MAKALAH
Oleh :
KHUSNUL KHOTIMAH ARYANI
NIM 1724051
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Tak lupa ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen dorongan dan ilmu
yang telah diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan Insya Allah sesuai yang saya
harapkan.
Penyusu
n
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap
petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar
pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari
pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan
mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan
pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
5
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian patient safety
2. Untuk mengetahui penerapan sasaran keselamatan patient safety
1.3 Manfaat
1. Mampu memahami pengertian patient safety
2. Mampu memahami penerapan sasaran keselamatan patient safety
6
BAB 2
PEMBAHASAN
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007)
yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS
PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar
merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan sumber manusia (dokter,
perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan
canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission International
(JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)
Menurut Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar (2011) terdapat enam sasaran
keselamatan pasien yang menjadi prioritas gerakan keselamatan pasien. Enam
sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk mencatat perintah yang lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima perintah, kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan melakukan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat.
Elemen penilaian pada sasaran II ini terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan „READ BACK‟ pada saat menerima permintaan secara
lisan atau menerima intruksi lewat telepon dan pasang stiker ‟SIGN HERE‟
sebagai pengingat dokter harus tanda tangan.
b. Menggunakan metode komunikasi yang tepat yaitu SBAR saat melaporkan
keadaan pasien kritis, melaksanakan serah terima pasien antara shift (hand off)
dan melaksanakan serah terima pasien antar ruangan dengan menggunakan
singkatan yang telah ditentukan oleh manajemen.
berdasarkan data yang ada di rumah sakit tersebut. Kebijakan atau prosedur juga
dapat mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat,
seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada
elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi
akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati-hati.
Elemen yang merupakan standar penilaian sasaran III adalah sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound Alike
(LASA) atau Nama Obat Rupa Mirip (NORUM).
b. Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN setiap
distribusi obat dan pemberian obat pada masing-masing instansi pelayanan.
c. Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di tempat yang
aman dan diperlakukan dengan perlakuan khusus.
d. Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan pendelegasian Obat
(Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa Berlaku Obat, Dosis, Waktu,
Cara, dan Dokumentasi).
2.2.4 Sasaran IV: Mengurangi Resiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan
Tindakan Operasi
Rumah sakit dapat mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan
pemberian pelayanan dilakukan dengan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien. Salah lokasi, salah pasien, salah prosedur, pada operasi adalah sesuatu
yang menkhawatirkan dan kemungkinan terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
merupakan akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat
antara anggota tim bedah, kurangnya melibatkan pasien di dalam penandaan
lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di
samping itu, pemeriksaan pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan
medis yang kurang tepat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah atau operasi, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan
tangan yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan.
11
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan
ini. Digunakan juga keadaan yang berbasis bukti, seperti yang digambarkan di
Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint
Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,
Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator yang akan
melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur
(jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (bagian tulang belakang).
Elemen yang menjadi penilaian pada sasaran IV ini adalah memberi tanda spidol
skin marker pada sisi operasi (Surgical Site Marking) yang tepat dengan cara yang
jelas dimengerti dan melibatkan pasien dalam hal ini (Informed Consent).
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang
terutama dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu dan aman.
3.2 SARAN
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan rumah
sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan procedure yang
telah di tentukan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Regina pung pung, A., (2014). Patient Safety Administrasi Dan Manajemen
Kesehatan, (online),
(www.academia.edu/9191556/patient_safety.htm., diakses
tanggal 14 september 2015)
marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/