Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “ insiden Keselamatan Pasien
” ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah
ini, kami harap dapat menambah pengetahuan kami lebih mendalam mengenai
Insiden Keselamatan Pasien, serta para pembaca dapat menambah pengetahuan.
Kami mengetahui bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami harapkan adanya kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat
memberikan kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi semua
pihak.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................22
4.1 Kesimpulan..................................................................................................22
4.2 Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pasien (Muliyadi et al., 2018, p. 2). KTD dapat terjadi di dalam pelayanan
yang telah berkualitas dan tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum, oleh
sebab itu perlu program untuk memperbaiki proses pelayanan karena KTD
sebagian merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang dapat dicegah
(Ismaniar, 2015).
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, termasuk asesmen risiko, pengelolaan risiko pasien
dan identifikasi, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta penatalaksanaan solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang dapat
disebabkan oleh kesalahan akibat dari melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes, 2017). Rumah sakit
wajib menerapkan standar keselamatan pasien dan dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa dan pemecahan masalah (UU No 44, 2009).
Sasaran keselamatan pasien memiliki tujuan menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam keselamatan pasien dan menyoroti bidang-bidang
yang bermasalah dalam perawatan kesehatan untuk menyediakan perawatan
kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2017). Peningkatan
mutu pelayanan pada saat ini berupaya melakukan pengembangan yang
mengarah pada keselamatan dan keamanan pasien, karena itu penerapan
keselamatan pasien sangat penting dalam peningkatan mutu rumah sakit dalam
era globalisasi serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit.
Perawat sebagai profesional kesehatan merupakan tenaga terdepan dalam
memberikan pelayanan selama 24 jam dan peran perawat dalam keselamatan
pasien ditunjukan pada seluruh aspek perawatan, Perawat dalam melakukan
penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berkontribusi. Faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal terdiri dari organisasi dan manajemen, lingkungan kerja,
teamwork, task dan pasien. Faktor internal yang berasal dari dalam perawat itu
sendiri yang meliputi pengetahuan, keterampilan/pelatihan, sikap dan perilaku
selain itu aktor internal individu yang berperan dalam kegagalan aktif KTD
adalah usia dan motivasi (Cahyono, 2009).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Alur Pelaporan Insiden ?
2. Apa Saja Tipe-Tipe Insiden Keselamatan Pasien ?
3. Apa Itu Risk Grading ?
4. Bagaimana Cara Menurunkan Angka Insiden ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mengupas lebih dalam mengenai hal yang berkaitan dengan Insiden
Keselamatan Pasien.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Alur Pelaporan Insiden
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tipe-Tipe Insiden Keselamatan Pasien
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Risk Grading
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Menurunkan Angka Insiden
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Manajemen : Super-visor / Kepala Bagian / Instalasi/ Departemen /
Unit, Ketua Komite Medis/Ketua K.SMF).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading
risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang
akan dilakukan sebagai berikut : (pembahasan lebih lanjut lihat BAB
III) Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
Grade kuning : Investigaasi komprehensif / Analisis akar masalah /
RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigaasi komprehensif / Analisis akar masalah /
RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan
Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi
lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis
akar
masalah / Root Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa : Petunjuk/
”Safety alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
11. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan
balik kepada unit kerja terkait.
12. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
5
B. Laporan Insiden Keselamatan Pasien KKP-RS (Eksternal)
Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi pada
PASIEN, telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
Alur pelaporan insiden ke KKPRS - Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit :
o Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah / RCA yang
terjadi pada PASIEN dilaporkan oleh Tim KP di RS (internal) /
Pimpinan RS ke KKP-RS dengan mengisi Formulir Laporan Insiden
Keselamatan Pasien.
o Laporan dikirm ke KKP-RS lewat POS atau KURIR ke alamat :
6
keselamatan, dan hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu
tersebut bekerja (Reason, 2009). Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS) kejadian keselamatan pasien merupakan media belajar dari
proses kesalahan dalam pelayanan di rumah sakit.
Insiden keselamatan pasien adalah kejadian atau situasi yang dapat
menyebabkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak
terjadi. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan kepada pasien lebih aman, yaitu
meliputi
: Assessment / Pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan untuk hal ini Pemerintah
sudah berupaya mengutamakan Keselamatan pasien di pelayanan rumah sakit.
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden
keselamatan pasien/ patient safety incident merupakan kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak
seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah
sebagai berikut :
7
KTD merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Contoh :
Pasien diberikan obat A dengan dosis lebih oleh karena kesalahan saat
8
membaca dosis obat pada resep sehingga pasien mengeluhkan efek
samping obat A berlebih.
5. Kejadian Sentinel
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius. Salah satu KTD yang menyebabkan kematian dan
dampak yang serius Contoh : Pasien jatuh dari bed tanpa pengaman
sehingga mengakibatkan cedera kepala berat atau kondisi lainnya patah
tulang duduk atau cedera spinal.
Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
9
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
1
MATRIX ASSESSMENT
Probabilitas
Tidak Minor Moderat Mayor Katastropik
Signifikan
2 3 4 5
1
1
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu : Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan
Investigasi yang akan dilakukan :
- Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
- Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA.
WARNA BANDS : HASIL PERTEMUAN ANTARA NILAI
DAMPAK YANG DIURUT KEATAS DAN NILAI PROBABILITAS
YANG DIURUT KE SAMPING KANAN
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini
di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu
1
- Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
- Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn
lalu Skoring risiko : 5 x 3 = 15
- Warna Bands : Merah (ekstrim)
Risk grading atau penilaian risiko merupakan proses yang dilakukan oleh
suatu instansi atau organisasi dan merupakan bagian yang integral dari proses
pengelolaan risiko dalam pengambilan keputusan risiko dengan melakukan
tahap identifikasi risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Penilaian risiko
berbeda dengan analisis risiko atau dengan manajemen risiko, akan tetapi
antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling berkaitan satu dengan
yang lain. Analisis risiko sendiri kegiatan menganalisa untuk menentukan
besar kecilnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan.
Dalam menilai suatu risiko terdapat standard yang bisa dipakai acuan,
salah satunya ialah standard AS/NZS 4360 yang membuat peringkat risiko
sebagai berikut:
- E : Extreme Risk (Sangat berisiko segera secepatnya dibutuhkan tindakan)
- H : High Risk (Risiko yang besar dibutuhkan perhatian dari manajer puncak)
- M : Moderat Risk (Risiko sedang, diibutuhkan sebuah tinggakan agar
risiko berkurang)
- L : Low Risk (Risiko rendah masih ditoleransi)
Secara khusus untuk memulai Penilaian risiko terdapat hal-hal yang harus
dipahami dan jelas yaitu:
1
- Bagaimana penilaian risiko dapat diintegrasikan ke dalam proses organisasi
- Metode dan teknik yang digunakan untuk penilaian risiko terhadapproses
manajemen risiko secara kesuluruhan
- Akuntabilitas, tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan
penialaian risiko
- Sumberdaya yang memadai untuk melaksanakan penialaian risiko dan
- Bagaimana penilaian risiko akan ditinjau dan dilaporkan.
1
identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk memastikan
identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan adalah
tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut adalah
sesuai. Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi
pasien adalah :
a. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen
data diri yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan
tanggal lahir.
b. Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga harus
memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang tersebut
selama rawat inap karena gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan
guna memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat
memberikan pelayanan. Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang
warna merah muda untuk perempuan dipakai untuk identifikasi. Gelang
warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat alergi.
Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko
jatuh Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas
oleh petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat,
mengambil preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai
profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif
untuk memberikan pelayanan Peran pasien dan keluarga mewujudkan
komunikasi efektif adalah : Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga
yang diberi kewenangan untuk berkomunikasi dengan tim kesehatan.
Penunjukkan ini diperlukan untuk memastikan komunikasi berlangsung
efektif dan berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang
panjang dan kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi
informasi, memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada
tim kesehatan dengan benar dan jelas, memberikan informasi pada petugas
bila
1
ada kejadian tidak diharapkan, meminta informasi yang diperlukan kepada
tim kesehatan.
1
c. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan.
1
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan
diri termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat
menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan
keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat
jatuh saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur. Peran pasien
dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah :
a. Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai
pasien
b. Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas
dekat tempat tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu
tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yang beresiko
jatuh.
Pengelolaan pasien rawat inap tidak hanya mejadi tanggung jawab tim
kesehatan tetapi melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan keluarga, maka
setiap bagian perlu menjalankan peran masing-masing sesuai tugasnya
karena proses kerja sama yang baik merupakan dasar yang kuat untuk
memperoleh hasil optimal.
1
BAB 3
1
di resep obat. Setelah itu perawat mengecek TTV Tn. Hardi dengan hasil
suhu meningkat, perawat kemudian memberikan obat penurun panas
kepada pasien.
29 Okt 2022 Jam 19.30
Petugas farmasi menyiapkan dispensing obat. Petugas mencocokan resep
dengan obat, petugas mencocokan antara identitas di resep dengan identitas
di label kemasan obat.
2
- Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena kejadian ini terjadi 1
tahun/2× kejadian.
- Skoring risiko : 1×3 = 3
- Warna bands : biru (rendah)
d. Tindakan sesuai bands risiko
Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin.
e. Pada kasus ini setelah di tindaklanjuti dengan pembuatan Risk Grading,
kasus ini termasuk KNC (Kejadian Nyaris Cedera) karena insiden
kesalahan pemberian obat karena tidak mengecek identitas dan obat
pasien (tidak menerapkan prinsip benar pemberian obat), dan belum
terpapar ke pasien.
2
7) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .
8) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan
insiden. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
2
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien patient safety adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman, termasuk asesmen risiko, pengelolaan risiko pasien
dan identifikasi, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta penatalaksanaan solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang dapat
disebabkan oleh kesalahan akibat dari melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sesuai dengan UU No. 44
tahun 2009, Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
melalui pelaporan insiden, menganalisa dan mencegah masalah. Alur
pelaporan insiden keselamatan pasien dapat secara internal atau tertulis,
maupun eksternal atau anonim dan tertulis pada insiden KNC atau KTD.
4.2 Saran
Sistem pelaporan dalam patient safety dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat salah melakukan tindakan atau mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit
sebaiknya konsisten dalam mengisi komponen pelaporan, membuat laporan
sesuai alur yang telah ditentukan menurut tipe insiden tersebut. Rumah sakit
memberikan sosialisasi kepada petugas pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang patient safety atau
keselamatan pasien.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan, agar
penulisan makalah kami untuk kedepannya menjadi lebih baik dari ini.
Mudah-mudahan para pembaca dapat memahami makalah ini.
2
DAFTAR PUSTAKA
Hartawan, A., & Fachrin, S. A. (2020). Kerjasama Dalam Unit dan Keterbukaan
Komunikasi terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Medis oleh Tenaga
Kesehatan di RSUD Bantaeng. Window of Nursing Journal, 1(2), 73-86.