Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMENT PATIENT SAFETY

Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Dosen Pembimbing :

Ns. Dian Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, MB

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Hanum Permata Sari


2. Nesi Agustia
3. Nur Aisyah
4. Nur Azizah
5. Rizka Ramadhini
6. Surya Permana Sukra
PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT 2

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

T.A : 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Manajement Patient Safety tentang
“Pengurangan Risiko Pasien Jatuh” ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
patient safety. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen dan semua pihak yang
senantiasa membantu demi kelancaran makalah ini. Kami berharap makalah ini bisa
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca supaya menjadi pedoman dan nantinya kami dapat menyusun makalah yang
lebih baik lagi. Kami juga meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan di dalam
makalah ini.

Bukittinggi, 31 Oktober 2020

Kelompok Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………........................ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman………………………..2

2.2 Keselamatan Pasien (Patient Safety)………………………………………….2

2.3 Cedera…………………………………………………………………………4

2.4 Jatuh……………………………………………………………………………5

CONTOH KASUS PASIEN


JATUH……………………………………………….....9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………13

3.2 Saran…………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat berbagai
pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit. Tiap-tiap pasien
adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai kelainan dan kekhasan masing-
masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai macam kondisi pasien yang
akan berpengaruh terhadap cara pemberian pelayanan dan perawatan yang diberikan
karena kondisi pasien yang sarat risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah
pasien jatuh ( fall) (Setyarini, 2010). Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan
masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta
memperpanjang lama perawatan (Length of Stay/ LOS) di rumah sakit dan biaya
perawatan menjadi lebih besar. Jatuh yan paling sering menimbulkan trauma dan
injury (AIG Consultant, 2008; dikutip Nabhani, 2011). Kejadian pasien jatuh di
rumah sakit dapat meningkatkan bahaya dan cedera pada pasien, oleh karena itu
diperlukan standar operasional prosedur yang tepat untuk meminimalkan terjadinya
cedera pada pasien dengan resiko jatuh.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan nyaman?
2. Bagaimana konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety)?
3. Apa itu cedera, macam-macam cedera, dan jenis cedera serta pencegahan cedera di
rumah sakit?
4. Bagaimana standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien dengan
resiko jatuh.
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan nyaman.


2. Mengetahui konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety).
3. Mengetahui definisi cedera, macam-macam cedera, dan jenis cedera , serta cara
pencegahan cedera di rumah sakit.
4. Mengetahui standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien dengan
resiko jatuh.
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman

Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan
dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera
sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit
tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa
yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai
individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas (Patmawati, 2008).
Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi
juga membuat individu merasa aman dan nyaman dalam aktifitasnya. Keamanan
dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.

B. Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).

Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk


menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
2

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam


sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Departemen Kesehatan
RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni :

1. Hak Pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan


’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari :

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2. Pimpin dan dukung staf

3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko

4. Kembangkan sistem pelaporan

5. Libatkan dan bekomunikasi dengan pasien

6. Belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien

7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien


3

C. Cedera

1. Definisi Cedera

Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau trauma,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi serta bagian
lain dari tubuh (Eviani, 2012). Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada
struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun
kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan (Yuliana, 2013).

2. Jenis Cedera

Menurut Eviani (2012), ada beberapa macam jenis cedera, yakni :


a. Cedera tingkat I (Cedera Ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan. Misalnya : Lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat II (Cedera Sedang)
Pada cedera sedang, kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh. Keluhan bisa berupa
nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi). Misalnya : robeknya
ligamen.
c. Cedera tingkat III (Cedera berat)
Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang intensive, istirahat total dan mungkin
perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hampir lengkap ligamen
(sprain grade III dan IV) atau fraktur tulang.

3. Cedera di Rumah Sakit

Cedera pada pasien dirumah sakit umumnya lebih banyak diakibatkan oleh
jatuh. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena
dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang lama
perawatan (length of stay/LOS) di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih
besar. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit Inggris sebanyak 250.000/tahun dan lebih
dari 1000 kasus menyebabkan patah tulang (HQIP, 2012).
4

4. Pencegahan Cedera

Prinsip pencegahan cedera termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang


membahayakan keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan dan
mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah
cedera dari produk atau alat yang digunakan), dan penguatan pada pengaturan
diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan sebagainya. Keamanan aktif termasuk
pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang yang dapat menguntungkannya.
Keamanan pasif atau automatik termasuk pengaturan yang menggunakan mesin dan
peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi
aktif. Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif.
Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam
pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan atau pendidikan kepada klien
atau individu tersebut. Salah satu risiko keamanan pasien selama berada dalam
pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan pasien jatuh ( fall) (Setyarini, .2010).

E. Jatuh

1. Definisi

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke
lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor
fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto, 2014).

2. Faktor Resiko Jatuh

 Riwayat jatuh sebelumnya


 Gangguan Kognitif
 Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
 Gangguan mobilitas
 Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
5
 Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi, deformitas.
 Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru
dan diabetes
 Masalah nutrisi
 Medikamantosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)
3. Etiologi Jatuh

 Ketidaksengajaan : 31%
 Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
 Vertigo : 13%
 Serangan jatuh (drop attack): 10%
 Gangguan kognitif : 4%
 Hipotensi postural : 3%
 Gangguan visus : 3 %
 Tidak diketahui : 18%
4. Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh

 Prioritas utama adalah keselamatan pasien


 Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi
 Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan serta
dalam pencegahan kejadian jatuh.
 Pelatihan dan edukasi staf
 Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut
5. Pencegahan dan Manajemen Jatuh

 Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien


 Sediakan pencahayaan yang adekuat
 Alas kaki anti licin
 Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun dari
tempat tidur
6
 Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
 Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
 Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien
mengetaui letak dan cara penggunaannya
 Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan gangguan
kognitif
 Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat dengan
rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
 Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
 Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
 Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk
kondisi pasien
 Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
 Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan,
tulisan atau tanda di depan kamar pasien)
 Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
 Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan memastikan
pasien hangat dan nyaman
 Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)
 Alarm tempat tidur
 Alarm di kursi roda
 Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
 Karpet di samping tempat tidur
 Tempat tidur rendah
 Evaluasi oleh tim interdisiplin
 Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi
antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala),
pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
 Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
7
 Musik relaksasi
 Program olahraga/ aktivitas
 Transfer ke sisi yang lebih stabil
 Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan jatuh
 Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
 Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
 Meminimalisir gangguan/distraksi
 Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
 Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan
8

CONTOH KASUS PASIEN JATUH

Pamekasan - Seorang pasien bernama Amyani (66) jatuh dari ranjang hingga tangan
kirinya patah. Korban asal Desa Poto'an Daya, Pamekasan, Madura ini dirawat di
RSUD Pamekasan. Diduga jatuhnya pasien yang akan menjalani operasi payudara itu
karena ketelodaran perawat. Kini, nenek 5 orang cucu itu terbaring lemah dengan
lengan kiri digip. Kini Amyani terpaksa menunggu lebih lama untuk menjalani
operasi, lantaran harus menunggu lengannya yang patah itu sembuh.

"Karena keteledoran perawat, kami sekeluarga harus mengeluarkan biaya lebih


besar," sambat Dedy, putra bungsu Amyani, yang ditemui di RSUD Pamekasan saat
menunggu Amyani di Ruang 3A Zal D, Selasa (19/7/2011).

Musibah yang menimpa Amyani itu berawal dari perintah seorang oknum perawat
yang meminta Amyani pindah ranjang karena akan dibersihkan. Usai menyuruh
pindah, sang perawat keluar ruangan. Sepeninggal sang perawat, Amyani yang
kondisinya fisiknya lemah berusaha turun ranjang untuk pindah. Sedetik kemudian,
tubuh Amyani terjatuh dan lengan kirinya patah. Sekitar 10 menit tubuh Amyani
tergolek di lantai Ruang 3A, yang memang hanya terisi 5 pasien tanpa seorang pun
pengunjung, "Saat ibu terjatuh, seluruh pengunjung ada di luar ruangan karena akan
ada visite dokter," sambung Dedi. Secara terpisah, Direktur RSUD Pamekasan dr Iri
Agus Zubairi membenarkan adanya pasien alami lengan patah karena terjatuh dari
ranjang. Pihaknya telah menegur sang perawat. "Saya akui ada beberapa perawat yang
masih kurang profesional dalam melayani pasien. Itu sebabnya, saya terus melakukan
pembinaan ke dalam," pungkas dr Iri yang juga pemilik RS Larasati.
9

Pembahasan :

Kasus diatas merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pasien . Rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin
bahwa tidak akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi pasien mengalami kondisi fisik
yang lemah, sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan
tubuhnya. Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini
adalah tidak membantu pasien untuk pindah ke tempat tidur sehingga pasien terjatuh.

Kasus kelalaian ini terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
yang merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak
melakukan tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan. Terdapat
beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
dengan benar, diantaranya sebagai berikut:

a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)

b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP serta standar praktek keperawatan

c. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap

d. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala


sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan
keluarga merupakan hal yang penting.

e. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan


keperawatan

Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan
pelanggaran hukum,

a. Bagi pasien yaitu :

10
1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah
keperawatan baru

2) Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat

3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah


kesehatan/keperawatan lainnya.

4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan


sesuai dengan standar yang benar.

5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah
Sakit atau perawat secara peroangan sesuai dengan ketententuan
yang berlaku, yaitu KUHP.

b. Perawat sebagai individu/pribadi.

1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi
sendiri, karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan,
antara lain:

 Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan


merugikan pasien

 Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-


tindakan yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat
mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.

 Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan


manusia, jatuhnya pasien akan menambah penderitaan pasien dan
keluarga.

 Fidelity, yaitu perawat tidak setia pada komitmennya karena perawat


tidak mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan keluarga

11
2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien
dan ganti rugi atas kelalaiannya sesuai KUHP.

3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan


mendapat peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang – Direktur
RS) dan juga organisasi profesinya.

c. Bagi Rumah Sakit

1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas


pelayanan kesehatan RS.

2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar


visi misi Rumah Sakit.

3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan


perdata karena melakukan kelalaian terhadap pasien

4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik


secara administrasi dan prosedural

d. Bagi profesi

1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang,


karena menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada
masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan
adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi standar
keperawatan.

2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan


standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan
keperawatan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Langkah pencegahan pasien resiko jatuh antara lain mengupayakan untuk


menganjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan, menggunakan alas
kaki anti slip, menyediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien,
memastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang, memastikan
lorong bebas hambatan, menempatkan alat bantu seperti walker/tongkat dalam
jangkauan pasien, memasang bedside rel, mengevaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
dan mempertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi
tingkat kesadaran, mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman dan
segera laporkan untuk perbaikan, jangan membiarkan pasien beresiko jatuh tanpa
pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi, memastikan pasien yang diangkut
dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang,
menginformasikan dan mendidik pasien dan /atau anggota keluarga mengenai rencana
perawatan untuk mencegah jatuh, berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan.

B. Saran

Diharapkan dengan wawasan seperti ini tenaga medis maupun non medis dapat lebih
peduli terhadap keselamatan pasien yang merupakan prioritas dalam pelayanan di
rumah sakit.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-pencegahan-cidera-
dan-resiko.html

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-1684375/pasien-jatuh-dari-ranjang-
diduga-keteledoran-perawat

Anda mungkin juga menyukai