OLEH
KELOMPOK 1
Hasil:
Google Schoolar: 4
Kata Kunci:
1. Perubahan posisi dan status
hemodinamik
2. Status hemodinamik pada pasien
dengan ventilator mekanik
3.2 Pembahasan
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf dan
perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma
atau komplikasi yang mengancam jiwa (Musliha, 2010). Pasien dengan fase kritis
dengan satu atau lebih gangguan fungsi sistem organ vital manusia yang dapat
mengancam kehidupan serta memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi, sehingga
membutuhkan suatu penanganan khusus dan pemantauan secara intensif
(Kemenkes RI, 2011). Pasien kritis memiliki kerentanan yang berbeda. Kerentanan
itu meliputi ketidakberdayaan, kelemahan dan ketergantungan terhadap alat
pembantu (Sunatrio, 2010).
Akibat menurunnya persepsi sensori (Batticaca, 2012). Pemantauan
hemodinamika perlu diperhatikan, pemantauan tersebut merupakan suatu teknik
pengkajian pada pasien kritis, mengetahui kondisi perkembangan pasien, serta
untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk (Burchell & Powers, 2011). Dasar
dari pemantauan hemodinamika adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan
nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis
dari gangguan hemodinamika berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak
ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel.
Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan dalam merawat pasien-pasien kritis
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memonitor keadaan hemodinamik.
Monitoring hemodinamik merupakan suatu pengkajian fisiologis yang penting
dalam perawatan pasienpasien kritis (Prayitno dkk, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuswari dkk (2020) bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari posisi tubuh lateral kiri dengan elefasi kepala 30 derajat
terhadap perubahan status hemodinamik pada pasien dengan terpasang ventilasi
mekanik di ruang intensive care unit. Sampel penelitian ini dilakukan di pada 15
pasien. Sebelum dilakukan intervensi, pasien dilakukan pengukuran status
hemodinamik pre-test dengan posisi semi fowler 30 derajat saja. Setelah itu, posisi
pasien diatur menjadi posisi lateral dengan menghadap kiri dan kepala diangkat
setinggi 30 derajat. Pemberian intervensi diberikan selama 2 jam. Setelah itu pasien
kemudian dialukan pengukuran kembali status hemodinamik. Setelah dilakukan
intervensi, didapatkan terjadi perubahan status pada pasien setelah dilakukan
intervensi perubahan posisi lateral kiri dengan posisi kepala diangkat 30 derajat,
seperti peningkatan rata-rata tekanan darah sistolik (127,60 menjadi 131,33)
diastolic (81,07 menjadi 86,53) MAP (94,87 menjadi 99,93), denyut nadi (85,73
menjadi 90,07) frekuensi epernafasan (16,13 mejadi 14,67).
Pada penelitian Wahyu Rima Agustin, dkk (2020) bertujuan untuk mengetahui
perubahan posisi terhadap status hemodinamik pada pasien dalam masa kritis di
ICU RSUD Karanganyar, penelitian dilakukan pada 19 sampel pasien dengan
kondisi kritis. Pengukuran status hemodinamik dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi. Mobilisasi progresif yang dilakukan pada pasien yaitu dilakukan dengan
mengubah posisi pasien dari berbaring menjadi setengah berbaring dengan posisi
kepala setinggi 30 derajat. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan rata-
rata status hemodinamika setelah dilakukan intervensi baik dari tekanan darah
sistolik (127 menjadi 128,7) tekanan darah diastolic (82,3 menjadi 83,2) hearth rate
(86,3 menjadi 87,8), respiratory rate (18,6 menjadi 19,9) saturasi oksigen (97,6
menjadi 98.5) dan MAP (98.5 menjadi 99,1).
Dalam 2 penelitian diatas, terjadinya perubahan status hemodinamik berupa
peningkatan tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan denyut nadi disebabkan
terjadinya peningkatan ventilasi. Hal ini dikarenakan anatomi jantung berada pada
posisi sebelah kiri berada di bagaian atas dan bagian bawah paru-paru sehingga
membuat tekanan paru-paru meningkat, dan tekanan apeks lebih rendah dripada
tekanan basal paru-paru. Aliran darah ke paru bawah menerima sekitar 60-70% dari
total darah ke paru-paru. Pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik, efek
grafitasi terhadap pembuluh darauh kapiler menyebabkan peningkatan pada
alveolar sehingga dapat meningkatkan ventilasi (Rhodes et al, 2013). Namun terjadi
perubahan yang tidak terlalu berbeda pada rata-rata kadar saturasi oksigen pasien
(98,73 menjadi 98,53).Hal ini sesuai dengan pendapat Stiller (2004) yang
menyebutkan bahwa dengan posisi tubuh bagian atas yang lebih tinggi akan tetap
membuat usaha untuk bernafas lebih stabil, sehingga saturasi oksigen akan tetap
terjaga.
Pada penelitian Van Gocze et al (2013) sebanyak 200 pasien yang berada di
ICU rumah sakit pendidikan London direkrut menjadi responden dengan ketentuan
status hemodinamik yang stabil, dapat dimobilisasi, dan sedang tidak dalam
gangguan. Urutan enam kemungkinan kombinasi dari tiga posisi (0 °, 30 °, dan 45
°) ditentukan: 0 °, 30 °, kemudian 45 °; 0 °, 45 °, lalu 30 °; 30 °, 0 °, lalu 45 °; 30 °,
45 °, lalu 0 °;45 °, 0 °, lalu 30 °; 45 °, 30 °, lalu 0 °Setiap kombinasi secara acak
menetapkan nomor dari 1 hingga 200. Sebuah lembaga independen membuat
urutan acak (daftar acak)dan pengacakan dibuat dalam blok, untuk menjamin
distribusi seragam urutan pemosisian. Pasientermasuk dalam penelitian menerima
nomor dalam urutan (dari1 hingga 200) yang menentukan urutan pemosisian dari
daftar. Masing-masing posisi pasien diterapkan selama 3 menit kemudian
diobservasi MAP dan SPO2nya kemudian dikembalikan ke posisi semula. Dari
hasil penelitian, didapatkan bahwa dengan posisi kepala lebih tinggi 20 sampai 30
derajat dapat meningkatkan status MAP dan SPO2 pada pasien. Namun setelah
posisi pasien dinaikkan menjadi 45 derajat, terjadi penurunan tekanan MAP dan
SPO2. Meskipun dalam penelitian tersebut, peneliti tidak menemukan alasan yang
kuat terkait hal tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Oktorina dan Nuraeni (2018)dilakukan pada 17
pasien di ruang ICU. Pasien kemudian diberikan intervensi berupa perubahan posisi
dari posisi supine ke posisi lateral kiri, dari posisi lateral kiri ke posisi lateral kanan,
serta dari posisi lateral kanan ke posisi supine kembai. pengukuran dilakukan
setelah 2 jam diberikan posisi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi
peningkatan rata-rata status hemodinamik ketika pasien diposisikan dari posisi
supine ke posisi lateral ( HR : 98,12 menjadi 99,21, MAP 76,71 menjadi 79,94,
SPO2 : 100 ), tidak ada perubahan yang bermakna dari status hemodinamik ketika
posisi lateral kiri ke lateral kanan ( HR : 97,65 menjadi 97,29, MAP : 72 menjadi
74, SPO2 : 100 ) dan terjadi penurunan rata-rata status hemodinamik dari posisi
lateral kanan ke posisi supine kembali ( HR : 96,53 menjadi 94,53, MAP : 72
menjadi 71, SPO2 : 100 ).
Selain posisi tubuh, hal-hal yang dapat mempengaruhi status hemodinamik
pasien kritis dengan yang terpasang ventilator mekanik yaitu adanya obat – obatan
pendukung yang diberikan pada pasien seperti norepinephrine dan dobutamine.
(Antonelli, et al, 2013). Rhodes et al (2015) menjelaskan bahwa obat vasoaktif
seperti norephrineprine akan meningkatkan MAP melalui efek fasokontraksi serta
sedikit perubahan bila dibandingkan dengan dopamine. Dobutamine merupakan
pilihan obat inotropic primer yang akan meningkatkan hemodinamik dan perfusi,
termasuk peningkatan klinis.
Secara keseluruhan, intervensi perubahan posisi dapat mempengaruhi status
hemodinamik. Peningkatan atau penurunan status hemodinamik ditentukan dari
bagaimana perawat memposisikan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Seperti
misalnya perubahan posisi tubuh dengan meninggikan kepala setinggi 300 derajat,
pada pasien denan ventilator mekanik dapat meningkatkan frekuensi pernafasan
sehingga berdampak negatife pada status respirasi, namun dapat berdampak baik
pada peningkatan status kardiovascular khususnya bisa diterapkan pada pasien yang
mengalami penurunan tekanan darah.
3.3. Implikasi keperawatan
Perawat merupakan salah satu bagian dari team ICU, yang mempunyai ruang
lingkup luas, karakteristik unik serta peran yang penting dalam pemberianasuhan
keperawatan kritis di ICU (Munawaroh dkk, 2012). Salah satu intervensi yang
diberikan berupa perubahan posisi pasien. Perubahan posisi merupakan salah satu
intervensi keperawatan dalam penatalaksanaan pasien yang terpasang ventilasi
mekanik, perubahan posisi yang dimaksud yaitu memposisikan pasien miring dan
reposisi pasien dngan rasionalisasi memiringkan membantu ventilasi kedua paru
dan mobilisasi secret. volume paru-paru dan pertukaran gas dapat dipengaruhi oleh
perubahan posisi begitu juga dengan denyut nadi(Batticaca, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Aries MJH, Aslan A, Jan Willem J Elting, Roy E Stewart, Jan G Zijlstra, Jacques De
Keyser and Patrick CAJ Vroomen, (2011). Intra-Arterial Blood Pressure
Reading In Intensive Care Unit Patients In The Lateral Position. Journal of
Clinical Nursing, 21, 1825– 1830.
Bein T, Metz C, Keyl C, Pfeifer M & Taeger K. (1996). Effects Of Extreme Lateral
Posture On Hemodynamics And Plasma Atrial Natriuretic Peptide Levels In
Critically Ill Patients. Intensive Care Medicine 22, 651–655.
Cicolini, G., Gagliardi, G., & Ballone, E. (2010). Effect of Fowler’s Body Position on
Blood Pressure Measurement. Journal of Clinical Nursing, Volume 19, Issue
23-24.
Dreyfuss, Didier, and Georges Saumon. 1998. “State of the Art Ventilator Induced
Lung Injury.
Ginghina, C., Beladan, C.C., Iancu, M., Calin, A., Popescu, B.A. (2009). Respiratory
Maneuvers In Echocardiography: a Review of Clinical Applications.
Cardiovascular Ultrasound, 7:42 doi:10.1186/1476-7120-7-42
Hidayat, Arif Imam, Iwan Purnawan, and Ridlwan Kamaluddin. 2020. “Jurnal of
Bionursing Gambaran Nyeri Pasien Yang Terpasang Ventilator Mekanik Di
Ruang Intensive Care Unit RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto” 2
(3): 167–70.
Kirchhoff KT, Rebenson-Piano M & Patel MK. (1984). Mean Arterial Pressure
Readings: Variations With Positions And Transducer Level. Nursing Research
33, 343–345.
Netea RT, Lenders JW, Smits P & Thien T. (2003). Influence Of Body And Arm
Position On Blood Pressure Readings: And Overview. Journal of Hypertension
21, 237–241.
Potter, Perry. (2013). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7.Vol. 3.Jakarta : EGC
Rustandi Budi, Sari Fatimah, Titin Mulyati. (2014). Pengaruh pemberian posisi terhadap
nilai tidal volume. Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 2 No.
Sydney South West Area Health Service. (2019). Royal Prince Alfred Hospital Patient
Observation (Vital Signs) Policy – Adult. Sydney
Thomas PJ, Paratz JD, Lipman J & Stanton WR. (2007). Lateral Positioning Of
Ventilated Intensive Care Patients: A Study Of Oxygenation, Respiratory
Mechanics, Hemodynamics, And Adverse Events. Heart and Lung 36, 277–286
Sunatrio. (2010). Penentuan mati pengakhiran resusitasi dan euthanasia pasif di ICU.
PKGDI.Available from:
http://www.freewebs.com/penentuanmati/daftarpustaka.htm Pinsky, MR.
(2019). Hemodynamic Monitoring. Spinger : Switzerland
Antonelli, M., Conti, G., Curtis, J. R., Maggiore, S. M., Mebazaa, A. and Wernerman, J.
(2013), Year in Review in Intensive Care Medicine 2012. II : Pneumonia and
Infection, Sepsis, Coagulation, Hemodynamics, Cardiovascular and
Microcirculation, Critical Care Organization, Imaging, Ethics and legal issues,
Intensive Care Medicine, 39, pp. 345–364.
Rhodes, A., Phillips, G., Beale, R., Cecconi, M., Chiche, J. D., Backer, D. et al. (2015),
The Surviving Sepsis Campaign bundles and outcome : results from the
International Multicentre Prevalence Study on Sepsis (the IMPreSS study),
Intensive Care Medicine, Springer Berlin Heidelberg, 41(9), pp. 1620–1628.
Yuswandi, Anwar Wadi Warongan, Fitria Rayasati. 2020. Status Hemodinamik Pasien
yang Terpasang Ventilasi Mekanik dengan Posisi Lateral Kiri Elevasi 30
Derajat. Journal of Islamic Nursing Volume 5(1)
Batticaca, FB. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medikaj