PROPOSAL INOVASI
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN VAP DI RUANG ICU
RSPTN UNIVERSITAS UDAYANA
OLEH :
KELOMPOK IV
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Perawat mampu mengetahui terkait dengan HAIs dan pencegahan VAP khususnya
pada pasien yang di rawat di ruang ICU.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Perawat mengetahui HAIs
2. Perawat mengetahui faktor risiko HAIs
3. Perawat mengetahui penatalaksanaan HAIs
4. Perawat mengetahui definisi VAP
5. Perawat mengetahui penyebab VAP
6. Perawat mengetahui tanda dan gejala VAP
7. Perawat mengetahui faktor risiko VAP
8. Perawat mengetahui penatalaksanaan VAP
9. Perawat mengetahui cara pencegahan VAP
10. Perawat mengetahui indikator Penilaian VAP dengan Menggunakan CIPS
1.3 Manfaat
1.3.1 Perawat
Perawat mengetahui standar keselamatan pasien terkait HAIs dan penatalaksanaan
pencegahan VAP pada pasien yang dirawat di ruang ICU.
1.3.2 Rumah Sakit
Mengurangi angka kejadian HAIs dan VAP sehingga menjamin keselamatan
pasien selama masa perawatan di ruang ICU. Dengan berkurangnya angka kejadian
HAIs dan VAP di rumah sakit, hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah untuk membantu mengurangi
penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan, dengan penilaian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi oleh National Infection Control Policies.
Tujuan utamanya adalah untuk mendukung promosi kualitas pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien, petugas kesehatan, dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan
lingkungan dengan cara yang hemat biaya (WHO, 2014).
Salah satu program pencegahan dan pengendalian HAIs yaitu dengan penerapan
kewaspadaan isolasi yang dibagi menjadi dua yaitu :
Pasien dengan VAP early onset dan tidak ada faktor risiko untuk multidrugresistant
(MDR) patogen direkomendasikan menggunakan empirik antibiotik seperti
Ceftriaxone, Fluoroquinolones, Ampicillinsulbactam dan Ertapenem. Sedangkan untuk
pasien VAP dengan faktor risiko MDR patogen atau late onset, terapi antibiotik yang
dapat diberikan yaitu Antipseudomonal cephalosporins (seperti cefepime, ceftazidime),
Antipseudomonal carbapenems (imipenem or meropenem), Beta-lactam/beta-
lactamase inhibitors (piperacillin-tazobactam) dengan antipseudomonal
fluoroquinolone (ciprofloxacin), atau aminoglycoside ditambah linezolid atau
vancomycin (jika ada faktor risiko untuk resisten methicillin Staphylococcus aureus)
dan Telavancin diindikasikan untuk HABP/VAP disebabkan isolasi rentan oleh
Staphylococcus aureus, mencangkup isolasi rentan dan resisten methicillin, ketika
pengobatan alternatif tidak cocok.
2.9 Pencegahan
Menurut American Thoracic Society Docume (2005) ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya VAP yaitu:
1. Meninggikan kepala pasien (elevasi) 30 - 45 derajat kecuali jika pasien memiliki
kondisi medis tidak memungkinkan.
2. Periksa kemampuan pasien untuk bernafas sendiri setiap hari sehingga
penggunaan ventilator dapat dihentikan secepatnya.
3. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau antiseptik berbasis alkohol
sebelum dan sesudah menyentuh pasien atau ventilator.
4. Bersihkan bagian dalam mulut pasien secara teratur.
5. Bersihkan atau ganti peralatan yang digunakan setiap pasien yang berbeda.
Intervensi pencegahan VAP (Sumiarti, 2015) yaitu:
1. Intervensi dengan tujuan mencegah kolonisasi saluran cerna - Mencegah
penggunaan antibiotik yang tidak perlu
- Membatasi profilaksis stress ulcer pada penderita risiko tinggi
- Menggunakan sukralfat sebagai profilaksis stress ulcer
- Menggunakan antibiotik untuk dekontaminasi saluran cerna secara selektif
- Dekontaminasi dan menjaga kebersihan mulut
- Menggunakan antibiotik yang sesuai pada penderita risiko tinggi
- Selalu mencuci tangan sebelum kontak dengan penderita
- Mengisolasi penderita risiko tinggi dengan kasus MDR
2. Intervensi dengan tujuan utama mencegah aspirasi
- Menghentikan penggunaan pipa nasogastrik atau pipa endotrakeal
segera mungkin
- Posisi penderita semirecumbent atau setengah duduk
- Menghindari distensi lambung berlebihan
- Intubasi oral atau non-nasal , pengaliran sirkuit ventilator
- Menghindari reintubasi dan pemindahan penderita jika tidak
diperlukan
- Ventilasi masker noninvasif untuk mencegah intubasi trakea
- Menghindari penggunaan sedasi jika tidak diperlukan
2.10 Indikator Penilaian VAP dengan Menggunakan CPIS
CPIS didefinisikan sebagai suatu alat dalam menegakkan diagnosis Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) pada penderita dengan ventilator mekanik. Nilai atau
skor mulai dari 0 sampai 6 berdasarkan nilai pengukuran suhu tubuh, leukosit, sekret
trakea, fraksi oksigenasi, foto torak dan pemeriksaan mikrobiologi. Bila dari hasil
pemeriksaan komponen tersebut didapatkan nilai 6, maka dapat dinyatakan sebagai
diagnosis VAP. Diagnosis VAP ini ditegakkan setelah menyingkirkan adanya
penumonia sebelumnya. Pugin dkk (1991), menyatakan bahwa CPIS merupakan
sistem multifaktor dalam menegakkan VAP. Metode ini berdasarkan klinis, radiologi
dan fisiologik.
Komponen CPIS
Terdapat dua model komponen CPIS yang digunakan untuk menilai VAP. Yang
pertama adalah CPIS klasik dengan disertai pemeriksaan kultur. Sedangkan modifikasi
tanpa disertai pemeriksaan kultur. Keuntungan dari CPIS klasik, dengan adanya
pemeriksaan kultur memberikan manfaat sehingga dapat dihindari pemberian
antibiotik yang tidak perlu. Untuk jenis modifikasi CPIS maka komponen yang
diperiksa adalah suhu tubuh, leukosit darah, sekret trakea, oksigenasi dan foto torak.
Tabel 1. Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS):
Indicator Value Score
36,5 - 38,4 0
Temperature (oC) 38,5 - 38,9 1
≥ 39,0 or ≤ 36,5 2
≥ 4000 dan 11000 0
< 4000 dan > 11000 1
White blood cell count
Either < 4 or > 11 plus band 2
forms ≥ 500
< 14+ 0
≥ 14+ 1
Tracheal secretions
≥ 14+ plus purulent 2
secretions
Oxyigenation PaO2/FiO2 > 240 or ARDS 0
mm Hg ≤ 240 or no ARDS 2
Pulmonary radiography No infiltrate 0
Diffuse or patchy infiltrate 1
Localize iinfiltrate 2
Pathogenic bacteria cultured 0
≤ 1 or no growth
Pathogenic bacteria cultured 1
Culture of tracheal aspirate
>1
specimen
Pathogenic bacteria cultured 2
> 1 plus same pathogenic
bacteria on gram satain > 1
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan materi mengenai pencegahan dan pengendalian VAP diharapkan
peserta memahami cara pencegahan dan pengendalian VAP di ruang ICU RS
Universitas Udayana.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan materi, diharapkan:
1. Adanya peningkatan nilai dari pre-test ke post-test.
2. Peserta dapat mempraktikkan cara pencegahan VAP salah satunya dengan
melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar baik dengan air dan sabun ataupun
hanrub.
B. PESERTA
Perawat di ruang ICU RS Universitas Udayana yang berjumlah 10 orang.
C. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian HAIs
2. Faktor Risiko HAIs
3. Pencegahan HAIs
4. Pengertian VAP
5. Etiologi VAP
6. Tanda dan Gejala VAP
7. Faktor Risiko VAP
8. Penatalaksanaan VAP
9. Pencegahan VAP
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pembukaan - Moderator mengucapkan - Sasaran mendengarkan
salam dan memperkenalkan dengan seksama.
diri dan penyaji kepada - Sasaran menjawab
sasaran. kuesioner
- Moderator memberikan pre- - Sasaran menyimak serta
test kepada sasaran bertanya apabila tujuan
menggunakan kuisioner dirasa kurang jelas.
- Moderator menyampaikan - Sasaran mendengarkan
tujuan pokok materi FGD. dengan seksama.
- Moderator menjelaskan - Sasaran mendengarkan
tujuan FGD. dengan seksama.
- Moderator menjelaskan
waktu pelaksanaan.
Pelaksanaan - Menyamakan persepsi antara - Sasaran menyimak dengan
penyaji dan peserta. seksama
- Memberikan apa yang sasaran - Sasaran menyampaikan apa
belum ketahui yang belum diketahuinya
- Penyaji menjelaskan materi - Sasaran memperhatikan
mengenai : penjelasan dan memahami
1. Pengertian HAIs materi yang disampaikan
2. Faktor Risiko HAIs penyaji.
3. Pencegahan HAIs - Sasaran mendengarkan
4. Pengertian VAP dengan seksama
5. Etiologi VAP - Sasaran mengajukan
6. Tanda dan Gejala VAP pertanyaan mengenai hal-hal
7. Faktor Risiko VAP yang belum dimengerti .
8. Penatalaksanaan VAP - Sasaran mendengarkan
9. Pencegahan VAP jawaban yang diberikan.
- Peserta dapat menganalisis
- Setelah pemberian materi,
kasus dan melakukan 6
kemudian dilanjutkan diskusi
langkah cuci tangan yang
kasus dan cara pencegahan
benar.
VAP dengan melakukan 6
langkah cuci tangan yang
benar.
Penutup - Moderator melakukan evaluasi - Sasaran menjawab
hasil penyuluhan pertanyaan evaluasi.
- Moderator membagikan - Sasaran menjawab
kuesioner post test kepada kuesioner yang diberikan
peserta - Sasaran menyimak
- Notulen menyampaikan kesimpulan yang
kesimpulan materi pada disampaikan oleh notulen
sasaran - Sasaran menjawab salam
- Moderator penyuluhan dengan moderator
salam
E. METODE
Metode yang digunakan dalam pemberian materi pencegahan VAP yaitu dengan metode
focus group discussion (FGD). Sebelum FGD dimulai diawali dengan pemberian pre-test
kepada peserta, kemudian penyaji memaparkan materi terkait dengan pencegahan VAP.
Setelah pemberian materi kemudian dilanjutkan dengan diskusi kasus dan cara pencegahan
VAP salah satunya dengan 6 langkah melakukan cuci tangan benar. Penyaji kemudian
memberikan post-test kepada peserta di akhir sesi diskusi.
F. SUSUNAN ACARA
NO WAKTU DURASI KETERANGAN
1 07.40 – 08.40 60’ Registrasi peserta
2 08.40 – 08.45 5’ Pembukaan
6 08.45 – 09.00 15’ Pre-test
8 09.00 – 09.30 30’ Materi
10 09.45 – 10.00 15’ Diskusi
13 10.15 – 10.30 15’ Post-test
14 10.30 – 10.35 5’ Pembacaan kesimpulan
15 10.35 – 10.45 10’ Penutup
G. SUSUNAN KEPANITIAAN
Ketua Panitia : I Gusti Ayu Dewi Astriani
Moderator : Ni Wayan Kuslinda Sari
Narasumber :
Fasilitator : Tjokorda Istri Agung Dwi Pradnyani
Ni Made Rai Sita Yanti
Sang Putu Angga Winata
I Nyoman Adi Arta
Ni Putu Ayu Padmanila Prasetya
Notulen : Ni Kadek Dwiyanti Anggreni
H. MEDIA/ ALAT/ SUMBER
1. Alat
a. 10 buah kursi
2. Media
b. LCD
c. Sound
d. Laptop
e. Microphone
I. SETTING TEMPAT
Penyaji berada di tengah-tengah dan berdiskusi dengan seluruh peserta
Keterangan gambar:
1. : Penyaji
2. : moderator
3. : notulen
4. : Peserta
J. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
a. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam FGD yaitu berupa LCD, Laptop, dan sound yang sudah
disiapkan sebelumnya.
b. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam FGD sudah disiapkan sebelumnya.
Evaluasi Proses
1. Peserta kooperatif dan aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
2. Di dalam proses pemberian materi adanya interaksi antara penyaji dan peserta.
Evaluasi hasil
1. Terjadi peningkatan dari nilai pre-test ke post-test
2. Peserta dapat mempraktikkan cara pencegahan VAP salah satunya dengan melakukan
6 langkah cuci tangan yang benar baik dengan air dan sabun ataupun hanrub.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HAIs adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami pasien selama dirawat di rumah
sakit. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah HAIs yang sering ditemukan,
dengan salah satu faktor risiko utama adalah pada penggunaan alat bantu napas berupa
ventilator mekanik, terutama pada pasien ICU. Tingginya angka infeksi nasokomial ini
tidak terlepas dari peranan tenaga kesehatan terutama tenaga keperawatan sebagai tenaga
mayoritas di rumah sakit. Perawat yang bekerja pada area critical care harus ditunjang
dengan kemampuan, perawat yang professional, berpengalaman, serta mampu
mengunakan peralatan modern ventilasi mekanik dan dapat meminimalkan angka kejadian
VAP khususnya pada pasien di Ruang ICU.
4.2 Saran
Diharapkan semua perawat memiliki sertifikat atau kualifikasi khusus di Ruang ICU agar
memiliki pengetahuan yang tinggi terkait dengan Ruang ICU dan dapat meminimalkan
angka kejadian VAP pada pasien yang di rawat di Ruang ICU.
DAFTAR PUSTAKA
American Thoracic Society Documents. (2005). Guidelines for the Management of Adults with
Hospital-acquired, Ventilator-associated, and Healthcareassociated Pneumonia, 171.
388–416.DOI: 10.1164/rccm.200405-644ST
Ismail, R & Zahran, E. (2015). The effect of nurses training on ventilator-associated pneumonia
(VAP) prevention bundle on VAP incidence rate at a critical care unit. Journal of
Nursing Education and Practice, 5 (12). Http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v5n12p42
Kalanuria, A. A., Zai, W., & Mirski, M. (2014). Ventilator-associated pneumonia in the ICU.
Critical care, 18(2), 208.
Morton, P. G., & K. Fontaine, D. (2013). Critical Care Nursing A Holistic Aapproach (10th
ed.). NY, NY: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
Osti, C., Wosti, D., Pandey, B., & Zhao, Q. (2017). Ventilator-Associated Pneumonia and Role
of Nurses in Its Prevention. Journal of Nepal Medical Association, 56(208), 461–468.
https://doi.org/10.31729/jnma.3270
Perrin, K. O., & MacLeod, C. E. (2018). Understanding the essentials of critical care nursing
(Third edition). NY, NY: Pearson.
Pieracci, F. M., Dore, J., & Barie, P. S. (2016). 25 Ventilator-associated pneumonia. Trauma,
Critical Care and Surgical Emergencies, 241.
Sumiarti, D., Harmayetty & Dewi, Y.S. (2015). Intervensi Vap Bundle Dalam Pencegahan
Ventilator Associated Pneumonia (Vap) Pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanis. Junal
Ners 10 (1). 138-146
Sundana, K. (2008). Ventilator: Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Kritis. Bandung; CICU
Susanti, E., Utomo, E & Dewi, Y. I. (2015). Identifikasi Faktor Resiko Kejadian Infeksi
Nosokomial Pneumonia Pada Pasien Yang Terpasang Ventilator Di Ruang Intensive
Care, JOM Vol 2 No 1, 590-599