Anda di halaman 1dari 38

BAB I

DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Semua organisasi mempunyai budaya kerja masing-masing. Biasanya
budaya kerja dalam organisasi ini bisa langsung dirasakan setelah masuk kedalamnya.
Misalnya ketika masuk ke salah satu unit di rumah sakit, maka akan bisa segera
menilai apakah petugasnya ramah, siap membantu, pelayanannya cepat, dll. Ini adalah
contoh dari dimensi budaya patient safety yang bisa dirasakan. Seperti model gunung
es, dimensi budaya patient safety yang bisa langsung dirasakan hanyalah sebagian kecil
dari budaya patient safety. Dimensi lainnya yang sulit untuk langsung diidentifikasi
antara lain nilai (values) dan asumsi-asumsi (assumptions).
Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah bagaimana
mengubah budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah penting pertama
adalah dengan menempatkan patient safety sebagai salah satu prioritas utama dalam
organisasi pelayanan kesehatan, yang didukung oleh eksekutif, tim klinik, dan staf di
semua level organisasi dengan pertanggungjawaban yang jelas.
Perubahan budaya sangat terkait dengan pendapat dan perasaan individu-
individu dalam organisasi. Kesempatan untuk mengutarakan opini secara terbuka, dan
keterbukaan ini harus diakomodasi oleh sistem sehingga memungkinkan semua
individu untuk melaporkan dan mendiskusikan terjadinya adverse events. Budaya tidak
saling menyalahkan memungkin individu untuk melaporkan dan mendiskusikan
adverse events tanpa khawatir akan dihukum. Aspek lain yang penting adalah
memastikan bahwa masing-masing individu bertanggung jawab secara personal dan
kolektif terhadap patient safety dan bahwa keselamatan adalah kepentingan semua
pihak.

B. DEFINISI
Secara umum budaya patient safety dapat didefinisikan sebagai pola
terpadu perilaku individu dan organisasi yang berorientasi pada nilai-nilai dan asumsi
dasar yang terus menerus berupaya meminimalkan kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan karena dapat membahayakan pasien. Patient-safety culture adalah budaya
rumah sakit yang berorientasi pada keselamatan pasien; dengan kata Iain bahwa
layanan medis dijalankan secara professional dan sangat careful agar Adverse Events
(AEs) tidak terjadi. Budaya patient-safety akan menurunkan AES secara signifikan
sehingga akuntabilitas di RS di mata pasien dan masyarakat akan meningkat sehingga
pada akhirnya kinerja RS pun akan meningkat.
Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, kompetensi dan
pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen, style dan
kemampuan suatu organisasi pelayanan kesehatan terhadap program keselamatan
pasien. Jika suatu organisasi pelayanan kesehatan tidak mempunyai budaya
keselamatan pasien maka kecelakaan bisa terjadi akibat dari kesalahan laten,
gangguan psikologis dan fisiologis pada staf, penurunan produkvititas, berkurangnya
kepuasaan pasien dan menimbulkan konflik internal (Kemenkes, 2017).
Budaya keselamatan pasien merupakan suatu kondisi di mana budaya
organisasi mendukung dan mempromosikan keselamatan pasien. Budaya keselamatan
pasien merujuk pada keyakinan, nilai dan norma-norma yang ditunjukkan oleh
praktisi pelayanan kesehatan dan staf Iain dalam suatu organisasi yang mempengaruhi
tindakan dan sikapnya. Budaya keselamatan pasien merupakan sesuatu yang bisa
diukur dengan cara menghargai apa yang dilakukan oleh pegawai, dukungan yang
diberikan dan penerimaan dari organisasi terhadap sesuatu yang terkait dengan
keselamatan pasien (Sorra et al., 2016).

BAB Il
RI-JANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup Penerapan Budaya Keselamatan Pasien meliputi
1 . IRJA
2. IRNA WIJAYA KUSUMA
a. Ruang wijaya kusuma A

b. Ruang Wijaya Kusuma B

c. Ruang Wijaya Kusuma C

d. Ruang Wijaya Kusuma D

e. Ruang Wijaya Kusuma E

f. High care unit Wijaya Kusuma

g. Unit stroke

3. IINSTALASI MERPATI
a. Ruang Merpati A
b. Ruang Merpati B

c. Ruang Merpati C

d. Ruang Merpati D

e. Ruang Merpati E

f. Ruang Merpati F

g. Ruang Endoskopi

h. High Care Unit Merpati

i. Poli Spesialis

j. Kamar operasi Merpati

4. IRD (ISNTALASI RAWAT DARURAT)


a. UGD (Unit Gawat Darurat)

b. ROD (ruang Observasi Darurat)

c. Kamar Bersalin

d. NICU (Neonatus Intensif Care Unit)

5. IRNA MAWAR
6. IRNA MEL-ATI
7. IBS (INSTALASI BEDAH SENTRAL)
a. Kamar operasi Emergncy

b. Kamar operasi elektif

8. INSTALASI HEMODIALISA
9. INSTALASI ANANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
a. ICU (Intensif Care Unit)

b. ICCU (Intensif Cardio care Unit)

c. RR(recovery Room /PACU

d. Anastesi

10. INSTALASI GIZI


11. INSTALASI FARMASI
12. INSTALASI LABORATORIUM
a. Laboratorium Klinik

b. Laboratorium Patologi Anatomi

13. INSTALASI RADIOLOGI


14. IPDE (INSTALASI PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK)
15. IPL (INSTALASI PENYEHATAN LINGKUNGAN
16. IPAM-E (INSTALASI PEMELIAHARAAN ALAT MEDIS DAN
ELEKTRONIKA)
17. IKF (INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK)
18. IPMS (INSTALASI PEDULI MASYARAKAT DAN SECURITY)
19. ISS (INSTALASI STERILISASI SENTRAL)
20. BAGIAN KEI-JANGAN
21. BAGIAN TATA USAHA
22. BAGIAN PPE (PERENCANAAN ,PROGRAM DAN EVALUASI)
23. BIDANG PEI-AYANAN MEDIS
24. BIDANG KEPERAWATAN
25. BIDANG PENUNJANG MEDIS
26. BIDANG PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
B. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
Dimensi dalam budaya keselamatan pasien yaitu (Sorra et al., 2016) .
1 . Keterbukaan komunikasi
Staf merasa bebas untuk berbicara jika melihat sesuatu yang negatif yang
berpengaruh terhadap pasien dan staf merasa bebas untuk bertanya lebih dalam
dengan menggunakan otoritas yang mereka miliki.
2. Feedback dan komunikasi tentang kesalahan yang terjadi
Staf diinformasikan mengenai kesalahan yang terjadi, diberikan feedback
mengenai perubahan yang akan diimplementasikan, dan mendiskusikan cara untuk
mencegah kesalahan.
3. Frekuensi pelaporan kejadian
Kesalahan yang dilaporkan yaitu dalam bentuk
a. Kesalahan yang diketahui dan diperbaiki karena menyangkut pasien.

b. Kesalahan yang tidak berpotensi membahayakan pasien.


c. Kesalahan yang dapat membahayakan pasien.

4. Handoff dan transisi


Pertukaran informasi mengenai perawatan pasien disebarkan antar unit dalam
rumah sakit dan disebarkan ketika pergantian shift jaga.
5. Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien
Manajemen rumah sakit menyediakan lingkungan kerja yang mempromosikan
keselamatan pasien dan menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan
prioritas dalam manajemen rumah sakit.
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan yang
dilakukan
Staf merasa bahwa kesalahan dan kejadian yang dilaporkan tidak ditujukan untuk
menyalahkan dirinya, dan kesalahan tersebut tidak hanya menjadi masalah
pribadinya saja.
7. Organizational learning — pembelajaran berkelanjutan
Kesalahan akan mendorong perubahan positif dan perubahan tersebut akan
dievaluasi untuk menilai keefektifannya.
8. Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien
Sistem dan prosedur yang ada sudah bagus untuk pencegahan kesalahan dan
hanya terdapat sedikit masalah mengenai keselamatan pasien.
9. Stafing
Staf yang ada di rumah sakit sudah cukup untuk mengatasi beban kerja yang
tinggi dan jam kerja sudah sesuai untuk melakukan perawatan dan pelayanan
terbaik untuk pasien.
10. Supervisor / harapan manajer dan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pasien
Supervisor/manajer mempertimbangkan saran dari staf untuk meningkatkan
keamanan pasien, memberikan respon positif terhadap staf yang mengikuti
prosedur keselamatan pasien dengan benar dan tidak berlebihan dalam melakukan
pembahasan mengenai masalah keselamatan pasien.
11. Kerjasama lintas unit
Unit-unit dalam rumah sakit bekerja sama dan berkoordinasi satu sama lain untuk
menyediakan pelayanan terbaik untuk pasien.
12. Kerjasama antar unit / dalam unit
Staf dalam unit saling mendukung satu sama lain, saling menghargai satu sama
lain dan bekerja sama sebagai satu tim.

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN NASIONAL


Di Indonesia secara nasional untuk seluruh Fasilitas pelayanan Kesehatan,
diberlakukan Sasaran Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari •
SKP.I Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
SKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar,
SKP.5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh

SASARAN 1: MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR


Fasilitas pelayanan Kesehatan menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan
identifikasi pasien
MAKSUD DAN TUJUAN
Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur,
kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin mengalami disabilitas
sensori; atau akibat situasi Iain.
Tujuan ganda dari sasaran ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang dapat
dipercaya/reliab/e mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara
kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses
yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau
produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor rekam medis,
tanggal lahir, gelang (-identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain. Nomor kamar
atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau
prosedur juga menjelaskan penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda
pada lokasi yang berbeda di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di pelayanan
ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar
operasi. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk
diidentifikasi.

SASARAN 2: MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi diantara para
petugas pemberi perawatan semakin efektif.
MAKSUD DAN TUJUAN
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan
secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan
perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan
pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito. Fasilitas pelayanan
kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke
komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi;
penerima membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan
akurat.untuk obat-obat yang termasuk Obat NORUM/LASA dilakukan eja ulang.
Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila
proses pembacaan kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi
dan dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD atau ICU.

SASARAN 3: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBATAN YANG HARUS


DIWASPADAI
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.
MAKSUD DAN TUJUAN
Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah Obat yang
persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian
sentinel (sentinel event), Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan
mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/
LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang
sering disebutsebut dalam isu keamanan Obat adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja (misalnya, kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau
yang lebih pekat)], kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3
mmol/ml)], natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat
[sama dengan 50% atau lebih pekat]. Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat kontrak tidak
diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan
gawat darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan
obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi. Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga
mengidentifikasi area mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis
sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau
kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses untuk
mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.

SASARAN 4: MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,


PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.
MAKSUD DAN TUJUAN
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini
adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim
bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan
tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen
pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya
yang tjdak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan
yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegib/e handwriting) dan
pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini. Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang memasukkan
sekurang-kurangnya prosedur yang menginvestigasi dan/atau mengobati penyakit dan
kelainan/disorder pada tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah,
atau menyisipkan kesempatan diagnostik/terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap
lokasi di fasilitas pelayanan kesehatan dimana prosedur ini dijalankan. Praktek
berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgica/ Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The
Joint Commissjon's Universa/ Protocol for Preventjng Wrong Site, Wrong Procedure,
Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan
dengan tanda yang segera dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten
di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan; dan harus dibuat oleh orang yang akan
melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan,
dan harus terlihat sampai pasien disiapkan dan djselimuti. Lokasi operasi ditandai
pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multipel (jari tangan, jari kaki,
lesi), atau multiple level (tulang belakang).
Maksud dari proses verifikasi praoperatif adalah untuk memverifikasi lokasi,
prosedur, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto
(images), dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;
Memverifikasi keberadaan peralatan khusus dan/atau implantimplant yang
dibutuhkan.
Tahap "Sebelum insisi"/Time out memungkinkan setiap pertanyaan yang belum
terjawab atau kesimpang-siuran dibereskan. Time out dilakukan di tempat tindakan
akan dilakukan, tepat sebelum dilakukan tindakan.

SASARAN 5: MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN


KESEHATAN
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
MAKSUD DAN TUJUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar
bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemihterkait
kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun
infeksi Iain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene
yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO, fasilitas pelayanan
kesehatan mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima
secara umum untuk implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan Kesehatan.

SASARAN 6 MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien dari cedera karena jatuh.
MAKSUD DAN TUJUAN.
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan,
dan fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi
bisa meliputi riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol,
penelitian terhadap gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien. Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan
atau yang tidak sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi
jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang atau pembatasan
asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit
yang menurun.
Program tersebut harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.
D. TIJJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat menilai kemajuan
yang telah dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh langkah
menuju keselamatan pasien Fasilitas pelayanan Kesehatan dapat memperbaiki
keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya.
Melaksanakan tujuh langkah ini akan membantu memastikan bahwa asuhan yang
diberikan seaman mungkin, dan jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera
diambil tindakan yang tepat. Tujuh langkah ini juga bisa membantu Fasilitas
pelayanan Kesehatan mencapai sasaran-sasarannya untuk Tata Kelola Klinik,
Manajemen
Risiko, dan Pengendalian Mutu.
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien terdiri dari
1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien.
Ciptakan budaya adil dan terbuka
2. Memimpin dan mendukung staf.
Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di seluruh
Fasilitas pelayanan Kesehatan anda.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Bangun system dan proses untuk mengelola risiko dan mengindentifikasi
kemungkinan terjadinya kesalahan
4. Mengembangkan sistem pelaporan.
Pastikan staf anda mudah untuk melaporkan insiden secara internal (lokal)
maupun eksternal (nasional).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Kembangkan cara-cara berkomunikasi cara terbuka dan mendengarkan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang
bagaimana dan mengapa terjadi insiden.
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan
Pasien.
Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses atau sistem.
Untuk sistem yang sangat komplek seperti Fasilitas pelayanan Kesehatan untuk
mencapai hat-hal di atas dibutuhkan perubahan budaya dan komitmen yang tinggi
bagi seluruh staf dalam waktu yang cukup lama.
E. Kerangka Budaya Keselamatan Pasien

Gambar Kerangka Budaya Keselamatan Pasien


BAB III
TATA LAKSANA
Mengacu kepada Standar Keselamatan Pasien, maka RSUD dr. Soedono mendesign
(merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden
keselamatan pasien dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja.
Proses perancangan tersebut mengacu pada Visi, Misi dan Tujuan RSUD dr. Soedono,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien tersebut.
A. TIJJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:
Tabel. 1. Langkah Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien di
RSUD dr. Soedono ( Ciptakan budaya yang terbuka dan adil )

No Satuan Kerja Langkah Penerapan

1. RSUD dr. Memastikan memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
Soedono dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkahlangkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
• Memastikan RSUD dr. Soedono memiliki Kebijakan yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada
insiden.

• Menumbuhkan Budaya Pelaporan dan belajar dari insiden yang


terjadi di RSUD dr. Soedono
• Melakukan Assesmen dengan menggunakan survey penilaian
keselamatan pasien
2. • Memastikan seluruh karyawan mampu berbicara mengenai
Komite
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden
Mutu dan Mendemonstrasikan kepada seluruh satuan kerja tentang ukuran-
Keselamatan ukuran yang dipakai di RSUD dr. Soedono untuk memastikan
Pasien serta semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses
Satuan Kerja pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/ solusi yang tepat.
Terkait
Tabel.2. Langkah Pimpin dan Dukung Staf anda RSUD dr. Soedono.
( Membangun komitmen tentang Keselamatan Pasien )
No Satuan Kerja Langkah Penerapan

1. RSUD dr. Memastikan ada Pimpinan yang bertanggung jawab atas


Soedono keselamatan Pasien
Mengidentifikasi di tiap satuan kerja orang-orang yang diandalkan
menjadi "Penggerak" dalam Gerakan Keselamatan Pasien
Memprioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen RSUD dr. Soedono
Memasukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan
staf RSUD dr. Soedono dan memastikan pelatihan tersebut diikuti
dan diukur efektifitasnya.
2. Komite Menominasikan "Champions" di masing-masing Satuan Kerja
Mutu dan untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien di Satuan Kerja
Keselamatan masing-masing.
Pasien serta Menjelaskan kepada seluruh anggota Komite Mutu dan
Satuan Kerja Keselamatan Pasien serta "Penggerak" tentang relevansi dan
Terkait pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan
Gerakan Keselamatan Pasien
Menumbuhkan sikap kesatria dan menghargai pelaporan insiden
Tabel.3. Langkah Integrasikan Aktifitas Pengelolaan Risiko
( Mengembangkan Sistem dan Proses Pengelolaan Risiko )
No Satuan Kerja Langkah Penerapan

1. RSUD dr. Menelaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen
Soedono risiko klinis dan non klinis serta memastikan hal tersebut mencakup
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf.
Mengembangkan indikator- indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan yang dapat dimonitor oleh Direksi/ Pimpinan RSUD dr.
Soedono.Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan assesmen risiko untuk
dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
2. Komite • Membentuk forum-forum dalam RSUD dr. Soedono untuk
Mutu dan • mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan
Keselamatan umpan balik kepada manajemen
Pasien serta Memastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam
Satuan Kerja proses assesmen risiko RSUD dr. Soedono.
Terkait Melakukan proses assesmen risiko secara teratur untuk
menentukan aksetabilitas setiap risiko dan mengambil
langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut.
Memastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai
masukan proses assesmen dan pencatatan risiko RSUD dr.
Soedono.
Tabel. 4. Langkah Kembangkan Sistem Pelaporan
( Staf di RSUD dr. Soedono melaporkan kejadian/ insiden )

No Langkah Penerapan
Satuan Kerja

1. RSUD dr. • Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke


Soedono dalam maupun ke luar yang harus dilaporkan ke KKPRS-PERSI

2. Komite Memberikan semangat kepada seluruh staf dan rekan kerja untuk
Mutu dan secara aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden
Keselamatan yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung
Pasien serta bahan pelajaran yang penting.
Satuan Kerja
Terkait
Tabel.5. Langkah Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
( Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien)
No Satuan Kerja Langkah Penerapan

RSUD dr. • Memastikan RSUD dr. Soedono memiliki kebijakan yang secara
Soedono jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama proses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
Memastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang
benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
• Memberikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat
kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
Komite Memastikan anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien serta
Mutu dan ”Championš' menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
Keselamata dan keluarganya bila terjadi insiden.
n Pasien Memprioritaskan pemberiitahuan kepada pasien dan keluarga
serta bilamana terjadi insiden dan segera memberikan kepada mereka
Satuan informasi yang jelas dan benar secara tepat.
Kerja • Memastikan, segera setelah kejadian, KMKP dan ”Penggerak”
Terkait • menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.

Tabel.6. Langkah Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien


( Staf RSUD dr. Soedono melakukan analisis akar masalah )
No Satuan Kerja Langkah Penerapan

1. RSUD dr. Memastikan staf dan satuan kerja terkait telah terlatih untuk
Soedono melakukan kajian insiden secara tepat yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
Mengembangkan Kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisa Akar Masalah (Root Cause Analysis/
• RCA) yang mencakup insiden yang terjadi.

2. Komite Mutu • Mendiskusikan bersama Komite Mutu dan Keselamatan Pasien


dan • serta Satuan Kerja terkait tentang pengalaman dari hasil analisis
Keselamatan insiden.
Pasien serta Mengidentifikasi satuan kerja lain yang mungkin terkena dampak
Satuan Kerja di masa depan dan membagi pengalaman tersebut secara lebih luas
Terkait
Tabel.7. Langkah Cegah Cedera melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
( Menggunakan informasi yang ada tentang proses pelayanan untuk melakukan
perubahan/ redisign )
No Satuan Kerja Langkah Penerapan

1. RSUD dr. Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
Soedono sistem pelaporan, assesmen risiko, kajian insiden dan audit serta
analisis untuk menentukan solusi setempat.
Solusi tersebut mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/ atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrument yang menjamin keselamatan pasien.
Melakukan assesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
Mensosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh (KKP-RS) PERSI
Memberi umpan balik kepada Staf tentang setiap tindakan yang
diambil atas insiden yang dilaporkan.
Minimum satu kali pertahun melakukan Failure Modes and Effect
Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
2. Komite Mutu Melibatkan anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien serta
dan "Champions" dalam mengemban gkan berbagai cara untuk membuat
Keselamatan asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
Pasien serta Menelaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat KMKP dan
Satuan Kerja memastikan pelaksanaannya.
Terkait Memastikan KMKP dan Para Penggerak menerima umpan balik atas
setiap tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

B. PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASEN


Penerapan Sasaran keselamatan pasien meliputi
1 . Mengidentifikasi Pasien Denga
Benar Meningkatkan
Komunikasi YangEfektif
2. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
3. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang
Benar, Pembedahan Pada PasienYang Benar
4. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan
Kesehatan
5. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat
Terjatuh
c. PENERAPAN 12 DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASEN
Dimensi dalam budaya keselamatan pasien yaitu (Sorra et al., 2016) •
1. Keterbukaan komunikasi
2. Feedback dan komunikasi tentang kesalahan yang terjadi
3. Frekuensi pelaporan kejadian.
4. Handoff dan transisi
5. Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien.
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan yang
dilakukan
7. Organizational learning — pembelajaran berkelanjutan.
8. Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien
9. Staf yang cukup.
10. Supervisor / harapan manajer dan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pasien
11. Kerjasama lintas unit
12. Kerjasama antar unit / dalam unit
D. MELAKUKAN MONITORING DAN EVALUASI BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN
1. MONITORING DAN EVALUASI DILAKUKAN OLEH KOMITE MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
a. Monitoring 6 sasaran keselamatan pasien menggunakan indikator mutu yang
mana pengambilan data dilakukan oleh petugas pengambil data mutu unit,
yang kemudian dimasukkan dalam
SISMADAK
b. Monitoring tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan 12 dimensi
keselamatan pasien dengan menggunakan survey pada seluruh ruang lingkup
penerapan budaya keselamatan pasien
c. Petugas penyiapan kebutuhan survey adalah komite Mutu dan keselamatan
pasien
d. Petugas monitoring /survey adalah penanggung jawab pengambil data di setiap
unit
e. Petugas analisa data adalah komite mutu dan keselamatan pasien
f. Petugas pembuat laporan pelaksanaan kegiatan komite mutu dan keselamatan
pasien
g. Survey Budaya keselamatan pasien menggunakan Kuesioner dari HSOPC
(Hospital Survey on Patient Safety Culture) yang dikembangkan oleh AHRQ
(Agency for Healthcare Research and Quality) 2016.dan disesuaikan dengan
kondisi rumah Sakit umum dr
Soedono madiun
2. WAKTU PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan monitoring 6 sasaran keselamatan pasien dilakukan setiap hari
(data dimasukkan ke sismadak)dan data direkap setiap bulan
b. Pelaksanaan monitoring 7 langkah dan 12 dimensi budaya keselamatan pasien
menggunakan survey dilakukan 1 tahun sekali,
c. Sebelum dilakukan survey dilakukan Sosialisasi pelaksanaan survey d
d. Waktu Pelaksanaan survey dilakukan dalam waktu 2 minggu
e. Tabulasi dan analisa hasil survey dilakukan dalam waktu 2 minggu
f. Pembuatan laporan pelaksanan survey dalam waktu 1 minggu

D. MELAKUKAN ANALISA

1 . Analisa 6 sasaran keselamatan pasien dilakukan setiap 3 bulan


2 Analisa 12 dimensi budaya keselamatan pasien,dilakukan setiap dimensi budaya
Keselamatan pasien
3 Analisa dibuat menggunakan grafik
4 Analisa mencakup analisa pencapaian dan permasalahan
5 Hasil pengumpulan data dan analisa dilaporkan pada pimpinan/direktur rumah sakit
E. MELAKUKAN TINDAK LANJUT PERBAIKAN
Data yang telah dianalisa , apabila sudah baik dipertahankan atau ditingkatkan namun
apabila masih kurang dilakukan upaya perbaikan
BAB IV
DOKUMENTASI
A. PENCATATAN
1 . Kegiatan Survey budaya keselamatan pasien
Kegiatan survey budaya keselamatan pasien menggunakan kuisioner 12 dimensi
budaya keselamatan, yang mana form untuk kuisioner terdapat dalam lampiran
2 Pencatatan capaian indikator sasaran keselamatan pasien
Formulir Pengumpulan data indikator keselamatan pasien terdapat dalam lampiran
dan data dimasukkan dalam sismadak
3 Pencatatan laporan insiden keselamatan pasien
Pencatatan laporan insiden keselamatan pasien menggunakan formulir yang
terdapat dalam panduan pelaporan insiden keselamatan pasien
B. PELAPORAN
1 . Pelaporan kegiatan survey budaya keselamatan pasien dilaporkan pada direktur
RSUD dr soedono Madiun untuk di tindak lanjuti
2. Pelaporan digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana budaya keselamatan pasien
diterapkan di Rumah Sakit Umum dr Soedono
Madiun

ONOMADIUN

DIREKTUR RSU
dr. BANGUN T P RWAKAS .OG K . M.Kes
pem na Utama Muda
NIP. 196 1021 198511 1 001
LAMPIRAN I
Kuesioner Budaya keselamatan Pasien
Kuesioner ini meminta pendapat anda mengenai isu keselamatan pasien (patient
safety),kejadian tidak diinginkan (KTD), pelaporan kejadian di RSUD dr. Soedono
Madiun dan akan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk menyelesaikan
kuesioner ini.
A. Latar Belakang Responden
Isilah informasi dibawah ini. Untuk membantu menganalisis hasil kuesioner ini.
Beri tanda centang (Nl) pada salah satujawaban anda
1 Berapa lama anda telah berkerja di RS ini?

< 1 tahun 11 — 15 tahun


16 20 tahun 1- 5 tahun
> 21 tahun 6 — 10 tahun
2 Berapa lama anda telah
berkerja di bagian anda?
11 — 15 tahun < I tahun
16 — 20 tahun 1- 5 tahun
6 — 10 tahun

> 21 tahun
3 Biasanya, berapajam anda berkerja setiap minggunya di RS ini? (jam/minggu)
60 - 79 jam < 20 jam/minggu
80 — 99 jam > 100 20-39 jam jam
4 Apa 40-59 jam posisi anda di RS ?
a. dokter spesialis
b. dokter umum
c. perawat
d. bidan
e. terapis
f.ahligizi
g.Laborat
h.farmas
i.lainnya sebutkan
5 Apakah pekerjaan anda sekarang secara langsung
berhubungan dengan pasien ?
YA, pekerjaan saya langsung
berhubungan dengan pasien
TIDAK, perkerjaan saya tidak secara langsung berhubungan
denganpasien
6 Berapa lama anda telah berkerja sebagai profesi anda saat ini ?
I I — 15 tahun I
16 — 20 tahun tahun l-
5 tahun
6 — 10
tahun

21 tahun
B. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien
Dimensi dalam budaya keselamatan pasien yaitu (Sorra et al., 2016)

I. Keterbukaan komunikasi

7 Staf tidak takut melaporkan saat ia


mendapat perilaku yang
mengganggu (disruptive) seperti
mengintimidasi/komentar
sembrono di depan pasien/
dimarahi stafklinis Iain di depan
pasien/ kemarahan dengan
membuang rekam medis atau alat
kesehatan
8. Staftidak takut melaporkan
apabila ia mendapatkan
pelecehan (harrasment) terkait
dengan ras,agama,suku atau
gender

2. Umpan Balik dan komunikasi tentang kesalahan yang terjadi

3. Frekuensi pelaporan kejadian


Di bagian anda bekerja ketika terjadi suatu kesalahan, seberapa seringkah kasus
itudilaporkan.
Pernyataan Tidak Jarang Kadang Hampir Selalu
Pernah Selalu

I Ketika kesalahan terjadi,


tetapi telah diketahui dan
telah diperbaiki sebelum
sampai pada pasien
(Kejadian nyaris cidera),
seberapa seringkah hal
tersebut dilaporkan?

2 Ketika kesalahan terjadi,


tetapi tidak berpotensi
membahayakan pasien
(kejadian tidak cidera),
seberapa seringkah
dilaporkan?
3 Ketika kesalahan terjadi yang
membahayakan pasien.
Seberapa seringkah hal
tersebut dilaporkan?

4. Ketika terjadi kondisi potensi


cidera, Seberapa seringkah
hal tersebut dilaporkan?

4. Operan dan transisi

5. Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien


Pernyataan Tidak Netral Setuju
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan yang
dilakukan
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju

1. egulasi serta lingkungan kerja


endorong staf tidak takut
endapatkan hukuman bila membuat
aporan tentang kejadian tidak
iharapkan dan kejadian nyaris idera
taf merasa kesalahan yang ada lalu
diselesaikan secara bersama
Ketika ada pelaporan kasus, yang
menjadi fokus adalah individu
petugas bukan pada masalahnya

7. Organizational learning — pembelajaran berkelanjutan

8. Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien


Pernyataan TidakNetral Setuju setuju
Setuju
setuju
rosedur dan sistem di bagian ini
pat mencegah terjadinya kesal
Tolong berikan penilaian anda secara keseluruhan mengenai keselamatan pasien di
bagiananda bekerja. Silang salah satu jawaban anda.

C E.
Buruk
Sempurn Dapat
a Baik diterima Sedang

Keterangan
Sempurna Ada program keselamatan pasien di rumah sakit dan unit anda
ada pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah sakit, ada
analisa dan tindak lan•ut dari la oran
Baik Ada program keselamatan pasien di rumah sakit dan unit anda,
ada pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah sakit yang
terkoodinir dengan baik
Dapat diterima Ada program keselamatan pasien di rumah sakit dan unit anda
ada pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah sakit
tetapi belum terkoodinir den an baik
Buruk Ada program keselamatan pasien di rumah sakit dan unit anda
namun tidak ada pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah
sakit
Sangat buruk Tidak ada rogramdan ela oran insiden keselamatan asien
9. Stafing

5. Staf rumah sakit mengetahui


bahwa kegiatan operasional rumah
sakit berisiko tinggi dan bertekad
untuk melaksanakan tugas dengan
konsisten serta aman
10. Supervisor / harapan manajer dan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pasien
Berikan pendapat anda setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan mengenai
supervisor/ kepala bagian anda.
11. Kerjasama lintas unit

12. Kerjasama dalam unit


TERIMAKASIH TELAH MELAKUKAN PENGISIAN KUISIONER INI

LAMPIRAN I l
SKOR KUISIONER DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
1. Keterbukaan komunikasi
Sebera a serin ah kasus te adi di ba ian tem at anda beke •a ?
8. Staf tidak takut melaporkan 1 2 3 4 5
apabila ia mendapatkan
pelecehan (harrasment) terkait
dengan ras,agama,suku atau
gender
9. Staf tidak takut melaporkan 1 2 3 4 5
apabila ia mendapatkan
pelecehan seksual
2. Umpan Balik dan komunikasi tentang kesalahan yang terjadi

3. Frekuensi pelaporan kejadian


Di bagian anda bekerja ketika terjadi suatu kesalahan, seberapa seringkah kasus
itudilaporkan.
Pernyataan Tidak Jaran Kadang Hampir Selalu
Pernah g Selalu

I Ketika kesalahan terjadi,


tetapi telah diketahui dan
telah diperbaiki sebelum
sampai pada pasien 1 2 3 4 5
(Kejadian nyaris cidera),
seberapa seringkah hal
tersebut dilaporkan?

2 Ketika kesalahan terjadi,


tetapi tidak berpotensi
membahayakan pasien
1 2 3 4 5
(kejadian tidak cidera),
seberapa seringkah
dilaporkan?
3 Ketika kesalahan terjadi yang
membahayakan pasien.
1 2 3 4 5
Seberapa seringkah hal
tersebut dilaporkan?
4. Operan dan transisi
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju
I Informasi penting mengenai
pasien sering hilang ketika 5 4 3 2 1
pergantian shift(aplusan) terjadi

2 Pertukaran shift adalah masalah


5 4 3 2 1
bagi pasien di RS ini
3 Biasanya masalah akan muncul
ketika terjadi pemindahan pasien
dari satu bagian ke bagian lain
5.

Dukungan organisasi untuk keselamatan pasien


Pernyataan Tidak Netral Setuju setuju
Setuju
setuju
6. Nonpunitive respon to error / respon tidak menghakimi pada kesalahan yang dilakukan
7. Organizational learning — pembelajaran berkelanjutan

8. Persepsi keseluruhan mengenai keselamatan pasien


Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju
Tolong berikan penilaian anda secara keseluruhan mengenai keselamatan pasien di
bagiananda bekerja. Silang salah satujawaban anda.

Sempurn Baik Buruk Sangat


a skor 5 skor 4 skor 2 Buruk
skor I
9. Stafing
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju

4 Terkadang kami menggunakan staf


pegawai tambahan/ sementara demi 5 4 3 2 1
keselamatan pasien
5 Staf rumah sakit mengetahui
bahwa kegiatan operasional rumah
sakit berisiko tinggi dan bertekad 1 2 3 4 5
untuk melaksanakan tugas dengan
konsisten serta aman
10. Supervisor / harapan manajer dan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan pasien
Berikan pendapat anda setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan mengenai
supervisor/ kepala bagian anda.
Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju
1 Supervisor/ kepala saya senang
ketika dia melihat pekerjaan yang
1 2 3 4 5
dilakukan sesuai prosedur
keselamatan pasien

3 Ketika tercipta suatu tekanan


kerja,supervisor/ kepala saya
menginginkan semua dilakukan 5 4 3 2 1
dengan cepat walaupun itu berarti
Harus mengambil jalan pintas
4 Supervisor/ kepala saya selalu
membahas masalah keselamatan
5 4 3 2 1
pasien terus menerus

I l. Kerjasama lintas unit


Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju
I Antar bagian di RS tidak
5 4 3 2 1
terkoordinasi dengan baik
2 Adanya kerjasama yang baik
1 2 3 4 5
antara bagian di RS
3 Tidak menyenangkan jika berkerja
5 4 3 2 1
dengan bagian Iain di RS
4 Permasalahan sering muncul
ketika saling tukar menukar 5 4 3 2 1
informasi antar bagian
5 Bagian di RS saling berkerjasama
1 2 3 4 5
untuk pelayanan terbaik bagi
pasien
6 Adanya Kolaborasi yang baik
antar staf klinis dengan pimpinan
1 2 3 4 5
untuk mencari penyelesaian
masalah keselamatan pasien
12. Kerjasama dalam unit

Sangat
Tidak Sangat
No Pernyataan Tidak Netral Setuju
setuju Setuju
setuju
I Kami saling mendukung satu sama
1 2 3 4 5
Lainnya

2 Ketika ada pekerjaan yang butuh


diselesaikan cepat, kami
berkerjasama untuk
mengerjakannya

3 Di bagian ini kami saling


memperlakukan satu sama lain 1 2 3 4 5
dengan hormat

4 Jika bagian ini sibuk, maka bagian


yang lain turut membantu

Anda mungkin juga menyukai