Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

STANDAR LANGKAH-LANGKAH DAN KEBIJAKAN KESELAMATAN


PASIEN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan (RPL Transfer Kredit Kebidanan)

Disusun Oleh :
Kelas A Kelompok 2

Anggota : 1. Dwi Romadhoni


Purwanti
2. Wulan
3. Yuli Octopiani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Standar, langkah-langkah dan kebijakan keselamatan pasien di Fasilitas
pelayanan kesehatan” Yang diajukan untuk memenuhi nilai tugas Semester 1
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan
pengarahan, bimbingan dan saran sehingga terselesaikannya makalah ini. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Santi Yuliastuti, M.Tr.keb sebagai ibu dosen pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan yang telah membimbing dalam pembuataan makalah.
2. Ibu Dr.Hj.Yati Budiarti, SST, M.Keb sebagai ibu dosen pada mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan yang telah membimbing dalam pembuataan
makalah.
3. Ibu Hj.Yulia Herliani, SST, M.Keb sebagai ibu dosen pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan yang telah membimbing dalam pembuataan makalah.
4. Ibu Ir ir Khairiyah, SST, M.Keb sebagai ibu dosen pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan yang telah membimbing dalam pembuataan makalah.
5. Rekan-rekan yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat dibuat
sesuai dengan harapan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat memberikan ilmu,
informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat guna untuk
mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Aamiin.

Tasikmalaya, Januari 2024

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Definisi Keselamatan Pasien ........................................................................ 4
B. Kebijakan Keselamatan Pasien .................................................................... 5
C. Standar Keselamatan Pasien ...................................................................... 10
D. Langkah – langkah Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan………….15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ................................................................................................ 25
B. Saran ........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien di Rumah Sakit. Peraturan ini ini menjadi tonggak utama
operasionalisasi keselamatan pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak
rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan keselamatan pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap keselamatan pasien. Peraturan
menteri ini memberikan panduan bagi manajemen Rumah Sakit agar dapat
menjalankan spirit keselamatan pasien secara utuh.
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam 5 isu penting
yang terkait di rumah sakit yaitu keselamatan pasien, keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
terkait dengan isu mutu dan citra fasilitas pelayanan kesehatan. Keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko. Identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Permenkes, 2011).
Standar keselamatan pasien dipakai sebagai acuan bagi fasilitas
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, mengingat
masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera.
Standar budaya keselamatan pasien ini mencakup hak sebagai pasien,
mendidik kepada pasien dan keluarga pasien, keselamatan pasien dan
kesinambungan terhadap pelayanan kesehatan, peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien,
komunikasi merupakan peningkatan budaya kerja dalam melakukan

1
2

Monitoring evaluasi dan program peningkatan budaya keselamatan kepada


pasien (Morello, 2014)
Sasaran keselamatan pasien dalam peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11 Tahun 2017, meliputi tercapainya hal-hal: mengidentifikasi pasien
dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan
keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
benar, mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan dan mengurangi
risiko cedera pasien akibat terjatuh (Kemenkes, 2017). Tujuh langkah menuju
keselamatan pasien terdiri atas: membangun kesadaran akan nilai kesamaan
pasien, memimpin dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas
pengelolaan risiko, mengembangkan sistem pelaporan melibatkan dan
berkomunikasi dengan pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien, dan mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien (Kemenkes, 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Standar,
Langkah-Langkah dan Kebijakan Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan khususnya dalam pelayanan kebidanan?”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana standar, langkah-langkah dan
kebijakan keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya
dalam pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Definisi dari Keselamatan Pasien di Fasilitas
Kesehatan
b. Untuk Mengetahui Kebijakan Keselamatan Pasien di Fasilitas
Kesehatan
c. Untuk Mengetahui Standar Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan
d. Untuk mengetahui langkah-langkah keselamatan pasien di fasilitas
kesehatan

D. Manfaat Penulisan
Untuk dijadikan sebagai Referensi dan Menambah Wawasan Pembaca

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. (Permenkes, No.11 tahun 2017)
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam 5 isu penting yang
terkait di rumah sakit yaitu keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas. Keselamatan
lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
rumah sakit.
Sasaran keselamatan pasien dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11 Tahun 2017, meliputi tercapainya hal-hal: mengidentifikasi pasien dengan
benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-
obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi pembedahan yang benar,
prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi risiko
infeksi akibat perawatan kesehatan dan mengurangi risiko cedera pasien
akibat terjatuh (Kemenkes, 2017). Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
terdiri atas: membangun kesadaran akan nilai kesamaan pasien, memimpin
dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko,
mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi dengan
pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dan
mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
(Kemenkes, 2017).

4
5

B. Kebijakan Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien/ klien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien koma,
pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari accident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(Dep Kes RI, 2006). Keselamatan pasien (patient safety) merupakan tanggung
jawab dari tenaga kesehatan termaksud bidan dalam rangka mengurangi
fenomena medicalerror.
Berikut ini beberapa kebijakan yang mengatur tentang keselamatan
pasien :
1. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
a. Pasal 43 UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara publik dan
ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien.
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang
keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan yang terkait risiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden
5) Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan risiko
6

(Kemenkes, 2017)
b. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang keselamatan pasien rumah
sakit
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).
4) Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.
c. Kebijakan keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:
1) Rumah Sakit wajib melaksanakan sistem keselamatan pasien.
2) Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan
pasien.
3) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
4) Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui
program akreditasi rumah sakit.
(Kemenkes, 2017)

2. Keselamatan Pasien Dalam Perspektif Hukum Kesehatan


Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikut:
UU Tentang Kesehatan dan UU Tentang Rumah Sakit
a. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
1) Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan
keselamatan nyawa pasien.”
2) Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
3) Pasal 58 UU No.36/2009
Ayat 1
7

“Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,


tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
Pelayanan kesehatan yang diterimanya.”
Ayat 2
“…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.”
(Kemenkes, 2017)
b. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
1) Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
2) Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di Rumah Sakit.”
3) Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”
c. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien
dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang
dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
komprehensif. “
(Kemenkes, 2017)
8

d. Hak Pasien
Hak Pasien
1) Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional”
2) Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif
dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi”
3) Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan”
4) Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana”
(Kemenkes, 2017)
e. Kewajiban dan Hak Rumah Sakit
1) Berdasarkan Undang – Undang RI no. 44 tahun 2009, rumah sakit
memiliki kewajiban sebagai berikut :
a) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah
sakit kepada masyarakat
b) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit
c) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai
dengan kemampuan pelayanannya
9

d) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada


bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya
e) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin
f) Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan
fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan
gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan
korban bencana dan kejadian luar biasa atau bakti sosial bagi
misi kemanusiaan
g) Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien
h) Menyelenggarakan rekam medic
i) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara
lain sarana ibadah, 9ublic, ruang tunggu, sarana untuk orang
cacat, wanita menyusui, anak–anak, lanjut usia.
j) Melaksanakan sistem rujukan
k) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan perundang – undangan
l) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
hak dan kewajiban pasien
m) Menghormati dan melindungi hak – hak pasien
n) Melaksanakan etika rumah sakit
o) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan
bencana
p) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik
secara regional maupun nasional
q) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
r) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit
(hospital by laws).
s) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas.
10

t) Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawan


tanpa rokok.
Apabila kewajiban tersebut tidak dapat dijalankan secara baik,
maka rumah sakit akan mendapatkan konsekuensi berupa :
a) Teguran lisan
b) Teguran tertulis
c) Denda dan pencabutan izin rumah sakit
(Kemenkes, 2017)
Dalam Undang – undang ini juga diatur beberapa hal yang menjadi
hak rumah sakit (Pasal 30 UU No. 44 Tahun 2009) sebagai berikut:
a) Menentukan jumlah, jenis dan kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi rumah sakit
b) Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan
remunerasi, insentif dan penghargaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang –undangan
c) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan
d) Menerima bantuan dari pihak lin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan
e) Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit 10 ublic dan
rumah sakit pendidikan
(Kemenkes, 2017)

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Standar Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tak diharapkan.
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencanapelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
11

dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk


kemungkinan KTD.

2. Standar Mendidik pasien dan keluarga


Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam
pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan patner dalam proses pelayanan.Karena itu di rumah sakit harus
ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap danjujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggangrasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Standar Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.


Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumahsakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
12

pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer


dan tindak lanjutlainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
danefektif.

4. Standar Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki


proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif , dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai
dengan ” langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara
lain yang terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, menejemen
resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses
kasus resikotinggi. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data
dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang
di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Standar Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien.


a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan ”7 langkah menuju keselamatan pasien rumahsakit”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi KTD/KNC.
13

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi


antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatanpasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan
keselamatanpasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatanpasien.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari KNC (Near miss) sampai dengan KTD
(Adverseevent).
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jalas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program keselamatan
pasien mulai dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk
mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian.
g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan
antardisiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit danperbaikan
14

i. Keselamatan Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan


sumber daya tersebut.
j. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
criteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.

6. Standar Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien.


a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan
pasien secarajelas.
b. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan
yangberkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi
staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayananpasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan
danorientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan
paien sesuai dangan tugasnya masingmasing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan member pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburatif
dalam rangka melayani pasien.

7. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai


keselamatan pasien.
a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal daneksternal
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu danakurat.
15

Kriteria:
a. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal
terkait dengan keselamatan pasien.
b.Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

D. Langkah – langkah Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan


Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat
menilai kemajuan yang telah dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih
aman. Dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Fasilitas pelayanan
Kesehatan dapat memperbaiki keselamatan pasien, melalui perencanaan
kegiatan dan pengukuran kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini akan
membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan
jika terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang
tepat (Permenkes, 2017).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien BAB III Penyelenggaraan
Keselamatan Pasien Pasal 5 Ayat 6, langkah-langkah keselamatan pasien ada
7 yaitu :
1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien
Segala upaya harus dikerahkan di Fasilitas pelayanan Kesehatan
untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan tidak menyalahkan
sehingga aman untuk melakukan pelaporan. (Permenkes, 2017).
Dimasa lalu sangat sering terjadi reaksi pertama terhadap insiden di
Fasilitas pelayanan Kesehatan adalah menyalahkan staf yang terlibat, dan
dilakukan tindakan-tindakan hukuman. Hal ini, mengakibatkan staf enggan
melapor bila terjadi insiden. Penelitian menunjukkan kadang-kadang staf
yang terbaik melakukan kesalahan yang fatal, dan kesalahan ini berulang
dalam lingkungan Fasilitas pelayanan Kesehatan. (Permenkes, 2017).
Oleh karena itu, diperlukan lingkungan dengan budaya adil dan
terbuka sehingga staf berani melapor dan penanganan insiden dilakukan
16

secara sistematik. Dengan budaya adil dan terbuka ini pasien, staf dan
Fasilitan Kesehatan akan memperoleh banyak manfaat (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan:
Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Pastikan ada kebijakan yang menyatakan apa yang harus dilakukan
oleh staf apabila terjadi insiden, bagaimana dilakukan investigasi dan
dukungan apa yang harus diberikan kepada pasien, keluarga, dan staf.
b. Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan tentang peran individu
dan akuntabilitasnya bila terjadi insiden.
c. Lakukan public budaya keselamatan untuk menilai budaya pelaporan
dan pembelajaran di Fasilitas pelayanan Kesehatan anda.
(Permenkes, 2017)
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Pastikan teman anda merasa mampu berbicara tentang pendapatnya
dan membuat laporan apabila terjadi insiden.
b. Tunjukkan kepada tim anda tindakan-tindakan yang sudah dilakukan
oleh Fasilitas pelayanan Kesehatan menindak lanjuti laporan-laporan
tersebut secara adil guna pembelajaran dan pengambilan keputusan
yang tepat.
(Permenkes, 2017)

2. Memimpin dan mendukung staf


Keselamatan pasien melibatkan setiap orang dalam Fasilitas
pelayanan Kesehatan. Membangun budaya keselamatan sangat tergantung
kepada kepemimpinan yang kuat dan kemampuan organisasi
mendengarkan pendapat seluruh anggota (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan :
Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Pastikan ada anggota eksekutif yang bertanggung jawab tentang
keselamatan pasien. Anggota eksekutif di rumah sakit merupakan
jajaran direksi rumah sakit yang meliputi kepala atau direktur rumah
sakit dan pimpinan unsur-unsur yang ada dalam struktur organisasi
17

rumah sakit, sedangkan untuk fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama merupakan jajaran pimpinan organisasi jenis fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b. Tunjuk penggerak/champion keselamatan pasien di tiap unit.
c. Tempatkan keselamatan pasien dalam agenda pertemuan-pertemuan
pada tingkat manajemen dan unit.
d. Masukkan keselamatan pasien ke dalam program-program pelatihan
bagi staf dan pastikan ada pengukuran terhadap efektifitas pelatihan-
pelatihan tersebut.
(Permenkes, 2017).
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Calonkan penggerak/champion untuk keselamatan pasien
b. Jelaskan pentingnya keselamatan pasien kepada anggota unit anda.
c. Tumbuhkan etos kerja dilingkungan tim/unit anda sehingga staf
merasa dihargai dan merasa mampu berbicara apabila mereka
berpendapat bahwa insiden bisa terjadi
(Permenkes, 2017).

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko


Bangun sistem dan proses untuk mengelola risiko dan
mengindentifikasi kemungkinan terjadinya kesalahan. Sistem manajemen
risiko akan membantu Fasilitas pelayanan Kesehatan mengelola insiden
secara efektif dan mencegah kejadian berulang kembali. Keselamatan
pasien adalah komponen kunci dari manajemen risiko, dan harus di
integrasikan dengan keselamatan staf, manajemen public, penanganan
litigasi dan klaim serta risiko keuangan dan lingkungan. Sistem
manajemen risiko ini harus di dukung oleh strategi Fasilitas pelayanan
Kesehatan, yang mencakup progam- program asesmen risiko secara pro-
aktif dan risk register (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan risiko klinis
dan non klinis, dan pastikan hal ini sudah terintegrasi dengan
18

keselamatan pasien dan staf public dan risiko keuangan serta


lingkungan.
b. Kembangkan indikor-indikator kinerja untuk sistem manajemen risiko
anda sehingga dapat di monitor oleh pimpinan.
c. Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk perbaikan pelayanan pasien secara
pro-aktif.
(Permenkes, 2017)
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Giatkan forum-forum diskusi tentang isu-isu manajemen risiko dan
keselamatan pasien, berikan feedback kepada manajemen.
b. Lakukan asesmen risiko pasien secara individual sebelum dilakukan
tindakan
c. Lakukan proses asesmen risiko secara public untuk tiap jenis risiko
dan lakukan tindaka-tindakan yang tepat untuk meminimalisasinya.
d. Pastikan asesmen risiko yang ada di unit anda masuk ke dalam proses
asesmen risiko di tingkat organisasi dan risk register.
(Permenkes, 2017)

4. Mengembangkan sistem pelaporan


Sistem pelaporan sangat vital di dalam pengumpulan informasi
sebagai dasar analisa dan penyampaikan rekomendasi. Pastikan staf anda
mudah untuk melaporkan insiden secara internal maupun eksternal
(nasional) (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan :
Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan:
Bangun dan implementasikan sistem pelaporan yang menjelaskan
bagaimana dan cara Fasilitas pelayanan Kesehatan melaporkan insiden
secara nasional ke Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP).
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
Dorong kolega anda untuk secara aktif melaporkan insiden-insiden
keselamatan pasien baik yang sudah terjadi maupun yang sudah di cegah
19

tetapi bisa berdampak penting untuk pembelajaran. Panduan secara detail


tentang sistem pelaporan insiden keselamatan pasien akan di susun oleh
Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP) .
(Permenkes, 2017)

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien


Peran aktif pasien dalam proses asuhannya harus diperkenalkan
dan di dorong. Pasien memainkan peranan kunci dalam membantu
penegakan diagnosa yang akurat, dalam memutuskan tindakan pengobatan
yang tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan berpengalaman, dan
dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) serta
mengambil tindakan yang tepat. Kembangkan cara-cara berkomunikasi
cara terbuka dan mendengarkan pasien (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan :
Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Kembangkan kebijakan yang mencak komunikasi terbuka dengan
pasien dan keluarganya tentang insiden yang terjadi
b. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi apabila
terjadi insiden dan pupasien mengalami cidera sebagai akibatnya.
c. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan-pelatihan dan
dorongan agar mereka mampu melaksanakan keterbukaan kepada
pasien dan keluarganya .
(Permenkes, 2017)
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Pastikan anggota tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien
dan keluargannya secara aktif waktu terjadi insiden.
b. Prioritaskan kebutuhan untuk memberikan informasi kepada pasien
dan keluarganya waktu terjadi insiden, dan berikan informasi yang
jelas, akurat dan tepat waktu
c. Pastikan pasien dan keluarganya menerima pernyataan ”maaf” atau
rasa keprihatinan kita dan lakukan dengan cara terhormat dan simpatik.
(Permenkes, 2017)
20

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien


Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan
siapa yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu
terjadi. Salah satu hal yang terpenting yang harus kita pertanyakan adalah
apa yang sesungguhnya terjadi dengan sistem kita ini. Dorong staf untuk
menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang bagaimana
dan mengapa terjadi insiden (Permenkes, 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan :
Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi insiden secara
tepat sehingga bisa mengidentifikasi akar masalahnya.
b. Kembangkan kebijakan yang mencakup kriteria kapan fasilitas
pelayanan kesehatan harus melakukan Root Cause Analysis (RCA).
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Lakukan pembelajaran di dalam lingkup unit anda dari analisa insiden
keselamatan pasien.
b. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak dan
berbagilah proses pembelajaran anda secara luas.
(Permenkes, 2017)

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien


Salah satu kekurangan Fasilitas pelayanan Kesehatan di masa lalu
adalah ketidakmampuan dalam mengenali bahwa penyebab kegagalan
yang terjadi di satu Fasilitas pelayanan Kesehatan bisa menjadi cara untuk
mencegah risiko terjadinya kegagalan di Fasilitas pelayanan Kesehatan
yang lain (Permenkes, 2017).
Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses
atau sistem. Untuk sistem yang sangat komplek seperti Fasilitas pelayanan
Kesehatan untuk mencapai hal-hal diatas dibutuhkan perubahan budaya
dan komitmen yang tinggi bagi seluruh staf dalam waktu yang cukup lama
(Permenkes, 2017).
21

Kegiatan yang dilaksanakan :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Gunakan informasi yang berasal dari sistem pelaporan insiden,
asesmen risiko, investigasi insiden, audit dan analisa untuk
menetapkan solusi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Hal ini mencakup
redesigning system dan proses, penyelarasan pelatihan staf dan praktek
klinik
b. Lakukan asesmen tentang risiko-risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
c. Monitor dampak dari perubahan-perubahan tersebut
d. Implementasikan solusi-solusi yang sudah dikembangkan eksternal.
Hal ini termasuk solusi yang dikembangkan oleh KNKP atau Best.
Practice yang sudah dikembangkan oleh Fasilitas Klesehatan lain
(Permenkes, 2017)
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Libatkan tim anda dalam pengambangan cara-cara agar asuhan pasien
lebih baik dan lebih aman.
b. Kaji ulang perubahan-perubahan yang sudah dibuat dengan tim anda
untuk memastikan keberlanjutannya
c. Pastikan tim anda menerima feedback pada setiap followup dalam
pelaporan insiden.
(Permenkes, 2017).

Langkah Penerapan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions”


WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tahun 2007 resmi
menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (Sembilan Solusi
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) mendorong rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan “Sembilan
Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”, langsung atau bertahap, sesuai
dengan kemampuan dan kondisi rumah sakit masing-masing yaitu :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM/Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names) Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip
22

(NORUM) yang membingungkan staf pelaksana, adalah salah satu


penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan
ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu
obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan, akibat bingung terhadap nama merek serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep Contoh: SPO penyimpanan
obat NORUM /LASA dimana harus diselang 2 obat lain, PEMBERIAN
LABEL LASA, mengeja nama obat dan dosis NORUM/ LASA pada
komunikasi (Kemenkes, 2017).
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus-menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar, sering mengarah pada kesalahan pengobatan, transfusi
maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang;
penyerahan bayi kepada yang bukan keluarganya, dan sebagainya.
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas
pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini; standarisasi dalam
metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan
kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan
SPO untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama
(Kemenkes, 2017).
3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien,
rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan SPO untuk mengkomunikasikan informasi yang
bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya
dan menyampaikan pertanyaan- pertanyaan pada saat serah terima.
(Kemenkes, 2017)
23

4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.


Penyimpangan ini seharusnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah
sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak
kontribusinya terhadap kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan
proses verifikasi prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan
dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur; dan adanya tim
yang terlibat dalam prosedur, sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah
(Kemenkes, 2017).
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat
standarisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas
penyimpanan , pelabelan dan pengenceran cairan elektrolit pekat yang
spesifik (Kemenkes, 2017).
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang
didesain untuk mencegah salah obat (medications error) pada titik-titik
transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakaan suatu daftar yang
paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan
dengan daftar saat administrasi, penyerahan dan/ atau perintah pemulangan
bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan daftar
tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan (Kemenkes, 2017).
24

7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube).


Selang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan slang dan spuit yang salah, serta memberikan medikasi
atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila
sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar, dan bilamana menyambung alat-alat kepada
pasien, misalnya menggunakan sambungan dan slang yang benar)
(Kemenkes, 2017).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuce) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum difasilitas
layanan kesehatan; pelatihan para petugas di lembaga-lembaga layanan
kesehatan khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi
terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah; dan praktek jarum suntik sekali pakai yang aman (Kemenkes,
2017).
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh
dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-sakit. Kebersihan tangan
yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan
masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi
penggunaan cairan, seperti hand-rubs, dan sebagainya. Yang disediakan
pada titik-titik pelayanan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang benar,
mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/ observasi
dan tehnik yang lain (Kemenkes, 2017).
25

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah hal terpenting yang perlu
diperhatikan oleh tenaga kesehatan yang terlibat dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. tindakan pelayanan, peralatan kesehatan,
dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta
kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus
memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan
teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien serta
menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat memberikan
kenyamanan dan keselamatan bagi pasien.
B. Saran
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah
sepatut yang memberi dampak positif dan tidak memberi kerugian bagi
pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk
melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Adventus, Mahendra, D., & Mertajaya, I. (2019). Modul Manajemen Pasien


Safety. Jakarta: Fakultas Vokasi UKI.

Rachmawati, D. S., Martyastuti, N., Setiarini, T., Handayani, T., Yanti, N. E.,
Massa, K., et al. (2023). Manajemen Keselamatan Pasien. Jambi: PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.

Permenkes Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan


Pasien

26

Anda mungkin juga menyukai