Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH CLIENT SAFETY (KESELAMATAN PASIEN)

Di susun oleh:

Nama : Tias Nuri Febriyan

NIM : 201840035

Kelas : Reguler 1A

Jurusan/smt : S1 Keperawatan/1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ICHSAN MEDICAL CENTER BINTARO

2018

JL. Jombang Raya No. 56, Jombang, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 1514
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah Client Safety ini tepat pada waktunya.

Harapan penulis yaitu agar para pembaca memahami tentang client safety. Kami pun
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat penulis nantikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khusus nya bagi penulis dan para pembaca pada umum nya.

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah akit.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal
itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900 institusi rumah
sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses, dan outcome
dengan berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain
penerapan standar pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya.
Namun harus diakui, pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak
Diduga (KTD) (Depkes RI, 2006).
Keselamatan pasien adalah “suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi assament risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analis accident, kemampuan
belajar dari accident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko” (Depkes RI, 2006).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Menganalisis penerapan patient safety.
2. Tujuan khusus
a. Mencari faktor yang dapat mempengaruhi penerapan patient safety.
b. Menganalisis pelaksanaan patient safety.

C. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan dapat menambah informasi bagi penulis sendiri dan dapat
menjadi tanggung jawab bersama sebagai mahasiswa keperawatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan dengan patient safety baik di rumah sakit pemerintah
maupun swasta.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Patient Safety


Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assement resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cdera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak
adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien
(patient safety) adalah tidak suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebyt meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko. Meliputi: assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbunya resiko.

B. Tujuan Sistem Patient Safety


Tujuan sistem keselamatan pasien adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya KTD di rumah sakit.
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar.
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif).
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi).
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedur surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur
operasi).
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi resiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan).

3
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi resiko pasien terluka
karena jatuh )

C. Urgensi Patient Safety


Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar
pasien segera sembuh dari sakit nya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat
ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita
akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien
harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program
keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan
sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan efisiensi, dll.

D. Isu, Elemen, dan Akar penyebab kesalahan yang paling umum dalam patient
safety.
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. Keselamatan pasien.
b. Keselamatan pekerja (nakes).
c. Keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan)
d. Keselamatan lingkungan.
e. Keselamatan bisnis.
2. Elemen patient safety
a. Advents drug events (ADE)/ medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/
kesalahan pengobatan)
b. Restraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f. Blood product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi)
g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h. Immunization program (program imunisasi)
i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream-vascular catheter care (aliran darah-perawatan kateter pembuluh
darah)
k. Systematic review, follow-up,, and reporting of patient/visitor incident reports
(tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan pasien/ pengunjung
laporan kejadian)
3. Most common root causes of errors (akar penyebab kesalahan yang paing umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate informatin flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/ work flow (pola staf/ alur kerja)

4
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai)
E. Standar keselamatan pasien
Tujuh standar keselamatan pasien mengacu pada “hospital patient safety standards”
yang dikeluarkan oleh joint comission on accreditation of health organizations,
Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana danhasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (kejadian tidak diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas
dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
standarnya adalah RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan
dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap, dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh.
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya.
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

5
menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta KP dengan kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan “tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus mengumpulkan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program KP melalui penerapan
“tujuh langkah menuju KP RS”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi resiko KP
dan program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individuberkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji Efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja RS dan KP, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplinuntuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin baha semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi.
4) Tersedia prosedru cepat tanggap terhadap insiden termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi resiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
6. Mendidik staf tentang keselamatan oasien, standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendidikan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

F. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang adil.
2. Pimpin dan dukung stafanda, bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas
tentang KP di RS anda.

6
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko, kembangkan sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial
bermasalah.
4. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf anda agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi
yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman dengan pasien.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

G. Aspek hukum terhadap patient safety


Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. UU tentang kesehatan dan UU tentang rumah sakit.
a. Keselamatan pasien sebagai isu hukum
1) Pasal 53 (3) UU No. 36./2009; “pelaksanaan pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien”.
2) Pasal 32n UU No.44/2009; “pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
3) Pasal 58 UU No.36/2009
a) “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya”
b) “tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat”.
2. Tanggung jawab hukum rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009; “memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
b. Pasal 46 UU No.44/2009; “rumah sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan di RS”.
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “rumah sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia”.
3. Bukan tanggung jawab rumah sakit
a. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang rumah sakit; “rumah sakit tidak
bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibatkematian pasien
setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif”.
4. Hak pasien

7
a. Pasal 32d UU No.44/2009; “setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional”.
b. Pasal 32e UU No.44/2009; “setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi.
c. Pasal 32j UU No.44/2009; “setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan’.
d. Pasal 32q UU No.44/2009; “setiap pasien mempunyai hak menggugat dan
atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai denganstandar baik secara perdata ataupun pidana”.
5. Kebijakan yang mendukun keselamatan pasien
a. Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapakan standar keselamatan pasien.
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien mepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri.
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan
untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keseamatan pasien.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hal yang dapat kami simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety
butuh upaya dan kerjasama dari berbagai pihak, patient safety merupakan upaya
dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan, dan perawat memegang
peran kunci untuk mencapainya.

B. Saran
Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan penuh kekurangan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

9
10

Anda mungkin juga menyukai