Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENERAPAN 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Patient Safety
Dosen Pengampu:

Kelompok 10 :
1. Putri Azzahra (8801210021)
2. Jihan Fatihah (8801210001)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TA. 2022/2023
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT, kami panjatkan puji serta rasa syukur kami kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami dapat menyselesaikan makalah
yang bejudul “Penerapan 6 Sasaran Keselamatan Pasien”.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan kami mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, sehingga tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dari sanalah kesuksesan dalam menyusun
makalah ini berawal. Terlepas dari segala hal tersebut, meskipun kami berharap isi dari makalah
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun kami sadar bahwa kami hanya sebatas manusia
yang tak luput dari kesalahan. Maka dari itu kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih ada banyak kesalahan-kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berlapang dada menerima segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian
agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini. Akhir kata Kami berharap makalah ini dapat
menambah penetahuan dan wawasan untuk para pembaca. Bahkan kami berharap para pembaca
dapat mengamalkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam makalah ini di dalam kehidupan
sehari-hari. Dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri khususnya dan
dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Serang, 23 Agustus 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pengertian Patient Safety.................................................................................................2
2.2 Sasaran Keselamatan Patient Safety ...............................................................................3
2.2.1 Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat.......................................................3
2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif...................................................4
2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian...................4
2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan Operasi...5
2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi........................................................................6
2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh .............................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................................8


3.1 Kesimpulan................................................................................................................8
3.2 Saran .........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan
asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak
lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah
sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar
tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik
serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain
itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal
dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan
pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan,
peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan
serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki
pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan
yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian patient safety.
2. Untuk mengetahui penerapan sasaran keselamatan patient safety.

1.3 Manfaat
1. Mampu memahami pengertian patient safety.
2. Mampu memahami penerapan sasaran keselamatan patient safety.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Patient Safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Menurut
penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keselamatan
pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi,
manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan medis
(medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss).

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).

2.2 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) atau International Patient Safety Goals (IPSG)
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber
manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan
canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International (JCI) (TKPRS
RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk
menunjang keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan
keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutumtinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Menurut Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam sasaran keselamatan
pasien yang menjadi prioritas gerakan keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien
adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :

2.2.1 Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ketelitian dalam mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien bisa terjadi
pada pasien yang dalam keadaan yang terbius/tersedasi, disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat
tidur atau kamar atau lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain.
Adapun maksud dari sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan dalam setiap
kegiatan pelayanan ke pasien. Pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan
terhadap individu tersebut. Kebijakan atau prosedur yang dilakukan secara kolaboratif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi khususnya pada proses pengidentifikasian
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
atau pemberian pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan atau prosedur tersebut memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien, nomor rekam
medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lainlain. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur agar dapat memastikan
semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi dengan tepat dan cepat.

Adapun elemen penilaian untuk sasaran ini adalah sebagai berikut :


a. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas sedikitnya dua
identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam medik).
b. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukan dengan
ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan, merah untuk pasien yang
mengalami alergi dan kuning untuk pasien dengan risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring
dengan menggunakan protap penilaian skor jatuh yang sudah ada).
c. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
d. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
e. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi yang efektif
antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan secara efektif, akurat , tepat waktu,
lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi yang mudah menimbulkan kesalahan persepsi
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi
yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk perintah
lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
perintah, kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan dan melakukan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang
adalah akurat. Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti
di kamar operasi dan situasi gawat darurat.

Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan „READ BACK‟ pada saat menerima permintaan secara lisan atau
menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ‟SIGN HERE‟ sebagai pengingat dokter
harus tanda tangan.
b. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkan keadaan
pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand off) dan melaksanakan serah
terima pasien antar ruangan dengan menggunakan singkatan yang telah ditentukan oleh
manajemen.

2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian


Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan
obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana
pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus berperan secara kritis untuk memastikan
keselamatan pasien agar terhindar dari resiko kesalahan pemberian obat. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (highalert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan
serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Rumah sakit
secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-
obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan atau
prosedur juga dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,
seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan
bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati.

Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran III adalah sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike (LASA) atau
Nama Obat Rupa Mirip (NORUM).
b. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap distribusi obat
dan pemberian obat pada masing-masing instansi pelayanan.
c. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang aman dan
diperlakukan dengan perlakuan khusus.
d. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat (Benar
Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu, Cara, dan Dokumentasi).

2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan Operasi
Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan pemberian
pelayanan dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat- pasien. Salah lokasi, salah
pasien, salah prosedur, pada operasi adalah sesuatu yang menkhawatirkan dan kemungkinan
terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau
yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurangnya melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu,
pemeriksaan pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang kurang tepat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah atau operasi,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan.

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan
juga keadaan yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari
WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu
melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang
belakang).

Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien
yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia dan diberi label dengan baik serta dipampang dan melakukan verifikasi ketersediaan
peralatan khusus dan/atau implant - implant yang dibutuhkan. Tahapan “Sebelum insisi” (Time
out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan dengan baik dan tepat. Time
out dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan
melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist dan sebagainya.

Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi tanda spidol skin
marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat dengan cara yang jelas dimengerti
dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed Consent).

2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian
besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya 20 dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran
darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah
kegiatan cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca di
kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai
proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur yang menyesuaikan atau
mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di rumah sakit.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah sebagai berikut :


a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman Six Moment Hand Hygiene dan
digunakan dalam tatanan kesehatan untuk pelayanan ke pasien.
b. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan dan melakukan pelatihan cuci tangan efektif.
c. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap melakukan
prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain).

2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien dari
cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan
fasilitasnya rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah pasien yang bermkemungkinan mengkonsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran VI adalah sebagai berikut :


a. Melakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
b. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jatuh.
c. Memberikan tanda bila pasien beresiko jatuh dengan gelang warna kuning dan kode jatuh
yang telah ditetapkan oleh manajemen
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang terutama dalam
pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman. Sasaran
Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving
Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). RSUP
Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter,
perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan canggih yang
memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah
Denpasar, 2011)

Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk menunjang


keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini.

3.2 SARAN
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah sakit
agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang telah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT (Patient Safety).

Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit Dengan. (2011).

Regina pung pung, A., (2014). Patient Safety Administrasi Dan Manajemen Kesehatan,
(online), (www.academia.edu/9191556/patient_safety.htm., diakses tanggal
14 september 2015)

marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai