1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Small Group Discussion (SGD)
yang berjudul “Identifikasi Pasien dan Komunikasi Efektif”, sebagai tugas mata ajar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, meskipun ada hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi penulis berhasil mengerjakan dengan tepat waktu. Namun penulis
menyadari bahwa selesainya proses mengerjakan makalah ini tidak lain berkat bantuan dosen
dan teman-teman semua.
Makalah ini dibuat supaya pembaca dapat memperluas wawasan ilmu mengenai
Identifikasi Pasien dan Komunikasi Efektif yang kami susun berdasarkan sumber informasi
yang ada.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran yang dapat
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Penyusun
juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan bagi yang
membutuhkannya.
(Penyusun)
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit yang baik hendaknya menerapkan prinsip keselamatan pasien untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional penting yang
ada dalam rumah sakit. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistim untuk
mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan erat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu
rumah sakit. Yang mana apabila sasaran mutu dapat tercapai sekaligus dapat meningkatkan
kualitas dari pelayanan rumah sakit.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
menerapkan kondisi dimana pasien lebih aman yang mana dapat dilakukan melalui beberapa
tindakan diantaranya meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).
Insiden keselamatan pasien merupakan setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada
pasien yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC),
Kejadian Tidak Cidera (KTC), Kejadian Potensial Cidera (KPC) (Kepmenkes RI, 2011).
KTD atau Kejadian Tidak Diharapkan sangat rentan terjadi di rumah sakit. Menurut
penelitian perbandingan kecelakaan yang terjadi di rumah sakit adalah 1:300.(WHO, 2009).
Laporan Institute of Medicine (IOM) tahun 2000 menyebutkan data KTD di rumah sakit Utah
dan Colorado sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya dinyatakan meninggal, dan untuk
angka KTD di New York ditemukan sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6% (DepKes
RI, 2006).
Penyebab terjadinya KTD yang dikemukakan Reason (2005) dapat dilakukan melalui
dua pendekatan yaitu pendekatan dari faktor manusia (human factor approach) dan
pendekatan sistem (system factor approach).Dari faktor manusia medical error biasanya
4
dipengaruhi oleh keadaan psikologis petugas medis, sedangkan tingkat sistem biasanya
disebabkan oleh lingkungan kerja dan fasilitas yang buruk.
Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk melindungi
pasien dari kejadian yang tidak diharapkan yang berasal dari proses pelayanan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit (DepKes RI, 2006).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari keselamatan pasien dan Adverst event (KTD)
2. Mengetahui tujuan keselamatan pasien
3. Mengetahui tentang identifikasi pasien
4. Mengetahui tentang komunikasi efektif
5. Mengetahui kesalahan yang sering terjadi dalam identifikasi pasien
6. Mengetahui prosedur identifikasi pasien
7. Mengetahui standar penilaian identifikasi pasien
8. Mengetahui apa saja area yang wajib melakukan identifikasi pasien
9. Mengetahui Hand Off communications
10. Mengetahui identifikasi masalah komunikasi yang menyebabkan error
1.4 Manfaat
5
1. Dapat mempelajari K3 dengan fokus identifikasi secara benar
2. Dapat meningkatkan rasa kepekaan terhadap K3
3. Dapat menambah pengetahuan mengenai K3 dalam identifikasi pasien
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
8
4) Gelang warna kuning : semua pasien dengan risiko jatuh.
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien (biru dan pink) untuk
mengidentifikasi pasien, yaitu: nama lengkap pasien, tanggal lahir, dan nomor rekam
medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan, yaitu :
nama lengkap, umur, nomor rekam medis, dan jenis alergi pasien (Anggraini, 2014).
Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam mengidentifikasi
pasien:
1. Pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi mengalami disorientasi, atau tidak
sadar sepenuhnya
2. Pasien yang mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan
3. Pasien yang mungkin mengalami disabilitas sensori.
9
Kesalahan medis jarang disebabkan oleh faktor kesalahan manusia secara individual,
tetapi lebih karena kesalahan pada sistem komunikasi yang menyebabkan terputusnya
rantai dalam sistem tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya menjalin komunikasi
dengan baik agar informasi yang disampaikan tidak terputus dan mengakibatkan kerugian
pada pasien. Sistem dan interaksi manusia mengacu pada sistem dimana dua sistem
berinteraksi atau berkomunikasi dalam ruang lingkup sistem tersebut. Informasi tentang
keselamatan passions perlu diketahui oleh semua perawat yang memberikan asuhan
keperwatan hal tersebut berfungsi untuk mencegah perawat melakukan tindakan yang
dapat menyebabkan cidera pada pasien. Komunikasi adalah kunci sukses berinteraksi
dalam kehidupan berorganisasi. Ketika komuniksai efektif, arus informasi dalam
organisasi yang dinamis akan berjalan lancar sehingga mempercepat proses tercapainya
tujuan organisasi. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telepon ke unit pelayanan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam komunikasi
efektif:
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur.
1. Read Back
Institusi/RS membakukan daftar singkatan, akronim, dan penandaan dosis yang tidak
boleh digunakan di seluruh bagian RS
11
d. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan
kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.
e. Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud,
tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi 22 formulir
laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan
dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.
SOP Pelaporan apabila terjadi insiden KTD, KNC dan kejadian Sentinel :
a. Siapapun yang mengetahui/melihat terjadinya IKP terutama dapat melaporkan
kepada sekretariat tim keselamatan pasien
b. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan formulir yang tersedia atau
dapat membuat laporan di sekretariat paling lambat 2 x 24 jam
d. Laporan saat kejadian untuk pencegahan cidera atau pertolongan segera secara
langsung memberitahukan ke dokter penanggungjawab pelayanan
Contoh hal yang perlu dilaporkan : salah diagnosa dan berakibat buruk bagi pasien,
kejadian yang terkait dengan pembedahan, kejadian yang terkait pengobatan dan
prosedur, kejadian yang terkait degan darah, keejadian yang terkait dengan IV, follow up
yang tidak memadai, pasien jatuh, benda asing yang tertinggal di tubuh pasien, laiin-lain
kejadian yang berakibat pasien/pengunjung cidera
2.6 Prosedur Identifikasi Pasien
Prosedur yang dapat dilakukan untuk identifikasi pasien :
2. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah
atau hasil pemeriksaan tersebut
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Keterampilan (skills)
c. Sikap (attitude).
Tahap tahap perawat/ petugas kesehatan mengidentifikasi pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi
a. Fase Sign In
Fase sign In adalah fase sebelum induksi anestesi koordinator secara verbal
memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi
sudah benar, sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi
telah diberikan, oksimeter pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan
13
profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien apakah pasien ada risiko
kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
b. Fase Time Out
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan
peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang
operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim
mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar,
pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa
antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya.
c. Fase sign out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan.
Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian
label pada spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani.
Langkah akhir yang dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan
perhatian pada manajemen post operasi serta pemulihan sebelum memindahkan
pasien dari kamar operasi (Surgery & Lives, 2008).
b. Apabila klien dengan gangguan sensori wicara kita bisa menggunakan tulisan
yang ditulis dalam papan yang jelas saat melakukan identifikasi, apabila
memungkinkan hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien
untuk menjadi mediator komunikasi
14
2.7.Standar Penilaian Identifikasi Pasien
Standar penilaian identifikasi pasien yaitu:
1. Rumah sakit harus menetapkan metode ketepatan identifikasi pasien
2. Minimal 2 ( dua ) cara identifikasi pasien
a. Nama pasien
b. Nomer rekam medis/ tanggal , bulan, dan tahun lahir.
3. Nomer kamar dan tempat tidur pasien tidak boleh digunakan
4. Gelang identitas
a. Gender
Laki : biru
Wanita: pink
Dengan stiker identitas pasien
b. Alergy
c. Risiko jatuh
d. DNR
5. Memastikan tidak salah identifikasi
a. Pasien tidak sadar/disorientasi
b. Pindah kamar
c. Pindah tempat tidur
d. Pindah lokasi di rumah sakit
6. Identifikasi pasien yang penting yaitu:
a. Memberikan obat
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Tindakan
d. Operasi
e. Transfusi darah
7. Yang perlu diperhatikan dalam identifikasi pasien yaitu:
a. Pasien rawat inap yang tidak mempunyai masalah komunikasi
b. Pasien rawat inap yang untuk sementara tidak dapat berkomunikasi karena
obat/ ALAT
15
c. Pasien rawat inap yang tidak bisa berkomunikasi karena : umur, hambatan
bahasa,
d. Pasien di ruang emergency: tidak dapat berkomunikasi.
e. Pasien Rawat jalan ( pemberian obat/ pengambilan darah , dll )
8. Identifikasi Pasif
a. Staf menyebutkan nama pasien
b. Tidak direkomendasikan untuk metode identifikasi pasien
9. Monitoring dan evaluasi
Dengan cara audit
a. Kuesioner kepada staf
b. Observasi pelaksanaan
c. Kuesioner kepada pasien
Cara Audit Indikator Pengukuran Kriteria sukses
Nomerator Denominator
Koesioner Jumlah kuesioner Jumlah kuesioner Tidak ada
Pasien yang dijawab yang dijawab oleh kuesioner yang
TIDAK oleh pasien pasien dijawab TIDAK
oleh pasien (0%)
Observasi Total staf yang Total staf yang Semua staf yang
Pelaksanaan diaudit mampu diaudit diaudit mampu
melakukan proses melakukan proses
identifikasi pasien identifikasi pasien
secara lengkap dan secara lengkap dan
benar benar (100%)
Kuesioner Jumlah kuesioner Jumlah kuesioner Tidak ada
Pasien yang dijawab yang dijawab oleh kuesioner yang
TIDAK oleh pasien pasien dijawab TIDAK
oleh pasien (0%)
17
1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat
2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan
a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan
pemindahan
b) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh dokter
yang merawat
c) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien yang
secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan yang baru
b. Background meliputi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi terkini
1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat
– obatan termasuk cairan infus yang digunakan
a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau jenis
reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
18
c. Asessment meliputi hasil pengkajian kondisi pasien terkini
1) Analisa data dari background sesuai masalah keperawatan
2) Mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil dari diagnosa keperawatan
3) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign dan
tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6
b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien
c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan nekrotik,
dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump dll
Recommendation meliputi apa yang harus dilakukan masalah pasien saat ini
1) Intervensi mandiri /kolaborasi yang prioritas dikerjakan
2) Hal-hal kusus yang menjadi perhatian
3) Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer
to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana fisiotherafi dll
b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
Ada beberapa SOP yang digunakan, salah satunya yaitu memberikan gambaran
skematis dari proses serah samping tempat tidur.
19
a. Persiapan
1) Alokasi pasien
b. Pendahuluan
c. Pertukaran Informasi
1) Kondisi klinis
3) Bantuan ADL
4) Perencanaan debit
d. Keterlibatan Pasien
e. Pindai Keamanan
2) Peralatan berfungsi
1. Perawat yang akan menyerahkan tugas kepada tim kerja yang lain menyiapkan
seluruh RM pasien,obat pasien, hasil pemeriksaan penunjang dandokumen lain
yang diperlukan.
2. Masing-masing tim duduk bersama untuk siap melakukan serah terima tugas / hand
over.
a. Jumlah total pasien di ruangan tersebut dan jumlah pasien di tiap-tiap tim.
b. Jumlah pasien yang pengawasan khusus : nama pasien dan ada di tim berapa.
c. Rencana pasien pulang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien dan ada ditim
berapa.
d. Rencana pasien pindah ruang ( ada / tidak ), jika ada sebut nama pasien dan ada
di tim berapa.
e. Rencana pasien masuk /pasien baru ( ada / tidak ), jika ada rencana masuk di
tim berapa dan di kamar berapa.
Jika ada tim berikutnya supaya melakukan follow up.7. Kepala jaga
mempersilahkan masing-masing ketua tim untuk mempersiapkan serah terima.
6. Ketua tim yang akan menyerahkan tugas memegang RM pasien, Ketua tim yang
menerima tugas mempersiapkan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting.
7. Anggota tim yang akan menyerahkan tugas memegang DPO, anggota tim lain akan
menerima tugas memegang troly obat pasien.
21
a. Identitas pasien ( Nama,tanggal lahir )
b. Diagnosa Medis
1) Jika ada tambahan obat, sudah diberikan atau belum ( anggota tim cek DPO
dan troly obat pasien )
2) Jika ada advis pemeriksaan penunjang ( anggota tim cek hasil pemeriksaan
penunjang, jika belum ada, tilpon bagian terkait sudah jadi apa belum.)
3) Jika ada tindakan ,apakah sudah dilakukan / belum (jika operasi kwitansi
sudah jadi apa belum)
4) Jika ada rencana operasi , apakah persiapan pre op sudah lengkap apa
belum. ( anggota tim cek form ceklist pre op )
22
10. Jika telah semua informasi di serahterimakan kepada tim yang akan dinas
berikutnya,Perawat Kepala Jaga mempersilahkan tim yang menerima tugas
menanyakan ulang jika ada yang kurang jelas
11. Masing-masing ketua tim melakukan kunjungan bersama ke tiap-tiap pasien yang
menjadi tanggungjawabnya
12. Ketua tim yang menyerahkan tugas memperkenalkan kepada pasien /keluarga,
nama dan jabatan perawat yang menerima tugas serta nama perawat penanggung
jawab shift.
13. Pada saat keliling, petugas pantry dan PU melanjutkan hand over .
15. Setelah kunjungan ke tiap pasienselesai ,perawat kepala jaga mengajak semua
petugas untuk kembali ke nurse station untuk berdoa bersama.
23
f. Kebersihan toilet kurang.
g. Fasilitas parkir kurang memadai.
h. Prosedur IRNA berbelit-belit.
i. Biaya mahal.
j. Menu makan IRNA kurang menarik
24
Menurut Permenkes 1/2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan
Pasal 7
b. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.
c. Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.
d. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari
tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara
atau menetap.
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
25
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adverse Event atau KTD adalah suatu peristiwa yang menyebabkan, atau memiliki potensi
yang dapat menyebabkan, atau menyebabkan hal yang terduga atau tidak diinginkan sehingga
membahayakan keselamatan pengguna alat kesehatan (termasuk pasien) atau orang lain
(Reporting Adverse Incidents and Disseminating Medical Device Alerts, MHRA).
Dalam Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) ada beberapa hal yang harus kita
pertimbangkan diantaranya identifikasi pasien, komunikasi efektif, kesalahan yang sering
terjadi dalam identifikasi pasien, dan prosedur identifikasi pasien. Pada kesalahan yang sering
terjadi dalam identifikasi pasien dengan melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama untuk
identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan dan
kedua untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
3.2 Saran
27
Daftar Pustaka
28