Pembimbing:
Di susun oleh:
1. Hairun Nisaq
2. Farah Dila
3. Ulfatun Hasanah
4. Intan Pandini
5. Boby Maulana
6. Ramadhani Alvan Hidayatullah
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami semua
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah yang berjudul ”Peran Perawat Dalam
Manajemen Safety” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya maklah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.Semoga Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak.
Untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun dan kami kemas
masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun
non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar
dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Dan apabila di dalam karya ilmiah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan
di hati pembaca mohon dimaafkan.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Penulis berpendapat keselamatan pasien merupakan suatu system yang aman yang
dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang dimulai dari assement, identifikasi
sampai dengan analisi kejadian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
2.2 Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit menurut meliputi terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit,
dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak di harapkan.
Menurut institute of medicine (IOM) (2008) Tujuan keselamatan pasien ini di
antaranya pasien aman (terhindar dari cidera), pelayanan menjadi lebih efektif dengan
adanya bukti yang kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak perlu di berikan ke
pasien, berfokus pada nilaidan kebutuhan pasien , pengurangan waktu tunggu pasien
dalam menerima pelayanan dan efisien dalam penggunaan sumber-sumber yang ada.
Penulis berpendapat tujuan keselamatan pasien antara lain terciptanya budaya
keselamatan pasien, menurunnya kejadian yang tidak aman bagi pasien (menurunnya
KTD, KNC, kejadian sentinel), memberikan kepuasan bagi pasien maupun pihak
internal rumah sakit sendiri, dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Tujuan keselamatan pasien sebagai arah dalam mencapai visi ke depan yaitu
terciptanya penerapan keselamatan pasien.
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Kesehatan tahun 2008 mencanangkan tujuh langkah keselamatan pasien
yang harus di jalankan di tiap rumah sakit, antara lain adalah:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
2. Pimpin dan dukung staf, bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan system dan proses
pengelolaan resiko,serta lakukan identifikasi dan assesmen hal yang potensial
bermasalah.
4. Kembangkan system pelaporan, pastikan staf agar mudah dapat melaporkan
kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dorong staf
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul, cegah cedera melalui implementasi system keselamatan
pasien.
7. Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada system pelayanan.
2.3 Lima Prinsip Keselamatan Pasien
A. Budaya keselamatan
Budaya keselamatan merupakan nilai-nilai individu dan kelompok, sikap,
persepsi, kompetensi, dan pola perilaku berkomitmen untuk mendukung
manajemen dan program keselamatan paien(WHO, 2009). Budaya keselamatan
pasien dasarnya mencerminkan sikap dan nilai pelaksana yang terkait dengan
pengelolaan manajemen dan resiko keselamatan. Dimensi budaya keselamatan,
praktik kerja yang berkaitan dengan keselamatan, kepatuhan terhadap peratturan
keselamatan, risiko manajemen, pelaporan kesalahan dan insiden. organisasi perlu
mengubah budaya karyawan untuk mudah untuk melakukan hal yang benar dan
tidak melakukan kesalahan dalam perawatan pasien. Institute of medicine
menyatakan, kesehatan organisasi perawatan harus mengembangkan budaya
keselamatan sehimgga proses desain organisasi dan tenaga kerja yang difokuskan
pada tujuan yang jelas, peningkatan kompetensi, dan proses keamanan
keperawatan(Kohrn et al, 1999).
B. Manajer/pemimpin
Manajer/pemimpin mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Para manajer bertanggung jawab
menjalankan kebijakan dan prosedur yang telah dibuat dan telah dan telah
disepakati bersama terkait dengan keselamatanpasien di tingkat unit pelayanan
masing-masing dan memegang peranan pada setiap tingkat manajemen, mulai
dari manajer bawah(kepala ruang), manajer menengah dan top
manajer(Naylor,2004).
Manajer/pemimpin memainkan peran penting dalam mengembangkan
program keselamatan pasien. Manajer memimpin perubahan dan bertanggung
jawab untuk menetapkan arah bagi suatu unit yang dipimpinnya.
C. Komunikasi
Komunikasi sangat penting untuk efisiensi kerja dan untuk koordinasi
anatar pelaksana, tim, dan manajer. Komunikasi dalam organisasi biasanya
digambarkan sebagai satu arah atau dua arah. Masalah komunikasi dapat
dikategorikan sebagai kegagalan system pesan dan penerimaan, dapat
menyebabkan kesalahan yang dapat terjadi sebagai individu gagal untuk
menerima atau untuk menyampaikan informasi atau berkomunikasi(CCA, 2006).
Analisis peritiwa 2.445 kejadian sentinel dilaporkan ke badan akreditasi di
amerika serikat mengungkapkan bahwa penyebab utama kejadian sentinel
tersebut 70% adalah kegagalan komunikasi. Kemenkes RI (2001) mengemukakan
komunikasi yang efektif masuk dalam sasaran keselamatan pasien pada sasaran II
peningkatan komunikasi yang efekif yaitu komunikasi efektif yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan,
dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
D. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan memiliki kemampuan untuk perduli dan perhatian bagi
keselamatan pasien. Terkait dengan keselamatan adalah menjaga kebersihan
tangan, untuk membatasi penularan pathogen. Kepatuhan menjaga kebersihan
tangan merupakan perubahan perilaku yang mendasar bagi petugas kesehtan.
Karakterisik petugas dan individu mempengaruhi perilaku yang bekerja dengan
cara yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan yaitu umur dan tingkat
perkembangan. Kemampuan untuk mengenali dan mencegah bahaya seiring
dengan pertumbuhan usia dan tingkat perkembangannya (potter & perry. 2010)
2.5 Peran Perawat Dalam Pasien Safety
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan memiliki
pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani kesehatan
tenaga kerja di perusahaan.
Bila lebih dari satu para medis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
para medis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha
perawatan hiperkes.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat
harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus
dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku perawat.
3.2 SARAN