Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) ATAU


INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS (IPSG)
Mata Kuliah : Management Patient Safety
Dosen Pengampu : Ns. Adelina Vidya Ardiyati.,M.kep.

Oleh :
KHUSNUL KHOTIMAH ARYANI
NIM 1724051

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKes PANCA BHAKTI
BANDAR LAMPUNG
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal


mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan saya, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen dorongan dan ilmu
yang telah diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan Insya Allah sesuai yang saya
harapkan.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.

Bandar Lampung, 15 Juli 2020

Penyusu
n
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................4


1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Tujuan.................................................................................................................5
1.3 Manfaat...............................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................6


2.1 Pengertian Patient Safety....................................................................................6
2.2 Sasaran Keselamatan Patient Safety ..................................................................6
2.2.1 Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat..........................................7
2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.....................................8
2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian.....9
2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan
Operasi..........................................................................................................10
2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi.........................................................11
2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh .............................................12

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya
cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah


sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi
pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk
melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta
sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang
kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang
membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien.

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap
petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar
pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari
pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan
mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan
pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
5

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian patient safety  
2. Untuk mengetahui penerapan sasaran keselamatan patient safety  

1.3 Manfaat
1. Mampu memahami pengertian patient safety  
2. Mampu memahami penerapan sasaran keselamatan patient safety 
6

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Patient Safety


Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan.

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud


dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit
yang memberikan pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya
pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan
medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan
nyaris terjadi (near miss).

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana


rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).

2.2 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) atau International Patient Safety


Goals (IPSG)
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
7

ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007)
yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS
PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar
merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter,
perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan
canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International
(JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik


untuk menunjang keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutumtinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum
difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

Menurut Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam sasaran
keselamatan pasien yang menjadi prioritas gerakan keselamatan pasien. Enam
sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :

2.2.1 Sasaran I : Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau meningkatkan
ketelitian dalam mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam mengidentifikasi
pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan yang terbius/tersedasi,
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi di rumah
sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi yang lain. Adapun maksud dari
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan dalam setiap kegiatan
pelayanan ke pasien. Pertama untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan dan kedua untuk kesesuaian pelayanan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan atau prosedur yang dilakukan
secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi
8

khususnya pada proses pengidentifikasian pasien ketika pemberian obat, darah,


atau produk dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau pemberian
pengobatan serta tindakan lain. Kebijakan atau prosedur tersebut memerlukan
sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan
lainlain. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat
diidentifikasi dengan tepat dan cepat.

Adapun elemen penilaian untuk sasaran ini adalah sebagai berikut :


a. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas
sedikitnya dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam medik).
b. Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukan
dengan ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,
merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien dengan
risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring dengan menggunakan protap
penilaian skor jatuh yang sudah ada).
c. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
d. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis.
e. Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.

2.2.2 Sasaran II: Meningkatkan Komunikasi yang Efektif


Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan komunikasi yang
efektif antar para pemberi layanan. Komunikasi yang dilakukan secara efektif,
akurat , tepat waktu, lengkap, jelas, dan yang mudah dipahami oleh pasien akan
mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi
yang mudah menimbulkan kesalahan persepsi kebanyakan terjadi pada saat
perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah
9

terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima perintah, kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan melakukan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat.

Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan „READ BACK‟ pada saat menerima permintaan secara
lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ‟SIGN HERE‟
sebagai pengingat dokter harus tanda tangan.
b. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkan
keadaan pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand off)
dan melaksanakan serah terima pasien antar ruangan dengan menggunakan
singkatan yang telah ditentukan oleh manajemen.

2.2.3 Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan


Perhatian
Rumah sakit perlu mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert). Bila obat-obatan menjadi
bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen rumah sakit harus berperan
secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien agar terhindar dari resiko
kesalahan pemberian obat. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (highalert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
10

berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan atau prosedur juga
dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,
seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada
elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi
akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati.

Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran III adalah sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike
(LASA) atau Nama Obat Rupa Mirip (NORUM).
b. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap
distribusi obat dan pemberian obat pada masing-masing instansi pelayanan.
c. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang
aman dan diperlakukan dengan perlakuan khusus.
d. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat
(Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,
Cara, dan Dokumentasi).

2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan
Tindakan Operasi
Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
pemberian pelayanan dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi adalah sesuatu
yang menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat
antara anggota tim bedah, kurangnya melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di
samping itu, pemeriksaan pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis yang kurang tepat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah atau operasi, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan
tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan.
11

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan
ini. Digunakan juga keadaan yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan di
Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,
Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur
(jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang belakang).

Proses verifikasi praoperatif ditujukan untuk memverifikasi lokasi, prosedur, dan


pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia dan diberi label dengan baik serta dipampang
dan melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant -
implant yang dibutuhkan. Tahapan “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan
semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan dengan baik dan tepat. Time out
dilakukan di tempat dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana
proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist dan
sebagainya.

Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi tanda spidol
skin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat dengan cara yang
jelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed Consent).

2.2.5 Sasaran V: Mengurangi Resiko Infeksi


12

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi


yang terkait pelayanan kesehatan yang diberikan. Pencegahan dan pengendalian
infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan dan
peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan hal yang menjadi perhatian besar bagi pasien maupun para
profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya 20 dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran
darah dan pneumonia. Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain
adalah kegiatan cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene
bisa dibaca di kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan
internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di
rumah sakit.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran V adalah sebagai berikut :


a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman Six Moment Hand
Hygiene dan digunakan dalam tatanan kesehatan untuk pelayanan ke pasien.
b. Menggunakan Hand rub di ruang perawatan dan melakukan pelatihan cuci
tangan efektif.
c. Memberikan tanggal dengan menggunakan spidol atau tinta yang jelas setiap
melakukan prosedur invasif (infuse, dower cateter, CVC, WSD, dan lain-lain).

2.2.6 Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien
dari cedera karena jatuh. Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks masyarakat yang dilayani,
pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya rumah sakit perlu mengevaluasi
resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah pasien yang
13

bermkemungkinan mengkonsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta


alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

Elemen yang menjadi penilaian sasaran VI adalah sebagai berikut :


a. Melakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
b. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko jatuh.
c. Memberikan tanda bila pasien beresiko jatuh dengan gelang warna kuning dan
kode jatuh yang telah ditetapkan oleh manajemen
14

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang
terutama dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu dan aman.

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah


sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007)
yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS
PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar
merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter,
perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan
canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International
(JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk


menunjang keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

3.2 SARAN
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah
sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang
telah di tentukan.
15

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN


PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety).

Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif


Hukum Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Dengan. (2011).

Regina pung pung, A., (2014). Patient Safety Administrasi Dan Manajemen
Kesehatan,        (online),
(www.academia.edu/9191556/patient_safety.htm., diakses
tanggal                       14 september 2015)

marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai