru berdasarkan
precaution pada tenaga kesehatan hasil telaah yang dikeluarkan oleh
dalam tindakan untuk mencegah Perkumpulan Pemberantasan
peningkatan infeksi nosokomial, dalam Tuberkulosa Indonesia (Lutfhi & Putro,
hal pencegahan penularan penyakit 2012) adalah sarung tangan, Masker
terutama untuk pemberi pelayanan respirator dan barrack short.
kesehatan telah diatur sesuai dengan Penggunaan APD merupakan salah
tempat dimana petugas kesehatan satu usaha yang dilakukan untuk
bekerja. Standar kewaspadaan mencegah terjadinya infeksi
infeksimerupakan acuan seorang nosokomial yaitu infeksi yang terjadi
pemberi pelayanan kesehatan untuk ketika pasien di rawat di rumah sakit,
melakukan usaha pencegahan bila seorang pasien mengalami infeksi
terjadinya penyebaran penyakit, dalam nosokomial bukan hanya kerugian
standar kewaspadaan infeksi tidak dalam segi kesehatan tetapi akan
hanya pada masyarakat tetapi lebih memperpanjang masa perawatan yang
utama pada tenaga kesehatan dalam harus dijalani dan bisa dicegah dengan
memberikan pelayanan langsung upaya perlindungan diri dan pasien
terhadap pasien, sehingga memberikan terhadap penularan penyakit
manfaat baik bagi pasien yang (Potter,2005). Penerapan APD dalam
dirawatnya, lingkungan dan pemberi tindakan keperawatan dipengaruhi oleh
pelayanan kesehatan dalam hal ini beberapa faktor. Salah satu faktor
perawat. tersebut adalah perilaku dalam
Penerapan standar precaution terdiri penggunaan APD.Perilaku merupakan
dari beberapa metode salah satunya semua kegiatan manusia yang dapat
yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri diamati maupun yang tidak dapat

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

diamati oleh pihak luar meneliti variabel atau populasi tunggal


(Notoatmodjo,2009). (Hidayat, 2014). Dalam hal ini
Perilaku manusia dipengaruhi oleh dua penelitian dilakukan untuk mengetahui
faktor besar yaitu faktor pengetahuan sikap perawat terhadap penggunaan
dan sikap, perawat sebagai pemberi APD yaitu penggunaan masker, sarung
pelayanan kesehatan diharapkan tangan dan barrack short.
memiliki pengetahuan dan sikap yang Populasi dalam penelitian ini
baik ketika menggunakan APD dalam adalah perawat yang merawatpasien
memberikan asuhan keperawatan. dengan tuberkulosa paru yang
Seorang perawat telah mengetahui berjumlah 59 orang.
manfaat dari APD yang harus Sampel dalam penelitian ini
dipakainya tetapi kadang perawat menggunakan teknik Purposive
tersebut menggunakan APD yang ada Random Samplingdengan tingkat
tidak sesuai dengan aturan yang di kepercayan d = 0,10 untuk mendapat
tetapkan sehingga membuka jumlah sampel yang besar sehingga
kemungkinan terjadinya penularan dari mendapat derajat ketepatan yang cukup
pasien ke perawat, salah satunya adalah tinggidandidapatkanjumlah 37 perawat
pengetahuan tentang penggunaan APD yang merawat pasien dengan
itu sendiri, hal ini disebabkan karena tuberkulosa paru di ruang rawat inap.
pengetahuan merupakan domain yang Pengumpulan data. Dengan
sangat penting untuk terbentuknya menggunakan instrumen kuesioner
perilaku seseorang perilaku positif sikap perawat tentang penggunaan
terbentuk lebih lama jika didasari APD dalam merawat pasien TB paru
pengetahuan yang cukup, tetapi dengan menggunakan skala likert yang
seseorang yang telah mengetahui meliputi keyakinan, kehidupan
tentang pemakaian APD tidak sedikit emosional/evaluasi terhadap objek, dan
dalam penggunaannya tidak sesuai kecenderungan untuk bertindak, dalam
dengan aturan yang telah di jelaskan. instrumen kuesioner peneliti sebagian
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan instumen yang telah
mengetahui sikap perawat terhadap digunakan oleh peneliti lain yang
penggunaan APD dalam merawat sesuai dengan kriteria penelitian ini
pasien dengan TB Paru di ruang rawat dengan tetap melalui uji validitas dan
inap. realibilitas. Selain menggunakan
kuesioner, peneliti juga menggunakan
pedoman wawancara sebagai instrumen
2. METODA PENELITIAN penelitian untuk menggali penggunaan,
Jenis penelitian ini adalah evaluasi dan monitoring dan hambatan
deskriptif dengan metode angket untuk dalam penggunaan alat pelindung diri
mengetahui sikap perawat tentang (masker, sarung tangan dan barrack
penggunaan APD dalam merawat short )
pasien dengan TB paru di ruang rawat Cara pengolahan data. Dilakukan
inap dengan menggunakan pendekatan melalui tahapan editing, coding,
survey. cleaning, entry dantabulasi data dengan
Ciri utama dari rancangan bantuan komputer.Hasil pengolahan
penelitian deskriptif tidak menyatakan data tersebut didapatkan bahwa uji
adanya hubungan antar variabel serta normalitas yang dilakukan menunjukan
tidak terlalu komplek, tidak ada bahwa data yang didapatkan nilai
variabel bebas dan terikat karena normalitas lebih besar dari 0,05,
biasanya penelitian ditujukan untuk sehingga digunakan mediandan

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

didapatkan nilai median sebesar 49,5, 2.


kemudian dilakukan teknik analisa
univariat yang dimaksudkanuntuk
mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi dari masing-masing variabel
yang diteliti.

3. Hasil Penelitian
Berdasarkan diagram diatas sikap
Karakteristik perawat yang menjadi perawat terhadap penggunaan masker
responden dalam penelitian ini adalah : dalam merawat pasien TB paru di
Jenis kelamin ; laki-laki : 15 orang, ruang rawat inap sebagian besar
perempuan : 22 orang. Usia lebih dari mendukung terhadap penggunaan
30 tahun : 20 orang, kurang dari 30 masker dalam merawat pasien dengan
tahun 17 orang, Pendidikan S1 : 5 TB paru di ruang rawat inap (59,5 %),
orang, DIII :22 orang, lama bekerja dan hampir setengahnya sikap perawat
kurang dari lima tahun 13 orang, lebih tidak mendukung terhadap penggunaan
dari lima tahun 14 orang. masker dalam merawat pasien TB paru
Hasil analisis mengenai sikap perawat 3.
terhadap pengguanan APD
dikatagorikan menjadi sikap
mendukung dan tidak mendukung.
Berdasarkan hasi lpenelitian
didapatkan :
1.

Berdasarkan diagram diatas terlihat


sikap perawat terhadap penggunaan
sarung tangan dalam merawat pasien
TB paru di ruang rawat inap sebagian
besar mendukung terhadap pemakaian
Berdasarkandiagram diatas dapat sarung tangan dalam merawat pasien
diketahui sikap perawat terhadap dengan TB paru di ruang rawat inap
penggunaan APD dalam merawat (54,1%), dan hampir setengahnya sikap
pasien TB paru di ruang rawat inap perawat yang tidak mendukung
sebagian besar tidak mendukung (45,9%).
terhadap penggunaan alat pelindung 4.
diri dalam merawat pasien TB paru di
ruang rawat inap ( 56,8%), dan hampir
setengahnya yang mendukung (43,2%)
.

Berdasarkan diagram diatas sikap


perawat terhadap penggunaan

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

barackshort dalam merawat pasien TB dilakukan oleh perawat dalam merawat


paru di ruang rawat inap sebagian besar pasien TB paru,tetapi pemakaian
tidak mendukung (51,2%) dan hampir masker yang digunakan adalah masker
setengahnya (48,6%) mendukung bedah dan sebagian besar menganggap
terhadap penggunaan barack short masker bedah adalah sesuai dengan
dalam merawat pasien TB paru. klasifikasi untuk digunakan dalam
merawat pasien TB paru walaupun
4. PEMBAHASAN merekamengetahui bahwa masker N95
Berdasarkan diagram diatas adalah yang paling baik sesuai dengan
menjelaskan bahwa sikap responden pedoman perawatan terhadap pasien
terhadap alat pelindung diri TB paru haruslah menggunakan
menunjukan jumlah yang hampir masker yang sesuai dengan aturan
setengahnyaresponden yang untuk perawatan pasien TB yaitu N95
mendukung sebanyak 43,2% dan (Depkes,2010).
sebagian besar tidak mendukung Semua perawatmenerima dan
terhadap penggunaan APD sebanyak sepakat bahwa dalam melakukan
56,8%, Hal ini menunjukan belum perawatanmenggunakan masker tetapi
sepenuhnya responden menerima dan sebagian belum menggunakan dan
bertanggung jawab dalam penggunaan melakukan pemasangan masker yang
APD selama merawat pasien TB paru. sesuai diharuskan ditambah tidak
Kondisi ini sesuai dengan Said (2014) disediakannya masker N95 di
yang menyatakan bahwa individu persediaan APD.
memiliki sikap negatif ketika individu Menurut Kusnandar (1997)
tidak mampu menerima,menghargai, penggunaan APD di rumah sakitdi
dan bertanggung jawab terhadap Indonesia ternyata lebih dari 37% dan
stimulus dalam hal ini ketentuan kenyataan perawat hanya
menggunakan APD dalam merawat menggunakan salah satu APD(barrack
pasien TB paru.Responden dengan short,sarung tangan atau masker saja)
sikap tidak mendukung yang melebihi saat menangani pasien,pada umumnya
50% memiliki resiko tinggi tidak (52%) di rumah sakit tidak tersedia
melaksanakan APD dengan baik. APD yang lengkap, sejalan dengan
Sejalan dengan hasil wawancara bahwa hasil wawancara bahwa untuk
sebagian besar perawat telah penggunaan masker, perawat secara
mengetahui pentingnya penggunaan pribadi sudah mengetahui pentingnya
APD dalam merawat pasien TB, tetapi penggunaan masker untuk menangani
dalam pelaksanaannya masih ada yang kasus dengan penyakit paru –paru salah
tidak sesuai dengan aturan pemakaian satunya TB paru, berkenaan dengan
APD yang seharusnya. Penggunaan masker N95, keterbatasan penggunaan
APD juga di pengaruhi oleh berhubungan dengan masih digunakan
pengalaman, terlihat sebagian besar masker bedah karena berbagai kendala
responden yang mempunyai masa kerja diantaranya adalah penggunaan
< 5tahun. anggaran pengadaan masker N95 yang
Berdasarkan diagram lebih mahal, sehingga penggunaan N95
penggunaan masker mempunyai dikhususkan bagi kasus – kasus seperti
sebagian besar sikap mendukung flu burung dan kasus MDR-TB tetapi
(59,5%), seperti kita ketahui bahwa TB arah ke pengadaan N95 sedang di
paru merupakan penyakit yang siapkan, tetapi menurut Bady (2007)
ditularkan melalui pernafasan maka baik buruk, lengkap tidak fasilitas RS
penggunaan masker sebagian besar ternyata tidak mempengaruhi kinerja

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

SDM perawat dalam mengendalikan dari percikan cairan,darah dari pasien


infeksi nosokomial. Hal ini menjadi sedangkan yang di pergunakan oleh
menarik dan perlu dikaji lebih jauh. responden adalah terbuat dari bahan
Bady beranggapan hal ini yang tidak tahan air, dari hal tersebut
dimungkinkan oleh karena pemahaman ada sebagian responden yang
perawat dalam kegunaan, fungsi, cara meragukan bila barrack short tersebut
kerja dan cara memelihara alat – alat dapat melindunginya dari percikan
yang kurang baik ataupun disebabkan cairan dan darah pasiendan sebagian
oleh faktor motivasi perawat itu lebih memilih tidak menggunakan
sendiri. Hal ini menurut asumsi barack short karena pemakaian yang
disebabkan sistem kerja yangcenderung rumit, sejalan yang dipaparkan dalam
kurang dalam sistem kontrol yang jelas hasil wawancara bahwa pemakaian
dan baik. APD yang masih jauh dari kata ideal
Berdasarkan hasiltersebut adalah penggunaan barraack short,
menjelaskan bahwa sikap perawat Chrismadani (2011) memaparkan ada
terhadap penggunaan sarung tangan hubungan antara motivasi perawat dan
dalam merawat pasien TB paru terlihat kepatuhan dalam penggunaan APD.
sebagian besar mendukung Banyak faktor yang mempengaruhi
(54,1%)dan tidak mendukung (45,9%), responden memiliki sikap negatif
penggunaan sarung tangan sebagai terhadap alat pelindung diri. Hasil
salah satu APD dalam merawat pasien penelitian menunjukan bahwa
TB paru, walaupun dalam penelitian responden merasa terbatasi
wibowo (2010) bahwa penggunaan interaksinya dengan pasien ketika
sarung tangan erat dengan karakteristik menggunakan APD.
perawat yaitu lamanya bekerja dan Faktor–faktor tersebut sesuai
sebanyak 52,3% perawat tidak dengan penelitian Aulia (2011) yang
menggunakan sarung tangan ketika menyatakan bahwa 57,1% perawat
pemberian obat, menurut peneliti hal tidak patuh menjalankan universal
tersebut tidak lepas dari pengetahuan precaution termasuk juga penggunaan
dan interpretasi dari pengetahuannya APD. Sikap perawat untuk tidak patuh
bahwa penggunaan sarung tangan lebih tersebut disebabkan karena perawat
banyak digunakan dalam perawatan merasa terbatasi interaksinya dan
yang akan memilki potensi terkena prosedur penggunaan APD yang lama
darah dan cairan pasien, dari hasil dan menyusahkan.
informasi yang didapatkan bahwa
penggunaan hanya dipakai bila akan 5. SIMPULAN
melakukan tindakan yang beresiko Dari hasil penelitian yang
terkena cairan tubuh pasien. dilakukan di ruang rawat inap dengan
Berdasarkan diagram yang lain jumlah responden sebanyak 37
menjelaskan bahwa sikap perawat responden, maka peneliti dapat
terhadap penggunaan barack short mengambil kesimpulan bahwa sikap
dalam merawat pasien TB paru perawat terhadap penggunaan APD
sebagian besar tidak mendukung sebagai berikut :
(51,4%),menurut peneliti hal ini di a. Karakteristik sikap perawat
pengaruhi oleh pengertian barack short terhadap penggunaan APD dalam
dimana menurut aturan bahwa barrack merawat pasien TB paru di ruang
short harus tahan air sehingga rawat inap lebih besar yang tidak
berfungsi dalam mencegah mendukung, hal ini terlihat dari
terkontaminasinya bagian kulit perawat sikap perawat terhadap

2
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

penggunaan barackshort yang Nosokomial Di Irna 1 RSUP DR.


lebih rendah kategori Sardjito.8.8
mendukungnya lebih kecil
daripada sikap perawat terhadap Chrysmadani (2011). Analisis faktor
penggunaan masker. yang berhubungan dengan
b. Karakteristik sikap perawat kepatuhan perawat dalam
terhadap penggunaan masker penggunaan Alat Pelindung Diri
dalam merawat pasien TB paru di Rumah Sakit Graha Husada
memperlihatkan bahwa sebagian Gresik. . Skripsi . Program Studi
besar responden yang mempunyai IlmuKeperawatan Fakultas
karakteristik sikap yang Kesehatan Universitas Gresik
mendukung penggunaan masker
dalam perawatan pasien TB paru, Said, M & Darmawan, S (2014)
yang memperlihatkan bahwa Hubungan Kinerja Perawat
responden mengetahui tentang dengan Motivasi penggunaanAlat
pentingnya pemakain masker Pelindung Diridalam pelaksanaan
tetapi ada sebagian yang tidak tindakan keperawatan di Ruang
memahami aturan pemakaian dari Rawat InapRSUD Salewangan
masker yang dianjurkan. Maros.
c. Karakteristik sikap perawat Depkes, RI (2005). Pedoman
terhadap penggunaan sarung pelaksanaan program pelayanan
tangan dalam merawat pasien kesehatan di rumah sakit .
dengan TB paru terlihat sebagian Jakarta: Departemen Kesehatan.
besar mendukung. Depkes, RI (2013). Riset Kesehatan
d. Karakteristik sikap perawat Daerah.Jawa Barat
terhadap penggunaan barrack Hidayat. Aziz Alimut (2007). Riset
short dalam merawat pasien TB keperawatan dan teknik
paru sebagian besar tidak Penulisan Ilmiah. Jakarta:
mendukung terhadap penggunaan Salemba Medika
barrack short. Kementrian Kesehatan RI (2012).
Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
6. DAFTAR PUSTAKA Tuberkulosis Di Fasilitas
Arikunto, S. (2013) Prosedur Pelayanan Kesehatan.
penelitian: suatu pendekatan dan http//www.depkes.go.id
praktik Jakarta:Rineka Cipta. ( diunduh tanggal 9 Maret 2015).
Budiman &Riyanto,A ( 2013).Kapita Luthfi,A & Putro, S
Selekta Quesioner Pengetahuan (2012).Tuberkuosis Nosokomial.
Dan Sikap Dalam Penelitian Vol. 8 . 30-34
Kesehatan . Jakarta : Salemba
Medika. Muttaqin ,A (2014). Asuhan
Keperawatan Klien dengan
Bruner & Suddarth (2005). Medical Gangguan Sistem Pernafasan .
Surgical Nursing (8 ed.) Jakarta : Salemba Medika.
Philadelpia: Lippincot.
Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi
Bady, A., Kusnanto, H.,&Handono,D. penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
(2007). Analisis Kinerja Perawat Cipta.
Dalam PengendalianInfeksi

3
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,
Vol. III No. 2 , Oktober 2015 ISSN 2339-1383

.(2012).Promosi World Health Organization (2013).


kesehatan dan Perilaku Global Report TB.WHO Library
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Cataloguing in Publication Data.

Putri, A. (2011). Faktor – (2003)


FaktorYangBerhubunganDengan Prevention of Hospital-acquared
Kepatuhan Universal Precaution Infection .2nd edition.44-62.
OlehPerawat di RSUP
DR.M.Djamil Padang. Skripsi, (2007).
FakultasKeperawatanUniversitas Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Andalas. Yang Cenderung Menjadi
Epidemi danPandemi
Potter & Perry (2005 ). Buku Ajar .Pencegahan dan Pengendalian
Fundamental Keperawatan Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Konsep Proses dan Praktik. Kesehatan.12- 29.
Jakarta: EGC.
Sugiono (20012). Metodologi (2008).
Penelitian Kombinasi (Mixed Pedoman Pencegahan Dan
Methods) Pengendalian Infeksi Di Rumah
Bandung:Alfabeta. Sakit Dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
(2007). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta . Yulianti, Rosyidah,Hariyono.
W.(2011). Hubungan Tingkat
Said, M & Darmawan, S (2014) Pengetahuan Perawat Dengan
Hubungan Kinerja Perawat Penerapan Uninersal Precaution
dengan Motivasi penggunaanAlat Pada Perawat Di Bangsal Rawat
Pelindung Diri dalam Inap Rumah Sakit PKU
pelaksanaan tindakan Muhammadiyah Yogyakarta.
keperawatan di Ruang Rawat 5(2).162-232.
Inap RSUD Salewangan Maros

Solikhah,H.H& Arifin, A. (2005).


Pelaksanaan Universal
Precautions
OlehPerawatdanPekaryaKesehata
n.Studikasus di RumahSakit
Islam Malang.

Udin, K (2012). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Dan
SikapDenganPerilakuPenggunaa
n APD
PadaMahasiswaProfesiFakultasIl
muKeperawatanUI.Skripsi,
Universitas Indonesia.

3
Healthy Journal ©2015, Prodi Ilmu Keperawatan, FIKES-UNIBBA,

Anda mungkin juga menyukai